3
Pentingnya Penyelidikan Tanah:
Kasus Menara Pisa
Miringnya Menara Pisa di
Italia disebabkan oleh
masih minimnya
pengetahuan tentang
penyelidikan tanah
sewaktu pembangunannya.
Profil tanah di bawah
pondasi Menara Pisa
berupa lapisan tanah lunak
yang sangat bervariasi
(Coduto, 1984).
4
Pentingnya Penyelidikan Tanah:
Kasus Menara Pisa
Penyelidikan Tanah
(Geotechnical Investigation)
Dapat dibagi menjadi:
• Pengujian lapangan (in-situ test), antara lain: uji
sondir/CPT, uji SPT, vane shear.
• Pengujian laboratorium (laboratory test), misalnya:
direct shear test, unconfined compression test,
permeability test, Atterberg limit, particle-size
analysis, triaxial test. Benda uji tanah yang akan diuji
di laboratorium didapat dengan cara mengebor (soil
boring) dan diambil dengan tabung baja (soil tube
sampler).
6
Pengujian Lapangan (in situ test)
8
Soil Boring (2)
Tujuan pengeboran:
Pengambilan benda uji tanah, yang selanjutnya
akan diuji di laboratorium.
Mengetahui stratifikasi lapisan tanah dimana
suatu struktur akan dibangun.
Menentukan jenis pondasi yang paling sesuai
untuk lokasi tersebut.
9
Catatan Pengeboran (Boring Log)
10
Catatan Pengeboran (Boring Log)
11
Hand Boring
12
Rotary Drilling Rig
13
Peralatan Pengeboran Tanah
Hollow Stem
Auger
14
Peralatan Pengeboran Batuan
Carbotech tungsten
carbide bits 15
Soil Sampling
Kondisi sampel atau benda uji tanah, dapat
dibedakan menjadi: (1) Benda uji tak terganggu
(undisturbed samples); (2) Benda uji terganggu
(disturbed samples).
Untuk mengetahui karakter asli tanah dalam
hubungannya dengan kekuatan, permeabilitas, atau
potensi penurunan tanah akibat konsolidasi maka
benda uji harus diambil sebagai benda uji tak
terganggu atau pada kondisi mendekati aslinya.
16
Soil Sampling
Misalnya, untuk menentukan koefisien permeabilitas
dengan laboratory permeability test, maka harus
diusahakan agar kondisi benda uji tanah mendekati
kondisi aslinya (undisturbed).
Kerusakan atau gangguan pada benda uji akan
mengubah karakter/sifat asli dari tanah tersebut.
Sedangkan untuk mengetahui gradasi butiran, dapat
ditentukan hanya dengan benda uji yang terganggu
(disturbed), karena kerusakan benda uji tidak
berpengaruh kepada kurva gradasi butirannya.
17
Area Ratio, Ar (%)
Menentukan derajat kerusakan benda uji tanah
yang diambil dengan tube sampler.
Misalnya:
Diketahui data sebuah standar 2” split-spoon
sampler:
Outside diameter Do = 2” (inch)
Inside diameter Di = 1.38”
Dapat dihitung:
Area ratio Ar = (Do2 – Di2) / (Di2) x 100%
= 110% (sangat terganggu)
18
Area Ratio, Ar (%)
Semakin tinggi nilai Area ratio Ar, semakin terganggu
kondisi benda uji tanah tersebut.
Untuk 2” Shelby tube sampler:
Outside diameter Do = 2” (inches) = 50.8 mm.
Inside diameter Di = 1.875”
Area ratio Ar = (Do2 – Di2) / (Di2) x 100%
= 13.8% (sedikit terganggu)
Untuk 3” Shelby tube sampler (Do = 3.0”; Di = 2.875”)
Area ratio Ar = 8.9% (tidak terganggu)
Kesimpulan: 3” Shelby tube sampler adalah yang
terbaik untuk digunakan.
19
Tube Sampler (undisturbed sample)
21
Jarak Lubang Bor
Jenis Proyek Jarak (meter)
Bangunan tingkat 10 – 30
Bangunan industri
20 – 60
satu lantai
Jalan raya 250 – 500
Perumahan 250 – 500
Bendungan dan tanggul 40 - 80
Tabel di atas hanya berupa perkiraan saja, sedangkan jarak
lubang bor maupun jumlah titik pengeboran sangat tergantung
kepada pentingnya struktur, sulitnya pelaksanaan proyek atau
kompleksnya masalah geoteknik di lapangan.
22
Materi Penyelidikan Tanah
Untuk Pondasi (Bagian II)
Materi Penyelidikan Tanah
Untuk Pondasi (Bagian II)
Penetrometer test: uji sondir (CPT/Cone
Penetrometer Test) dan uji SPT (Standard
Penetration Test)
Penafsiran hasil uji CPT
Penafsiran hasil uji SPT
24
Penetrometer Test
• Penetrometer test: metode pengujian tanah
dengan cara menekan (pada CPT) atau memukul
(pada SPT) suatu alat tertentu ke dalam tanah.
• Ukuran besarnya gaya perlawanan atau jumlah
pukulan yang diperlukan dapat mengindikasikan
kekuatan suatu lapisan tanah.
• Penetrometer test dapat terbagi menjadi
penetrometer statis (mis: sondir/CPT) dan dinamis
(mis: SPT).
25
Uji Sondir
(Cone Penetrometer Test)
Uji Sondir (CPT)
Sangat cocok untuk keadaan di Indonesia, karena
terdapat banyak lapisan lempung lunak yang dalam,
sehingga cukup mudah ditembus oleh alat sondir.
Suatu batang baja berujung kerucut/konis (conus)
ditekan ke dalam tanah dengan kecepatan tertentu, dan
gaya perlawanannya diukur (dalam satuan tegangan,
mis: kg/cm2).
Pada jenis bikonis (konus ganda), nilai perlawanan
ujung konis/cone resistance qc dan nilai perlawanan
geser/friction sleeve fs dapat diukur bersama-sama.
27
Uji Sondir (CPT)
28
Uji Sondir (CPT)
29
Manometer pada Uji Sondir (CPT)
Umumnya untuk sondir
ringan (2.5 ton), dipakai
manometer 2 buah masing-
masing dengan kapasitas 0 -
50 kg/cm2 dan sampai 250
kg/cm2.
31
Kelemahan Uji Sondir
32
Karakteristik Ujung Sondir
1948
Hanya dapat
Friction mengukur nilai
sleeve
perlawanan
ujung
Cone 60° Cone
1953
Dikenal sebagai type
Diameter Begemann; dapat
mengukur nilai
Konus standar: perlawanan ujung dan
Diameter = 35.7 mm
geser
Luas konus = 10 cm2
Sudut kerucut = 60°
33
Ujung Sondir (SNI)
35
Prosedur Pengujian Sondir (2)
36
Pengujian Sondir Elektrik
38
Hasil Uji Sondir Statik (Manual)
39
Penghentian Uji Sondir
Pekerjaan sondir dapat dihentikan pada
keadaan sebagai berikut:
• Untuk sondir ringan (2.5 ton) pada waktu
tekanan manometer tiga kali berturut-turut
melebihi 150 kg/cm2 atau kedalaman
maksimal 30 meter.
• Untuk sondir berat (10 ton) pada waktu
tekanan manometer tiga kali berturut-turut
melebihi 500 kg/cm2 atau kedalaman
maksimal 50 meter.
40
Interpretasi Hasil Uji Sondir
Uji sondir tidak dapat secara langsung mengetahui
jenis tanah yang diuji. Namun berdasarkan
pengalaman, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Untuk nilai perlawanan ujung: tinggi pada pasir,
rendah pada lempung.
2. Untuk nilai perlawanan geser/selimut: rendah
pada pasir, tinggi pada lempung.
Hasil uji sondir yang ditampilkan bersama-sama
dengan hasil pengujian pengeboran dapat
menghasilkan kesimpulan stratifikasi dan
karakteristik tanah yang lebih baik.
41
Interpretasi Hasil Uji Sondir
Walaupun hasil uji sondir tidak dapat secara langsung
mengetahui jenis tanah yang diuji, namun kita dapat
memperkirakan jenis tanah dengan memakai harga FR
(Friction Ratio) sebagai berikut:
Dimana:
FR = Friction Ratio (Rasio friksi), dalam %
fs = friksi selimut/tahanan gesek (sleeve)
qc = tahanan ujung (konus)
42
Interpretasi Hasil Uji Sondir
Setelah menentukan harga FR (Friction Ratio), kita dapat
memperkirakan jenis tanah dengan bantuan grafik sebagai
berikut:
47
Prosedur Uji SPT
48
Peralatan Uji SPT
49
Peralatan Uji SPT
51
Koreksi Hasil Uji SPT
Hasil uji SPT sangat dipengaruhi oleh jenis alat. Hal lain yang
juga berpengaruh adalah efisiensi tenaga alat dan operator
pelaksana uji.
Menurut SNI 4153 – 2008, hasil uji SPT perlu dikoreksi untuk
hal-hal berikut ini:
CN: faktor koreksi terhadap tegangan vertikal efektif
CE: faktor koreksi terhadap rasio tenaga hammer
CB: faktor koreksi terhadap diameter bor
CR: faktor koreksi untuk panjang batang SPT
CS: faktor koreksi terhadap tabung sampler
52
Koreksi Hasil Uji SPT
53
Koreksi Hasil Uji SPT
54
Interpretasi Hasil Uji SPT
Nilai N-SPT dapat dihubungkan secara empiris
dengan beberapa parameter tanah lainnya seperti:
relative density (Dr), nilai perlawanan ujung qc yang
didapat dari sondir, dan lain-lain.
Hasil uji SPT sebaiknya perlu dicek-ulang dengan
hasil lainnya, misalnya dari uji sondir dan
pengeboran tanah.
Pada tanah lempung lunak hasil percobaan
penetrasi statis seperti sondir lebih dapat dipercaya
daripada hasil percobaan penetrasi dinamis seperti
SPT.
55
N-SPT
vs
kedalaman
56
57
Korelasi Empiris Data SPT
Pada tanah berpasir:
58
Korelasi Empiris Data SPT
Pada tanah lempung atau lanau:
59
Korelasi Empiris Data SPT
(untuk tanah pasir)
60
Korelasi Empiris Data SPT
(untuk tanah lempung)
61
Referensi Wajib untuk CPT dan SPT
62
Latihan Soal #2
Interpretasi Hasil Uji SPT
END
Any questions??