Anda di halaman 1dari 24

KEMENTERIAN PENDIDIKAN KEBUDAYAAN RISET DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI

PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR


ACARA IV: PENGENALAN BATUAN METAMORF

LAPORAN

OLEH:
AXEL TOTTONG
D061221094

GOWA
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Geologi adalah salah satu cabang ilmu kebumian yang mempelajari
tentang bumi dan segala isi di dalamnya. Kajian di dalam geologi meliputi sejarah
terbentuknya Bumi beserta dengan bahan struktur dan proses yang menyertainya.
Ruang lingkup objek kajian geologi mulai dari sesuatu yang sekecil atom hingga
sesuatu yang sebesar benua atau samudra. Metamorfosa yang terjadi pada batuan
sendiri merupakan suatu proses dimana suatu benda berupah bentuk dari bentuk
satu ke bentuk yang lainnya. Dalam metamorfosis batu ini, proses metamorfosis
terdari dari bermacam- macam dan tidak hanya satu saja Merupakan kelompok
ilmu yang membahas tentang sifat-sifat dan bahan-bahan yang membentuk
bumi, struktur, proses-proses yang bekerja baik didalam maupun diatas
permukaan bumi, kedudukannya di Alam semesta serta sejarah
perkembangannya sejak bumi ini lahir di alam semesta hingga sekarang. Ilmu
ini mempelajari dari benda-benda sekecil atom hingga ukuran benua, samudra,
cekungan dan rangkaian pegunungan.
Di bumi ini banyak batuan yang menjadi penyusun kerak bumi. Batuan
tersebut merupakan kumpulan-kumpulan mineral yang mengalami asosiasi.
Batuan tersebut dibedakan menurut cara keterbentukannya. Keterbentukan
batuan ada yang melalui proses kristalisasi magma dan proses sedimentasi.
Batuan Metamorf adalah merupakan batuan y a n g h a s i l d a r i u b a h a n a t a u
t r a n s f o r m a s i d a r i s u a t u t i p e b a t u a n y a n g s u d a h a d a sebelumnya
(protolith) oleh suatu proses yang dinamakan metamorfosis atau perubahan
bentuk.
Oleh karena itu dilakukan praktikum batuan metamorf agar praktikan dapat
mengetahui struktur, tekstur, fasies metamorf, dan penamaan batuan metamorf.
1.1 Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dari praktikum ini ialah agar para praktikan memahami

secara terperinci mengenai batuan metamorf dan klasifikasinya.

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah:

1. Praktikan mengetahui apa itu batuan metamorf

2. Praktikan dapat mendeskripsikan batuan metamorf berdasarkan komposisi

kimia dan material yang ada pada batuan metamorf

3. praktikan dapat mengidentifikasi jenis-jenis batuan metamorf

1.2 Manfaat Praktikum


Mengenal dan memahami batuan metamorf lebih dalam
1.3 Alat dan Bahan

1. Buku penuntun

2. Lembar kerja praktikum

3. komperator

4. ATK

5. Penggaris

6. Kamera

7. Batu peraga
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Batuan Metamorf

Kata “metamorfosa” berasal dari bahasa Yunani, yaitu “metamorphism”


dimana “meta” yang artinya “berubah” dan “morph” yang artinya “bentuk”.
Dengan demikian pengertian “metamorfosa” dalam geologi adalah merujuk pada
perubahan dari kelompok mineral dan tekstur batuan yang terjadi dalam suatu
batuan yang mengalami tekanan dan temperatur yang berbeda dengan tekanan dan
temperatur saat batuan tersebut pertama kalinya terbentuk. Sebagai catatan bahwa
istilah “diagenesa” juga mengandung arti perubahan yang terjadi pada batuan
sedimen.

2.2 Tipe Metamorfisme

1. Metamorfosa Kataklastik adalah metamorfosa yang diakibatkan oleh


deformasi mekanis, seperti yang terjadi pada dua blok batuan yang mengalami
pergeseran satu dan lainnya disepajang suatu zona sesar / patahan. Panas yang
ditimbulkan oleh gesekan yang terjadi disepanjang zona patahan inilah yang
mengakibatkan batuan tergerus dan termetamorfosokan disepanjang zona ini.
Metamorfosa kataklastik jarang dijumpai dan biasanya menyebaran terbatas
hanya disepanjang zona sesar.
2. Metamorfosa Burial adalah metamorfosa yang terjadi apabila batuan sedimen
yang berada pada kedalaman tertentu dengan temperaturnya diatas 300° C
serta absennya tekanan diferensial. Pada kondisi tersebut maka mineral-
mineral baru akan berkembang, akan tetapi batuan tampak seperti tidak
mengalami metamorfosa. Mineral utama yang dihasilkan dalam kondisi
tersebut adalah mineral zeolite. Metamorfosa burial umumnya saling overlap
dengan diagenesa dan akan berubah menjadi metamorfosa regional seiring
dengan meningkatnya tekanan dan temperatur.
3. Metamorfosa Kontak adalah metamorfosa yang terjadi didekat intrusi batuan
beku dan merupakan hasil dari kenaikan temperatur yang tinggi dan
berhubungan dengan intrusi batuan beku. Metamorfosa kontak hanya terjadi
disekeliling intrusi yang terpanaskan oleh magma dan bagian kontak ini
dikenal sebagai “aureole metamorphic”. Derajat metamorfosa akan meningkat
kesegala arah kearah luar dari tubuh intrusi. Metamorfosa kontak biasanya
dikenal sebagai metamorfosa yang bertekanan rendah dan temperatur tinggi
dan batuan yang dihasilkan seringkali batuan berbutir halus tanpa foliasi dan
dikenal sebagai hornfels.
4. Metamorfosa Regional adalah metamorfosa yang terjadi pada wilayah yang
sangat luas dimana tingkat deformasi yang tinggi dibawah tekanan diferensial.
Metamorfosa jenis ini biasanya akan menghasilkan batuan metamorf dengan
tingkat foliasi yang sangat kuat, seperti Slate, Schists, dan Gneisses. Tekanan
diferensial berasal dari gaya tektonik yang berakibat batuan mengalami
tekanan (kompresi), dan tekanan ini umumnya berasal dari dua masa benua
yang saling bertumbukan satu dengan lainnya. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa batuan metamorfosa regional terjadi pada inti dari rangkaian
pegunungan atau pegunungan yang mengalami erosi. Hasil dari tekanan
kompresi pada batuan yang terlipat dan adanya penebalan kerak dapat
mendorong batuan kearah bagian bawah sehingga menjadi lebih dalam yang
memiliki tekanan dan temperatur lebih tinggi. (Noor,2012).

2.3 Tekstur dan Struktur Batuan Metamorf

1. Tekstur Batuan Metamorf Penilaian tekstur batuan metamorf berhubungan


dengan ukuran, bentuk, dan susunan butir mineral batuan tersebut. Tekstur
umum yang paling sering dijumpai adalah
a. Tekstur Relic (sisa) Tekstur batuan metamorf yang masih menunjukan sisa
tekstur batuan asalnya. Penamaannya dengan memberi awalan blasto
(kemudian disambung dengan nama tekstur sisa), misalnya: tekstur
Blastoporfiritik. Penamaan lainnya dengan memberi awalan ”meta”, misalnya
Metasedimen, Metagraywacke, Metavulkanik, dsb.
b. Tekstur Kristaloblastik Tekstur kristoblastik adalah setiap tekstur yang
terbentuk pada saat metamorfosa. Penamaannya dengan memberi akhiran
blastik. Penamaan ini dipakai untuk memberikan nama tekstur yang terbentuk
oleh rekristalisasi proses metamorphosis. Misalnya, tekstur porfiroblastik,
yaitu batuan metamorf yang memperlihatkan tekstur mirip porfiritik pada
batuan beku, tapi tekstur ini betul-betul akibat rekristalisasi metamorfosis.
2. Struktur Batuan Metamorf
a. BerFoliasi, Foliasi adalah lapisan-lapisan pada batuan metamorf yang
berbentuk seperti belahan. Merupakan penjajaran dari komposisi mineralnya.

Gambar 2.1 Batuan Metamorf Foliasi

• Slaty cleavage. Struktur foliasi planar yang dijumpai pada bidang belah batu
sabak/slate, mineral mika mulai hadir, batuannya disebut slate (batutulis).
• Phylitic. Rekristalisasi lebih kasar daripada slaty cleavage, batuan lebih
mengkilap daripada batusabak (mulai banyak mineral mika), mulai terjadi
pemisahan mineral pipih dan mineral granular meskipun belum begitu
jelas/belum sempurna, batuannya disebut Phyllite (Filit).
• Sekisose. Struktur perulangan dari mineral pipih dan mineral granular, mineral
pipih orientasinya menerus/tidak terputus, sering disebut dengan close
Sekisosity, batuannya disebut Sekis.
• Gneisose. Struktur perulangan dari mineral pipih dan mineral granular, mineral
pipih orientasinya tidak menerus/terputus, sering disebut dengan open
Sekisosity, batuannya disebut Gneis.
b. Non-Foliasi, merupakan batuan metamorf yang tidak memiliki lapisan-lapisan
sehingga tidak terlihat penjajaran mineral-mineral penyusun batuan tersebut.

Gambar 2.2 Batuan metamorf NonFoliasi

• Granulose, struktur nonfoliasi yang terdiri dari mineral-mineral granular.


• Hornfelsik, struktur nonfoliasi yang dibentuk oleh mineral-mineral
equidimensional dan equigranular, tidak terorientasi, khusus akibat
metamorfosa termal, batuannya disebut Hornfels.
• Cataclastic, struktur nonfoliasi yang dibentuk oleh pecahan/fragmen batuan
atau mineral berukuran kasar dan umumnya membentuk kenampakan
breksiasi, terjadi akibat metamorfosa kataklastik, batuannya disebut Cataclasite
(Kataklasit).
• Mylonitic, struktur nonfoliasi yang dibentuk oleh adanya penggerusan mekanik
pada metamorfosa kataklastik, menunjukan goresan-goresan akibat
penggerusan yang kuat dan belum terjadi rekristalisasi mineral-mineral primer,
batuannya disebut Mylonite (Milonit).
• Phyllonitic, gejala dan kenampakan sama dengan milonitik tetapi butirannya
halus, sudah terjadi rekristalisasi, menunjukan kilap silky, batuannya disebut
Phyllonite (Filonit). (Zikri.2018).
2.4 Mineral Penciri Batuan Metamorf

Mineral-mineral yang terdapat pada batuan metamorf dapat berupa mineral


yang berasal dari batuan asalnya maupun dari mineral baru yang terbentuk akibat
proses metamorfisme sehingga dapat digolongkan menjadi 3, yaitu:

1. Mineral yang umumnya terdapat pada batuan beku dan batuan metamorf
seperti c, biotit, hornblende, piroksen, olivin dan bijih besi.
2. Mineral yang umumnya terdapat pada batuan sedimen dan batuan metamorf
seperti kuarsa, muskovit, mineral-mineral lempung, kalsit dan dolomit.
3. Mineral indeks batuan metamorf seperti garnet, andalusit, kianit, silimanit,
stautolit, kordierit, epidot dan klorit. (Zuhdi,2019)

2.5 Fasies Metamorfisme

Konsep fasies metamorfik diperkenalkan oleh Eskola, 1915 (Bucher &


Frey, 1994). Eskola mengemukakan bahwa kumpulan mineral pada batuan
metamorf merupakan karakteristik genetik yang sangat penting sehingga terdapat
hubungan antara kumpulan mineral dan kompisisi batuan pada tingkat metamorfosa
tertentu. Dengan kata lain sebuah fasies metamorfik merupakan kelompok batuan
yang termetamorfosa pada kondisi yang sama yang dicirikan oleh kumpulan
mineral yang tetap. Tiap fasies metamorfik dibatasi oleh tekanan dan temperatur
tertentu serta dicirikan oleh hubungan teratur antara komposisi kimia dan
mineralogi dalam batuan.

Facies merupakan suatu pengelompokkan mineral-mineral metamorfik


berdasarkan tekanan dan temperatur dalam pembentukannya pada batuan
metamorf. Setiap facies pada batuan metamorf pada umumnya dinamakan
berdasarkan jenis batuan (kumpulan mineral), kesamaan sifat-sifat fisik atau kimia.
Metamorfisme dapat terjadi pada tekanan rendah.
Gambar 2.3 Fasies Metamorfisme

• Zeolite fasies (LP / LT)

The zeolit fasies adalah fasies metamorf dengan terendah grade metamorf.
Pada suhu dan tekanan rendah proses dalam batu disebut diagenesis.

• Prehnite-pumpellyite-fasies (LP / LT)

The prehnite-pumpellyite fasies adalah sedikit lebih tinggi tekanan dan


temperatur daripada fasies zeolit. Hal ini dinamai dari mineral prehnite (a Ca - Al -
phyllosilicate) dan pumpellyite (a sorosilicate)

• Greenschist fasies (MP / MT)

Greenschist fasies menengah berada pada tekanan dan temperatur. The


fasies ini dinamai khas schistose tekstur dari batu dan warna hijau mineral klorit,
epidote dan actinolite

• Amphibolite-fasies (MP / MT-HT)

The amphibolite fasies adalah fasies tekanan menengah dan rata-rata suhu
tinggi. Hal ini dinamai amphiboles yang terbentuk dalam keadaan seperti itu.
• Granulite fasies (MP / HT)

The granulite fasies adalah nilai tertinggi di metamorphism tekanan


menengah. Kedalaman di mana hal ini terjadi tidak konstan. Karakteristik mineral
fasies ini dan pyroxene-hornblende fasies adalah orthopyroxene

• Blueschist fasies (MP-HP/LT)

The blueschist fasies berada pada suhu relatif rendah, tetapi tekanan tinggi,
seperti terjadi pada batuan di zona subduksi. The fasies ini dinamai menurut
karakter schistose bebatuan dan mineral biru glaucophane dan lawsonite

• Eclogite fasies (HP / HT)

The eclogite fasies adalah fasies pada tekanan tinggi dan suhu tinggi. Hal
ini dinamai untuk metabasic batu eclogite

• Albite-epidote-hornfels fasies (LP / LT-MT)

The albite-epidote-hornfels fasies adalah fasies pada tekanan rendah dan


suhu relatif rendah. Ini adalah nama untuk kedua mineral albite dan epidote,
meskipun mereka adalah lebih stabil dalam fasies.

• Hornblende hornfels fasies (LP / MT)

Hornblende-hornfels fasies adalah fasies dengan tekanan rendah yang sama


tapi sedikit lebih tinggi suhu sebagai albite-epidote fasies

• Pyroxen hornfels fasies (LP / MT-HT)

Pyroxene-hornfels fasies adalah fasies metamorf kontak dengan suhu


tertinggi dan adalah, seperti granulite fasies, dicirikan oleh mineral orthopyroxene

• Sanidinite fasies (LP / HT)

The sanidinite fasies adalah fasies langka yang sangat tinggi suhu dan
tekanan rendah. Itu hanya bisa dicapai di bawah metamorf kontak tertentu-keadaan.
Karena suhu tinggi pengalaman batu mencair parsial dan kaca terbentuk.
(Zuhdi,2019).
2.6 Klasifikasi Penamaan Batuan Metamorf

Gambar 2.4 Klasifikasi Batuan Metamorf

Tatanama batuan metamorf secara umum tidak sesismatik penamaan batuan


bekuatau sedimen. Kebanyakan nama batuan metamorf didasarkan pada
kenampakanstruktur dan teksturnya. Untuk memperjelas banyak dipergunakan kata
tambahanyang menunjukkan ciri khusus batuan metamorf tersebut, misalnya
keberadaanmineral pencirinya contohnya sekis klorit atau nama batuan beku yang
mempunyai komposisi yang sama contohnya granite gneiss. Beberapa nama batuan
juga berdasarkan jenis mineral penyusun utamanya contohnya kuarsit atau dapat
pula dinamakan berdasarkan fasies metamorfiknya misalnya granulit. Selain batuan
yang penamaanya berdasarkan struktur, batuan metamorf lainnya yang banyak
dikenal, yaitu:

• Granulit, yaitu tekstur batuan metamorf dengan tekstur granoblastik yang


tersusun oleh mineral utama kuarsa dan felspar serta sedikit piroksen dan
garnet. Kuarsa dan garnet yang pipih kadang dapat menunjukkan struktur
gneiss.
• Marmer, yaitu batuan metamorf dengan komposisi mineral karbonat (kalsit
atau dolomit) dan umumnya bertekstur granoblastik.
• Kuarsit, yaitu batuan metamorf yang mengandung lebih dari 80% kuarsa.
• Soapstone, yaitu batuan metamorf dengan komposisi mineral utama talk.
• Skarn, yaitu marmer yang tidak murni karena mengandung mineral silikat
seperti gamet, epidot. Umumnya terjadi karena perubahan komposisi batuan
disekitar kontak dengan batuan beku.
• Rodingit, yaitu batuan metamorf dengan komposisi silikat yang terjadi kibat
alterasi metasomatik batuan beku basa didekat batuan beku ultrabasa yang
mengalami serpentintasi.
• Amphibolit yaitu metamorf engan besar butir sedang sampai kasar dan mineral
utama penyusunnya adalah amfibol dan plagioklas.
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

3.1.1 Sampel 1

Batuan Slate Pada sampel nomor urut 1 dengan nomor peraga G13
merupakan jenis batuan metamorf dengan warna segar abu-abu kehitaman dan
warna lapuknya adalah coklat. Tekstur nematoblastik karena mineral penyusunnya
berbentuk prismatic. Struktur slaty cleavage karena berbutir sangat halus
(mikrokristalin) yang dicirikan oleh adanya bidang-bidang belah planar yang sangat
rapat, teratur dan sejajar. Komposisi mineral yang terkandung dalam batuan ini
yaitu mineral grafit berbentuk angular dengan warna abu-abu sebanyak 65%.
Dengan fases metamorfisme dinamik, dan nama batuan slate (batu sabak).

3.1.2 Sampel 2

Batuan Gneiss Pada sampel nomor urut 2 dengan nomor peraga 502000
merupakan jenis batuan metamorf dengan warna segar abu-abu kehitaman dan
warna lapuknya adalah coklat kemerahan. Tekstur granoblastik karena mineral
penyusunnya berbentuk granular, batas mineralnya bersifat tidak teratur dan
umumnya kristalnya berbentuk anhedral. Struktur gneissic karena lapisan
penjajaran mineral yang mempunyai bentuk berbeda, umumnya antara mineral-
mineral granuler dengan mineral-mineral tabular atau prismatic, umunya penjajaran
ini tidak menerus melainkan terputus-putus. Komposisi mineral yang terkandung
dalam batuan ini yaitu mineral quarts berbentuk angular dengan warna putih
sebanyak 40%, serta muscovite berbentuk angular dengan warna putih susu
sebanyak 60%. Dengan fases amphibolite, dan nama batuan gneissic (gneiss).
3.1.3 Sampel 3

Pada sampel nomor urut 3 dengan nomor peraga VTCB07 merupakan jenis
batuan metamorf dengan warna segar hijau kehitaman dan warna lapuknya adalah
abu kehijauan. Tekstur kristanoblastik karena terbentuk oleh sebab proses
metamorfisme itu sendiri, batuan ini sudah mengalami rekristalisasi sehingga
tekstur asalnya tidak tampak. Struktur schistosic karena susunan parallel mineral-
mineral pipih, prismatic atau lenticular. Komposisi mineral yang terkandung dalam
batuan ini yaitu kuarsa berbentuk anhedral dengan warna putih sebanyak 45%,
Dengan fases metamorfisme hornfels, dan nama batuan sekis (kuarsit).
3.1.4 Sampel 4

Pada sampel nomor urut 4 dengan nomor peraga E12 merupakan jenis
batuan metamorf dengan warna segar putih susu dan warna lapuknya adalah coklat
kehijauan. Tekstur subhedral karena sebagaian bidang permukaannya sendiri dan
sebagaian oleh bidang permukaan Kristal di sekitarnya. Struktur non foliasi
phylonitic karena memiliki kenampakan kilap sutera pada batuannya. Komposisi
mineral yang terkandung dalam batuan ini yaitu kuarsa berbentuk anhedral dengan
warna putih sebanyak 45%, Dengan fases metamorfisme hornfels, dan nama batuan
sekis (kuarsit).

3.1.5 Sampel 5

Pada sampel nomor urut 5 merupakan jenis batuan metamorf dengan warna
segar hijau kehitaman dan warna lapuknya adalah coklat kehitaman. Tekstur
kristoblastik karena batuan ini terbentuk oleh sebab proses metamorfisme itu
sendiri dan sudah mengalami rekristalisasi sehingga tekstur asalnya tidak tampak.
Struktur non foliasi hornfels karena terbentuk oleh mozaik mineral-mineral
equidimensional dan umumnya berbentuk polygonal. Komposisi mineral yang
terkandung dalam batuan ini yaitu gamet berbentuk granular dengan coklat
kemerahan sebanyak 40%. Dengan fases metamorfisme eclogite, dan nama batuan
eclogite
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
1. Batuan metamorf adalah salah satu kelompok utama batuan yang
merupakan hasil transformasi atau ubahan dari suatu tipe batuan yang telah
ada sebelumnya, protolith, oleh suatu proses yang disebut metamorfisme,
yang berarti 'perubahan bentuk', dimana terjadi perubahan ataualterasi
physical (struktur, tekstur) dan chemical (mineralogical) dari suatu batuan
pada temperatur dan tekanan tinggi dalam kerak bumi atau. Batuan
metamorf adalah batuan yang berasal dari batuan induk yang lain, dapat
berupa batuan beku, batuan sedimen, maupun batuan metamorf sendiri
yang telah mengalami proses perubahan mineralogi, batuan sebelumnya
akan berubah tektur danstrukturnya sehingga membentuk batuan baru
dengan tekstur dan struktur yang baru pula sebagai akibat pengaruh
temperatur dan tekanan yang tinggi.
2. Mineral-mineral yang terdapat pada batuan metamorf dapat berupa mineral
yang berasal dari batuan asalnya maupun dari mineral baru yang terbentuk
akibat proses metamorfisme sehingga dapat digolongkan menjadi 3,yaitu:
• Hornblende
• Biotis
• Plagioclase foldspar
• Pottasium feldspar (orthoclase)
• Mica
• Calcite
3. Jenis-jenis batuan metamorf:
• Batuan metamorf kinetis
• Batuan metamorf pneumatols kontak
• Batuan metamorf kontak

• Batuan metamorf retrograde/diaropteris

• Batuan metamorf hydrothermal

• Batuan metamorf dasar samudera (ocen-floor)


DAFTAR PUSTAKA

Zuhdi, Muhammad.2019.Buku Ajar Pengatar Geologi.


Duta Pustaka Ilmu.
Zikri, Khairul.2018.Geologi Umum.Geografi UNP
Noor, Djauhari.2012.Pengantar Geologi.Universitas Pakuan
LAMPIRAN

1.1 Hasil

1.1.1 Sampel 1

No Urut : 01
Nomor Peraga : G13
Jenis Batuan : Batuan Metamorf
Warna Segar : Abu – abu kehitaman
Warna Lapuk : Cokelat
Tekstur : Kristaloblastik (
Nematoblastik )
Struktur
: Pylith

Nama Mineral Bentuk Warna Komposisi Kimia %

Mineral Grafit Angular Abu - abu 65

Mica Group

Fases Metamorfisme : Fases Dinamik


Nama Batuan : Slate

Sketsa Keterangan
I. Mineral
Grafit
1.1.2 Sampel 2

No Urut : 02
Nomor Peraga : 502000
Jenis Batuan : Batauan Metamorf
Warna Segar : Abu – abu kehitaman
Warna Lapuk : Cokelat
kemerahan
Tekstur : Granoablastik
Struktur
: Gneissic

Nama Mineral Bentuk Warna Komposisi Kimia %

Quartz Angular Putih 40

Muscovite Angular Putih susu 60

Fases Metamorfisme : Amphibolite


Nama Batuan : Batuan Gneissic (Gneiss)

Sketsa Keterangan
I. Muscovite
II. Kristal berlapis
III. Aktinolit
1.1.3 Sampel 3

No Urut : 03
Nomor Peraga : VTCB07
Jenis Batuan : Batuan Metamorf
Warna Segar : Hijau Kehitaman
Warna Lapuk : Abu kehitaman
Tekstur : Kristaloblastik (
Nematoblastik )
Struktur
: Schistosic

Nama Mineral Bentuk Warna Komposisi Kimia %

Aktinolit Angular Hijau 45

Fases Metamorfisme : Amphibolite


Nama Batuan : Batuan Schistosic

Sketsa Keterangan

I. Aktinolit
1.1.4 Sampel 4

No Urut : 04
Nomor Peraga : E12
Jenis Batuan : Batuan Metamorf
Warna Segar : Putih susu
Warna Lapuk : Cokelat kehijauan
Tekstur : Palimset ( Sedimen )
Struktur : Schistosic – Non Foliasi –
Palimset ( Sedimen )

Nama Mineral Bentuk Warna Komposisi Kimia %

Kuarsa Anhedral Putih 45

Fases Metamorfisme : Hornfels


Nama Batuan : Batuan Sekis

Sketsa Keterangan
1.1.5 Sampel 5

No Urut : 05
Nomor Peraga :-
Jenis Batuan : Batuan Metamorf
Warna Segar : Hijau Kehitaman
Warna Lapuk : Cokelat kehitaman
Tekstur : Kristaloblastik (
Granoblastik )
Struktur : Non foliasi (
Hornfelsies)

Nama Mineral Bentuk Warna Komposisi %


Kimia
Garnet Granular Cokelat 40
kemerahan

Ompasit Piroksin Hijau tua 60


group

Fases Metamorfisme : Eclogite


Nama Batuan : Eclogite

Sketsa Keterangan

I. Garnet
II. Klorit

Anda mungkin juga menyukai