Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM

GEOLOGI DASAR
BATUAN METAMORF

DISUSUN OLEH :

NAMA : DIVO DWI BRAMANTYO

NIM : 2009086008

PRODI : TEKNIK GEOLOGI

KELOMPOK : 08 ( DELAPAN )

NAMA ASISTEN : YULIANA BULAN SITUNTUN

LABORATORIUM GEOLOGI DAN SURVEI

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MULAWARMAN

SAMARINDA

2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Batuan metamorf ialah batuan yang sifatnya telah berubah selepas pembentukanasalnya
melalui proses yang bertindak didalam bumi atau oleh jasad-jasad dari planetlain.
Perubahan ini mungkin merangkumi perubahan didalam mineral yang
membentuk batuan atau perubahan dalam berkaitan antara mineral tersebut, yaitu
tekstur batuan.

Pembentukan batuan metamorf sangat kompleks, akibat bergerak lempeng-lempeng


tektonik dan tumbukan fragmen-fragmen kerak, batuan terkoyak, tertarik,terlipat,
terpanaskan dan berubah. Oleh karena perubahannya dalam keadaan padat,umumnya
jejak-jejak bentuk awalnya masih dapat dikenali, meskipun telah mengalami perubahan
lebih dari sekali. Batuan metamorf paling menarik diantara batuan lainnya, karena di
dalamnya tersimpan cerita semua yang telah terjadi pada kerak bumi. Saat lempeng
tektonik bertumbukan, terbentuklah batuan metamorf tertentu sepanjang batas lempeng.
Sehingga dengan mempelajarinya, kita dapat mengetahui dimana batas benua
sebelumnya, serta telah berapa lama tektonik berlangsung.

Proses metamorfisme adalah proses perubahan batuan yang sudah ada


menjadi batuan metamorf karena perubahan tekanan dan temperatur yang besar. Batuan 
asal dari batuan metamorf tersebut dapat berupa batuan beku, batuan sedimen dan
batuan metamorf sendiri yang sudah ada. Kata metamorf sendiri adalah perubahan
bentuk. Agen atau media yang menyebabkan terjadinya proses metamorfisme adalah
panas, tekanan dan cairan kimia aktif. Sedangkan perubahan yang terjadi pada batuan
meliputi tekstur dan komposisi mineral.

Oleh karena itu pada praktikum kali ini kita akan belajar cara mendeskripsi batuan
metamorf, mengetahui proses terbentuknya serta kegunaan dalam kehidupan sehari-
hari.
1.2 Tujuan Praktikum

- Untuk mengetahui genesa pembentukan dari batu marmer.


- Untuk mengetahui kegunaan batu filit.
- Untuk mengetahui kegunaan batu serpentinite.
BAB II
TINJAUAN PUSAKA

Batuan Metamorf adalah batuan telah mengalami berubahan dikarenakan adanya


penambahan tekanan dan temperatur. Dalam bahasa yunani meta adalah terubah dan
morpho adalah bentuk. Batuan metamorf mengalami perubahan mineralogi dan struktur
oleh metamorfisme dan langsung terjadi dari fase padat tanpa melalui fase cair.
(Turner, 1954)

Batuan metamorf yang berasal dari batuan induk yang lain, dapat berupa batuan beku,
batuan sedimen, maupun batuan metamorf sendiri yang telah mengalami
proses/perubahan mineralogi, tekstur maupun struktur sebagai akibat pengaruh
temperatur dan tekanan yang tinggi. Proses metamorfosa terjadi dalam fasa padat, tanpa
mengalami fasa cair dengan temperatur 200o C - 650 o C. Menurut (Sastroprawiro, 2011)
perubahan dalam batuan metamorf adalah hasil rekristalisasi dan dari rekristalisasi
tersebut akan terbentuk kristal – kristal baru, begitupula pada teksturnya. Tipe
metamorfosa dibagi 4 jenis yaitu:

- Metamorfosa Kataklastik
Metamorfosa kataklastik adalah metamorfosa yang diakibatkan oleh deformasi
mekanis, seperti yang terjadi pada dua blok batuan yang mengalami pergeseran
satu dan lainnya di sepanjang suatu zona sesar/patahan.
- Metamorfosa Burial
Metamorfosa burial adalah metamorfosa yang terjadi apabila batuan sedimen
yang berada pada kedalaman tertentu dengan temperaturnya diatas 300o C serta
absennya tekanan diferensial.
- Metamorfosa Kontak
Metamorfosa kontak adalah metamorfosa yang terjadi didekat intrusi batuan
beku dan merupakan hasil dari kenaikan temperatur yang tinggi dan
berhubungan dengan intrusi batuan beku
- Metamorfosa Regional
Metamorfosa regional adalah metamorfosa yang terjadi pada wilayah yang
sangat luas dimana tingkat deformasi yang tinggi dibawah tekanan diferensial.
Dalam proses pembentukan batuan metamorf adanya perubahan himpunan mineral dan
tekstur batuan dalam keadaan (fasa) padat (solid slate) pada suhu diatas 200o C dan
tekanan 300 Mpa. Proses metamorfisme yaitu:

- Proses perubahan fisik yang menyangkut struktur dan tekstur oleh tenaga
kristaloblasstik (tenaga dari sedimen-sedimen kimia untuk menyuun susunan
sendiri).
- Proses-proses perubahan susunan mineralogi, sedangkan susunan kimianya tetap
(isokimia) tidak ada perbuahan komposisi kimiawi, tapi hanya perubahan ikatan
kimia.

Tahap-tahap proses metamorfisme:

- Rekristalisasi
Proses ini dibentuk oleh tenaga kristaloblastik, di sini terjadi penyusunan
kembali kristal-kristal dimana elemen-elemen kimia yang sudah ada sebelumnya
- Reorientasi
Proses ini dibentuk oleh tenaga kristaloblastik, di sini pengorientasian kembali
dari susunan kristal-kristal, dan ini akan berpengaruh pada teksur dan struktur
yang ada.

Pengenalan batuan metamorf dapat dilakukan melalui kenampakan-kenampakan yang


jelas pada singkapan dari batuan metamorf yang merupakan akibat dari tekanan-tekanan
yang tidak sama. Batuan-batuan tersebut mungkin mengalami aliran plastis, peretakan
dan pembutiran atau rekristalisasi. Beberapa tekstur dan struktur di dalam batuan
metamorf mungkin diturunkan dari batuan pre-metamorfik (seperti: cross bedding),
tetapi kebanyakan hal ini terhapus selama metamorfisme. Penerapan dari tekanan yang
tidak sama, khususnya jika disertai oleh pembentukan mineral baru, sering
menyebabkan kenampakan penjajaran dari tekstur dan struktur. Jika planar disebut
foliasi. Seandainya struktur planar tersebut disusun oleh lapisan-lapisan yang menyebar
atau melensa dari mineral-mineral yang berbeda tekstur, misal: lapisan yang kaya akan
mineral granular (seperti: felspar dan kuarsa) berselang-seling dengan lapisan-lapisan
kaya mineral-mineral tabular atau prismatik (seperti: feromagnesium), tekstur tersebut
menunjukkan sebagai gneis. Seandainya foliasi tersebut disebabkan oleh penyusunan
yang sejajar dari mineral-mineral pipih berbutir sedang-kasar (umumnya mika atau
klorit) disebut skistosity. Pecahan batuan ini biasanya sejajar dengan skistosity
menghasilkan belahan batuan yang berkembang kurang baik. (Graha,1987)

Struktur adalah kenampakan hubungan antar bagian batuan yang berbeda. Macam-
macam struktur merupakan hubungan antar butir penyusun dalam batuan tersebut,
antara lain dibedakan menjadi 2 macam yaitu:

- Berfoliasi bila pada batuan metamorf terdapat penjajaran mineral-mineral yang


terdapat dalam batuan tersebut
- Non-foliasi bila pada batuan metamorf tidak terdapat penjajaran mineral-mineral
yang terdapat dalam batuan tersebut.
(Firdaus, 2011).

Batuan metamorf atau batuan malihan adalah batuan yang terbentuk akibat proses
perubahan temperatur dan/atau tekanan dari batuan yang telah ada sebelumnya. Akibat
bertambahnya temperatur dan/atau tekanan, batuan sebelumnya akan berubah tektur dan
strukturnya sehingga membentuk batuan baru dengan tekstur dan struktur yang baru
pula. Contoh batuan tersebut adalah batu sabak atau slate yang merupakan perubahan
batu lempung. Batu marmer yang merupakan perubahan dari batu gamping. Batu kuarsit
yang merupakan perubahan dari batu pasir.Apabila semua batuan-batuan yang
sebelumnya terpanaskan dan meleleh maka akan membentuk magma yang kemudian
mengalami proses pendinginan kembali dan menjadi batuan-batuan baru lagi (Endarto,
2005).

Batuan metamorf merupakan ubahan dari batuan beku dengan batuan sedimen dan
sehingga mineral yang terkandung masih ada yang pada batuan beku dan batuan
sedimen. Selain batuan metamorf, sedimen dan batuan beku terdapat satu lagi jenis
batuan yang sangat unik yaitu batuan piroklastik, Hal ini dikarenakan secara genetis,
kelompok batuan ini lebih dekat dengan batuan ekstrusif, tetapi secara deskriptif dan
cara terjadinya memperlihatkan ciri (struktur dan tekstur) yang mirip dengan kelompok
batuan sedimen klastik. Kelompok batuan ini di definisikan sebagai batuan yang
dihasilkan (secara langsung) oleh aktifitas erupsi secara eksplosif dari gunung api.
Karena mempunyai sifat yang unik, maka terminologi yang digunakan untuk pemerian
batuan ini juga khusus. Pada umumnya batuan malihan ini lebih keras dan kompak
daripada batuan asalnya. Struktur baru dan bahkan mineral baru dapat terbentuk pada
proses ini. Tetapi ia masih dapat memperlihatkan beberapa karakteristik batuan asalnya.
Kenampakan lain akibat proses metamorfosis ini adalah cleavage, schistocity dan
foliation, perlengkungan dan retakan (Mason,R. 1989).

Berbagai macam proses yang terjadi pada pembentukan batuan metamorf


mempengaruhi rupa atau bentuk batuan itu. Salah satunya adalah tekstur. Tekstur pada
batuan metamorf disebut dengan mineral metamorf yang terjadi karena kristalnya
tumbuh dalam suasana padat oleh karena itu disebut dengan blastos atau
blastik/idioblastik. Pada dasarnya tekstur pada batuan metamorf terbagi menjadi karena
proses rekristalisasi yaitu perubahan butiran halus menjadi kasar dan proses reorientasi
terbagi ke dalam skistositas atau foliansi terjadi oleh karena mineral yang pipih atau
membentang tersusun dalam bidang-bidang tertentu yakni bidang sekistsis (Endarto,
2005).

Suatu batuan mungkin mengalami beberapa perubahan lingkungan sesuai dengan


waktu, yang dapat menghasilkan batuan polimetamorfik. Sifat-sifat yang mendasar dari
perubahan metamorfik adalah batuan tersebut terjadi selama batuan berada dalam
kondisi padat. Perubahan komposisi di dalam batuan kurang berarti pada tahap ini,
perubahan tersebut adalah isokimia yang terdiri dari distribusi ulang elemen-elemen
lokal dan volatil diantara mineral-mineral yang sangat reaktif. Pendekatan umum untuk
mengambarkan batas antara diagenesa dan metamorfisme adalah menentukan batas
terbawah dari metamorfisme sebagai kenampakan pertama dari mineral yang tidak
terbentuk secara normal di dalam sedimen-sedimen permukaan, seperti epidot dan
muskovit. Walaupun hal ini dapat dihasilkan dalam batas yang lebih basah. Sebagai
contoh, metamorfisme shale yang menyebabkan reaksi kaolinit dengan konstituen lain
untuk menghasilkan muskovit. Bagaimanapun juga, eksperimen-eksperimen telah
menunjukkan bahwa reaksi ini tidak menempati pada temperatur tertentu tetapi terjadi
antara 200°C – 350°C yang tergantung pada pH dan kandungan potasium dari
materialmaterial disekitarnya. Mineral-mineral lain yang dipertimbangkan terbentuk
pada awal metamorfisme adalah laumonit, lawsonit, albit, paragonit atau piropilit.
Masing-masing terbentuk pada temperatur yang berbeda di bawah kondisi yang
berbeda, tetapi secara umum terjadi kira-kira pada 150°C atau dikehendaki lebih tinggi.
Di bawah permukaan, temperatur di sekitarnya 150°C disertai oleh tekanan lithostatik
kira-kira 500 bar (Best, M. G, 1982).

Komposisi mineral dalam batuan metamorf dapat dikelompokkan dalam dua macam,
yaitu mineral yang tahan terhadap proses metamorfisme dan mineral baru yang
terbentuk selama atau akibat proses metamorfisme. Contohnya mineral kwarsa adalah
mineral yang sangat stabil dan mampu bertahan terhadap proses metamorfisme
sehingga kwarsa tetap hadir dalam batuan metamorf. Sedangkan mineral lempung akan
berubah menjadi mineral lain selama proses metamorfisme sesuai dengan kondisinya
yang baru. Mineral-mineral yang terdapat pada batuan metamorf, antara lain kwarsa,
mika, feldspar, karbonat,mineral lempung (Firdaus, 2011).

Batuan metamorf memiliki beragam karakteristik. Karakteristik ini dipengaruhi oleh


beberapa faktor dalam pembentukan batuan tersebut;

- Komposisi mineral batuan asal


- Tekanan dan temperatur saat proses metamorfisme
- Pengaruh gaya tektonik
- Pengaruh fluida

Pada pengklasifikasiannya berdasarkan struktur, batuan metamorf diklasifikasikan


menjadi dua, yaitu:

- Foliasi, struktur planar pada batuan metamorf sebagai akibat dari pengaruh
tekanan diferensial (berbeda) pada saat proses metamorfisme.
- Non foliasi, struktur batuan metamorf yang tidak memperlihatkan penjajaran
mineral-mineral dalam batuan tersebut.

Jenis-jenis Metamorfisme:

- Metamorfisme kontak/termal, Metamorfisme oleh temperatur tinggi pada intrusi


magma atau ekstrusi lava.
- Metamorfisme regional, Metamorfisme oleh kenaikan tekanan dan temperatur
yang sedang, dan terjadi pada daerah yang luas.
- Metamorfisme Dinamik, Metamorfisme akibat tekanan diferensial yang tinggi
akibat pergerakan patahan lempeng.
(Azhar, 2009).

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat

- Loop
- Kamera

3.1.2 Bahan

- Alat tulis
- Form deskripsi batuan metamorf

3.2 Prosedur Percobaan

- Diambil sampel batuan yang akan dideskripsi


- Diamati jenis batuan lalu dicatat dalam tabel deskripsi
- Diamati dan dicatat struktur pada sampel batuan
- Diamati dan dicatat tekstur pada sampel batuan
- Diamati dan dicatat komposisi mineral yang terdapat pada sampel batuan
- Dituliskan nama batuan yang telah dideskripsi
- Difoto sampel batuan
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Batuan Metamorf

4.1.1 Deskripsi Batu Marmer

Acara : Identifikasi Batuan Metamorf

Nama : Divo Dwi Bramantyo

NIM : 2009086008

Kelompok : 08 ( Delapan )

Tanggal : 30 November 2020

No. Urut : 01

No. Peraga 01.

- Tipe Metamorfisme : Metamorfisme Regional

- Komposisi Mineral : Kalsit

- Tekstur : Granoblastik

- Nama Batuan : Batu Marmer

- Precursor : Batu Gamping

- Keterangan : Batu marmer dipakai sebagai bahan ornamen dinding


dan lantai juga digunakan untuk pembuatan barang
barang kerajinan.

Samarinda, 30 November 2020

Asisten, Praktikan,
Yuliana Bulan Situntu . Divo Dwi Bramantyo .
NIM. 1709085007 NIM. 2009086008

4.1.2 Deskripsi Batu Filit

Acara : Identifikasi Batuan Metamorf

Nama : Divo Dwi Bramantyo

NIM : 2009086008

Kelompok : 08 ( Delapan )

Tanggal : 30 November 2020

No. Urut : 02

No. Peraga 02

- Tipe Metamorfisme : Metamorfisme Regional

- Komposisi Mineral : Mineral stress (Mika, Kuarsa)

- Tekstur : Lepidoblastik

- Nama Batuan : Batu Filit

- Precursor : Batu Serpih

- Keterangan : Batuan filit biasa digunakan sebagai bahan


isolator/isolasi elektrik yang baik dan tahan terhadap
api, bahan interior dan exterior untuk lantai dan dinding.

Samarinda, 30 November 2020

Asisten, Praktikan,
Yuliana Bulan Situntu . Divo Dwi Bramantyo .
NIM. 1709085007 NIM. 2009086008

4.1.3 Deskripsi Batu Serpentinit

Acara : Identifikasi Batuan Metamorf

Nama : Divo Dwi Bramantyo

NIM : 2009086008

Kelompok : 08 ( Delapan )

Tanggal : 30 November 2020

No. Urut : 03

No. Peraga 03

- Tipe Metamorfisme : Metamorfisme Dinamik

- Komposisi Mineral : Anti stress (Olivin, Serpentine)

- Tekstur : Idioblastik

- Nama Batuan : Batu Serpentinit

- Precursor : Peridotit

- Keterangan : Sangat umum memiliki komposisi batuan berupa


monomineral serpentin

Samarinda, 30 November 2020

Asisten, Praktikan,
Yuliana Bulan Situntu . Divo Dwi Bramantyo .
NIM. 1709085007 NIM. 2009086008

4.2 Pembahasan Batuan

4.2.1 Batuan Marmer

Pada kalangan umum (secara komersial) nama lain batu marmer adalah batu pualam.
Batu marmer termasuk jenis batuan metamorf yang merupakan hasil proses
metamorfosa (batuan malihan) dari batuan asalnya yaitu batu kapur (batu gamping).
Akibat pengaruh temperatur maupun tekanan yang dihasilkan oleh gaya endogen, batu
gamping akan mengalami kristalisasi kembali (rekristalisasi) sehingga menghasilkan
berbagai struktur foliasi maupun non foliasi dan pada akhirnya terbentuklah batu
marmer. Berdasarkan distribusi warnanya, batuan ini terbagi atas 2 jenis yaitu marmer
putih dan marmer berwarna. Marmer putih dihasilkan dari metamorfosa batu kapur
murni atau batu kapur dolomitan. Sedangkan marmer berwarna berasal dari
metamorfosa batu kapur tidak murni. Distribusi warnanya tergantung pada alam dan
impuritasnya (unsur pengotornya). Marmer adalah bahan galian yang sudah sangat
dikenal oleh masyarakat luas, bahkan cukup gencar pula muncul ke permukaan karena
sensasi perburuan jenis marmer tembus cahaya atau biasa disebut dengan batu mulia.
Selain dapat digunakan sebagai batu perhiasan, manfaat marmer yang lainnya yaitu
dapat digunakan untuk membuat tegel, toilet, dinding, serta oramen-ornamen keramik
lainnya. Marmer mempunyai sruktur yang kompak, gugusan kristalnya relatif sama
dengan tekstur halus sampai agak kasar. Marmer di dominasi oleh mineral kalsit
dengan kandungan mineral minor lainnya adalah kuarsa, mika, chlorit, tremolit, serta
silikat lainnya seperti graphit, hematit, juga limonit. Nilai komersil marmer bergantung
kepada warna maupun teksturnya. Marmer berkualitas tinggi adalah berwarna putih
sangat jernih, karena kandungan kalsitnya > 90 %. Sedangkan marmer berwarna abu-
abu dihasilkan karena kandungan grafit pada batuan tersebut, pink-merah akibat adanya
kandungan hematit, kuning-krem sebagai pengaruh dari kandungan limonit. Marmer
juga dicirikan oleh gores arah jurus lapisan grapit atau silikat gelapnya. Berdasarkan
besar butirnya, tekstur batuan ini berkisar halus hingga kasar. Sifat sifat lainnya yang
berpengaruh terhadap kualitas marmer adalah porositas, kekuatan regangan serta
kekuatan terhadap perubahan cuaca ekstrim. Jenis-jenis batu marmer pada umumnya
dibedakan berdasarkan warna, tekstur, serta komposisi mineralnya. Jenis marmer yang
terkenal yaitu "Statuary Marble" (fine texture) bersih putih; "Architectural Marble",
warna tekstur, mutu juga kekuatannya sangat bagus; "Ornamental Marble" yang
warnanya indah; "Onix Marble" jernih yang terdiri atas material organik dan kalsit;
"Cipolin Marble" banyak mengandung mika-talk; "Ruin Marble" teksturnya halus
dengan bentuk kristal tidak teratur; "Breccia Marble" teksturnya kasar dan persegi;
"Shell Marble" terdiri atas fosil-fosil. Secara komersial marmer dikenal juga dengan 2
tipe, yaitu tipe marmer lokal dan tipe marmer impor. Batu marmer lokal pada umumnya
berwarna terang, sedangkan marmer impor warnanya agak gelap, seperti warna coklat.
Tetapi, tidak berarti seluruh marmer impor berwarna gelap. Karena ada juga marmer
asal China memiliki warna hampir sama dengan marmer lokal, seperti warna krem.

Batu marmer atau dikenal juga dengan sebutan batu pualam merupakan batuan
metamorf atau malihan dari batuan asalnya yaitu batu kapur. Proses terjadinya marmer
sangat dipengaruhi oleh temperatur maupun tekanan sehingga menyebabkan terjadinya
kristalisasi kembali (rekristalisasi) pada batuan tersebut sehingga membentuk berbagai
foliasi mapun non foliasi. Akibat rekristalisasi akan menghilangkan struktur asal
batuan, tetapi juga akan membentuk sebuah tekstur baru serta keteraturan butir.
Pembentukan batu marmer di Indonesia terjadi sekitar 30-60 juta tahun lalu atau
berumur Kuarter hingga Tersier.

Sebagai bahan galian yang mempunyai nilai jual tinggi karena ronanya sangat indah,
artistik, serta aspek kuat tekan dan geser yang tinggi menjadikan bahan galian ini
mempunyai pangsa pasar relatif tinggi hingga menengah. Penggunaan marmer biasanya
untuk meja, tegel, hiasan dinding, perlengkapan rumah tangga sepeti guci, lampu hias
dan lain sebagainya. Untuk tegel, dinding, meja memerlukan diameter besar serta
kualitas sangat baik, dalam artian sedikit sekali adanya retakan dan kandungan mineral
bijihnya, sehingga akan menimbulkan kesan dingin walaupun terpapar sinar matahari
sekalipun. Sejak zaman dahulu, marmer sudah memiliki pangsa pasar yang baik,
sehingga perburuan ke lokasi-lokasi penghasil marmer pun cukup tinggi. Italia
merupakan negara penghasil marmer sangat terkenal di dunia, walaupun pada
kenyataannya bahan baku marmer itu sendiri bukan asli Italia tetapi dari negara-negara
lainnya yang dimasukan terlebih dahulu ke Italia. Marmer dari luar tersebut diproses
terlebih dahulu di Italia, kemudian dikemas sedemikian rupa, lalu dipasarkan dengan
merek Italia.

4.2.2 Batuan Filit

Filit merupakan batuan metamorphic berbutir halus yang terbentuk pada temperature
dan tekanan lebih tinggi disbandingkan dengan slate, tetapi pada temperatur dan
tekanan yang lebih rendah dibanding dengan sekis. sering mempunyai suatu permukaan
yang berkerut, terdapat sedikit lipatan karena berhubungan dengan perpecahan yang
preexisting, dan merupakan karakteristik suatu kemilau kehijau-hijauan dalam
kaitannya dengan kehadiran lapisan tipis dari mika dan khlorit dalam jumlah yang
berlimpah limpah.

Filit adalah batuan metamorf yang terbentuk karena di pengaruhi oleh tekanan yang
lebih dominan dibandingkan dengan pengaruh suhu. Namun pengaruh suhu pada filit
lebih besar daripada pada slate. Filit termasuk dalam derajat metamorfisme rendah.
Struktur yang dimiliki adalah berupa struktur foliasi yaitu phylitic, yang hampir sama
dengan slaty cleavage hanya saja mineral dan kesejajarannya sudah mulai agak besar.
Tekstur yang tampak adalah tekstur kristaloblastik berupa nematoblastik, yang di
cirikan susunan mineral saling sejajar dan searah dengan bentuk prismatik dan
ujungujungnya terlihat meruncing. keselarasan mineral-mineral yang pipih memberikan
penampilan reflektif mengkilap pada batuan. Batuan induk dari filit adalah batulempung
yang kaya akan tanah liat atau serpih. Filit termasuk dalam tipe metamorfisme regional
orogenik karena peran tekanan yang dominan sehingga pada batuan terbentuk struktur
yang berfoliasi.

Filit adalah tipe batuan metamorf berfoliasi yang terbuat dari batu sabak yang
termetamorfosis lebih jauh dan menyebabkan mika putih berbutir sangat halus menjadi
memiliki orientasi tertentu Filit memiliki komposisi utama berupa kuarsa, serisit mika,
dan klorit. Filit terdiri dari lapisan-lapisan mika berbutir halus yang memiliki orientasi
tertentu, sedang batusabak terdiri dari lapisan-lapisan lempeng yang sangat halus
dengan orientasi tertentu, dan sekis mempunyai lapisan lapisan yang tebal dengan
orientasi tetentu.
Batuan-batuan berfoliasi tersebut menggambarkan gradasi dalam derajat metamorfisme
dimulai dari batu sabak hingga sekis. Filit adalah tipe batuan matamorf berfoliasi yang
terbuat dari batu sabak yang termetamorfosis lebih jauh dan menyebabkan mika putih
berbutir sangat halus menjadi memiliiki orientasi tertentu. Karena batuan filit ini berasal
dari batuan slate, pembentukan batuan filit material utamanya yaitu batuan shale.

Filit sebagai bahan isolator/isolasi elektrik dan bahan bangunan. Batu filit merupakan
bahan isolator yang baik dan tahan terhadap api. Sebagai bahan bangunan, biasanya
batu filitik di gunakan sebagai bahan interior dan exterior untuk lantai dan dinding serta
untuk bahan atap.

Filit tidak memiliki kegunaan industri yang penting. Itu tidak cukup kuat untuk
berfungsi dengan baik sebagai batu yang dihancurkan. Namun, lembaran filit kadang-
kadang dipangkas dan digunakan sebagai batu lanskap, paving atau trotoar. filit dapat
memberikan informasi berharga tentang kondisi geologi di mana suatu wilayah
geografis atau massa batuan pernah mengalami di masa lalu. Ini adalah batuan
metamorf tingkat rendah yang mengungkapkan batas atas panas dan tekanan di mana
batuan itu terpapar.
4.2.3 Batuan Serpentinit

Serpentinit adalah batuan yang terdiri dari satu atau lebih mineral kelompok serpentine.
Mineral dalam kelompok ini dibentuk oleh serpentinisasi, hidrasi dan transformasi
metamorfik dari batuan ultrabasa yang berasal dari mantel bumi. Alterasi mineral sangat
penting di dasar laut pada batas lempeng tektonik.

Serpentinisasi adalah proses metamorfik geologi suhu rendah yang melibatkan panas
dan air di mana batuan ultramafik dan mafik dengan kandungan silika yang rendah
teroksidasi (oksidasi anaerobik dari Fe2 + oleh proton-proton air yang mengarah ke
pembentukan H2) dan dihidrolisis dengan air menjadi serpentinit. Peridotit, termasuk
dunit, yang berada di dan dekat dasar laut dan di sabuk pegunungan diubah menjadi
serpentin, brusit, magnetit, dan mineral lainnya - beberapa mineral langka seperti
awaruit (Ni3Fe), dan bahkan besi murni. Dalam proses tersebut sejumlah besar air
diserap ke dalam batuan sehingga meningkatkan volume dan menghancurkan struktur.
Asal Batuan beku basa , bewarna Hijau terang / gelap, Ukuran butir Medium grained,
Struktur Non foliasi, Komposisi Serpentine, Ciri khas Kilap berminyak dan lebih keras
dibanding kuku jari,selain itu perubahan kondisi lingkungan, batu yang dipanaskan dan
bertekanan jauh di dalam permukaan bumi. serpentinit terbentuk dari panas yang
ekstrim yang disebabkan oleh magma atau oleh tabrakan intens dan gesekan lempeng
tektonik.

Namanya diduga berasal dari warna hijau ular-seperti-nya. Serpentine bukan hanya batu
permata, melainkan, itu adalah sekelompok mineral yang mencakup hingga 20 anggota
terkait yang berbeda. Meskipun ada berbagai serpentin, hanya ada dua struktur agregat
dasar ular yang meliputi antigorite dan chrysotile.
Antigorite adalah platy berbagai serpentine, biasanya lebih solid dan gemmy dari
chrysotile. Chrysotile adalah kelompok berserat mineral serpentine yang dapat dibagi
menjadi empat varietas yang berbeda berdasarkan kristalisasi. chrysotile berserat sangat
baik adalah salah satu dari banyak jenis asbes; asbes diketahui menyebabkan
'Asbestosis', suatu kondisi yang mematikan dari paru-paru yang disebabkan oleh
inhalasi dari serat chrysotile baik. Sejak asbes diakui sebagai bahaya kesehatan, hanya
bentuk antigorite dari ular digunakan sebagai batu permata. mineral serpentine adalah
perubahan metamorf dari peridotit dan piroksen, dan karena perubahan mungkin tidak
lengkap dalam banyak kasus, sifat fisik masing-masing spesimen dapat sangat
bervariasi. kualitas batu permata serpentine (antigorite) sering disebut sebagai
'serpentine mulia' atau ular 'berharga'.

Serpentine adalah silikat magnesium dasar, dengan banyak spesimen yang mengandung
zat besi juga. Unsur-unsur lain dalam jumlah kecil juga dapat hadir, termasuk kromium,
nikel dan kobalt. Kebanyakan batu serpentine yang tembus ke buram dengan skor
kekerasan yang dapat berkisar 2,5-5,5, tergantung pada komposisi yang tepat.
Serpentine cukup lembut dan ringan, dengan berat jenis (density) mulai 2,44-2,62, yang
sedikit lebih rendah dari kuarsa.

Metamorf yang terbentuk dari mineral serpentin akibat perubahan basalt dasar laut yang
bertekanan tinggi pada temperatur rendah. Mineral serpentin tergolong dalam kelas
mineral Silikat yaitu Phyllosilicates. Batuan Serpentinit sering digunakan untuk batu
hias dan dipakai untuk industri mineral. Batuan ini banyak ditemukan di negara Swedia,
Italia, Rusia, di wilayah California, dan pertambangan Norberg. Mineral Serpentin
mengandung chrysotile yaitu mineral serpentin yang mengkristal membentuk serat tipis
yang panjang. Mineral serpentin memiliki beberapa senyawa kimia antara lain:

Antigorite; (Mg, Fe)3 Si2 O5 (OH)4

Clinochrysotile; Mg3 Si2 O5 (OH)4

Lizardite; Mg3 Si2 O5 (OH)4

Orthochrysotile; Mg3 Si2 O5 (OH)4

Parachrysotile; (Mg,Fe)3 Si2 O5 (OH)4


Mineral utama adalah serpentin, mineral tambahan adalah mineral bijih, dan mineral
sisa yaitu olivine serta piroksen. Warna dari batu ini yaitu hijau terang sampai dengan
hijau kekuningan. Struktur dari batu yaitu masif, kadang-kadang terdapat struktur sisa
dari peridotit. Dengan tekstur lamelar, selular, tekstur sisa dari piroksen (bastit). Tipe
metamorfosa yaitu tipe metamorfosa regional.

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan pada praktikum, dapat disimpulkan


bahwa:

- Batu marmer atau dikenal juga dengan sebutan batu pualam merupakan batuan
metamorf atau malihan dari batuan asalnya yaitu batu kapur. Proses terjadinya
marmer sangat dipengaruhi oleh temperatur maupun tekanan sehingga
menyebabkan terjadinya kristalisasi kembali (rekristalisasi) pada batuan tersebut
sehingga membentuk berbagai foliasi mapun non foliasi. Akibat rekristalisasi
akan menghilangkan struktur asal batuan, tetapi juga akan membentuk sebuah
tekstur baru serta keteraturan butir. Pembentukan batu marmer di Indonesia
terjadi sekitar 30-60 juta tahun lalu atau berumur Kuarter hingga Tersier.
- Filit sebagai bahan isolator/isolasi elektrik dan bahan bangunan. Batu filit
merupakan bahan isolator yang baik dan tahan terhadap api. Sebagai bahan
bangunan, biasanya batu filitik di gunakan sebagai bahan interior dan exterior
untuk lantai dan dinding serta untuk bahan atap.
- Batuan Serpentinit sering digunakan untuk batu hias dan dipakai untuk industri
mineral. Batu serpentinit juga dimanfaatkan sebagai batuan baku pupuk

5.2 Saran

Sebaiknya video pembelajaran direkam menggunakan kamera agar gambar yang


dihasilkan lebih bagus sehingga praktikan akan lebih mudah melihat hasil dari deskripsi
yang dilakukan dalam video, dan sebaiknya dibuat skrip narasi lebih dulu agar asisten
yang melakukan deskripsi lebih terarah dalam menarasikan isi videonya serta
menghindari kebingungan saat menjelaskan deskripsi.

DAFTAR PUSTAKA

Azhar. 2009. Petunjuk Praktikum Petrologi. Tim Geologi. Yogyakarta.

Best, M. G. 1982. Igneuos and metamorphic petrology. New York : W. H. Freeman

Drs.Firdaus, M.Si. 2011. Modul Pratikum Geologi Dasar. Universitas Haluoleo:


Kendari.

Endarto, Danang. 2005. Mineralogi. Jakarta.

Graha, Doddy Setya. 1987. Batuan dan Mineral. Bandung.

Mason, R. 1989. Petrology of the Metamorphic rocks. London: Unwinhyman


LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai