Anda di halaman 1dari 25

PRAKTIKUM PETROLOGI

LABORATORIUM BATUAN DAN DINAMIS


JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

STRUKTUR GARIS

MUH. KARNOHA AMIR MARWANSYAH


09320130020
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN DAN DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

STRUKTUR GARIS

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Disadari ataupun tidak kita sadari bahwa bagian luar bumi ini tertutupi oleh
daratan dan lautan dimana bagian dari lautan lebih besar daripada bagian daratan.
Akan tetapi karena daratan adalah bagian dari kulit bumi yang dapat kita amati
langsung dengan dekat maka banyak hal-hal yang dapat pula kita ketahui dengan
cepat dan jelas. Salah satu diantaranya adalah kenyataan bahwa daratan tersusun oleh
beberapa jenis batuan yang berbeda satu sama lain. Dari jenisnya batuan-batuan
tersebut dapat digolongkan menjadi 3 jenis golongan. Mereka adalah : batuan beku
(igneous rocks), batuan sediment (sedimentary rocks), dan batuan
metamorfosa/malihan (metamorphic rocks). Batuan-batuan tersebut berbeda-beda
materi penyusunnya dan berbeda pula proses terbentuknya.
Batuan merupakan salah satu tenaga pembentuk Litosfer atau lapisan terluar
kulit bumi (kerak bumi) yang memiliki ketebalan ± 1.200 km dan terdiri dari lapisan
Silisium dan Alumunium (SiAl) serta Silisium dan Magnesium (SiMg).
Batuan metamorf muncul sebagai hasil metamorfisme batuan batuan yang
telah ada sebelumnya. Agen utama penyebab terjadinya proses metamorfisme dalam
kerak bumi adalah Tekanan, tegangan geser, peningkatan suhu, efek cairan kimia
aktif dan gas.Berat dari sedimen-sedimen overburden akan berpengaruh kecil pada
transformasi, selain pemadatan dan litifikasi yang termassuk cairan pelarut yang
mengankut material-material dan sekaligus berperan sebagai pengikat butiran di
batuan sedimen.

1.2. MAKSUD DAN TUJUAN


1.2.1 Maksud
Maksud dari praktikum ini yaitu agar kami dapat mengetahui karakteristik pada
batuan metamorf dan untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan kita tentang
batuan metamorf.

MUH. KARNOHA AMIR MARWANSYAH


09320130020
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN DAN DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

STRUKTUR GARIS

1.2.2 Tujuan
1. Praktikan dapat memahami definisi batuan metamorf.
2. Praktikan dapat memahami tekstur serta struktur pada batuan metamorf.
3. Praktikan dapat mengklarifikasikan batuan metamorf.
1.3. ALAT DAN BAHAN
1.3.1. Alat
1. Loupe 10x pembesaran
2. Alat Pembanding
3. Alat tulis menulis
4. Kamera (HP)
1.3.2. Bahan
1. Batuan Piroklastik
2. Air
3. Skala Wentworth
4. Skala Fisher
5. Problem Set

BAB II

TEORI DASAR

2.1 Batuan Metamorf

MUH. KARNOHA AMIR MARWANSYAH


09320130020
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN DAN DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

STRUKTUR GARIS

Batuan metamorf (atau batuan malihan) adalah salah satu kelompok utama
batuan yang merupakan hasil transformasi atau ubahan dari suatu tipe batuan yang
telah ada sebelumnya, protolith, oleh suatu proses yang disebut metamorfisme, yang
berarti "perubahan bentuk". Protolith yang dikenai panas (lebih besar dari 150
°Celsius) dan tekanan ekstrem akan mengalami perubahan fisika dan/atau kimia yang
besar. Protolith dapat berupa batuan sedimen, batuan beku, atau batuan metamorf
lain yang lebih tua. Beberapa contoh batuan metamorf adalah gneis, batu sabak, batu
marmer, dan skist.
Batuan metamorf menyusun sebagian besar dari kerak Bumi dan digolongkan
berdasarkan tekstur dan dari susunan kimia dan mineral (fasies metamorf) Mereka
terbentuk jauh dibawah permukaan bumi oleh tegasan yang besar dari batuan
diatasnya serta tekanan dan suhu tinggi. Mereka juga terbentuk oleh intrusi batu
lebur, disebut magma, ke dalam batuan padat dan terbentuk terutama pada kontak
antara magma dan batuan yang bersuhu tinggi.
Penelitian batuan metamorf (saat ini tersingkap di permukaan bumi akibat erosi dan
pengangkatan) memberikan kita informasi yang sangat berharga mengenai suhu dan
tekanan yang terjadi jauh di dalam permukaan bumi.

2.2 Analisis Batuan Metamorf


Batuan asal atau batuan induk baik berupa batuan beku, batuan sedimen
maupun batuan metamorf dan telah mengalami perubahan mineralogi, tekstur serta
struktur sebagai akibat adanya perubahan temperatur (di atas proses diagenesa dan di
bawah titik lebur; 200-350oC < T < 650-800oC) dan tekanan yang tinggi (1 atm < P <
10.000 atm) disebut batuan metamorf. Proses metamorfisme tersebut terjadi di dalam
bumi pada kedalaman lebih kurang 3 km – 20 km. Winkler (1989) menyatakan
bahwasannya proses-proses metamorfisme itu mengubah mineral-mineral suatu
batuan pada fase padat karena pengaruh atau respons terhadap kondisi fisika dan
kimia di dalam kerak bumi yang berbeda dengan kondisi sebelumnya. Proses-proses
tersebut tidak termasuk pelapukan dan diagenesa.

2.3 Pengertian Metamorfisme

MUH. KARNOHA AMIR MARWANSYAH


09320130020
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN DAN DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

STRUKTUR GARIS

Metamorfisme merupakan proses yang menyebabkan perubahan teksture,


mineralogi atau kedua-duanya yang terjadi pada batuan dengan limit bawahnya
diagenesis dan pelapukan dan limit atasnya adalah melting (peleburan). Proses
perubahan teksture yang tidak diiringi oleh perubahan mineraloginya ada 2 macam,
yaitu : Cataclastic dan rekristalisasi. Cataclastic adalah proses penghancuran pada
batuan, sedangkan rekristalisasi adalah proses penyusunan kembali kristal lattice dan
hubungan dalam butir melalui migrasi ion dan deformasi lattice, tanpa disertai
penghancuran butiran. Neocristalisasi adalah proses pembentukan mineral baru yang
tidak terdapat pada batuan metamorf sebelumnya. Proses serupa terjadi juga selama
proses diagenesis. Jadi metamorfisme boleh dikatakan sama dengan diagenesis,
tetapi hanya meliputi proses yang terjadi pada permukaan bumi (p dan t rendah).
Batuan metamorf adalah batuan dengan teksture dan mineral yang
menggambarkan cataclastik, rekristalisasi atau neokristalisasi sebagai respon
terhadap kondisi yang berbeda dari pembentukan batuan tersebut dan proses diantara
diagenesis dan anatexis. Batua asal dari metamorf ini biasa berasal dari batuan beku,
batuan sedimen, maupun batuan metamorf itu sendiri tapi dengan derajat yang lebih
rendah. Metamofisme, dapat juga terjadi pada temperature and pressures yang lebih
tinggi dari 200oC and 300 MPa. Batuan yang terkena proses metamorfisme bisa saja
berada pada kedalaman jauh dari permukaan bumi seperti yang terjadi pada zona
subduksi atau collision. Batas atas dari metamorfisme terjadi pada pressure and
temperature dimana batuan tidak mengalami fasa melting atau peleburan. Jika telah
mengalami melting maka tidak dapat lagi disebut sebagai metamorfisme.

2.4 Pengenalan Batuan Metamorf


Pengenalan batuan metamorf dapat dilakukan melalui kenampakan-
kenampakan yang jelas pada singkapan dari batuan metamorf yang merupakan akibat
dari tekanan-tekanan yang tidak sama. Batuan-batuan tersebut mungkin mengalami
aliran plastis, peretakan dan pembutiran atau rekristalisasi. Beberapa tekstur dan
struktur di dalam batuan metamorf mungkin diturunkan dari batuan pre-metamorfik
(seperti: cross bedding), tetapi kebanyakan hal ini terhapus selama metamorfisme.
Penerapan dari tekanan yang tidak sama, khususnya jika disertai oleh pembentukan
mineral baru, sering menyebabkan kenampakan penjajaran dari tekstur dan struktur.
MUH. KARNOHA AMIR MARWANSYAH
09320130020
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN DAN DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

STRUKTUR GARIS

Jika planar disebut foliasi. Seandainya struktur planar tersebut disusun oleh lapisan-
lapisan yang menyebar atau melensa dari mineral-mineral yang berbeda tekstur,
misal: lapisan yang kaya akan mineral granular (seperti: felspar dan kuarsa)
berselang-seling dengan lapisan-lapisan kaya mineral-mineral tabular atau prismatik
(seperti: feromagnesium), tekstur tersebut menunjukkan sebagai gneis. Seandainya
foliasi tersebut disebabkan oleh penyusunan yang sejajar dari mineral-mineral pipih
berbutir sedang-kasar (umumnya mika atau klorit) disebut skistosity. Pecahan batuan
ini biasanya sejajar dengan skistosity menghasilkan belahan batuan yang
berkembang kurang baik.

Pengenalan batuan metamorf tidak jauh berbeda dengan jenis batuan lain yaitu
didasarkan pada warna, tekstur, struktur dan komposisinya. Namun untuk batuan
metamorf ini mempunyai kekhasan dalam penentuannya yaitu pertama-tama
dilakukan tinjauan apakah termasuk dalam struktur foliasi (ada penjajaran mineral)
atau non foliasi (tanpa penjajaran mineral) (Tabel 3.12). Pada metamorfisme tingkat
tinggi akan berkembang struktur migmatit (Gambar 3.12). Setelah penentuan struktur
diketahui, maka penamaan batuan metamorf baik yang berstruktur foliasi maupun
berstruktur non foliasi dapat dilakukan. Misal: struktur skistose nama batuannya
sekis; gneisik untuk genis; slatycleavage untuk slate/ sabak. Sedangkan non foliasi,
misal: struktur hornfelsik nama batuannya hornfels; liniasi untuk asbes.

Variasi yang luas dari tekstur, struktur dan komposisi dalam batuan metamorf,
membuatnya sulit untuk mendaftar satu atau lebih dari beberapa kenampakkan yang
diduga hasil dari proses metamorfisme. Oleh sebab itu hal terbaik untuk
mempertimbangkan secara menerus seperti kemungkinan banyaknya perbedaan
kenampakan-kenampakan yang ada.

2.5 Proses Pembentukan Batuan Metamorf


Batuan metamorf merupakan batuan hasil malihan dari batuan yang telah ada
sebelumnya yang ditunjukkan dengan adanya perubahan komposisi mineral, tekstur
dan struktur batuan yang terjadi pada fase padat (solid rate) akibat adanya perubahan
temperatur, tekanan dan kondisi kimia di kerak bumi (Ehlers and Blatt, 1982).

MUH. KARNOHA AMIR MARWANSYAH


09320130020
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN DAN DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

STRUKTUR GARIS

Jadi batuan metamorf terjadi karena adanya perubahan yang disebabkan oleh proses
metamorfosa. Proses metamorfosa merupakan suatu proses pengubahan batuan
akibat perubahan tekanan, temperatur dan adanya aktifitas kimia fluida/gas atau
variasi dari ketiga faktor tersebut. Proses metamorfosa merupakan proses isokimia,
dimana tidak terjadi penambahan unsur-unsur kimia pada batuan yang mengalami
metamorfosa. Temperatur berkisar antara 2000 C – 8000 C, tanpa melalui fase cair
(Diktat Praktikum Petrologi, 2006).

Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya metamorfosa adalah perubahan


temperatur, tekanan dan adanya aktifitas kimia fluida atau gas (Huang, 1962).

Perubahan temperatur dapat terjadi oleh karena berbagai macam sebab, antara lain
oleh adanya pemanasan akibat intrusi magmatit dan perubahan gradien geothermal.
Panas dalam skala kecil juga dapat terjadi akibat adanya gesekan atau friksi selama
terjadinya deformasi suatu massa batuan. Pada batuan silikat batas bawah terjadinya
metamorfosa pada umumnya pada suhu 1500 C + 500C yang ditandai dengan
munculnya mineral-mineral Mg – carpholite, Glaucophane, Lawsonite, Paragonite,
Prehnite atau Slitpnomelane. Sedangkan batas atas terjadinya metamorfosa sebelum
terjadi pelelehan adalah berkisar 6500C-11000C, tergantung pada jenis batuan asalnya
(Bucher & Frey, 1994).

Tekanan yang menyebabkan terjadinya suatu metamorfosa bervariasi dasarnya.


Metamorfosa akibat intrusi magmatik dapat terjadi mendekati tekanan permukaan
yang besarnya beberapa bar saja. Sedangkan metamorfosa yang terjadi pada suatu
kompleks ofiolit dapat terjadi dengan tekanan lebih dari 30-40 kBar (Bucher & Frey,
1994).

Aktivitas kimiawi fluida dan gas yang berada pada jaringan antara butir batuan,
mempunyai peranan yang penting dalam metamorfosa. Fluida aktif yang banyak
berperan adalah air beserta karbon dioksida, asam hidroklorik dan hidroflorik.
Umumnya fluida dan gas tersebut bertindak sebagai katalis atau solven serta bersifat
membentuk reaksi kimia dan penyetimbang mekanis (Huang WT, 1962).

2.6 Tipe-Tipe Metamorfosa

MUH. KARNOHA AMIR MARWANSYAH


09320130020
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN DAN DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

STRUKTUR GARIS

Bucher dan Frey (1994) mengemukakan bahwa berdasarkan tatanan


geologinya, metamorfosa dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :

1. Metamorfosa regional / dinamothermal

Metamorfosa regional atau dinamothermal merupakan metamorfosa yang


terjadi pada daerah yang sangat luas. Metamorfosa ini terjadi pada daerah yang
sangat luas. Metamorfosa ini dibedakan menjadi tiga yaitu : metamorfosa orogenik,
burial, dan dasar samudera (ocean-floor).

a. Metamorfosa Orogenik

Metamorfosa ini terjadi pada daerah sabuk orogenik dimana terjadi proses
deformasi yang menyebabkan rekristalisasi. Umumnya batuan metamorf yang
dihasilkan mempunyai butiran mineral yang terorientasi dan membentuk sabuk
yang melampar dari ratusan sampai ribuan kilometer. Proses metamorfosa ini
memerlukan waktu yang sangat lama berkisar antara puluhan juta tahun lalu.

b. Metamorfosa Burial

Metamorfosa ini terjadi oleh akibat kenaikan tekanan dan temperatur pada
daerah geosinklin yang mengalami sedimentasi intensif, kemudian terlipat.
Proses yang terjadi adalah rekristalisai dan reaksi antara mineral dengan fluida.

c. Metamorfosa Dasar dan Samudera

Metamorfosa ini terjadi akibat adanya perubahan pada kerak samudera di


sekitar punggungan tengah samudera (mid oceanic ridges). Batuan metamorf
yang dihasilkan umumnya berkomposisi basa dan ultrabasa. Adanya
pemanasan air laut menyebabkan mudah terjadinya reaksi kimia antara batuan
dan air laut tersebut.

2. Metamorfosa Lokal

Merupakan metamorfosa yang terjadi pada daerah yang sempit berkisar antara
beberapa meter sampai kilometer saja.

MUH. KARNOHA AMIR MARWANSYAH


09320130020
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN DAN DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

STRUKTUR GARIS

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil

3.1.1. Data 01

No. Urut : 01
No. Peraga :-
Jenis Batuan : Batuan Metamorf
Warna Lapuk : Coklat
Warna Segar : Putih
Tekstur Batuan : Kristoblastik ( Granoblastik )
Struktur Batuan : Non Foliasi (Granulose )
Komposisi Mineral :
Nama Warna Bentuk persentase
Mineral Mineral mineral % % % Rata 2
9 9 9
Kalsit Putih tulang Prismatik 90%
0 0 0
1 1 1
Kuarsa Putih bening Prisma segi enam 10%
0 0 0

Nama Batuan : MARMER

MUH. KARNOHA AMIR MARWANSYAH


09320130020
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN DAN DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

STRUKTUR GARIS

3.1.2. Data 02

No. Urut : 02
No. Peraga :-
Jenis Batuan : Batuan Metamorf
Warna Lapuk : Abu- Abu
Warna Segar : Putih
Tekstur Batuan : Kristoblastik ( Nematoblastik)
Struktur Batuan : Foliasi( Monolitik )
Komposisi Mineral :
Nama Warna Bentuk persentase
% % % Rata 2
Mineral Mineral mineral
Kuarsa Putih bening Prisma segi enam 100 100 100 100 %
atau susu

Nama Batuan : KUARSIT

MUH. KARNOHA AMIR MARWANSYAH


09320130020
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN DAN DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

STRUKTUR GARIS

3.1.3. Data 03

No. Urut : 03
No. Peraga :-
Jenis Batuan : Batuan Metamorf
Warna Lapuk : Coklat
Warna Segar : Hitam Keabu-abuan
Tekstur Batuan : Kristoblastik ( Nematoblastik)
Struktur Batuan : Foliasi( Gneistosa )
Komposisi Mineral :
Nama Warna Bentuk persentase
% % % Rata 2
Mineral Mineral mineral
Amphibol Hitam/hijau Memanjang 70 70 70 70%
Mika Coklat Memipih 20 20 20 20%
Plagioklas Putih pucat Prismatik 10 10 10 10%

Nama Batuan : GNEISS

MUH. KARNOHA AMIR MARWANSYAH


09320130020
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN DAN DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

STRUKTUR GARIS

3.1.4. Data 04

No. Urut : 04
No. Peraga :-
Jenis Batuan : Batuan Metamorf
Warna Lapuk : Coklat
Warna Segar : Hijau
Tekstur Batuan : Kristoblastik ( Grano Nematoblastik)
Struktur Batuan : Non Foliasi( Hornferlsik)
Komposisi Mineral :
Nama Warna Bentuk persentase
% % % Rata 2
Mineral Mineral mineral
Garnet Hijau Tabular 55 55 55 55%
% %
Kuarsa Putih bening Prisma segi enam 30 30 30 30 %
% %
Biotit Hitam Memipih 15 15 15 15 %
kehijauan

Nama Batuan : HORNFLESS

MUH. KARNOHA AMIR MARWANSYAH


09320130020
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN DAN DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

STRUKTUR GARIS

3.1.5. Data 05

No. Urut : 05
No. Peraga :-
Jenis Batuan : Batuan Metamorf
Warna Lapuk : Coklat
Warna Segar : Hijau Muda
Tekstur Batuan : Kristoblastik ( Lepidoblastik)
Struktur Batuan : Foliasi( Phylitik)
Komposisi Mineral :
Nama Warna Bentuk persentase
% % % Rata 2
Mineral Mineral mineral
Epidot Hijau muda 60 60 60 60%
Plagioklas Putih susu prismatik 30 30 30 30%
Klorite Hijau 10 10 10 10%

Nama Batuan : FILIT ( PHYLLITE )

3.2 Pembahasan
MUH. KARNOHA AMIR MARWANSYAH
09320130020
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN DAN DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

STRUKTUR GARIS

3.2.1 Data 01

Gambar 3.2.1. Marmer

Pada pendeskripsian batuan percobaan nomor urut 01 ini, dapat kita lihat
jenis batuan ini adalah batuan metamorf yaitu batuan yang terbentuk dari proses
metamorfisme yaitu proses yang terjadi karena adanya pengaruh tekanan dan suhu
yang tinggi. Warna lapuknya adalah coklat yaitu warna yang telah terkontaminasi
dengan udara luar seperti cuaca atau air., serta warna segarnya adalah putih yaitu
warna yang tidak terkontaminasi dengan udara luar atau warna asli batuan. Batuan
ini memiliki tekstur kristoblastik yaitu tekstur yang berasal dari proses rekristalisasi
dimana tekstur batuan asal sudah tidak nampak akibat adanya perubahan bentuk dan
komposisi mineral. Kristoblastik ini dibagi menjadi beberapa bagian namun untuk
batuan ini keristiblastiknya adalah granoblastik (kristal atau mineral mempunyai
bentuk equigranular atau bentuk kristalnya seragam). Strukturnya adalah non
foliasi(tidak ada penjajaran kristal) dan lebih khusunya adalah granulose yaitu
struktur dari minerlnya equigranular tanpa terjadi penjajaran pipih.
Batuan ini memiliki komposisi mineral kalsit dengan warna putih tulang,
bentuknya adalah prismatik dengan persentase 90. Kuarsa warna putih, bentuk
umumnya prisma segi enam serta persentasenya adalah 10%. Nama batuan ini adalah
MARMER.

MUH. KARNOHA AMIR MARWANSYAH


09320130020
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN DAN DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

STRUKTUR GARIS

Marmer atau biasa disebut batu pualam merupakan batuan hasil proses
metamorfosa atau malihan dari batuan asalnya yaitu batu kapur. Pengaruh dari
temperatur dan tekanan yang dihasilkan oleh gaya endogen menyebabkan terjadinya
kristalisasi kembali pada batuan tersebut membentuk foliasi ataupun non foliasi.
Akibat rekristalisasi tersebut akan menghilangkan struktur batukapur dan
membentuk struktur dan tekstur baru. Dari hasil metamorfisme inilah yang
membentuk batukapur menjadi marmer. Marmer banyak ditemukan dipangkep,
sulawesi selatan.
Marmer digunakan sebagai bahan ornamen, bahan utama pembuatan tehel dan
sebagai objek untuk seni pahat dan patung. Sistem pertambangannya dapat
digunakan open pit (tambang terbuka). Dimana marmer dipotong secaea blokdan
dipindahkan ketahap selanjutnya.

MUH. KARNOHA AMIR MARWANSYAH


09320130020
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN DAN DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

STRUKTUR GARIS

3.2.2 Data 02

Gambar 3.2.2. Kuarsit

Pada pendeskripsian batuan percobaan nomor urut 02 ini, dapat kita lihat
jenis batuan ini adalah batuan metamorf yaitu batuan yang terbentuk dari proses
metamorfisme yaitu proses yang terjadi karena adanya pengaruh tekanan dan suhu
yang tinggi. Warna lapuknya adalah abu-abu yaitu warna yang telah terkontaminasi
dengan udara luar seperti cuaca atau air., serta warna segarnya adalah putih yaitu
warna yang tidak terkontaminasi dengan udara luar atau warna asli batuan. Batuan
ini memiliki tekstur kristoblastik yaitu tekstur yang berasal dari proses rekristalisasi
dimana tekstur batuan asal sudah tidak nampak akibat adanya perubahan bentuk dan
komposisi mineral. Kristoblastik ini dibagi menjadi beberapa bagian namun untuk
batuan ini keristiblastiknya adalah nematoblastik (tekstur yang tersusun oleh mineral-
mineral prismatik yang tersusun searah dan teratur). Strukturnya adalah non foliasi
(tidak ada penjajaran kristal) dan lebih khusunya adalah granulose yaitu struktur dari
minerlnya equigranular tanpa terjadi penjajaran pipih.
Batuan ini memiliki komposisi mineral kuarsa warna putih, bentuk umumnya
prisma segi enam dengan kekerasan 7 skala mohs serta persentasenya adalah 100%.
Nama batuan ini adalah KUARSIT.

MUH. KARNOHA AMIR MARWANSYAH


09320130020
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN DAN DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

STRUKTUR GARIS

Kuarsit termasuk salah satu jenis batuan metamorf yang kelas dan kaya akan
mineral-mineral kuarsa. Terbentuk karena batu pasir kuasra atau batu pasir dari urat-
urat kuarsa yang tersemenkan dengan silika menglami proses metamorfisme atau
mendapat tekanan dan temperatur yang tinggi selama jangks waktu lama atau
tertentu. Panas yang intens dan tekanan dar metamorfosis menyebabkan butir kuarsa
untuk kompak dan menjadi erat, sehingga membentuk kuarsit sangat keras dan padat.
Kuarsit terbentuk oleh panas dan tekanan tinggi pada metamorfosis reginal dari
batupasir.Keterdapatan batuan ini terutama diiindonesia terdapat disepanjang pantai
barat sumatra, jawa bagian selatan dan utara juga disulawesi tengah poso.
Kuarsit digunakan di berbagai sektor namun paling berguna adalah insutr.
Sebagai batu hias dan juga kontruksi jalan. Sistem penambangannya digunakan
peralatan secara sederhana antara lain gancu dan linggis.

MUH. KARNOHA AMIR MARWANSYAH


09320130020
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN DAN DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

STRUKTUR GARIS

3.2.3 Data 03

Gambar 3.2.3. GNEISS

Pada pendeskripsian batuan percobaan nomor urut 03 ini, dapat kita lihat
jenis batuan ini adalah batuan metamorf yaitu batuan yang terbentuk dari proses
metamorfisme yaitu proses yang terjadi karena adanya pengaruh tekanan dan suhu
yang tinggi. Warna lapuknya adalah coklat yaitu warna yang telah terkontaminasi
dengan udara luar seperti cuaca atau air., serta warna segarnya adalah hitam keabu-
abuan yaitu warna yang tidak terkontaminasi dengan udara luar atau warna asli
batuan. Batuan ini memiliki tekstur kristoblastik yaitu tekstur yang berasal dari
proses rekristalisasi dimana tekstur batuan asal sudah tidak nampak akibat adanya
perubahan bentuk dan komposisi mineral. Kristoblastik ini dibagi menjadi beberapa
bagian namun untuk batuan ini keristiblastiknya adalah nematoblastik (tekstur yang
tersusun oleh mineral-mineral prismatik yang tersusun searah dan teratur).
Strukturnya adalah foliasi (adanya penjajaran kristal) dan lebih khusunya adalah
gneistosa yaitu struktur foliasi idak menerus dengan ukuran butir sedang himhha
kasar.

MUH. KARNOHA AMIR MARWANSYAH


09320130020
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN DAN DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

STRUKTUR GARIS

Batuan ini memiliki komposisi mineral diantaranya adalah


hornblenda/amphibole berwarna hitam hingga hijau,bentuk umumnya dalah
memanjang dengan persentase 70%, mika berwarna coklat dengan bentuk memipih
dengan persentase 20% serta plagioklas dengan warna puti bentuk prismatik dan
persentase 20%. Nama batuan ini adalah GNEISS.
Gneiss terbentuk pada saatbatuan beku yang berada didalam permukaan bumi
mengalami proses metamorfisme dalam temperatur dan tekanan yang tinggi. Paa
batuan kurang dari 50% dan mineral-mineral menjadi mempunyai bentu penjajaran
yang tipis dan terlipast pada lapisan-lapisan kita dapat melihat bahwasannya tidak
seperti pada batuan schist yang mempunyai penjajaran mineral yang sangat kuat,
batuan gneiss tidak retak atau hancur sepanjang bidang dari pensejajaran mineral
tersebut.
Kegunaan dan manfaat batuan gneiss banyak digunakan untuk membuat
kerajinan seperti asbak, patung dan dapat digunakan juga sebagai agregat atau
sebagai batu untuk bangunan.

MUH. KARNOHA AMIR MARWANSYAH


09320130020
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN DAN DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

STRUKTUR GARIS

3.2.4 Data 04

Gambar 3.2.4. Hornfels

Pada pendeskripsian batuan percobaan nomor urut 04 ini, dapat kita lihat
jenis batuan ini adalah batuan metamorf yaitu batuan yang terbentuk dari proses
metamorfisme yaitu proses yang terjadi karena adanya pengaruh tekanan dan suhu
yang tinggi. Warna lapuknya adalah coklat yaitu warna yang telah terkontaminasi
dengan udara luar seperti cuaca atau air., serta warna segarnya adalah hijau yaitu
warna yang tidak terkontaminasi dengan udara luar atau warna asli batuan. Batuan
ini memiliki tekstur kristoblastik yaitu tekstur yang berasal dari proses rekristalisasi
dimana tekstur batuan asal sudah tidak nampak akibat adanya perubahan bentuk dan
komposisi mineral. Kristoblastik ini dibagi menjadi beberapa bagian namun untuk
batuan ini keristiblastiknya adalah grano nematoblastik (gabungan dari tekstur
granoblastik dan nematoblastik yaitu teksturnya tersusun atas material-material
berbentuk prismatik dan tabular yang terarah). Strukturnya adalah non foliasi (tidak
adanya penjajaran kristal) dan lebih khusunya adalah honfelsik atau kenampakan

MUH. KARNOHA AMIR MARWANSYAH


09320130020
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN DAN DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

STRUKTUR GARIS

dari struktur atau agregasi mineral-mineral equidimencional, tanpa terjadi penjajaran


mineral pipih.
Batuan ini memiliki komposisi mineral diantaranya adalah garnet yang
berwarna hijau, bentuk umumnya tabular (pipih), dan prersentase rata-ratanya 55%.
Kuarsa berwarna putih berbentuk prisma segi enam dengan persentase 30%. Dan
biotit dengan warna hitam dan bentuk umumnya adalah tabular (pipih) dengan
persentase 15%. Nama batuan ini adalah HORNFELS.
Hornfels terbentukketika shale dan clay stone mengalami metamorfosis oleh
temperatur dan intrusi batuan beku. Ketika megma bergerakkeatas dan pada saat
melewati batuan yang ada disekitarnya terutama batuan asal dari hornfels, akan
membuat tekstur dan struktur batuan asalnya beruah total. Membentukbatuan baru
yaitu hornfels. Hrnfels terbentuk dikdekat sumber panas seperti dapur magma.
Hornfels dapat ditemuan di sekitar gunung api. Hornfels bersifat padat tanpa foliasi.
Hornfels dapat digunakan sebagai bahan pndasi bangunan karena
sifatnyayang padat. Tidak ada suatu penambangan secara khusus untuk menambang
hornfels.

MUH. KARNOHA AMIR MARWANSYAH


09320130020
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN DAN DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

STRUKTUR GARIS

3.2.5 Data 05

Gambar 3.2.5. Filit (Phylite)

Pada pendeskripsian batuan percobaan nomor urut 05 ini, dapat kita lihat
jenis batuan ini adalah batuan metamorf yaitu batuan yang terbentuk dari proses
metamorfisme yaitu proses yang terjadi karena adanya pengaruh tekanan dan suhu
yang tinggi. Warna lapuknya adalah coklat yaitu warna yang telah terkontaminasi
dengan udara luar seperti cuaca atau air., serta warna segarnya adalah hijau yaitu
warna yang tidak terkontaminasi dengan udara luar atau warna asli batuan. Batuan
ini memiliki tekstur kristoblastik yaitu tekstur yang berasal dari proses rekristalisasi
dimana tekstur batuan asal sudah tidak nampak akibat adanya perubahan bentuk dan
komposisi mineral. Kristoblastik ini dibagi menjadi beberapa bagian namun untuk
batuan ini keristiblastiknya adalah lepidoblastik (tekstur yangmaterial-materialnya
berbentuk tabular atau pipih yang tersusun sejajar dan terarah). Strukturnya adalah
MUH. KARNOHA AMIR MARWANSYAH
09320130020
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN DAN DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

STRUKTUR GARIS

foliasi (adanya penjajaran kristal) dan lebih khusunya adalah philitic yaitu
rekristalisasi lebih kasar dari slatycleavage, lebih mengkilap dari batuan sabak dan
mineralnya lebih banyak.
Batuan ini memiliki komposisi mineral diantaranya adalah epidot berwarna
hijau muda bentuk pipih (tabular) dengan persentase rata-ratanya adaah 60%.
Plagioklas berwarna putih berbentuk prismatik dengan persentase 30% dan juga
klorit berwarna hijau bentuk tabular (pipih) dan persentasenya 10%. Nama batuan ini
adalah FILIT (PHYLITE).
Filit merupakan batuan metamorf yang mengalami proses metamorfisme.
Batuan asal filit adalah batuan metamorf sebdiri yaitu slate. Slate mengalami proses
metamorfisme dimana slate terjadi rekristalisasi kembali mengubah tekstur dan
struktur slate. Perubahan inilah yang membentuk batuan filit. Dengan kata lain filit
adalah lanjutan dari slate, tekstur dan struktur slate dan filit hampir sama, namun
yang memebedakan filit lebih kasar dari slate dan lebih mngkilap. Filit dihasilkan
oleh metamorfisme regional rendah.
Filit digunakan sebagai bahan isoator yang tahan api, bahan interior untuk
laintai dan dinding. Dan juga sebagai bahan kontruksi bangunan. Sistem
penammbangannya yaitu open pit.

MUH. KARNOHA AMIR MARWANSYAH


09320130020
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN DAN DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

STRUKTUR GARIS

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dari hasil praktikum yang telah kami lakukan, maka dapat disimpulkan bahwa,
batuan metamorf merupakan batuan hasil ubahan dari batuan asalnya (batuan beku,
batuan sedimen dan batuan metamorf) yang mengalami proses metamorfisme, proses
metamorfisme dibagi menjadi 3 yaitu metamorfisme kontak (dipengaruhi oleh suhu),
dan metamorfisme dinamik (dipengaruhi oleh tekanan) dan metamorfisme regional
(dipengaruhi oleh suhu dan tekanan).
Dalam pembentukan batuan metamorf, pasti akan memiliki mineral penyusun,
mineral-mineral penyusunnya terbagi menjadi dua yaitu mineral stress atau mineral
stabil contoh mika, kuarsa, epidot dan lain-lain. Dan juga mineral anti stress atau
mineral tahan tekanan contoh mika, zeolit, tremolit, aktinolit, glaukofan,
hornblenblende, serpentin dan lain-lain. Dan juga mineral anti stress yaitu mieral
yang terbentuk bukan dalam kodisi tekanan, umumnya berbentuk equidimensional
contohnya kuarsa, garnet, kalsit, stroulit, feldpar, kordierit, epidot dll.
Tekstur batuan metamrf dibagi menjadi dua yaitu kristoblastik dan tektur yang
berasal dari proses rekristalisasi dan juga tekstur sisa. Struktur batuan metamorf
terbagi menjadi dua yaitu foliasi (adanya) dan non foliasi atau tidak ada pensejajaran
mineral.

4.1 Saran

MUH. KARNOHA AMIR MARWANSYAH


09320130020
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN DAN DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

STRUKTUR GARIS

Saya harap agar asisten memberi respon praktikan pada saat asistensi, dan
sebelum menyetujui laporan praktikan (ACC) sebaiknya praktikan direspon lagi,
untuk mengetahui sejauh mana kemampuan praktikan dalam memahami mata acara
dari laporan tersebut dan jika ada praktikan yang kurang paham, tolong dibimbing
sampai praktikan paham (setidaknya harus ada yang praktikan tahu dari mata acara
tersebut meskipun sedikit), sehingga pada saat seminar nanti, praktikan dapat
mempertanggungjawabkan isi laporannya.

DAFTAR PUSTAKA

Graha Setia Doddy, 1987. “Batuan dan Mineral”, Nova : Bandung


Marwadi, Ir. 2007. “Modul Deskripsi Batuan”, SMK NEGRI 2 Depok : Sleman
Yogyakarta
Tim Penuntun, 2015.”Buku Panduan Praktikum Petrologi”, Universitas Muslim
Indonesia: Makassar

https://Dunia-atas-blogspot.com/2012/10/mineralmarmer.html diakses pada hari


rabu, tanggal 27 Mei pukul 22.00
http://lupustm.blogspot.com/2014/10/tugas-pendahuluan-batuan-metamorf.html
diakses pada hari rabu, 27 Mei 2015 pukul 21.45

MUH. KARNOHA AMIR MARWANSYAH


09320130020

Anda mungkin juga menyukai