Puji Syukur pada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat karuniaNya, maka
makalah Mata Kuliah Geomorfologi yang berjudul Ruang Morologi Gunungapi ini
telah selesai tepat pada waktunya. Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas.
Makalah ini berisi tentang apa itu geomorfologi beserta ilmu yang terkait. Dalam
penyusunan dan penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa masih banyak
terdapat kesalahan oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca dan sifatnya membangun guna memperbaiki. Penulis mengharapkan
semoga makalah ini dapat membantu para pembaca umumnya dan penulis khususnya
untuk mengetahui dan memperluas wawasan mengenai proses geomorfologi.
Penulis
1
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .........................................................................................1
1.3 Tujuan ............................................................................................................1
BAB 2 ISI
2.1 Bentang Lahan Karst .....................................................2
2.2 Karstifikasi Dan Syarat Terbentuknya Karst........................................................4
2.3 Sinkhole .....................................6
2.4 Klasifikasi Karst.........................................6
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan ...................................................................................................8
3.2 Daftar Pustaka ..............................................................................................8
2
BAB I
PENDAHULUAN
Kita dapat menentukan bidang gua-gua dalam istilah yang sesuai dengan bentuk
lahan dan dihubungkan dengan proses bentuk bumi. Daerah karst umumnya dicirikan
dengan adanya closed depression, drainase permukaandan gua. Daerah ini dibentuk
terutama oleh pelarutan batuan, kebanyakan batu gamping yang lazim dan relatif
mendekati. Tetapi pelarutan batuan terjadi di litologi lain, terutama batuan karbonat lain
misalnya dolomit, dalamevaporit seperti halnya gips dan halite, dalam silika seperti
halnya batupasir dan kuarsa, dan di basalt dan granitdimana ada bagian yang kondisinya
cenderung terbentuk gua (favourable). Semua tersebut diatas adalah benar-benar karst.
Daerah karst dapat juga terbentuk oleh proses yang lain - cuaca, kegiatan hidrolik,
pergerakan tektonik, air dari pencairan salju dan pengosongan batu cair (lava). Karena
proses dominan dari kasus tersebut adalah bukan pelarutan, kita dapat memilih untuk
penyebutan bentuk lahan yang cocok adalah pseudokarst (karst palsu).
Oleh karena itulah penulis mengangkat makalah yang berhubungan dengan bentanglam
Karst (gua) yang merupakan salah satu kajian yang perlu kami perhatiakn dan pelajari
lagi.
3
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.3.1 Penulis dan pembaca mengetahui apa itu bentang alam kars
4
BAB II
PEMBAHASAN
Karst merupakan salah satu bentang lahan yang ada di permukaan bumi ini.
Bentang lahan karst terbentuk oleh adanya proses karstifikasi pada batuan karbonat
dan evaporit yang mudah tersolusi seperti batu gamping, dolomit, marbel, gypsum,
dan halite (Veni, 2001; Waltham, 2005; Parise, 2007). Bentang lahan karst ini
depresi tertutup, singkapan batuan berlubang dan mata air yang besar (Ford dan
Williams, 2007).
Sistem karst tersebar pada berbagai morfologi lahan seperti pegunungan, mata
air pada lembah yang dalam, dataran, hingga pantai (Litwin dan Andreychouk,
2007). Lebih lanjut Ford dan Williams (2007) mendefinisikan istilah lahan karst
sebagai suatu lahan yang memiliki bentuk dan hidrologi khusus yang muncul oleh
kombinasi pelarutan batuan yang tinggi dan porositas sekunder yang terbentuk
dengan baik.
5
2.2 KARSTIFIKASI DAN SYARAT TERBENTUKNYA KARST
Karstifikasi adalah proses kerja air terutama secara kimiawi, meskipun secara mekanik
pula yang menghasilkan kenampakan-kenampakan topografi karst (Ritter, 1979). Karstifikasi
atau proses pembentukan bentuklahan karst didominasi oleh proses pelarutan. Proses
pelarutan batugamping diawali oleh larutnya CO2 didalam air membentuk H2CO3. Larutan
H2CO3 tidak stabil terurai menjadi H dan HCO3 . Ion H inilah yang selanjutnya
menguraikan CaCO3 menjadi Ca2+ dan HCO32-. Berikut adalah faktor-faktor yang dapat
mendorong terbentuknya karst.
Rekahan batuan merupakan jalan masuknya air membentuk drainase vertical dan
berkembangnya sungai bawah tanah serta pelarutan yang terkonsentrasi.
Curah hujan merupakan media pelarut utama dalam proses karstifikasi. Semakin besar
curah hujan, semakin besar media pelarut, sehingga tingkat pelarutan yang terjadi dibatuan
karbonat juga semakin besar. Ketinggian batu gamping terekspos dipermukaan menentukan
sirkulasi/drainase secara vertikal. Walaupun baugamping mempunyai lapisan tebal tetapi
hanya terekspos beberapa meter diatas muka laut, karstifikasi tidak akan terjadi. Drainase
vertikal akan terjadi jika jarak antara permukaan batuganping dengan muka air tanah atau
6
batuan dasar dari batugamping semakin besar. Semakin tinggi permukaan batugamping
terekspos, semakin besar jarak antara permukaan batugamping dengan muka air tanah dan
semakin baik sirkulasi air secara vertikal, serta semakin intensif pula karstifikasi.
Temperatur mendorong proses karstifikasi terutama dalam aktivitas organisme. Daerah
dengan temperature hangat seperti di daerah tropis merupakan daerah yang ideal bagi
perkembangan organisme yang selanjutnya menghasilkan CO2 dalam tanah yang melimpah.
2.3 SINKHOLE
Sinkhole terbentuk pada bentang lahan karst yang tersingkap ke permukaan (Rose
dkk, 2004). Istilah sinkhole digunakan untuk menjelaskan sebuah bentukan negatif pada
bentang lahan karst dimana tanah ataupun air dapat masuk pada tempat tersebut (Waltham
dkk, 2005). Singkhole memiliki bentuk yang bervariasi dari cekungan landai hingga bentuk
sumuran dengan dinding yang terjal dan dalam. Bentuk dari sinkhole tersebut sangat
oleh empat hal pokok yaitu proses pelarutan batuan dasar, runtuhan batuan, pencucian
tanah penutup, dan runtuhan tanah penutup. Sementara itu Rose dkk (2004) menyimpulkan
secara garis besar pembentukan sinkhole disebabkan oleh tiga hal yaitu : runtuhan ruang
7
goa alami atau buatan manusia, pelebaran doline secara lambat dan gradual oleh proses
pelarutan, adanya pemukiman dan erosi internal bahan isian suatu doline.
Klasifikassi karst secara umum telah dikategorikan menjadi tiga kelompok, antara lain :
1) Klasifikasi cvijic
a. Holokarst, merupakan karst dengan perkembangan sempurna, baik dari sudut pandang
bentuklahannya maupun hidrologi bawah permukaannya. Terjadi bila perkembangan karst
secara horizontal dan vertical tidak terbatas,batuan karbonat masif dan murni dengan kekar
vertikal yang menerus dari permukaan hingga batuan dasarnya, serta tidak terdapat batuan
impermeable yang berarti. Di Indonesia karst tipe ini jarang ditemukan karena besarnya
curah hujan menyebabkan sebagian besar karst terkontrol oleh proses fluvial.
b. Merokarst, merupakan karst dengan perkembangan tidak sempurna atau parsial dengan
hanya mempunyai sebagian cirri bentuklahan karst. Merokarst berkembang di batugamping
yang relatif tipis dan tidak murni, serta khususnya nila batugamping diselingi oleh lapisan
batuan napalan. Perkembangan secara vertical tidak sedalam perkembangan holokarst
dengan evolusi relief yang cepat. Erosi lebih dominan dibandingkan pelarutan dan sungai
permukaan berkembang. Merokarst pada umunya tertutup oleh tanah, tidak ditemukan dolin,
goa, swllow hole berkembang hanya setempat-setempat. Sistem hidrologi tidak kompleks,
alur sungai permukaan dan bawah permukaan dapat dengan mudah diidentifikasi. Drainase
bawah tanah terhambat oleh lapisan impermeable. Contoh karst tipe ini yang terdapat di
indonesia adalah karst disekitar Rengel Kabupaten Tuban.
8
Sewu (Gunungkidul, Wonogiri, dan Pacitan), Karst Karangbolong (Gombong), dan Karst
Maros (Sulsel).
3) KLASIFIKASI SWEETING
a. True karst, merupakan karst dengan perkembangan sempurna. Karst yang sebenarnya
harus meupakan karst dolin yang disebabkan oleh pelarutan karst secara vertical. Semua
kast yang bukan tipe karst dolin dikatakan sebagai deviant. Contohnya adalah karst Dinaric
b. Fluvio karst, dibentuk oleh kombinasi proses fluvial dan proses pelarutan. Fluvio karst
pada umumnya terjadi pada daerah batugamping yang dilalui oleh sungai alogenik (sungai
berhilir di daerah non karst). Sebaran batu gamping baik secara vertical maupun lateral jauh
lebih kecil dari pada true karst. Permukaan batugamping pada umumnya tertutup oleh tanah
yang terbentuk oleh proses erosi dan sedimentasi proses fluvial. Singkapan batugamping
ditemukan bila telah terjadi erosi yang terjadi karena penggundulan hutan. Lembah sungai
permukaan dan ngarai banyak ditemukan. Bentukan hasil dari proses masuknya sungai
permukaan ke bawah tanah dan keluarnya kembali sungai bawah ke permukaan merupakan
fenomena yang banyak dijumpai (lembah buta dan lembah saku).
c. Glasiokarst, merupakan karst yang terbentuk karena karstifikasi yang didominasi oleh
proses glasiasi dan pross glacial di daerah batugamping. Terdapat di daerah berbatugamping
yang pernah ,mengalami proses glasiasi. Dicirikan oleh kenampakan hasil penggogosan,
erosi, dan sedimentasi glacier. Hasil erosi glacier pada umumnya membentuk limstoe
pavement. Erosi lebih intensif terjadi disekitar kekar menghasilkan cekungan dengan lereng
terjal memisahkan pavement satu dengan yang lainnya. Dolin terbentuk terutama oleh hujan
salju. Contohnya karst di lereng atas pegunungan alpen.
9
d. Nival karst, merupakan karst yang terbentuk karena karstifikasi oleh hujan salju pada
lingkunagn glacial dan periglasial.
e. Tropical karst, merupakan karst yang terbentuk pada daerah tropis. Tropical karst secara
umum dibedakan menjadi kegelkarst dan turmkarst.
Bentang lahan karst memiliki peran yang sangat penting bagi lingkungan. Bentang
lahan karst menyediakan jasa ekosistem seperti air bersih, bahan-bahan material, dan
menjadi agen pengendali perubahan iklim (Brinkmann dan Jo Garren, 2011). Disamping
sumberdaya air, kawasan karst memiliki berbagai sumber daya yang sangat potensial untuk
dikembangkan seperti sumberdaya lahan, sumberdaya hayati, dan potensi bentang lahan
baik permukaan ataupun bawah permukaan (Suryatmojo, 2006). Kawasan karst memiliki
fungsi ekosistem yang serupa dengan hutan rimba yaitu sebagai pengatur tata air khususnya
air bawah tanah dan penyimpan potensi karbon. Kerusakan lingkungan pada bentang lahan
karst seperti akibat penambangan akan mengakibatkan matinya sumber air bawah tanah
yang berlimpah
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
11
Karst memiliki sumber daya yang berlimpah yang tentunya sanagt
mendatangkan keuntungan.
http://geo.fis.unesa.ac.id/web/index.php/en/geomorfologi-karst
http://wiwinalmeellah.blogspot.com/2010/05/geomorfologi-karst.html
MAKALAH
Morfologi Karst
DisusunOleh :
270110130046
12
GEOLOGI B
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2013/2014
13