Anda di halaman 1dari 27

(FLEXIBLE

PAVEMENT)

DISUSUN OLEH:
ANDI DANI PRASETYA
NPM. 211110017311046
PENGERTIAN
PERKERASAN LENTUR
(FLEXIBLE PAVEMENT)

Perkerasan lentur (flexible pavement) merupakan


jenis perkerasan yang umumnya menggunakan
bahan campuran beraspal sebagai lapis permukaan
serta bahan berbutir sebagai lapisan di bawahnya.
Sehingga lapisan perkerasan tersebut mempunyai
flexibilitas/kelenturan yang dapat menciptakan
kenyaman kendaraan dalam melintas diatasnya.
KOMPONEN PERKERASAN
LENTUR
(FLEXIBLE PAVEMENT)

1. Tanah Dasar (Sub Grade)


Tanah dasar adalah permukaan tanah timbunan, yang
dipadatkan dan merupakan permukaan dasar untuk perletakan
bagian-bagian perkerasan lainnya. Fungsi tanah dasar
akan menahan beban konstruksi di atasnya, tanah dasar harus
memiliki daya dukung tanah yang baik, sehingga mampu
menahan beban yang sudah diperhitungkan sebelum dibangun
perkerasan jalan di atasnya.
KOMPONEN PERKERASAN
LENTUR
2.(FLEXIBLE PAVEMENT)
Lapis Pondasi Bawah (Sub Base Coarse)
Lapis Pondasi Bawah adalah bagian perkerasan
yang terletak antara lapis pondasi dan tanah dasar.
Fungsi lapis pondasi bawah antara lain:
a. Sebagai bagian dari konstruksi perkerasan untuk
mendukung dan menyebarkan beban roda.
b. Mencapai efisiensi penggunaan material yang
relatif murah agar lapisan-lapisan selebihnya dapat
dikurangi tebalnya (penghematan biaya
konstruksi).
c. Untuk mencegah tanah dasar masuk ke dalam
lapis pondasi.
d. Sebagai lapis pertama agar pelaksanaan dapat
berjalan lancar.
KOMPONEN PERKERASAN LENTUR
(FLEXIBLE PAVEMENT)
3. Lapisan Pondasi Atas (Base Coarse)
Lapisan Pondasi Atas adalah bagian perkerasan
yang terletak antara lapis permukaan dengan lapis
pondasi bawah (atau dengan tanah dasar bila tidak
menggunakan lapis pondasi bawah). Fungsi lapis pondasi
atas antara lain:
a. Bagian perkerasan yang menahan gaya lintang dari
beban roda dan menyebarkan ke lapisan di bawahnya
b. Sebagai perletakan terhadap lapis permukaan.
Bahan-bahan untuk lapis pondasi atas umumnya harus cukup kuat
dan awet sehingga dapat menahan beban-beban roda. Sebelum
menentukan suatu bahan untuk digunakan sebagai bahan pondasi,
hendaknya dilakukan penyelidikan dan pertimbangan sebaik-baiknya
sehubungan dengan persyaratan teknik.
Bermacam-macam bahan alam / bahan setempat (CBR > 50%, PI <
4%) dapat digunakan sebagai bahan lapis pondasi atas, antara lain : batu
pecah, kerikil pecah dan stabilisasi tanah dengan semen atau kapur.
KOMPONEN PERKERASAN
LENTUR
4. Lapis Permukaan (Surface Coarse)
(FLEXIBLE PAVEMENT)
Lapis Permukaan adalah bagian perkerasan yang
paling atas. Fungsi lapis permukaan antara lain:
a. Sebagai bahan perkerasan untuk menahan beban
roda, dengan persyaratan harus mempunyai stabilitas
tinggi untuk menahan beban roda selama masa layan.
b. Sebagai lapisan kedap air, sehingga air hujan tidak
masuk ke lapisan bawah dan juga untuk melindungi
badan jalan kerusakan akibat cuaca.
c. Sebagai lapisan aus (wearing course), lapisan yang
langsung menerima gesekan akibat rem kendaraan
sehingga menjadi aus.
d. Lapis yang menyebarkan beban ke lapisan bawah,
sehingga dapat dipikul oleh lapisan lain dengan daya
dukung yang lebih buruk.
Lapis permukaan dibedakan menjadi 2 bagian, berdasarkan fungsinya:
1. Lapis non struktural, sebagai lapis aus dan kedap air.
2. Lapis struktural, sebagai lapis yang menahan dan menyebarkan
beban roda.
Bahan lapis permukaan terdiri dari batu pecah, kerikil dan
stabilisasi tanah dengan semen atau kapur. Penggunaan aspal
diperlukan agar lapisan dapat bersifat kedap air dan memberikan
bantuan tegangan tarik yang meningkatkan daya dukung lapisan
terhadap beban roda lalu lintas.
Bahan Penyusun Perkerasan jalan Lentur
1. Agregat
ASTM (1974) mendefinisikan
agregat/batuan sebagai suatu bahan yang
terdiri dari mineral padat, berupa massa
berukuran besar ataupun berupa fragmen-
fragmen. Agregat/batuan merupakan
komponen utama dari perkerasan jalan
yang mengandung 90 – 95 % agregat
berdasarkan persentase berat atau 75-85%
agregat berdasarkan persentase volume.
Dengan demikian daya dukung, keawetan
dan mutu perkerasan jalan ditentukan juga
dari sifat agregat dan hasil campuran
agregat dan material lain.
perkerasan jalan yang mengandung 90 – 95 % agregat
berdasarkan persentase berat atau 75-85% agregat
berdasarkan persentase volume. Dengan demikian
daya dukung, keawetan dan mutu perkerasan jalan
ditentukan juga dari sifat agregat dan hasil campuran
agregat dan material lain. Berdasarkan ukuran
partikel, agregat dapat dibedakan atas :

- Agregat Kasar
Agregat yang > 4,75 mm (ASTM) atau > 2
mm (AASHTO)
- Agregat Halus
Agregat yang < 4,75 mm (ASTM) atau
agregat yang berada diantara < 2 mm
dan > 0,075 mm (AASHTO)
- Abu batu (filler)
Agregat halus yang umumnya lolos saringan
No. 200.
2. Aspal
Aspal adalah material yang bersifat "viscous liquid" tersusun dari campuran
hidrokarbon dan semua turunannya yang dapat larut dalam carbon disulfida Pada
dasamya aspal merupakan bahan yang tidak dapat menguap ("non volatile") dan dapat
berangsur-angsur menjadi lunak meleleh bila dipanaskaa Aspal juga berupa material
padat berwarna hitam atau coklat dan tidak tembus air ('"waterproof') serta bersifat
kohesif("cohesive properties").
Aspal dalam campuran perkerasan berfungsi sebagai bahan ikat antar agregat
Sebagai salah satu bahan perkerasan lentur, aspal merupakan salah satu komponen
kecil, umumnya hanya 4 -10 % berdasarkan berat atau 10 - 15 % berdasarkan volume,
tetapi merupakan komponen yang relatif mahal.
Menurut asalnya aspal dapat digolongkan menjadi dua bagian seperti berikut ini.
1. Aspal minyak ("petroleum bitumen") Aspal minyak diperoleh dari hasil penyulingan
minyak bumi. Oleh karena derajat kekerasan aspal ini dapat di ukur dengan uji
standar ("standard penetration test"), maka aspal ini juga dikenal sebagai
'Tenetration Grade Bitumen".
2. Aspal alam / batuan ("rock asphalt") Aspal batuan ini terdapat sebagai bagian yang
tercampur dengan batuan (dalam batuan) kapur atau pasir. Kadar aspal sangat
bervariasi antara satu daerah dengan daerah iaranya (4-12 %). Pengolahannya
dilakukan dengan cara penambangan batu yang mengandung aspal kemudian di
pecah-pecah dengan mesin pemecah batu ("stone crusher"). Aspal dikeluarkan
dari celah mineral batuan dengan bahan pelarut, Hasil yang diperoleh kurang lebih
memiliki kadar aspal 7 %.
Aspal dibentuk oleh unsur berikut ini:
a. asphaltenes, merupakan bagian utama dari aspal ('"body
ofbitumen") dengan berat molekul besar,
b. maltenes / resins, merupakan unsur yang memberikan efek
adhesive (lekatan) dan efek ductile (lentur) dengan berat molekul
sedang, dan
c. oils, mempunyai berat molekul rendah serta memberi efek
viskositas dan efek flow.
Berdasarkan unsur pembentuknya, aspal merupakan suspensi
koloidal dari asphaltenes dalam media minyak dengan resins berperan
sebagai bahan pencegah penggumpalan atau pencegah koaguiasi
3. Filler
Filler pada campuran beton aspal adalah bahan berbutir
halus yang berfungsi sebagai butiran pengisi rongga diantara partikel
1 agregat kasar dalam rangka mengurangi besarnya rongga,
meningkatkan kerapatan, dan stabilitas. Filler ini didefinisikan
sebagai fraksi debu mineral lolos saringan no. 200 (0,075 mm) dapat
berupa debu batu kapur, debu dolamit, atau semen.

GAMBAR. DOLAMIT GAMBAR. SEMEN


PERSYARATAN BAHAN PERKERASAN
Agar didapatkan lapis perkerasan yang kuat, awet, aman
dan nyaman maka struktur perkerasan jalan harus
mempunyai karakteristik tertentu. Karakteristik dari
permukaan jalan sangat bergantung pada bahan
susunanya, khususnya perilaku aspal jika telah berada
dalam campurannya Syarat-syarat yang harus dipenuhi
oleh campuran perkerasan adalah seperti berikut ini.
1. Stabilitas
2. Fleksibilitas
3. Keawetan (Durabilitas)
4. Kekesatan (Skid Resistance)
5. Kekakuan (Stiffness)
KELEBIHAN
PERKERASAN LENTUR
1. Biaya awal kontruksi yang rendah
Langsung bisa berfungsi, tanpa harus
2.
menunggu lama
Perjalanan yang lebih mulus, nyaman dilalui
3.
kendaraan
Bisa diterapkan pada konstruksi badan jalan
4.
yang belum stabil

5. Pelaksanaan pembangunannya tidak begitu sulit

6. Biaya perbaikan lebih murah


KEKURANGAN
PERKERASAN LENTUR

1. Kurang tahan terhadap beban berat

Umur relatif pendek dibandingkan


2.
perkerasan kaku

3. Biaya pemeliharaan yang tinggi, karena


pemeliharaan yang sering dilakukan

4. Membutuhan energi yang tinggi terlebih


untuk campuran aspal
JENIS-JENIS KERUSAKAN PADA PERKERASAN LENTUR
No Jenis kerusakan Penyebab Pekerjaan O & P

A. Lapis permukaan (Berdasarkan bentuk retak)


1. Meander (meandering) 1)Ditambal atau di tutup sesuai
a.Retak halus (hair cracks) 1)Bahan perkerasan/ kualitas material kurang dengan ukuran dan tingkat
baik. kerusakannya.
2)Pelapukan permukaan.
3)Air tanah pada badan perkerasan jalan.
4)Tanah dasar/ lapisan dibawah permukaan
kurang stabil.

2. Garis (line) 1)Perbaikan bergantung pada


a.Retak tepi (edge cracks) 1)Bahan dibawah retak pinggir kurang baik tingkat kerusakannya, jika bahu
atau perubahan volume akibat jenis jalan tidak mendukung pinggir
ekspansif clay pada tanah dasar . perkerasan maka material yang
2)Sokongan bahu samping kurang baik. buruk di bongkar dan di gantikan
3)Drainase kurang baik. dengan material baik yang
4)Akar tanaman yang tumbuh di tepi dipadatkan
perkerasan dapat pula menjadi sebab 2)Jika air menjadi faktor penyabab
terjadinya retak tepi. kerusakan pecah ,maka harus
dibuatkan drainase
3)Penambahan parsial
b.Retak pertemuan perkerasan bahu (edge joint 1)Perbedaan ketinggian antara bahu beraspal dengan 1)Retak dapat ditutup
cracks) perkerasan, akibat penurunan bahu. dengan larutan pengisi, retak
2)Penyusutan material bahu/ badan perkerasan jalan. yang besar diisi dengan larutan
3)Drainase kurang baik. emulsi aspal yang diikuti dengan
4)Roda kendaraan berat yang menginjak bahu penanganan permukaan atau
beraspal. larutan pengisi
5)Material pada bahu yang kurang baik/ kurang 2)Pengkasaran dengan pemanas
memadai. dan lapis tambahan(overlay)

c.Retak sambungan jalan (lane joint cracks) 1)Ikatan sambungan kedua jalur yang kurang baik. 1)Perbaikan dapat dilakukan
dengan memasukan campuran
aspal cair dan pasir kedalam
celah yang terjadi

d.Retak sambungan pelebaran (widening cracks) 1)Ikatan sambungan yang kurang baik. 1)Perbaikan dilakukan dengan
2)Perbedaan kekuatan/ daya dukung perkerasan pada mengisi celah-celah yang timbul
jalan pelebaran dengan jalan lama. dengan campuran aspal
cair+pasir

3. Blok (block) 1)Retak dapat ditutup


a.Retak refleksi (reflection cracks) 1)Pergerakan vertikal/ horizontal di bawah lapis dengan larutan pengisi, retak
tambahan (lapisan overlay) sebagai akibat yang besar diisi dengan larutan
perubahan kadar air pada tanah dasar yang emulsi aspal yang diikuti dengan
ekspansif . penanganan permukaan.
2)Perbedaan penurunan (settlement) dari timbunan/ 2)Pengkasaran dengan pemanas
pemotongan badan jalan dengan struktur dan lapis tambahan(overlay)
perkerasan.
b.Retak susut (shrinkage cracks) 1)Perubahan volume perkerasan yang mengandung 1) Mengisi celah dengan
terlalu banyak aspal dengan penetrasi rendah. campuran aspal cair dan
2)Perubahan volume pada lapisan pondasi dan tanah burtu
dasar.

4. Kulit buaya (crocodile) 1)Melakukan lapisan taburan


a.Retak kulit buaya (crocodile cracks) 1)Bahan perkerasan/ kualitas material kurang baik. aspal dua lapis. Jika celahnya
2)Pelapukan permukaan. kurang dari 3 mm sebaiknya
3)Air tanah pada badan perkerasan jalan. bagian yang telah mengalami
4)Tanah dasar/ lapisan dibawah permukaan kurang retak akibat air yang
stabil. merembes masuk ke lapisan
fondasi tanah dibongkar
terlebih dahulu dan dibuang
bagian yang basah, kemudian
dilapisi lagi dengan bahan
yang sesuai.

5. Parabola (crescent) 1)Melakukan pembongkaran


a.Retak selip (slipage cracks) 1)Ikatan antar lapisan aspal dengan lapisan aspal yang rusak kemudian
dibawahnya tidak baik yang disebabkan kurangnya dilakukan penambalan
aspal/ permukaan berdebu permukaan
2)Pengunaan agregat halus terlalu banyak.
3)Lapis permukaan kurang padat/ kurang tebal
4)Penghamparan pada temperature aspal rendah atau
tertarik roda penggerak oleh mesin penghampar
aspal/ mesin lainnya.
B Berdasarkan penyebab retak

1. Retak struktural (structural cracking) 1)disebabkan oleh pembebanan yang berulang dari
roda kendaraan.

2. Retak melintang akibat suhu ( transverse thermal 1)disebabkan karena perubahan suhu pada material
cracking) perkerasan jalan .

3. Retak refleksi (reflection cracking) 1) terjadi ketika retak pada lapisan aspal yang lama 1)Untuk retak memanjang,
tidak benar diperbaiki sebelum dioverlay. melintang dan diagonal
perbaikan dapat dilakukan
dengan mengisi celah dengan
campuran aspal cair dan pasir
2)Untuk retak berbentuk kotak
perbaikan dilakukan dengan
membongkar dan melapisi
kembali dengan bahan yang
sesuai

C Kerusakan pondasi atas, bawah , dan sub grad

1. Bergelombang 1)disebabkan karena campuran lapisan aspal yang 1)Perbaikan yang paling baik
buruk. dilakukan adalah dengan
2)Kadar air dalam lapis pondasi granu-ler menambal di seluruh
(granular base) terlalu tinggi kedalaman. Jika perkerasan
sehingga tidak stabil. mempunyai agregat fondasi
(base) dengan lapisan tipis
perawatan permukaan maka
permukaan dikasarkanm
kemudian dicampur dengan
material fondasi, dan
dipadatkan lagi sebelum
meletakkan lapisan

2. Alur (rutting) 1)Pemadatan lapis permukaan dan 1)Jika penyebabnya adalah


pondasi (base) kurang. lemahnya lapis pondasi atau
2)Kualitas campuran aspal rendah. tanah dasar, pembangunan
3)Gerakan lateral dari satu atau lebih kembali perkerasan secara total
dari komponen pembentuk lapis. mungkin diperlukan, termasuk
4)Tanah dasar lemah atau agregat pondasi kurang juga penambahan drainase
tebal.

3 Amblas 1)Beban lalu lintas berlebihan. 1)mengisi bagian jalan yang


2)Akibat lapisan dibawah perkerasan amblas dengan agregat,
mengalami penurunan. kemudian dengan pemadatan
3)Penurunan konsolidasi tanah di dengan campuran aspal. Untuk
bawah timbunan menyebabkan distori amblas < 5 cm, bagian yang
perkerasan. rendah diisi dengan bahan
sesuai seperti lapen, lataston,
laston. Untuk amblas yang > 5
cm, bagian yang amblas
dibongkar dan dilapisi kembali
dengan lapis yang sesuai.
4 Mengembang (Swell) 1)Mengembangnya material lapisan di 1)Menambal di seluruh
bawah perkerasan atau tanah dasar, kedalaman.
biasanya berupa tanah lempung yang
mudah mengembang akibat kenaikan 2)Pembongkaran total
kadar air. area yang rusak dan
menggantikannya dengan
material baru.

3)Perataan permukaan
dengan cara
menimbunnya dengan
material baru.

4)Sembarang cara, untuk


perbaikan permanen,
pada prinsipnya harus
ditunjukan untuk
menstabilkan kadar air
dalam struktur
perkerasan.
CONTOH BENTUK
KERUSAKAN PADA JALAN

Retak Halus Retak Tepi


Retak Sambungan Retak Refleksi Retak Susut

Reatak Kulit Buaya Retak Slip Retak Thermal


Amblas Aspal Mengembang Rutting

Aspal Bergelombang

Anda mungkin juga menyukai