LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN BEKU
BAB I
PENDAHULUAN
Bumi tertutupi oleh daratan dan lautan, dimana bagian lautan lebih besar
daripada bagian daratan. Akan tetapi daratan adalah bagian dari kulit bumi yang
dapat diamati langsung dengan dekat, maka banyak hal-hal yang dapat diketahui
secara cepat dan jelas. Salah satu diantaranya adalah kenyataan bahwa daratan
tersusun oleh jenis batuan yang berbeda satu sama lain dan berbeda-beda materi
penyusun serta berbeda pula dalam proses terbentuknya.
Khusus membahas tentang batuan. Batuan beku sebenarnya telah banyak
dipergunakan orang dalam kehidupan sehari-hari hanya saja kebanyakan orang hanya
mengetahui cara mempergunakannya saja, dan sedikit yang mengetahui asal kejadian
dan seluk-beluk mengenai batuan beku ini. Secara sederhanabatuan beku adalah
batuan yang terbentuk dari pembekuan magma.
Ilmu ukur tanah adalah bagian rendah dari ilmu Geodesi, yang merupakan
suatu ilmu yang mempelajari ukuran dan bentuk bumi dan menyajikannya dalam
bentuk tertentu. Ilmu Geodesi ini berguna bagi pekerjaan perencanaan yang
membutuhkan data-data koordinat dan ketinggian titik lapangan Berdasarkan
ketelitian pengukurannya.
Dalam praktikum ini kita memakai Ilmu Ukur Tanah (Plane Surveying). Ilmu
Ukur tanah dianggap sebagai disiplin ilmu, teknik dan seni yang meliputi semua
metoda untuk pengumpulan dan pemrosesan informasi tentang permukaan bumi dan
lingkungan fisik bumi yang menganggap bumi sebagai bidang datar, sehingga dapat
ditentukan posisi titik-titik di permukaan bumi. Dari titik yang telah didapatkan
tersebut dapat disajikan dalam bentuk peta.
Dalam praktikum Ilmu Ukur Tanah ini mahasiswa akan berlatih melakukan
pekerjaan-pekerjaan survei, dengan tujuan agar Ilmu Ukur Tanah yang didapat
dibangku kuliah dapat diterapkan di lapangan, dengan demikian diharapkan
mahasiswa dapat memahami dengan baik aspek diatas. Dengan praktikum ini
diharapkan dapat melatih mahasiswa melakukan pemetaan situasi.
1.2.1 Maksud
Adapun maksud dari tujuan praktikum geologi ini kita dapat mengenal,
mengetahui, dan menguasai ilmu tentang batun beku yang menjadi salah satu
aplikasi dasar terpenting mengenai geologi.
1.2.3 Tujuan
a. Praktikan dapat menjelaskan proses pembetukan batuan beku.
b. Praktian dapat membedakan jenis batuan batuan beku (asam, intramedit,
basa dan ultra basa.
c. Praktikan dapat mengetahui mineral penyusunan batuan beku.
d. Praktian dapat mendeskripsikan jenis – jenis batuan beku.
1.3.1 Alat
a. ATM (alat tulis menulis);
b. Mistar minimal 30 cm;
c. Loop (60x);
d. HCl 1M;
e. Lap kasar dan lap halus;
f. Skala bar;
g. Magnet.
1.3.2 Bahan
a. Problem set minimun 15 lembar;
b. Buku catatan;
c. Kertas Hvs A4 (minimal 10 lembar);
d. Buku referensi;
e. Skala fenton dan trevis;
f. Komperator;
g. Problem set.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Batuan beku sudah banyak dikenal orang dan juga sudah sering dipergunakan
dalam kehidupan sehari – hari, dari hal yang paling sederhana seperti pembuatan
jalanan sampai ke hal yang sangat rumit seperti pembentuan jalan sampai ke hal yang
sangat rumit seperti pembuatan yang sangat megah. Hanya sedikit sekali orang
yangmengetahui asal kejadian dari batuan beku ini.
Batuan adalah proses pembentukan beberapa mineral jadi, batuan beku atau
sering disebut igneous rocks adalah batuan yang terbentuk dari satu atau beberapa
mineral dan terbentuk akibat pembekuan dari magma. Berdasarkan teksturnya batuan
beku ini bisa dibedakan lagi menjadi batuan beku plutonik dan vulkanik. Perbedaan
antara keduanya bisa dilihat dari besar mineral penyusun batuannya. Batuan beku
plutonik umumnya terbentuk dari pembekuan magma yang relatif lebih lambat
sehingga mineral-mineral penyusunnya relatif besar. Contoh batuan beku plutonik ini
seperti gabro, diorite, dan granit (yang sering dijadikan hiasan rumah). Sedangkan
batuan beku vulkanik umumnya terbentuk dari pembekuan magma yang sangat cepat
(misalnya akibat letusan gunung api) sehingga mineral penyusunnya lebih kecil.
Contohnya adalah basalt, andesit (yang sering dijadikan pondasi rumah), dan dacite.
Pengolahan batuan beku sudah banyak dilakukan dari dulu hingga sekarang.
Berbagai cara telah di lakukan seperti penggabungan jenis – jenis yang sama dalam
satu golongan dan pemisahaan dari jenis – jenis yang tidak menunjukkan persamaan.
Karena tidak adanya kesepakatan di antara para ahli petrologi klasifikasi dibuat atas
dsar yang berbeda – beda. Perbedaan ini sangat berpenngaruh dalam menggunakan
klasifikasi pada berbagai lapangan pekerjaan dan menurut kegunaannya masing –
masing. Bila kita dapat memilih salah satu klasifikasi dengat tepat, maka kita akan
mendapatkan hasil yang sangat memuskan. Penggolongan batuan beku dapat
didasarkan kepada tiga patokan utama, yaitu berdasarkan genetik batuan,
berdasarkan senyawa kimia yang terkandung dan berdasarkan susunana. Karena
tidak adanya kesepakatan di antara para ahli petrologi klasifikasi dibuat atas dsar
yang berbeda – beda
ASTITIN SYAHRUM MUHTABSIR. S
09320170084 09320180078
PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN BEKU
1. Tingkat kristalisasi.
a. Holokristalin, yaitu batuan beku yang hampir seluruhnya disusun oleh
Kristal.
b. Hipokristalin, yaitu batuan beku yang tersusun oleh kristal dan gelas
c. Holohyalin, yaitu batuan beku yang hampir seluruhnya tersusun oleh
gelas
2. Ukuran butir.
a. Phaneritic, yaitu batuan beku yang hampir seluruhmya tersusun oleh
mineral-mineral yang berukuran kasar.
b. Aphanitic, yaitu batuan beku yang hampir seluruhnya tersusun oleh
mineral berukuran halus.
3. Bentuk kristal Ketika pembekuan magma, mineral-mineral yang terbentuk
pertama kali biasanya berbentuk sempurna sedangkan yang terbentuk terakhir
biasanya mengisi ruang yang ada sehingga bentuknya tidak sempurna.
Bentuk mineral yang terlihat melalui pengamatan mikroskop yaitu:
a. Euhedral, yaitu bentuk kristal yang sempurna.
b. Subhedral, yaitu bentuk kristal yang kurang sempurna.
c. Anhedral, yaitu bentuk kristal yang tidak sempurna.
4. Berdasarkan kombinasi bentuk kristalnya.
a. Unidiomorf (Automorf), yaitu sebagian besar kristalnya dibatasi oleh
bidang kristal atau bentuk kristal euhedral (sempurna)
b. Hypidiomorf (Hypautomorf), yaitu sebagian besar kristalnya berbentuk
euhedral dan subhedral.
c. Allotriomorf (Xenomorf), sebagian besar penyusunnya merupakan kristal
yang berbentuk anhedral.
5. Berdasarkan keseragaman antar butirnya
a. Equigranular, yaitu ukuran butir penyusun batuannya hampir sama
b. Inequigranular, yaitu ukuran butir penyusun batuannya tidak sama
2.6 Magma
Dalam daur batuan dicantumkan bahwa batuan beku bersumber dari proses
pendinginan dan penghabluran lelehan batuan didalam Bumi yang disebut magma.
Magma adalah suatu lelehan silikat bersuhu tinggi berada didalam Litosfir, yang
terdiri dari ion-ion yang bergerak bebas, hablur yang mengapung didalamnya, serta
mengandung sejumlah bahan berwujud gas. Lelehan tersebut diperkirakan terbentuk
pada kedalaman berkisar sekitar 200 kilometer dibawah permukaan Bumi, terdiri
terutama dari unsur-unsur yang kemudian membentuk mineral-mineral silikat.
Magma yang mempunyai berat-jenis lebih ringan dari batuan sekelilingnya, akan
berusaha untuk naik melalui rekahan-rekahan yang ada dalam litosfir hingga
akhirnya mampu mencapai permukaan Bumi. Apabila magma keluar, melalui
kegiatan gunung-berapi dan mengalir diatas permukaan Bumi, ia akan dinamakan
lava. Magma ketika dalam perjalanannya naik menuju ke permukaan, dapat juga
mulai kehilangan mobilitasnya ketika masih berada didalam litosfir dan membentuk
dapur-dapur magma sebelum mencapai permukaan. Dalam keadaan seperti itu,
magma akan membeku ditempat, dimana ion-ion didalamnya akan mulai kehilangan
gerak bebasnya kemudian menyusun diri, menghablur dan membentuk batuan beku.
Namun dalam proses pembekuan tersebut, tidak seluruh bagian dari lelehan itu akan
menghablur pada saat yang sama. Ada beberapa jenis mineral yang terbentuk lebih
awal pada suhu yang tinggi dibanding dengan lainnya. karena kandungan Fe dan Mg
seperti olivine, piroksen, akan menghablur paling awal dalam keadaan suhu tinggi,
dan kemudian disusul oleh amphibole dan biotite. Disebelah kanannya kelompok
mineral felspar, akan diawali dengan jenis felspar calcium (Ca-Felspar) dan diikuti
oleh felspar kalium (K-Felspar). Akibatnya pada suatu keadaan tertentu, kita akan
mendapatkan suatu bentuk dimana hublur-hablur padat dikelilingi oleh lelehan.
Bentuk-bentuk dan ukuran dari hablur yang terjadi, sangat ditentukan oleh derajat
kecepatan dari pendinginan magma. Pada proses pendinginan yang lambat, hablur
yang terbentuk akan mempunyai bentuk yang sempurna dengan ukuran yang besar-
besar. Sebaliknya, apabila pendinginan itu berlangsung cepat, maka ion-ion
didalamnya akan dengan segera menyusun diri dan membentuk hablur-hablur yang
berukuran kecil-kecil, kadang berukuran mikroskopis. Bentuk pola susunan hablur-
hablur mineral yang nampak pada batuan beku tersebut dinamakan tekstur batuan.
Disamping derajat kecepatan pendinginan, susunan mineralogi dari magma serta
kadar gas yang dikandungnya, juga turut menentukan dalam proses
penghablurannya. Mengingat magma dalam aspek-aspek tersebut diatas sangat
berbeda, maka batuan beku yang terbentuk juga sangat beragam dalam susunan
mineralogi dan kenampakan fisiknya. Meskipun demikian, batuan beku tetap dapat
dikelompokan berdasarkan cara-cara pembentukan seta susunan mineraloginya.
BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Percobaan 1
Struktur : Masive
Nama : A. Fenton ( 1950 ) : Quarts Diorit Porphry
B. Travis ( 1955 ) : Porfiri Diorite Kwarsa
Asisten Praktikan
4.1.2 Percobaan 2
Struktur : Masive
Nama : A. Fenton ( 1950 ) : Porvin Basalt
B. Travis ( 1955 ) : Basalt Porvin
Asisten Praktikan
4.1.3 Percobaan 3
Acara : Batuan Beku Nama : MUHTABSIR. S
Hari / Tgl : Ahad, 6 Oktober 2019 Stambuk : 09320180078
Nomor Urut :3
Warna Segar : Abu – Abu
Warna Lapuk : Coklat
Jenis Batuan : Intermediet
Tekstur : A. Krintilitas : Hipokristalin
B. Granulitas : Fanero Forfinitik
C. Fabrik : A. Bentuk : Subhedral
B. Relasi : In-Equigranular
Komposisi Mineral % % % Rata – Rata
Mineral Utama Plagioklas 50 50 50 50 %
Mineral Pelengkap Kuarsa 20 20 20 20 %
Mineral Tambahan Biotit 15 15 15 15 %
Piroksin 15 15 15 15 %
Struktur : Masive
Nama : A. Fenton ( 1950 ) : Diorite Forfirit
B. Travis ( 1955 ) : Forfirit Diorite
Asisten Praktikan
4.1.4 Percobaan 4
Acara : Batuan Beku Nama : MUHTABSIR. S
Hari / Tgl : Ahad, 6 Oktober 2019 Stambuk : 09320180078
Nomor Urut :4
Warna Segar : Abu-abu
Warna Lapuk : Coklat
Jenis Batuan : Intermediet
Tekstur : A. Krintilitas : Hipokristalin
B. Granulitas : Fanero Porfiritik
C. Fabrik : A. Bentuk : Subhedral
B. Relasi : In-Equigranular
Komposisi Mineral % % % Rata – Rata
Mineral Utama Plagioklas 50 50 50 50 %
Mineral Pelengkap Kuarsa 35 35 35 35 %
Mineral Tambahan Amphibole 15 15 15 15 %
Struktur : Amigdaloidal
Nama : A. Fenton ( 1950 ) : Andesite
B. Travis ( 1955 ) : Andesite
Asisten Praktikan
4.1.5 Percobaan 5
Acara : Batuan Beku Nama : MUHTABSIR. S
Hari / Tgl : Ahad, 6 Oktober 2019 Stambuk : 09320180078
Nomor Urut :5
Warna Segar : Hijau
Warna Lapuk : Hijau
Jenis Batuan : Ultra basa
Tekstur : A. Krintilitas : Holoyalin
B. Granulitas : Afanitik
C. Fabrik : A. Bentuk : Anhedral
B. Relasi : Equigranular
Komposisi Mineral % % % Rata – Rata
Mineral Utama Plagioklas 50 50 50 50 %
Mineral Pelengkap Asbes 35 35 35 35 %
Mineral Tambahan Biotin 15 15 15 15 %
Struktur : Masive
Nama : A. Fenton ( 1950 ) : Limburgit
B. Travis ( 1955 ) : Limburgit
Asisten Praktikan
4.2 Pembahasan
4.2.1 Percobaan 1
Batuan granit adalah salah satu jenis batuan beku yang memiliki warna cerah,
butirannya kasar, tersusun dari mineral dominan berupa kuarsa dan feldspar, serta
sedikit mineral mika dan amfibol. Menurut ilmu petrologi, granit didefinisikan
sebagai batuan beku yang di dalamnya terkandung mineral kuarsa sebesar 10 – 50
persen dari kendungan total mineral felseik, serta mineral alkali feldspar sebanyak 65
– 90 persen dari jumlah seluruh mineral feldspar. Sedangkan dalam dunia industri,
granit diartikan sebagai batuan yang butiran atau biji- bijiannya dapat dilihat dengan
jelas dan mempunyai kepadatan yang lebih keras dari marmer. Definisi- definisi
tersebut dijabarkan dari kata ‘granit’ yang berasal dari kata ‘granum’ yang
mempunyai arti butiran padi.
Seperti yang telah disebutkan pada definisi, bahwa karakteristik dari batuan
granit adalah memiliki butiran kasar dan berwarna cerah. Warna batuan granit
meliputi warna merah, abu- abu, putih dan merah muda, dengan butiran warna gelap
seperti hijau tua, coklat tua dan hitam. Warna tersebut diperoleh dari komposisi
mineral yang terkandung dalam batuan granit. Karakteristik lain dari batuan granit
yaitu bersifat asam, serta ukuran butiran kristalnya relatif sama dan besar. Tekstur
butiran batuan granit disebut tekstur phaneritic yang tidak memiliki retakan dan
lubang- lubang bekas pelepasan gas (vasculer). Batuan ini sangat masif (padat)
dengan kepadatan rata- rata 2,75 gram per centimeter kubik dan kekuatan tekanan
lebih dari 200 Mpa. Kepadatan tersebut memungkinkan batuan granit untuk tahan
terhadap erosi dan abrasi, mampu menahan beban yang berat serta tahan
terhadap pelapukan batuan.
Sifat batuan granit yang keras dan kuat membuat batuan tersebut banyak
dimanfaatkan dalam berbagai bidang. Masyarakat sering melakukan penambangan
batu granit. Bahkan batu granit menjadi salah satu dari jenis jenis batuan yang paling
sering dicari sebagai batuan dimensi, yaitu potongan batu alam berbentuk lembaran
tebal atau balok dengan panjang dan lebar tertentu. Saat ini batuan granit dapat
ditemukan dengan mudah oleh para penambang, padahal letaknya jauh di dalam
kerak bumi.
4.2.2 Percobaan 2
Batu basal merupakan salah satu jenis batuan beku yang terbentuk dari pembekuan
magma di permukaan bumi yang bersifat basa. Pengertian lain dari batu basal adalah batuan
beku ekstrusif yang memiliki butiran kristal halus, warna gelap dan mempunyai komposisi
utama berupa mineral olivin. Sedangkan pengertian batu basal menurut ahli adalah batuan
beku aphanitic yang mempunyai kandungan kuarsa tidak lebih dari 20 persen, kadar
feldspathoid kurang dari 10 persen dan prosentase mineral felspar dalam bentuk plagioklas
sebesar 65 persen.
Batu basal berwarna abu- abu hingga hitam, bersifat keras dan padat (masif). Selain
itu juga mempunyai tekstur afanatik yang tersusun dari mineral piroksin, amfibol, plagioklas
dan gelas vulkanik. Keberadaan mineral gelas vulkanik hanya terdapat pada pada batu basal
dengan nama gabbro.
Proses pembentukan suatu batuan berbeda dengan proses terbentuknya batuan
lain. Misalnya, proses terbentuknya batuan metamorf berbeda dengan proses
terbentunya batuan sedimen. Akan tetapi proses terbentuknya batu basal adalah
bagian dari tahapan proses pembentukan batuan beku ektrusif. Disebut ekstrusif
karena pembekuan batuan terjadi di atas permukaan bumi. Tahapan pembentukan
batu basal yaitu :
Pada awalnya, magma yang merupakan asal dari segala jenis batuan
melakukan pergerakan menuju ke permukaan bumi. Gas- gas yang berada pada perut
bumi selanjutnya memberi tekanan pada magma. Magma yang tertekan akan
menerobos celah- celah pada kerak bumi sehingga keluar ke permukaan bumi. Proses
keluarnya magma tersebut dikenal dengan istilah erupsi. Erupsi tersebut dapat berupa
letusan gunung berapi. Material erupsi dapat terlontar ke daratan maupun lautan.
Sedangkan magma atau lava pembentuk batu basal yang ditemukan di bawah
permukaan air sungai, danau maupun laut disebut dengan pillow lava. Setelah terjadi
letusan, magma yang berada di atas permukaan bumi akan mengalami pembekuan.
Pembekuan tersebut berlangsung sangat cepat dan disertai dengan terlepasnya
gelembung gas karbondioksida yang berada pada magma. Pada akhirnya hasil
pembekuan magma tersebut akan menjadi batu basal dan batuan beku ekstrusif
lainnya.
Diorit biasanya tersusun atas mineral plagioklas yang kaya sodium, dengan
kandungan mineral hornblende, augit, dan biotit dalam jumlah yang sedikit.
Terkadang juga diorit mengandung sedikit kuarsa. Hal inilah yang membuat batu
diorit bertekstur "coarse-grained", dengan campuran kontras dari
butiran mineral yang berwarna hitam dan putih. Warna tersebut akan mirip jika kita
mencampurkan segenggam garam dan lada hitam. Itulah mengapa batu diorit dikenal
dengan istilah "salt and pepper" dalam hal pendeskripsiannya.
Batuan yang mirip dengan diorit adalah batu andesit. Keduanya memiliki
komposisi mineral yang sama dan terjadi di wilayah pembentukan yang sama.
Perbedaan mendasar keduanya ada pada ukuran butir dan tingkat pendinginan
magma asalnya. Magma asal Dorit mengkristal lebih lambat di bawah permukaan
bumi. Pendinginan yang lambat akan menghasilkan ukuran butir yang lebih kasar.
Sedangkan magma asal andesit akan mengkristal jauh lebih cepat diatas permukaan,
sehingga menghasilkan butiran kristal yang lebih kecil (halus).
Diorit juga mirip dengan batu gabro. Selain warna gabro yang lebih hitam,
perbedaannya ada pada komposisi plagioklas dari diorit yang lebih asam (sodik)
dibandingkan labradorit. Batuan yang komposisi plagioklasnya lebih basa biasanya
disebut dengan gabro.
4.2.4 Percobaan 4
Andesit adalah nama salah satu batuan beku ekstrusif yang tersusun atas
butiran mineral yang halus (fine-grained). Batuan beku ekstrusif ini biasanya ringan
dan berwrna abu-abu gelap. Pada kondisi cuaca tertentu, Andesit sering terlihat
berwarna coklat sehingga untuk mengidentifikasinya perlu dilakukan pemeriksaan
yang lebih detail. Andesit kaya akan mineral plagioklas feldspar dan biasanya
mengandung biotit, piroksen, atau amphibole.
Nama Andesit berasal dari Pegunungan Andes di Amerika Selatan. Andesit di
pegunungan Andes terbentuk sebagai lava "interbedded" bersamaan dengan deposit
abu vulkanik (ash) dan tufa di bagian sisi-sisi stratovolcano yang curam.
Stratovolcano andesit ditemukan di atas zona subduksi di Amerika Tengah, Meksiko,
Washington, Oregon, Jepang, Indonesia, Filipina, Karibia, Selandia Baru, dan
dibeberapa lokasi lainnya.
Andesit ditemukan dalam aliran lava yang dihasilkan oleh stratovulkano.
Lava yang naik ke ke permukaan akan mengalami proses pendinginan dengan cepat,
hal inilah yang menyebabkan tekstur andesit menjadi lebih halus. Butir mineral
dalam andesit biasanya sangat kecil sehingga tidak dapat dilihat tanpa menggunakan
alat pembesar. Beberapa jenis andesit mengandung sejumlah besar "glass", dan ada
juga yang terlihat jejak lava gas vesikular dengan tekstur amigdaloidal.
Andesit adalah batuan umum kerak benua yang biasanya berada di atas zona
subduksi. Andesit umumnya terbentuk setelah "melting" (pelelehan/pencairan)
lempeng samudera akibat subduksi. Subduksi yang menyebabkan "melting" pada
zona ini merupakan sumber magma (lihat apa itu magma?) yang apabila naik ke
permukaan akan membentuk Andesit.
Andesit juga dapat terbentuk jauh dari lingkungan zona subduksi. Sebagai
contoh, batuan ini dapat terbentuk pada "ocean ridges" dan "oceanic hotspots" yang
dihasilkan dari "pelelehan sebagian" (partial melting) batuan basaltik. Andesit juga
dapat terbentuk selama letusan pada struktur dalam lempeng benua dimana magma
sumber meleleh dalam kerak benua atau bercampur dengan magma benua.
Kesimpulannya, ada banyak lingkungan lain dimana andesit mungkin dapat
terbentuk. Kadang-kadang andesit terlihat mengandung kristal plagioklas,
amphibole, atau piroksen yang berukuran besar. Kristal-kristal besar ini dikenal
ASTITIN SYAHRUM MUHTABSIR. S
09320170084 09320180078
PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN BEKU
4.2.5 Percobaan 5
Piroksenit merupakan batuan beku ultrabasa terdiri terutama dari mineral dari
kelompok piroksen, seperti augit dan diopside, hipersten, bronzite atau enstatite. Mereka
diklasifikasikan (lihat diagram di bawah) ke clinopyroxenites, orthopyroxenites, dan
websterites yang mengandung kedua pyroxenes. Erat bersekutu dengan kelompok ini adalah
hornblendites, terdiri terutama dari hornblende dan amfibol lainnya. Mereka pada dasarnya
asal beku, meskipun beberapa pyroxenites termasuk dalam kompleks Lewisian metamorf
dari Skotlandia. Para piroksen kaya batuan yang dihasilkan dari metamorfisme kontak
batugamping tidak murni digambarkan sebagai hornfelses piroksen (kalk-silikat hornfelses).
Secara geografis, komatiites dibatasi distribusi ke daerah-daerah perisai Archaean.
Komatiites terjadi dengan lainnya batuan ultramafik dan tinggi magnesian volkanik
mafik di sabuk Greenstone Archaean. Para komatiites termuda adalah dari Pulau
Gorgona di Karibia laut dataran tinggi di lepas pantai Pasifik Kolombia.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
5.1.1 Laboratorium
Sebaiknya laboratorium menambah rak sepatunya agar ketika kita ingin
melakukan kegiatan di laboratorium sepatu tetap terlihat rapi dan tidak berhamburan.
5.1.2 Asisten
Sebaiknya asisten memberikan sedikit waktunya untuk memberikan
pengetahuan baru mengenai Mineral.
DAFTAR PUSTAKA