Anda di halaman 1dari 22

PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR

LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Siklus batuan menunjukkan kemungkinan batuan untuk berubah bentuk.


Batuan yang terkubur sangat dalam mengalami perubahan tekanan dan temperatur.
Jika mencapai suhu tertentu, batuan tersebut akan melebur jadi magma. Namun saat
belum mencapai titik peleburan kembali menjadi magma, batuan tersebut berubah
menjadi batuan metamorf.
Batuan metamorf adalah batuan yang telah mengalami proses metamorfosis.
Proses metamorfosis hanya terjadi di dalam bumi. Proses tersebut mengubah tekstur
asal batuan, susunan mineral batuan, atau mengubah keduanya sekaligus. Proses ini
terjadi dalam solid state, artinya batuan tersebut tidak melebur. Meskipun demikian,
penting diingat bahwa fluida (terutama air) memiliki peranan yang penting dalam
proses metamorfosis. Batu gamping termetamorfosis menjadi marmer. Butiran halus
kalsit pada batu gamping terkristalisasi menjadi butiran besar. perubahan yang terjadi
hanya pada teksturnya. Batu serpih termetamorfosis menjadi mika dengan butir
besar. Mineral lempung pada serpih tidak stabil pada temperatur tinggi. Perubahan
yang terjadi selain pada teksurnya, juga mencakup pembentukan mineral baru.
Kadangkala proses metamorfisme tidak berlangsung sempurna, sehingga
batuan asal tidak mengalami perubahan sempurna, perubahannya tidak terlalu besar,
hanya kenampakannya saja yang berubah. Kondisi ini dapat dikenal dengan masih
terlihat sifat fisik batuan asal. Batuan demikian diberikan nama meta pada batuan
asalnya, misalnya meta sedimen bila batuan asalnya adalah sediment. Proses
metamorfisme yang sempurna menyebabkan karateristik batuan asal tidak terlihat
lagi. Apabila peningkatan temperatur sampai meleburkan batuan, maka proses
tersebut sudah tidak termasuk proses metamorfisme lagi tetapi menjadi proses
magmatisme.
Batuan metamorf ini dapat dimanfaatkan menjadi meja, asbak, guci, hiasan-
hiasan (pualam), sebagai pembuatan kaca dan keramik, batu perhiasan, Sebagai
bahan campuran semen, papan tulis, panel instrumen listrik, dan jaman dahulu
digunakan sebagai pengganti buku (sabak), dan sebagai bahan lantai, dekorasi
bangunan, batu nisan dan dinding (marmer).
ADE WIRA PUTRA RAMADANA MUHTABSIR. S
093 2017 0129 093 2018 0078
PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF

1.2 Maksud Dan Tujuan


1.2.1 Maksud
Adapun maksud dari tujuan praktikum geologi ini kita dapat mengenal,
mengetahui, dan memahami ilmu tentang batuan metamorf yang menjadi salah satu
aplikasi dasar terpenting mengenai geologi.
1.2.2 Tujuan
1. Praktikan dapat menjelaskan proses pembetukan batuan metamorf.
2. Praktikan dapat membedakan jenis batuan batuan metamorf (foliasi dan non
foliasi).
3. Praktikan dapat mengetahui mineral penyusunan batuan metamorf.
4. Praktikan dapat mendeskripsikan jenis – jenis batuan metamorf.

1.3 Alat Dan Bahan


1.3.1 Alat
1. ATM (alat tulis menulis)
2. Lap kasar dan lap halus
3. Loop pembesaran minimal 10x
1.3.2 Bahan
1. Problem set
2. Simbol Litologi Batuan
3. HCL 0,1 M

ADE WIRA PUTRA RAMADANA MUHTABSIR. S


093 2017 0129 093 2018 0078
PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Batuan Metamorf

Batuan asal atau batuan induk baik berupa batuan beku, batuan sedimen
maupun batuan metamorf dan telah mengalami perubahan mineralogi, tekstur serta
struktur sebagai akibat adanya perubahan temperatur (di atas proses diagenesa dan di
bawah titik lebur; 200o-350oC < T < 650o-800oC) dan tekanan yang tinggi (1 atm < P
< 10.000 atm) disebut batuan metamorf. Proses metamorfisme tersebut terjadi di
dalam bumi pada kedalaman lebih kurang 3 km – 20 km. Winkler (1989)
menyatakan bahwasannya proses-proses metamorfisme itu mengubah mineral-
mineral suatu batuan pada fase padat karena pengaruh atau respons terhadap kondisi
fisika dan kimia di dalam kerak bumi yang berbeda dengan kondisi sebelumnya.
Proses-proses tersebut tidak termasuk pelapukan dan diagenesa.
Batuan beku dan sedimen dibentuk akibat interaksi dari proses kimia, fisika,
biologi dan kondisi-kondisinya di dalam bumi serta di permukaannya. Bumi
merupakan sistim yang dinamis, sehingga pada saat pembentukannya, batuan-batuan
mungkin mengalami keadaan yang baru dari kondisi-kondisi yang dapat
menyebabkan perubahan yang luas di dalam tekstur dan mineraloginya. Perubahan-
perubahan tersebut terjadi pada tekanan dan temperatur di atas diagenesa dan di
bawah pelelehan, maka akan menunjukkan sebagai proses metamorfisme.
Suatu batuan mungkin mengalami beberapa perubahan lingkungan sesuai
dengan waktu, yang dapat menghasilkan batuan polimetamorfik. Sifat-sifat yang
mendasar dari perubahan metamorfik adalah batuan tersebut terjadi selama batuan
berada dalam kondisi padat. Perubahan komposisi di dalam batuan kurang berarti
pada tahap ini, perubahan tersebut adalah isokimia yang terdiri dari distribusi ulang
elemen-elemen lokal dan volatil diantara mineral-mineral yang sangat reaktif.
Pendekatan umum untuk mengambarkan batas antara diagenesa dan
metamorfisme adalah menentukan batas terbawah dari metamorfisme sebagai
kenampakan pertama dari mineral yang tidak terbentuk secara normal di dalam
sedimen-sedimen permukaan, seperti epidot dan muskovit. Walaupun hal ini dapat
dihasilkan dalam batas yang lebih basah. Sebagai contoh, metamorfisme shale yang
menyebabkan reaksi kaolinit dengan konstituen lain untuk menghasilkan muskovit
ADE WIRA PUTRA RAMADANA MUHTABSIR. S
093 2017 0129 093 2018 0078
PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF
Bagaimanapun juga, eksperimen-eksperimen telah menunjukkan bahwa
reaksi ini tidak menempati pada temperatur tertentu tetapi terjadi antara 200°C –
350°C yang tergantung pada pH dan kandungan potasium dari material-material
disekitarnya. Mineral-mineral lain yang dipertimbangkan terbentuk pada awal
metamorfisme adalah laumonit, lawsonit, albit, paragonit atau piropilit. Masing-
masing terbentuk pada temperatur yang berbeda di bawah kondisi yang berbeda,
tetapi secara umum terjadi kira-kira pada 150°C atau dikehendaki lebih tinggi. Di
bawah permukaan, temperatur di sekitarnya 150°C disertai oleh tekanan lithostatik
kira-kira 500 bar.
Batas atas metamorfisme diambil sebagai titik dimana kelihatan terjadi
pelelehan batuan. Di sini kita mempunyai satu variabel, sebagai variasi temperatur
pelelehan sebagai fungsi dari tipe batuan, tekanan lithostatik dan tekanan uap. Satu
kisaran dari 650°C – 800°C menutup sebagian besar kondisi tersebut. Batas atas dari
metamorfisme dapat ditentukan oleh kejadian dari batuan yang disebut migmatit.
Batuan ini menunjukkan kombinasi dari kenampakan tekstur, beberapa darinya
muncul menjadi batuan beku dan batuan metamorf yang lain. 

2.2 Pembentukan Batuan Metamorf

Batuan beku dan sedimen dibentuk akibat interaksi dari proses kimia, fisika,
biologi dan kondisi-kondisinya di dalam bumi serta di permukaannya. Bumi
merupakan sistim yang dinamis, sehingga pada saat pembentukannya, batuan-batuan
mungkin mengalami keadaan yang baru dari kondisi-kondisi yang dapat
menyebabkan perubahan yang luas di dalam tekstur dan mineraloginya. Perubahan-
perubahan tersebut terjadi pada tekanan dan temperatur di atas diagenesa dan di
bawah pelelehan, maka akan menunjukkan sebagai proses metamorfisme.
Suatu batuan mungkin mengalami beberapa perubahan lingkungan sesuai
dengan waktu, yang dapat menghasilkan batuan polimetamorfik. Sifat-sifat yang
mendasar dari perubahan metamorfik adalah batuan tersebut terjadi selama batuan
berada dalam kondisi padat. Perubahan komposisi di dalam batuan kurang berarti
pada tahap ini, perubahan tersebut adalah isokimia yang terdiri dari distribusi ulang
elemen-elemen lokal dan volatil diantara mineral-mineral yang sangat reaktif.
Pendekatan umum untuk mengambarkan batas antara diagenesa dan
metamorfisme adalah menentukan batas terbawah dari metamorfisme sebagai
ADE WIRA PUTRA RAMADANA MUHTABSIR. S
093 2017 0129 093 2018 0078
PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF
kenampakan pertama dari mineral yang tidak terbentuk secara normal di dalam
sedimen-sedimen permukaan, seperti epidot dan muskovit. Walaupun hal ini dapat
dihasilkan dalam batas yang lebih basah. Sebagai contoh, metamorfisme shale yang
menyebabkan reaksi kaolinit dengan konstituen lain untuk menghasilkan muskovit.
Bagaimanapun juga, eksperimen-eksperimen telah menunjukkan bahwa reaksi ini
tidak menempati pada temperatur tertentu tetapi terjadi antara 200°C – 350°C yang
tergantung pada pH dan kandungan potasium dari material-material disekitarnya.
Mineral-mineral lain yang dipertimbangkan terbentuk pada awal metamorfisme
adalah laumonit, lawsonit, albit, paragonit atau piropilit. Masing-masing terbentuk
pada temperatur yang berbeda di bawah kondisi yang berbeda, tetapi secara umum
terjadi kira-kira pada 150°C atau dikehendaki lebih tinggi. Di bawah permukaan,
temperatur di sekitarnya 150°C disertai oleh tekanan lithostatik kira-kira 500 bar.

Gambar 2.1 Proses Metamorfisme


Berdasarkan penyebabnya batuan metamorf dibagi menjadi tiga yaitu :
1. Metamorfisme kontak/ termal, pengaruh T dominan
2. Metamorfisme dinamo/kataklastik/dislokasi/kinematik, pengaruh P dominan
3. Metamorfisme regional, terpengaruh P & T, serta daerah luas.
Metamorfisme kontak terjadi pada zona kontak atau sentuhan langsung
dengan tubuh magma (intrusi) dengan lebar antara 2 – 3 km. Metamorfisme dislokasi
terjadi pada daerah sesar besar/ utama yaitu pada lokasi dimana masa batuan tersebut
mengalami penggerusan. Sedangkan metamorfisme regional terjadi pada kulit bumi

ADE WIRA PUTRA RAMADANA MUHTABSIR. S


093 2017 0129 093 2018 0078
PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF
bagian dalam dan lebih intensif bilamana diikuti juga oleh orogenesa. penyebaran
tubuh batuan metamorf ini luas sekali mencapai ribuan kilometer.

Gambar 2.2 Memperlihatkan lokasi batuan metamorf.

2.3   Pengenalan Batuan Metamorf

Pengenalan batuan metamorf dapat dilakukan melalui kenampakan-


kenampakan yang jelas pada singkapan dari batuan metamorf yang merupakan akibat
dari tekanan-tekanan yang tidak sama. Batuan-batuan tersebut mungkin mengalami
aliran plastis, peretakan dan pembutiran atau rekristalisasi. Beberapa tekstur dan
struktur di dalam batuan metamorf mungkin diturunkan dari batuan pre-metamorfik
(seperti: cross bedding), tetapi kebanyakan hal ini terhapus selama metamorfisme.
Penerapan dari tekanan yang tidak sama, khususnya jika disertai oleh pembentukan
mineral baru, sering menyebabkan kenampakan penjajaran dari tekstur dan struktur.
Jika planar disebut foliasi. Seandainya struktur planar tersebut disusun oleh lapisan-
lapisan yang menyebar atau melensa dari mineral-mineral yang berbeda tekstur,
misal: lapisan yang kaya akan mineral granular (seperti: felspar dan kuarsa)
berselang-seling dengan lapisan-lapisan kaya mineral-mineral tabular atau prismatik
(seperti: feromagnesium), tekstur tersebut menunjukkan sebagai gneis. Seandainya
foliasi tersebut disebabkan oleh penyusunan yang sejajar dari mineral-mineral pipih
berbutir sedang-kasar (umumnya mika atau klorit) disebutskistosity. Pecahan batuan

ADE WIRA PUTRA RAMADANA MUHTABSIR. S


093 2017 0129 093 2018 0078
PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF
ini biasanya sejajar dengan skistosity menghasilkan belahan batuan yang
berkembang kurang baik.
Pengenalan batuan metamorf tidak jauh berbeda dengan jenis batuan lain
yaitu didasarkan pada warna, tekstur, struktur dan komposisinya. Namun untuk
batuan metamorf ini mempunyai kekhasan dalam penentuannya yaitu pertama-tama
dilakukan tinjauan apakah termasuk dalam struktur foliasi (ada penjajaran mineral)
atau non foliasi (tanpa penjajaran mineral). Pada metamorfisme tingkat tinggi akan
berkembang struktur migmatit. Setelah penentuan struktur diketahui, maka
penamaan batuan metamorf baik yang berstruktur foliasi maupun berstruktur non
foliasi dapat dilakukan.

Gambar 2.3 Diagram Alir Batuan Metamorf

2.4       Struktur Batuan Metamorf

Struktur batuan metamorf yaitu kenampakan batuan yang berdasarkan


ukuran, bentuk atau orientasi unit poligranular batuan tersebut. Secara umum struktur
yang dijumpai di dalam batuan metamorf dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu
struktur foliasi dan struktur non foliasi. Struktur foliasi ditunjukkan oleh adanya
penjajaran mineral-mineral penyusun batuan metamorf, sedangkan struktur non
foliasi tidak memperlihatkan adanya penjajaran mineral-mineral penyusun batuan
metamorf tersebut. Struktur dibedakan dari tekstur berdasarkan skalanya di mana
tekstur merupakan bentuk mikroskopis yang disusun oleh ukuran, bentuk, orientasi,

ADE WIRA PUTRA RAMADANA MUHTABSIR. S


093 2017 0129 093 2018 0078
PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF
dan hubungan butirnya. Pada batuan metamorf struktur terjadi karena proses
deformasi.

2.4.1 Struktur Foliasi

a. Struktur Skistose yaitu struktur yang memperlihatkan penjajaran mineral pipih


(biotit, muskovit, felspar) lebih banyak dibanding mineral butiran.
b. Struktur Gneisik yaitu struktur yang memperlihatkan penjajaran mineral granular,
jumlah mineral granular relatif lebih banyak dibanding mineral pipih.
c. Struktur Slatycleavage yaitu sama dengan struktur skistose, kesan kesejajaran
mineraloginya sangat halus (dalam mineral lempung).
d. Struktur Phylitic yaitu sama dengan struktur slatycleavage, hanya mineral dan
kesejajarannya sudah mulai agak kasar.

2.4.2 Struktur Non Foliasi

a. Struktur Hornfelsik adalah struktur yang memperlihatkan butiran-butiran mineral


relatif seragam.
b. Struktur Kataklastik adalah struktur yang memperlihatkan adanya penghancuran
terhadap batuan asal.
c. Struktur Milonitik adalah struktur yang memperlihatkan liniasi oleh adanya
orientasi mineral yang berbentuk lentikuler dan butiran mineralnya halus.
d. Struktur Pilonitik adalah struktur yang memperlihatkan liniasi dari belahan
permukaan yang berbentuk paralel dan butiran mineralnya lebih kasar dibanding
struktur milonitik, malah mendekati tipe struktur filit.
e. Struktur Flaser adalah sama struktur kataklastik, namun struktur batuan asal
berbentuk lensa yang tertanam pada masa dasar milonit.
f. Struktur Augen adalah sama struktur flaser, hanya lensa-lensanya terdiri dari
butir-butir felspar dalam masa dasar yang lebih halus.
g. Struktur Granulose adalah sama dengan hornfelsik, hanya butirannya mempunyai
ukuran beragam.
h. Struktur Liniasi adalah struktur yang memperlihatkan adanya mineral yang
berbentuk jarus ataufibrous.

ADE WIRA PUTRA RAMADANA MUHTABSIR. S


093 2017 0129 093 2018 0078
PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF

   

Gambar 2.4 Sturuktur Batuan Metamorf

2.5 Tekstur Batuan Metamorf

Tekstur yang berkembang selama proses metamorfisme secara tipikal


penamaanya mengikuti kata-kata yang mempunyai akhiran -blastik. Contohnya,
batuan metamorf yang berkomposisi kristal-kristal berukuran seragam disebut
dengan granoblastik. Secara umum satu atau lebih mineral yang hadir berbeda lebih
besar dari rata-rata; kristal yang lebih besar tersebut dinamakan porphiroblast.
Porphiroblast, dalam pemeriksaan sekilas, mungkin membingungkan dengan
fenokris (pada batuan beku), tetapi biasanya mereka dapat dibedakan dari sifat
mineraloginya dan foliasi alami yang umum dari matrik. Pengujian mikroskopik
porphiroblast sering menampakkan butiran-butiran dari material matrik, dalam hal
ini disebut poikiloblast. Poikiloblast biasanya dianggap terbentuk oleh pertumbuhan
kristal yang lebih besar disekeliling sisa-sisa mineral terdahulu, tetapi kemungkinan
poikiloblast dapat diakibatkan dengan cara pertumbuhan sederhana pada laju yang
lebih cepat daripada mineral-mineral matriknya, dan yang melingkupinya. Termasuk
material yang menunjukkan (karena bentuknya, orientasi atau penyebarannya) arah
kenampakkan mula-mula dalam batuan (seperti skistosity atau perlapisan asal);
dalam hal ini porphiroblast atau poikiloblast dikatakan mempunyai tekstur helicitik.
Kadangkala batuan metamorf terdiri dari kumpulan butiran-butiran yang berbentuk
melensa atau elipsoida, bentuk dari kumpulan-kumpulan ini disebut augen dan

ADE WIRA PUTRA RAMADANA MUHTABSIR. S


093 2017 0129 093 2018 0078
PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF
umumnya hasil dari kataklastik (penghancuran, pembutiran, dan rotasi). Sisa
kumpulan ini dihasilkan dalam butiran matrik. Istilah umum untuk agregat
adalah porphyroklast.

2.5.1 Tekstur Kristaloblastik


Tekstur batuan metamorf yang dicirikan dengan tekstur batuan asal sudah
tidak kelihatan lagi atau memperlihatkan kenampakan yang sama sekali baru. Dalam
penamaannya menggunakan akhiran kata–blastik.
a. Tekstur Porfiroblastic: sama dengan tekstur porfiritik (batuan beku), hanya kristal
besarnya disebut porfiroblast.
b. Tekstur Granoblastic: tekstur yang memperlihatkan butir-butir mineral seragam.
c. Tekstur Lepidoblastic: tekstur yang memperlihatkan susunan mineral saling
sejajar dan berarah dengan bentuk mineral pipih.
d. Tekstur Nematoblastic: tekstur yang memperlihatkan adanya mineral-mineral
prismatik yang sejajar dan terarah.
e. Tekstur Idioblastic: tekstur yang memperlihatkan mineral-mineral berbentuk
euhedral.
f. Tekstur Xenoblastic: sama dengan tekstur idoblastik, namun mineralnya
berbentuk anhedral.
g. Tekstur Blastoporfiritic: tekstur yang memperlihatkan batuan asal yang porfiritik.
h. Tekstur Blastopsefite: tekstur yang memperlihatkan batuan asal sedimen yang
ukuran butirnya lebih besar dari pasir.
i. Tekstur Blastopsamite: sama dengan tekstur blastopsefit, hanya ukuran butirnya
sama dengan pasir.
j. Tekstur Blastopellite: tekstur yang memperlihatkan batuan asal sedimen yang
ukuran butirnya lempung.

ADE WIRA PUTRA RAMADANA MUHTABSIR. S


093 2017 0129 093 2018 0078
PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF

Gambar 2.5 Tekstur Batuan Metamorf


Keterangan gambar tekstur batuan diatas yaitu :
a. Tekstur Granoblastic, sebagian menunjukkan tekstur mosaik.
b. Tekstur Granoblatic berbutir iregular, dengan poikiloblast di kiri atas.
c. Tekstur Skistose dengan porpiroblast euhedral.

2.6      Komposisi Batuan Metamorf

Pertumbuhan dari mineral-mineral baru atau rekristalisasi dari mineral yang


ada sebelumnya sebagai akibat perubahan tekanan dan atau temperatur menghasilkan
pembentukan kristal lain yang baik, sedang atau perkembangan sisi muka yang jelek;
kristal ini dinamakan idioblastic, hypidioblastic, atau xenoblastic. Secara umum
batuan metamorf disusun oleh mineral-mineral tertentu, namun secara khusus
mineral penyusun batuan metamorf dikelompokkan menjadi dua yaitu mineral stress
dan mineral anti stress. Mineral stress adalah mineral yang stabil dalam kondisi
tekanan, dapat berbentuk pipih/tabular, prismatik dan tumbuh tegak lurus terhadap
arah gaya/stress meliputi: mika, tremolit-aktinolit, hornblende, serpentin, silimanit,
kianit, seolit, glaukopan, klorit, epidot, staurolit dan antolit. Sedang mineral anti
stress adalah mineral yang terbentuk dalam kondisi tekanan, biasanya berbentuk
equidimensional, meliputi: kuarsa, felspar, garnet, kalsit dan kordierit.

ADE WIRA PUTRA RAMADANA MUHTABSIR. S


093 2017 0129 093 2018 0078
PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF
Setelah kita menentukan batuan asal mula metamorf, kita harus menamakan
batuan tersebut. Sayangnya prosedur penamaan batuan metamorf tidak sistematik
seperti pada batuan beku dan sedimen. Nama-nama batuan metamorf terutama
didasarkan pada kenampakan tekstur dan struktur. Nama yang umum sering
dimodifikasi oleh awalan yang menunjukkan kenampakan nyata atau aspek penting
dari tekstur, contoh gneis augen. satu atau lebih mineral yang ada, contoh skis klorit,
atau nama dari batuan beku yang mempunyai komposisi sama, contoh gneis granit.
Beberapa nama batuan yang didasarkan pada dominasi mineral, contoh metakuarsit
atau berhubungan dengan facies metamorfik yang dimiliki batuan, contoh granulit.
Metamorfisme regional dari batulumpur melibatkan perubahan keduanya baik
tekanan dan temperatur secara awal menghasilkan rekristalisasi dan modifikasi dari
mineral lempung yang ada. Ukuran butiran secara mikroskopik tetap, tetapi arah
yang baru dari orientasi mungkin dapat berkembang sebagai hasil dari gaya stres.
Resultan batuan berbutir halus yang mempunyai belahan batuan yang baik sekali
dinamakan slate. Bilamana metamorfisme berlanjut sering menghasilkan orientasi
dari mineral-mineral pipih pada batuan dan penambahan ukuran butir dari klorit dan
mika. Hasil dari batuan yang berbutir halus ini dinamakan phylit, sama seperti slate
tetapi mempunyai kilap sutera pada belahan permukaannya. Pengujian dengan
menggunakan lensa tangan secara teliti kadangkala memperlihatkan pecahan
porpiroblast yang kecil licin mencerminkan permukaan belahannya. Pada tingkat
metamorfisme yang lebih tinggi, kristal tampak tanpa lensa. Disini biasanya kita
menjumpai mineral-mineral yang pipih dan memanjang yang terorientasi kuat
membentuk skistosity yang menyolok. Batuan ini dinamakanskis, masih bisa dibelah
menjadi lembaran-lembaran. Umumnya berkembang porpiroblast; hal ini sering
dapat diidentikkan dengan sifat khas mineral metamorfik seperti garnet, staurolit,
atau kordierit. Masih pada metamorfisme tingkat tinggi disini skistosity menjadi
kurang jelas; batuan terdiri dari kumpulan butiran sedang sampai kasar dari tekstur
dan mineralogi yang berbeda menunjukkan tekstur gnessik dan batuannya
dinamakan gneis. Kumpulan yang terdiri dari lapisan yang relatif kaya kuarsa dan
feldspar, kemungkinan kumpulan tersebut terdiri dari mineral yang mengandung
feromagnesium (mika, piroksin, dan ampibol). Komposisi mineralogi sering sama
dengan batuan beku, tetapi tekstur gnessik biasanya menunjukkan asal metamorfisme
dalam kumpulan yang cukup orientasi sering ada. Penambahan metamorfisme dapat

ADE WIRA PUTRA RAMADANA MUHTABSIR. S


093 2017 0129 093 2018 0078
PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF
mengubah gneis menjadi migmatit. Dalam kasus ini, kumpulan berwarna terang
menyerupai batuan beku tertentu, dan perlapisan kaya feromagnesium mempunyai
aspek metamorfik tertentu.
Jenis batuan metamorf lain penamaannya hanya berdasarkan pada komposisi
mineral, seperti:Marmer disusun hampir semuanya dari kalsit atau dolomit; secara
tipikal bertekstur granoblastik. Kuarsit adalah batuan metamorfik bertekstur
granobastik dengan komposisi utama adalah kuarsa, dibentuk oleh rekristalisasi dari
batupasir atau chert/rijang. Secara umum jenis batuan metamorfik yang lain adalah
sebagai berikut:
1.Amphibolit
Batuan yang berbutir sedang sampai kasar komposisi utamanya adalah
ampibol (biasanya hornblende) dan plagioklas.
2.Eclogit
Batuan yang berbutir sedang komposisi utama adalah piroksin klino ompasit
tanpa plagioklas felspar (sodium dan diopsit kaya alumina) dan garnet kaya pyrop.
Eclogit mempunyai komposisi kimia seperti basal, tetapi mengandung fase yang
lebih berat. Beberapa eclogit berasal dari batuan beku.
3. Granulit
Batuan yang berbutir merata terdiri dari mineral (terutama kuarsa, felspar,
sedikit garnet dan piroksin) mempunyai tekstur granoblastik. Perkembangan struktur
gnessiknya lemah mungkin terdiri dari lensa-lensa datar kuarsa dan/atau felspar.
4.Hornfelsik
Berbutir halus, batuan metamorfisme thermal terdiri dari butiran-butiran yang
equidimensional dalam orientasi acak. Beberapa porphiroblast atau sisa fenokris
mungkin ada. Butiran-butiran kasar yang sama disebut granofels.
5.Milonit
Cerat berbutir halus atau kumpulan batuan yang dihasilkan oleh pembutiran
atau aliran dari batuan yang lebih kasar. Batuan mungkin menjadi protomilonit,
milonit, atau ultramilomit, tergantung atas jumlah dari fragmen yang tersisa.
Bilamana batuan mempunyai skistosity dengan kilap permukaan sutera,
rekristralisasi mika, batuannya disebut philonit.
6.Serpentinit

ADE WIRA PUTRA RAMADANA MUHTABSIR. S


093 2017 0129 093 2018 0078
PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF
Batuan yang hampir seluruhnya terdiri dari mineral-mineral dari kelompok
serpentin. Mineral asesori meliputi klorit, talk, dan karbonat. Serpentinit dihasilkan
dari alterasi mineral silikat feromagnesium yang terlebih dahulu ada, seperti olivin
dan piroksen.
7.Skarn
Marmer yang tidak bersih/kotor yang mengandung kristal dari mineral kapur-
silikat seperti garnet, epidot, dan sebagainya. Skarn terjadi karena perubahan
komposisi batuan penutup (country rock) pada kontak batuan beku.

ADE WIRA PUTRA RAMADANA MUHTABSIR. S


093 2017 0129 093 2018 0078
PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF
BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN

Prosedur pada praktikum ini memiliki dua deskripsi batuan yang berbeda
karena struktur dan tekstur batuannya dan terbagi menjadi dua yaitu foliasi dan non
foliasi. Pertama batuan yang memiliki struktur dan tekstur foliasi, yang pertama
mengamati warna segar dan lapuk dari batuan kemudian mengamati jenis tekstur
batuan yang di mana ada beberapa jenis tekstur batuannya yaitu slaty, phylitic,
schistose, gneissose. Lalu mengamati bentuk kristalnya yang di mana juga memiliki
beberapa bentuk yaitu hipidioblastik, xenoblastik, kristalonoblastik. Lalu
mementukan struktur batuan yang di mana ada Slaty Cleavage, Phylitic, Schistosic,
Gneissic/Gnissose. Kemudian mengamati mineral – mineral apa saja yang ada pada
batuan menggunakan Lup dengan pembesaran 20x dan berapa persentase dari
mineral yang mendominasi pada batuan tersebut. Dan menentukan nama batuan
metamorf dengan melihat hasil determinasi mulai dari warna hingga ke pengamatan
mineralnya.
Kedua batuan yang memiliki struktur dan tekstur non foliasi, pertama-tama
sama seperti di pembahasan di atas mengamati warna lalu mengamati teksturnya di
mana ada tekstur Relict/Palimset/Sisa, Kristaloblastik, Granoblastik. Lalu melihat
kekompakannya, kemudian mengamati bentuk kristalnya yang dimana bentuk-
bentuk kristalnya sama seperti penjelasan di atas. Lalu menentukan struktur
batuannya di mana ada Hornfelsic/granulose, Kataklastik, Milonitic, Phylonitic.
Kemudian mengamati mineral-mineralnya dan persentasenya setelah itu menentukan
nama dari batuan. Dan yang terakhir mendokumentasikan atau memotret batuan
tersebut dan juga memakai pembanding entah itu menggunakan penggaris maupun
alat yang lainnya.

ADE WIRA PUTRA RAMADANA MUHTABSIR. S


093 2017 0129 093 2018 0078
PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Pengamatan 1
1. Warna
Warna Segar : Abu - Abu
Warna Lapuk : Coklat
2. Tekstur
Foliasi
Jenis Tekstur : Lepidoblastik
Bentuk Kristal : Xenoblastik
3. Struktur : Scistose
4. Komposisi Mineral
Nama Mineral Persentase (%)
Mika 50 %
Klorit 20 %
Kuarsa 30 %

5. Nama Batuan : SKISS MIKA

Asisten Praktikan

(ADE WIRA PUTRA RAMADANA) (MUHTABSIR. S)

ADE WIRA PUTRA RAMADANA MUHTABSIR. S


093 2017 0129 093 2018 0078
PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF
4.1.2 Pengamatan 2
1. Warna
Warna Segar : Putih
Warna Lapuk : Coklat
2. Tekstur
Non Foliasi
Jenis Tekstur : Granoblastik
Bentuk Kristal : Hipidioblastik
Kekompakan : Medium Hard
3. Struktur : Hornfelsik
4. Komposisi Mineral
Nama Mineral Persentase (%)
Kuarsa 100 %

5. Nama Batuan : KUARSIT

Asisten Praktikan

(ADE WIRA PUTRA RAMADANA) (MUHTABSIR. S)

ADE WIRA PUTRA RAMADANA MUHTABSIR. S


093 2017 0129 093 2018 0078
PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF
4.1.3 Pengamatan 3
1. Warna
Warna Segar : Hijau
Warna Lapuk : Coklat
2. Tekstur
Foliasi
Jenis Tekstur : Hematoblastik
Bentuk Kristal : Hipidoblastik
3. Struktur : Scistose
4. Komposisi Mineral
Nama Mineral Persentase (%)
Piroksin 70 %
Mika 20 %
Kuarsa 10 %

5. Nama Batuan : SKISS PIROKSIN

Asisten Praktikan

(ADE WIRA PUTRA RAMADANA) (MUHTABSIR. S)

ADE WIRA PUTRA RAMADANA MUHTABSIR. S


093 2017 0129 093 2018 0078
PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF
4.1.4 Pengamatan 4
1. Warna
Warna Segar : Hijau
Warna Lapuk : Coklat
2. Tekstur
Foliasi
Jenis Tekstur : Granoblastik
Bentuk Kristal : Xenoblastik
3. Struktur : Geneissic
4. Komposisi Mineral
Nama Mineral Persentase (%)
Klorit 50 %
Kuarsa 30 %
Pinesin 20 %

5. Nama Batuan : GNEISS

Asisten Praktikan

(ADE WIRA PUTRA RAMADANA) (MUHTABSIR. S)

ADE WIRA PUTRA RAMADANA MUHTABSIR. S


093 2017 0129 093 2018 0078
PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF
4.1.5 Pengamatan 5
1. Warna
Warna Segar : Hijau
Warna Lapuk : Coklat
2. Tekstur
Foliasi
Jenis Tekstur : Lepidoblastik
Bentuk Kristal : Blasto pelitik
3. Struktur : Slaty
4. Komposisi Mineral
Nama Mineral Persentase (%)
Klorit 50 %
Mika 30 %
Lempung 20 %

5. Nama Batuan : SLATE SABAK

Asisten Praktikan

(ADE WIRA PUTRA RAMADANA) (MUHTABSIR. S)

ADE WIRA PUTRA RAMADANA MUHTABSIR. S


093 2017 0129 093 2018 0078
PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF
4.1.6 Pengamatan 6
1. Warna
Warna Segar : Hijau
Warna Lapuk : Coklat
2. Tekstur
Non Foliasi
Jenis Tekstur : Kristaloblastik
Bentuk Kristal : Hipidioblastik
Kekompakan : Hard
3. Struktur : Hornfelsik
4. Komposisi Mineral
Nama Mineral Persentase (%)
Serpentin 50 %
Piroksin 30 %
Asbes 20 %

5. Nama Batuan : SERPENTINITE

Asisten Praktikan

(ADE WIRA PUTRA RAMADANA) (MUHTABSIR. S)

ADE WIRA PUTRA RAMADANA MUHTABSIR. S


093 2017 0129 093 2018 0078
PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF
4.1.7 Pengamatan 7
1. Warna
Warna Segar : Hijau
Warna Lapuk : Coklat
2. Tekstur
Foliasi
Jenis Tekstur : Kristaloblastik
Bentuk Kristal : Xenoblastik
3. Struktur : Phyllitic
4. Komposisi Mineral
Nama Mineral Persentase (%)
Klorit 50 %
Kuarsa 30 %
Biotit 20 %

5. Nama Batuan : FILIT

Asisten Praktikan

(ADE WIRA PUTRA RAMADANA) (MUHTABSIR. S)

ADE WIRA PUTRA RAMADANA MUHTABSIR. S


093 2017 0129 093 2018 0078

Anda mungkin juga menyukai