Anda di halaman 1dari 11

HIDROGEOLOGI

KELAS – C
TIPE KARST & AKUIFER DI KARST

Dosen Pengampu :
Emma Yuliani, ST., MT., Ph.D

Disusun oleh :
Ridho Fahreza Rahawarin
205060407111046

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK PENGAIRAN
TAHUN 2023
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1
1.2 Tujuan...........................................................................................................1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Tipe Karst......................................................................................................2
2.1.1 Karst Lapies.......................................................................................2
2.1.2 Karst Split..........................................................................................2
2.1.3 Karst Parit..........................................................................................2
2.1.4 Karst Palung.......................................................................................3
2.1.5 Karst Speleothem...............................................................................3
2.1.6 Fitokarst.............................................................................................3
2.1.7 Karst Surupan.....................................................................................3
2.1.8 Karst Uvala........................................................................................4
2.1.9 Karst Polje..........................................................................................4
2.1.10 Karst Jendela......................................................................................4
2.2 Akuifer Karst.................................................................................................4
2.3 Sistem Hidrologi Akuifer Karst.....................................................................5
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan....................................................................................................8
DAFTAR
PUSTAKA.......................................................................................................................... 9

i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Karst merupakan istilah dalam bahasa Jerman yang diturunkan dari bahasa Slovenia
(kras) yang berarti lahan gersang berbatu. Istilah ini di negara asalnya sebenarnya tidak
berkaitan dengan batugamping dan proses pelarutan, namun saat ini istilah kras telah diadopsi
untuk istilah bentuklahan hasil proses perlarutan. Ford dan Williams (1989) mendefini-sikan
karst sebagai medan dengan kondisi hidrologi yang khas sebagai akibat dari batuan yang
mudah larut dan mempunyai porositas sekunder yang berkembang baik.

Karst dicirikan oleh :

1. Terdapatnya cekungan tertutup dan atau lembah kering dalam berbagai ukuran dan
bentuk,
2. Langkanya atau tidak terdapatnya drainase/ sungai permukaan, dan
3. Terdapatnya goa dari sistem drainase bawah tanah.

Karst tidak hanya terjadi di daerah berbatuan karbonat, tetapi terjadi juga di batuan
lain yang mudah larut dan mempunyai porositas sekunder (kekar dan sesar intensif), seperti
batuan gipsum dan batugaram. Namun demikian, karena batuan karbonat mempunyai sebaran
yang paling luas, karst yang banyak dijumpai adalah karst yang berkembang di batuan
karbonat. Oleh karenanya bahsan buku ini selanjutnya hanya akan menguraikan karst batuan
karbonat.

1.2 Tujuan
1. Mengenali tipe karst
2. Mengetahui kondisi akuifer pada karst

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Tipe Karst


Sebagaimana kita ketahui bahwa klasifikasi karst terdapat karst mayor dan karst
minor. Karst mayor berisi 6 macam karst antara lain lapies, split, parit, palung,
speleothem, dan fitokarst. Sedangkan karst minor terdapat 4 jenis karst antara lain
surupan, uvala, polje, dan jendela. Uraian jenis-jenis karst adalah sebagai berikut;

2.1.1 Karst Lapies


Lapies adalah jenis karst dalam klasifikasi karst mayor. Karst lapies merupakan
dataran yang menjulang dari dasar ke permukaan dengan dikelilingi oleh lembah
merata di sisinya. Datarn karst lapies memiliki bentuk tidak rata. Bentuk tidak rata
ini disebabkan oleh pelarutan yang tidak seimbang antara air dengan vegetasi.
Permukaan batugamping mengalami penggerusan hingga terjadi larutan asam yang
menyebabkan terjal.

Karst lapies sulit untuk diisi oleh vegetasi tanaman menjalar. Biasanya, tanaman
yang tumbuh dengan sendirinya pada daerah dataran karst lapies hanya lumut dan
rerumputan. Karst lapies yang berada di Indonesia biasanya dijumpai di Wonogiri,
Palangkaraya, Bau-bau, Ternate, dan Wamena.

2.1.2 Karst Split


Karst split pertama kali ditemukan oleh ahli geograf asal Jerman bernama Ritter
pada tahun 1979. Dirinya mengemukakan bahwa karst split adalah dataran dengan
celah pelarutan yang berkembang dari pelarutan batugamping. Unsur senyawa
kimiawi yang berpengaruh besar pada efek pelarutan tersebut adalah
karbondioksida dan nitrogen.

2.1.3 Karst Parit


Karst parit adalah bagian daripada bentuk karst dalam klasifikasi mayor yang
berbentuk panjang. Namun yang pastinya, jikalau mampu untuk diperhatikan
bentuk yang panjang ini menyerupai suatu parit pada permukiman penduduk.

2
2.1.4 Karst Palung
Karst palung adalah dataran karst yang memiliki permukaan bebatuan dengan
tekstur kasar. Pembentukan karst palung ini melalui proses pelarutan vertikal ke
bawah. Dinamakan karst palung karena terinspirasi dari definisi palung itu sendiri
yaitu dasar yang menjulang dalam ke bawah. Dalamnya karst palung dapat
mencapai hingga 100 meter.

Karst palung dapat terjadi pada permukaan batuan yang memiliki tingkat
kecuraman lereng yang rendah sampai cenderung datar. Struktur pembentuk karst
palung didominasi oleh vegetasi semak-semak. Persebaran karst palung di
Indonesia dapat ditemukan di daerah Tebingtinggi (Sumatera Utara), Pekanbaru
(Riau), Bandar Lampung (Lampung), Cimahi (Jawa Barat), Wonogiri (Jawa
Tengah), dan Sajingan Besar (Kalimantan Barat).

2.1.5 Karst Speleothem


Karst speleothem pertama kali dikemukakan oleh geograf asal Belanda bernama
Sanders pada tahun 1981. Karst speleothem dapat ditemukan di dalam gua. Ciri
khas yang menonjol pada dataran karst speleothem adalah terdapatnya endapan
berwarna putih berbentuk seperti tetesan air dan terdapat pada langit-langit gua.

Endapan tersebut disebut sebagai stalagtit dan stalagmite. Kandungan unsur


senyawa kimia yang mendominasi karst speleothem adalah kalsium karbonat
(CaCO3). Presipitasi air di lapisan tanah yang terjadi pada langit-langit gua
mengendap oleh kalsium karbonat sehingga membentuk karst speleothem.

2.1.6 Fitokarst
Fitokarst adalah dataran karst yang bentuknya berkelok-kelok dengan ditandai
dengan beberapa lubang yang saling berinteraksi. Batas antara lubang tersebut
ditandai dengan ketajaman bunga karang. Bunga karang bukan merupakan salah
satu jenis tanaman, melainkan batugamping yang larut karena proses
pengendapan.

2.1.7 Karst Surupan

3
Karst surupan merupakan jenis karst minor yang pertama. Karst surupan memiliki
karakteristik lonjong atau oval. Karst surupan dapat dibedakan menjadi doline
mangkok, doline corong, dan doline sumuran.

2.1.8 Karst Uvala


Karst uvala adalah penyebutan untuk daerah dataran karst yang memiliki bentuk
tertutup berupa kumpulan dari beberapa doline. Karst uvala memiliki dinding
curam dan berbatu, sehingga mustahil terdapat vegetasi yang berada di area ini.

2.1.9 Karst Polje


Karst polje adalah jenis dataran karst yang memiliki dasar berbentuk sedimen.
Batuan sedimen yang dibatasi oleh drainase (aliran air) terbentuk dari sistem
hidrologi alogenik. Karst polje terbentuk karena adanya patahan impermeable.

2.1.10 Karst Jendela


Karst jendela pertama kali ditemukan oleh ahli geograf asal Jerman bernama
Twidale pada tahun 1976. Karst jendela adalah karst yang menghubungkan
reruntuhan batuan dari luar dan dalam gua. Jadi bentuknya seperti jendela.

2.2 Akuifer Karst


Akuifer dapat diartikan sebagai suatu formasi geologi yang mampu menyimpan dan
mengalirkan airtanah dalam jumlah yang cukup pada kondisi hidraulik gradien tertentu
(Acworth, 2001). Cukup artinya adalah mampu mensuplai suatu sumur ataupun mata air
pada suatu periode tertentu. Jika formasi karst dapat menyimpan dan mengalirkannya
sehingga sebuah sumur atau mataair mempunyai debit air yang cukup signifikan, maka
sah-sah saja jika formasi karst tersebut disebut sebagai suatu akuifer. Perdebatan
mengenai hal ini sudah terjadi terutama pada masa-masa lampau dan solusi yang ada
biasanya tergantung dari sudut hidrogeologis mana kita memandangnya. Selanjutnya, dua
hal ekstrim pada akuifer karst adalah adanya sistem conduit dan diffuse yang hampir tidak
terdapat pada akuifer jenis lain (White, 1988). Ada kalanya suatu formasi karst
didominasi oleh sistem conduit dan ada kalanya pula tidak terdapat lorong-lorong conduit
tetapi lebih berkembang sistem diffuse, sehingga hanya mempunyai pengaruh yang sangat
kecil terhadap sirkulasi airtanah karst. Tetapi, pada umumnya suatu daerah karst yang
berkembang baik mempunyai kombinasi dua element tersebut. Gambar 2.1 menunjukkan

4
sistem conduit, diffuse, dan campuran pada formasi karst. Selain itu menurut Gillison
(1996) terdapat satu lagi sistem drainase di daerah karst yaitu sistem rekahan (fissure).

Gambar 2.1. Diffuse, campuran dan conduit airtanah karst (Domenico and Schwartz,
1990)

2.3 Sistem Hidrologi Akuifer Karst

Gambar 2.2. Sistem aliran internal pada akuifer karst (White, 1988)
Seperti dijelaskan pada Pendahuluan, sistem hidrologi di daerah karst didominasi oleh pola
diffuse dan conduit. Selanjutnya Gambar 2.2 mengilustrasikan skema sistem aliran internal
akuifer karst.

5
Pada Gambar 2.2 bagian atas adalah permukaan tanah, dan diasumsikan memiliki tiga
komponen daerah tangkapan air yaitu: dari formasi karst itu sendiri, daerah lain non-karst
yang berdekatan (contoh: aliran allogenic), dan masukan dari bagian atas formasi karst
(misal: sungai yang masuk/tertelan) atau masukan langsung secara vertikal. Sebagian hujan
akan terevapotranspirasikan dan sisanya akan masuk ke akuifer karst sebagai limpasan
allogenic, limpasan internal dan infiltrasi rekahan-rekahan kecil (diffuse infiltration). Hujan
yang masuk harus menjenuhkan tanah dan zone rekahan/epikarst sebelum masuk ke zona
vadose. Sungai yang tertelan dan masuk melalui ponor pada lembah/doline biasanya langsung
membentuk lorong conduit dan dapat berkembang sebagai saluran terbuka atau pipa-pipa
vadose. Selain itu, air yang dialirkan dari dari daerah tangkapan hujan atau dari aquifer yang
bertengger diatas formasi karst (jika ada) biasanya akan langsung menuju zone vadose
melalui lorong-lorong vertikal. Akhirnya, aliran tersebut dapat bergabung dengan lorong
conduit dari masukan lain, dan ada pula yang menjadi mataair bila kondisi topografi
memungkinkan. Ilustrasi perkembangan conduit disajikan pada Gambar 2.3

Imbuhan yang mempunyai sifat diffuse bergerak secara seragam kebawah melalui rekahan-
rekahan yang tersedia (fissure). Jika sistem diffuse oleh fissure berkembang baik, maka dapat
dipastikan bahwa proses infiltrasi pada zona epikarst berlangsung dengan baik. Pada karst
yang berkembang baik, fissure sudah menjadi satu sistem dengan conduit (mixed-Gambar 2)
dan memasok aliran airnya ke lorong-lorong conduit. Gambar 2.4 menunjukkan perbedaan
tipe aliran antara sistem diffuse dan conduit.

Gambar 2.3. Perkembangan lorong conduit (Sumber: water.usgs.gov/.../


jbm_exchangematrix.htm)

6
Gambar 2.4. Sistem aliran conduit vs sistem aliran diffuse (White, 1988)

7
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Secara umum karst dapat didefinisikan sebagai medan dengan karakteristik hidrologi dan
bentuk lahan yang diakibatkan oleh kombinasi dari batuan mudah larut dan mempunyai
porositas sekunder yang berkembang baik. Karst sebenarnya tidak hanya terjadi di batuan
karbonat, namun sebagian besar karst berkembang di batu gamping. Ciri utama kawasan
karst adalah terdapatnya cekungan-cekungan tertutup yang disebut sebagai dolin. Apabila
dolin saling menyatu membentuk uvala. Di beberapa tempat, dolin dapat terisi air
membentuk danau dolin. Kenampakan permukaan daerah karst selain doline dan uvala
adalah polje, ponor, pinacle, menara karst, atau kubah karst.

8
DAFTAR PUSTAKA

Haryono, E, Tjahyo N.A., GEOMORFOLOGI DAN HIDROLOGI KARST :


https://www.studocu.com/id/document/universitas-gunadarma/termodinamika-teknik/
buku-ajar-karst-indonesia/11943370

Anda mungkin juga menyukai