Anda di halaman 1dari 8

JURNAL PRAKTIKUM

ROCK MASS

MUHTABSIR. S
09320180245

LABORATORIUM GEOMEKANIKA
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR
2020

Rock Mass - 4
JURNAL PRAKTIKUM
yang ROCK MASS

Muhtabsir. S1, Nurwina2, A. Baso Lovan Al Tamar, S.T3

Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Muslim Indonesia


Makassar; Jl. Urip Sumoharjo KM 05, telp/fax (+62) 411 455666/ (+62) 411 455695
e-mail: muhtabsir.0917@gmail.com

ABSTRAK
Mekanika batuan adalah salah cabang disiplin ilmu geomekanika. Mekanika batuan merupakan ilmu yang mempelajari sifat-
sifat mekanik batuan dan massa batuan. Adapun maksud dari praktikum rock mass ini adalah kita dapat melakukan klasifikasi massa
batuan untuk keteknikan sebagai metode untuk perencanaan tambang bawah permukaan. Ambil core box, amati inti bor yang ada di
dalamnya. Sebuah massa batuan yang didominasi oleh batu basal memiliki hasil pengujian kuat tekan sebesar 112 Mpa dengan jarak
diskontinuiti dilapangan 0,85 serta kondisinya agak kasar, planar agak lapuk. Dari hasil pengujian 1 dimana sebuah massa batuan yang
didominasi oleh batu basal memiliki hasil pengujian kuat tekan sebesar 112 Mpa dengan jarak diskontinuiti dilapangan 0,85 serta
kondisinya agak kasar, planar dan agak lapuk . Pada praktikum mekanika batuan mata acara Rock Mass merupakan suatu cara untuk
menilai suatu batuan.

Kata Kunci: Rock, mekanika, core, RMR, Q-system

PENDAHULUAN
Mekanika batuan merupakan ilmu yang Mekanika pertama diperkenalkan sekitar 60 tahun yang lalu yang
batuan merupakan ilmu yang mempelajari sifat-sifat ditujukan untuk terowongan dengan
mekanik batuan dan massa batuan. Mekanika batuan penyanggaan
adalah salah cabang disiplin ilmu geomekanika. Hal ini menggunakan penyangga baja. Kemudian klasifikasi
menyebabkan mekanika batuan memiliki peran yang dikembangkan untuk penyangga nonbaja untuk
dominan dalam operasi penambangan, seperti pekerjaan terowongan digunakan untuk penggalian pada batuan
penerowongan, pemboran, penggalian, peledakan dan yaitu: analitik, observasi, dan empirik. Salah satu yang
pekerjaan lainnya. Sehingga untuk mengetahui sifat paling banyak digunakan adalah pendekatan desain dengan
mekanik batuan dan massa batuan dilakukan berbagai menggunakan metode empiric. Klasifikasi massa batuan
macam uji coba baik itu di laboratorium maupun di dikembangkan untuk mengatasi permasalahan yang timbul
lapangan langsung atau secara insitu. Untuk mengetahui di lapangan secara cepat dan tidak ditujukan untuk
sifat mekanik batuan dilakukan beberapa percobaan seperti mengganti studi analitik, observasi lapangan, pengukuran,
uji kuat tekan uniaksial, uji kuat tarik, uji triaksial dan uji dan engineering judgement.
tegangan insitu. Dikarenakan kompleknya suatu massa batuan,
Di dalam geoteknik, klasifikasi massa batuan beberapa penelitian berusaha untuk mencari hubungan
yang pertama diperkenalkan sekitar 60 tahun yang lalu antara desain galian batu dengan parameter massa batuan.
yang ditujukan untuk terowongan dengan penyanggaan Banyak dari metodemetode tersebut telah dimodifikasi
menggunakan penyangga baja. Kemudian klasifikasi oleh yang lainnya dan sekarang banyak digunakan untuk
dikembangkan untuk penyangga nonbaja untuk penelitian awal atau bahkan untuk desain akhir. Ada
terowongan, lereng, dan pondasi. 3 pendekatan desain beberapa sistem klasifikasi masa batuan yang terkenal
yang biasa digunakan untuk penggalian pada batuan yaitu: pada saat ini, namun yang paling banyak digunakan adalah
analitik, observasi, dan empirik. Salah satu yang paling sistem klasifikasi massa batuan dengan menggunakan
banyak digunakan adalah pendekatan desain dengan metode Rock Mass Rating (RMR). Klasifikasi yang
menggunakan metode empiric. Klasifikasi massa batuan digunakan juga adalah Rock Quality Designation (RQD)
dikembangkan untuk mengatasi permasalahan yang timbul dan Q-System. Parameter tersebut dapat digunakan untuk
di lapangan secara cepat dan tidak ditujukan untuk menentukan bobot/massa batuan yang akan diuji.
mengganti studi analitik, observasi lapangan, pengukuran, Penampakan massa batuan yang diisi oleh
dan engineering judgement. Dikarenakan kompleknya beberapa bidang perlapisan dan kekar menunjukkan
suatu massa batuan, beberapa penelitian berusaha untuk adanya suatu bidang diskontinuitas. Pendekatan yang
mencari hubungan antara desain galian batu dengan lebih sistematis untuk analisis kestabilan lereng dengan
parameter massa batuan. Banyak dari metodemetode membuat klasifikasi lereng dengan cara menggunakan
tersebut telah dimodifikasi oleh yang lainnya dan sekarang pendekatan Rock Mass Rating (RMR).
banyak digunakan untuk penelitian awal atau bahkan RMR dapat memberikan panduan awal dalam
untuk desain akhir. Ada beberapa sistem klasifikasi masa mengevaluasi stabilitas lereng dimana RMR dikontrol oleh
batuan yang terkenal pada saat ini, namun yang paling adanya struktur geologi, jenis batuan dan keadaan
banyak digunakan adalah sistem klasifikasi massa batuan morfologi suatu daerah. memberikan informasi yang
dengan menggunakan metode Rock Mass Rating (RMR). berguna tentang tipe keruntuhan serta hal-hal yang
Klasifikasi yang digunakan juga adalah Rock Quality diperlukan untuk perbaikan lereng. Masalah yang sering
Designation (RQD) dan Q-System. Parameter tersebut dihadapi di tambang terbuka adalah perilaku deformasi,
dapat digunakan untuk menentukan bobot/massa batuan perilaku batuan lunak dan kondisi buruk struktur massa
yang akan diuji. batuan. Di lain pihak selain pendekatan Rock Mass Rating
Di dalam geoteknik, klasifikasi massa batuan
Rock Mass - 5
(RMR), Limit Equilibrium Method (LEM) atau Metode Uji ini dilakukan untuk mengetahui kekuatan dari
Kesetimbangan Batas juga dapat digunakan dalam sampel batuan secara tak langsung di lapangan. Sampel
mengevaluasi stabilitas lereng. LEM banyak digunakan batuan dapat berbentuk silinder atau tidak beraturan.
dalam menganalisis stabilitas lereng karena metode ini d. Uji Triaksial
dianggap suatu metode yang relatif sederhana. Salah Pengujian ini adalah salah satu pengujian
Adapun maksud dari praktikum rock mass ini yang terpenting dalam mekanika batuan untuk menentukan
adalah kita dapat melakukan klasifikasi massa batuan kekuatan batuan di bawah tekanan triaksial. Percontoh
untuk keteknikan sebagai metode untuk perencanaan yang digunakan berbentuk silinder dengan syarat-syarat
tambang bawah permukaan. sama pada pengujian kuat tekan.
Sedangkan tujuan dari praktikum rock mass e. Kuat Tekan (Uniaxial)
adalah mengetahui kualitas massa batuan berdasarkan Kuat tekan (uniaxial) yang diuji dengan suatu
klasifikasi massa batuan, mengetahui parameter dan silinder atau prisma terhadap titik pecahnya. Penekanan
perhitungan klasifikasi massa batuan menggunakan uniaksial terhadap contoh batuan silinder merupakan uji
metode rock mass rating (RMR), mengetahui parameter sifat mekanik yang paling umum digunakan Uji kuat tekan
dan penentuan klasifikasi massa batauan berdasarkan uniaksial dilakukan untuk menentukan kuat tekan batuan
metode Q-System (Arief,2018).
f. Kuat Tarik (Tensile Strength)
TINJAUAN PUSTAKA Kuat tarik (tensile strength) ditentukan dengan uji
1. Sifat Fisik dan Sifat Mekanik Batuan Brazilian dimana suatu piringan di tekan sepanjang
Batuan merupakan zat padat yang terbentuk dari diameter atau dengan uji langsung yang meliputi tarikan
kumpulan mineral yang berbeda dan mempunyai sebenarnya atau bengkokan dari prisma batuan. Kekuatan
komposisi kimia yang tetap dan merupakan penyusun batuan dapat di ukur secara insitu (di lapangan) sebaik
kerak bumi. Batuan terbentuk melalui proses geologi yang pengukuran di laboratorium. Regangan (deformasi) diukur
panjang dan selama proses geologi seperti aktivitas di area tambang kemudian di hubungkan terhadap
magmatisme dan proses sedimentasi sangat berpengaruh tegangan dengan berpedoman pada konstanta elastik dari
terhadap sifat fisik batuan tersebut sedangkan pengaruh laboratorium.
struktur geologi akan berpengaruh terhadap sifat mekanis Tegangan sebelum penambangan merupakan
dari batuan tersebut. Oleh sebab itulah batuan memiliki kondisi tegangan asli, sulit dihitung, tetapi merupakan
sifat fisiki maupun sifat mekanis (Arief, 2018). parameter desain tambang yang penting. Kondisi tegangan
1.2 Sifat Fisik yang berkembang selama penambangan merupakan hal
Sifat fisik batuan merupakan sifat yang dimiliki penting yang harus diperhatikan dalam operasi tambang
oleh batuan tersebut bersamaan saat batuan tersebut sebaik dalam perancangan tambang. Regangan yang
terbentuk. Sifat fisik batuan tersebut misalnya porositas, dihasilkan dari pola tegangan baru di ukur dari waktu ke
berat jenis, permaebilitas, absorpsi dan derajat waktu atau dimonitor secara menerus selama
kejenuhan. penambangan berlangsung. Kekuatan batuan dapat diukur
1.3 Sifat Mekanik Batuan secara insitu (di lapangan) sebaik pengukuran
Sifat mekanik batuan adalah sifat yang dimiliki dilaboratorium. Regangan (deformasi) diukur di area
batuan karena adanya pengaruh gaya –gaya dari luar yang tambang kemudian di hubungkan terhadap tegangan
bekerja pada batuan tersebut. Pengujian Sifat Mekanis dengan berpedoman pada konstanta elastik dari
Batuan (Muhammad,2017). laboratorium. Tegangan sebelum penambangan merupakan
1.4 Uji Kuat Tekan (Unconfined Compressive kondisi tegangan asli, sulit di hitung, tetapi merupakan
Strength Test) parameter desain tambang yang penting. Tegangan
a. Uji ini menggunakan mesin tekan (compression tersebut umumnya diperkirakan dan diberi beberapa
machine) untuk menekan sampel batuan yang kuantifikasi dengan memasang sekelompok pengukur
berbentuk silinder dari satu arah (Unconfined Compressive tegangan elektrik dalam rosette pada permukaan batuan,
Strength Test). Penyebaran tegangan di dalam sampel memindahkan batuan-batuan yang berdekatan, dan
batuan secara teoritis adalah searah dengan gaya yang mengukur respons tegangan sebenarnya yang di lepaskan.
dikenakan pada sampel tersebut. Tetapi dalam Kondisi tegangan yang berkembang selama penambangan
kenyataannya arah tegangan tidak searah dengan gaya merupakan hal penting yang harus diperhatikan dalam
yang dikenakan pada sampel tersebut karena ada pengaruh operasi tambang sebaik dalam perancangan. (Arief,2018).
dari plat penekan mesin tekan yang menghimpit sampel, g. Hammer test
sehingga bentuk pecahan tidak terbentuk bidang pecah Hammer Test adalah suatu metode pemeriksaan
yang searah dengan gaya melainkan berbentuk kerucut mutu batuan tanpa merusak batuan. Disamping itu dengan
cone. Perbandingan antara tinggi dan diameter sampel (l/d) menggunakan metode ini akan diperoleh cukup banyak
mempengaruhi nilai kuat tekan batuan. Untuk pengujian data dalam waktu yang relatif singkat dengan biaya yang
kuat tekan digunakan yaitu 2 < l/d < 2,5. Semakin besar murah. Metode pengujian ini dilakukan dengan
(Arief,2018). memberikan beban impact (tumbukan) pada permukaan
b. Uji Kuat Tarik Tak Langsung batuan dengan menggunakan suatu massa yang diaktifkan
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kuat dengan menggunakan energi yang besarnya tertentu. Jarak
tarik (tensile strength) dari perconto batu berbentuk pantulan yang timbul dari massa tersebut pada saat terjadi
silinder secara tidak langsung. Alat yang digunakan adalah tumbukan dengan permukaan batuan dapat memberikan
mesin tekan seperti pada pengujian kuat tekan. indikasi kekerasan juga setelah dikalibrasi, dapat
c. Uji Point Load memberikan pengujian ini adalah jenis hammer. Alat ini

Rock Mass - 6
sangat berguna untuk mengetahui keseragaman batuan Bieniawski (1984), kekuatan suatu batuan secara
pada struktur. Karena kesederhanaannya, pengujian utuh dapat diperoleh dari Point Load Strength Index atau
dengan menggunakan alat ini sangat cepat, sehingga dapat Uniaxial Compressive Strengh. Beliau menggunakan
mencakup area pengujian yang luas dalam waktu yang klasifikasi Uniaxial Compressive Strength (UCS) yang
singkat. Alat ini sangat peka terhadap variasi yang ada telah diusulkan oleh Deere & Miller, 1968 (Bieniawski,
pada permukaan batuan, misalnya keberadaan partikel batu 1984) dan juga UCS yang telah ditentukan dengan
pada bagian-bagian tertentu dekat permukaan. Oleh karena menggunakan Hammer Test. Kekuatan batuan utuh adalah
itu, diperlukan pengambilan beberapa kali pengukuran kekuatan suatu batuan untuk bertahan menahan suatu gaya
disekitar setiap lokasi pengukuran, yang hasilnya hingga pecah. Kekuatan batuan dapat dibentuk oleh suatu
kemudian dirata-ratakan. British Standards (BS) ikatan adhesi antarbutir mineral atau tingkat sementasi
mengisyaratkan pengambilan antara 9 sampai 25 kali pada batuan tersebut, serta kekerasan mineral yang
pengukuran untuk setiap daerah pengujian seluas membentuknya. Hal ini akan sangat berhubungan dengan
maksimum 300 mm (Arief,2018). genesa, komposisi, tekstur, dan struktur batuan
h. Uji Sifat Fisik (Hutchinson, 1996)
Batuan Dengan Gelombang Ultrasonik Uji sifat
fisik batuan dengan gelombang ultrasonik ini yaitu 2.2 Rock Quality Designation (RQD)
menggunakan alat sonic viewer sx 5251. Alat ini mampu Menurut Deere et al., (1967, dalam Hoek, 1995)
memancarkan gelombang ultrasonik yang memiliki kualitas massa batuan dapat dinilai dari harga RQD, yaitu
frekuensi 20 KHz. Gelombang ultrasonik digunakan untuk suatu pedoman secara kuantitatif berdasarkan pada
mendeteksi objek jauh lebih detail terutama pada benda– perolehan inti yang mempunyai panjang 100 mm atau
benda yang padat, gelombang ultrasonik tersebut lebih tanpa rekahan. RQD dapat didefinisikan seperti pada.
dipantulkan melalui permukaan benda yang akan diamati Nama lain dari RQD adalah suatu penilaian kualitas batuan
(Arief,2018). secara kuantitatif berdasarkan kerapatan kekar (Deree,
Gelombang ultrasonik tersebut merambat karena 1989).
merupakan rambatan energi dan momentum mekanika
sehingga merambat sebagai interaksi dengan molekul dan
inersia medium yang dilaluinya. Perambatan gelombang
tersebut menyebabkan getaran partikel dengan medium
amplitudo sejajar dengan arah rambat secara longitudinal
sehingga menyebabkan partikel maedium membentuk
rapatan dan tegangan. Periode rapatan dan rengangan
benda tersebutlah yang akan diamati untuk mengetahui
sejauh mana sifat elastisitas batuan, density, dan rigiditas
suatu batuan, melalui korelasi data nilai kecepatan rambat
gelombang S dan P, modulus geser dan possion ratio
(Arief,2018).
2. Rock Mass Rating (RMR)
Rock Mass Rating merupakan suatu cara untuk
menilai suatu batuan. Sistem Rock Mass Rating (RMR)
pada awalnya telah dikembangkan pada South African
Council of Scientific and Industrial Research (CSIR) oleh Gambar 1 Rumus RMR
Bieniawski (1973) berdasarkan pengalamannya di
terowongan dangkal pada batuan sedimen (Kaiser et al., 2.3 Jarak diskontinuitas (Spacing of discontinuities)
1986; dalam Singh, 2006). Klasifikasi geomekanik Diskontinuitas adalah bentuk-bentuk
didasarkan pada hasil penelitian 49 terowongan di Eropa ketidakmenerusan massa batuan, seperti kekar, bedding
dan Afrika, dimana klasifikasi ini menilai beberapa atau foliasi, shear zones, sesar minor, atau bidang lemah
parameter yang kemudian diberi bobot (rating) dan lainnya. Jarak diskontinuitas dapat diartikan sebagai jarak
digunakan untuk perencanaan terowongan (Bieniawski, rekahan bidang-bidang yang tidak sejajar dengan bidang-
1973, 1976, 1984; dalam Nurfalah, 2010). Tujuan bidang lemah lain. Sedangkan spasi bidang diskontinuitas
menggunakan klasifikasi ini dalah sebagai bentuk adalah jarak antar bidang yang diukur secara tegak lurus
komunikasi para ahli untuk menyelesaikan permasalahan dengan bidang diskontinuitas (Bieniawski, 1979)
geoteknik. Seperti dapat memperkirakan sifat-sifat dari
massa batuan dan dapat juga merencanakan kestabilitas Tabel 1 Klasifikasi jarak Diskontinuitas
terowongan atau lereng. Klasifikasi geomekanik sistem
RMR adalah suatu metode empiris untuk menentukan
pembobotan dari suatu massa batuan, yang digunakan
untuk mengevaluasi ketahanan massa batuan sebagai salah
satu cara untuk menentukan kemiringan lereng maksimum
yang bisa diaplikasikan untuk hal pembuatan terowongan
(Bieniawski, 1973; dalam Nurfalah 2010). Klasifikasi ini
didasarkan pada enam parameter, antara lain sebagai 2.4 Kondisi diskontinuitas (Condition of
berikut discontinuities)
2.1 Kekuatan batuan (Rock strength) Kondisi diskontinuitas merupakan suatu

Rock Mass - 7
parameter yang terdiri dari beberapa sub-sub parameter, Kualitas batuan menggunakan klasifikasi Q-
yakni kemenerusan bidang diskontinuitas (persistence), system dapat berkisar dari Q= 0,0001 sampai Q= 1000
lebar rekahan bidang diskontinuitas (aperture), kekasaran pada skala logaritmik kualitas massa batuan.
permukaan bidang diskontinuitas (roughness), material Jn (Joint Set Number
pengisi bidang diskontinuitas (infilling), dan tingkat
pelapukan dari permukaan bidang diskontinuitas
(weathered) Bieniawski, 1979).
2.5 Kondisi Airtanah (Groundwater condition)
Air tanah sangat berpengaruh terhadap lubang
bukaan suatu terowongan, sehingga posisi muka air tanah
terhadap posisi lubang bukaan sangat perlu diperhatikan.
Kondisi air tanah dapat dinyatakan secara umum, yaitu
kering (dry), lembab (damp), basah (wet), menetes Tabel 3 Jn
(dripping), dan mengalir (flowing) (Hutchinson, 1996)
2.6 Orientasi diskontinuitas (Orientation of discontinuities)
Orientasi diskontinuitas merupakan strike/dip
diskontinuitas (dip/dip direction). Orientasi bidang
diskontinuitas sangat mempengaruhi kestabilan lubang
bukaan terowongan, terutama apabila adanya gaya
deformasi yang mengakibatkan berkurangnya suatu kuat
geser. Orientasi bidang diskontinuitas yang tegak lurus
sumbu lintasan terowongan, sangat menguntungkan.
Sebaliknya orientasi bidang diskontinuitas yang sejajar
dengan sumbu lintasan terowongan, akan sangat tidak Jr (Joint Roughness Number)
menguntungkan.
Di lapangan, orientasi bidang diskontinuitas dapat
diperoleh dengan mengukur strike/dip kekar menggunakan Tabel 4 Jr
kompas geologi. Begitu pula dengan arah lintasan
terowongan, dapat diperoleh dengan mengukur azimuth
arah lintasan terowongan menggunakan kompas geologi.
Klasifikasi batuan Q-System dikenal juga dengan
istilah Rock Tunneling Quality Index untuk keperluan
perancangan penyangga penggalian bawah tanah.
Q-System digunakan dalam klasifikasi massa
batuan sejak tahun 1980 di Iceland. Sistem ini pertama kali
dikembangkan oleh Barton, dkk di 1974 berdasarkan
pengalaman pembuatan terowongan terutama di Norwegia
dan Finlandia. Ja (Joint Alteration Number)
Pembobotan Q-System didasarkan atas
penaksiran numerik kualitas massa batuan berdasarkan 6 Tabel 5 Ja
parameter berikut;
1. RQD (Rock Quality Designation)
2. Jumlah Kekar/Joint Set Number (Jn)
3. Kekasaran Kekar atau Kekar Utama/Joint Roughness
Number (Jr)
4. Derajat Alterasi atau pengisian sepanjang kekar yang
paling lemah/Joint Alteration Number (Ja)
5. Aliran Air/Joint Water Reduction Number (Jw)
6. Faktor Reduksi Tegangan /Stress Reduction Factor
(SRF) Jw (Joint Water Reduction Number)
RQD (Rock Quality Desgnation)
Tabel 6 Jw
Tabel 2 RQD

SRF (Stress Reduction Factor)

Rock Mass - 8
19 cm+13 cm+15 cm+11.8 cm
Tabel 7 SRF = x 100 %
100 cm
= 58.8 %
RMR = A1+A2+A3+A4+A5
= 12 + 13 + 5 + 30 + 7
= 67

Q-System = ( RQD
Jn ) x( )x(
Jr
Ja SRF )
Jw

= ( 58.89 )( 34 )( 0.665 )
= 7.412 ( Fair )
PROSEDUR PENELITIAN Jadi massa batuannya adalah 7.412 (Cukup Baik)
Prosedur kerja penelitian dilakukan secara
bertahap yang dimulai dari: HASIL 2
Ambil core box, amati inti bor yang ada di Batu tufa menjadi penyusun utama sebuah massa
dalamnya. Ambil salah satu potongan inti bor dari masing- batuan yang memiliki hasil pengujian kuat tekanan sebesar
masing sampel batuan yang ada, ukur diameternya dengan 21 Mpa (+78) dengan jarak diskontinuitas 2,1 m. Kondisi
menggunakan jangka sorong, panjang dari masing-masing kekar dibatuan tersebut berdasarkan sampel core
potongan inti bor pada setiap sampel batuan diukur, yang yaitusangat kasar bergelombang dengan tidak
panjangnya lebih dari 100 mm lalu dijumlahkan. ditemukannya kelapukan meskipun kondisi air tanah pada
massa batuan tersebut basah. Kekar pada massa batuan
sangat rapat dan tidak terlihat adanya isian pada kekar
HASIL DAN PEMBAHASAN
tersebut. Tentukan klasifikasi massa batuan tersebut
1. HASIL dengan menggunakan klasifikasi berdasarkan RMR dan Q-
HASIL 1 System!
Sebuah massa batuan yang didominasi oleh batu Tabel 10 Paramater Klasifikasi Massa Batuan RMR dan
basal memiliki hasil pengujian kuat tekan sebesar 112 Mpa Pembobotannya
dengan jarak diskontinuiti dilapangan 0,85 serta
Parameter keterangan Bobot
kondisinya agak kasar, planar agak lapuk. Kondisi ini
Kuat Tekan 99 Mpa 7
disebabkan oleh kondisi air tanah pada kekar yang
RQD 45.3% 8
bertekanan cukup rendah sekitar 0,1 Mpa sehingga
terdapat batu yang lepas atau jatuh. Tentukan klasifikasi Jarak Diskontinuti 5m 20
massa batuan tersebut dengan menggunakan klasifikasi Kondisi Kontinitas Agak kasar dan 25
berdasarkan RMR dan Q-System! agak lapuk
Air Tanah Basah 7
Tabel 8 Paramater Klasifikasi Massa Batuan RMR dan Jumlah 67
Pembobotannya Tabel 11 Klasifikasi Massa Q-System
Parameter keterangan Bobot Parameter Keterangan Bobot
Kuat Tekan 112 Mpa 12 RQD 45.3% 8
RQD 58,8% 13 Jn Three sets 9
Jarak Diskontinuti 5m 20 Jr Rough, wavy 3
Kondisi Kontinitas 0,1 Mpa 30 Ja Healed 0.75
Air Tanah Basah 7 Jw Large inflow with filled 0.5
Jumlah 82 joint’s
Tabel 9 Klasifikasi Massa Q-System SRF rock with unfilled joint’s 1
Parameter Keterangan Bobot Jumlah 22.25
RQD 58,8% 13
RQD =
Jn Three sets 9
Jr Rough, wavy 3 ∑ P anjang potongan− potongan inti ≥10 cm x 100 %
Ja Sand or crashed rock infill 4 Panjang core
Jw Medium water inflow 0,66 =
SRF Loose rock with open joint’s 5
10 cm+13.1 cm+10.5 cm+ 11.7 cm
Jumlah 34.66 x 100 %
100 cm
RQD = = 45.3 %
∑ Panjang potongan− potongan inti ≥ 10 cm x 100 % RMR = A1+A2+A3+A4+A5
= 7 + 3 + 5 + 30 + 7
Panjang core
= 52

Rock Mass - 9
Q-System = ( RQD
Jn ) x( )x(
Jr
Ja SRF )
Jw
Q-System = ( RQD
Jn ) x( )x(
Jr
Ja SRF )
Jw

= ( 45,39 )( 0.75
3
)( 0.51 ) = ( 59.24 )( 34 )( 0.335 )
= 10.066 (Good ) = 15.61 ( Good )
Jadi massa batuannya adalah 10.066 (Baik) Jadi massa batuannya adalah 15.61 (Baik)
HASIL 3
Sebuah terowongan yang didominasi oleh batu 2. PEMBAHASAN
gabro dengan hasil uji kuat tekan dengan PLI 4 (+8) Dari hasil pengujian 1 dimana sebuah massa batuan
dengan jarak diskontinuitas 0,12 m. Aliran air tanah pada yang didominasi oleh batu basal memiliki hasil pengujian
setiap 10 m terowongan sebesar 10 Lt/menit yang kuat tekan sebesar 112 Mpa dengan jarak diskontinuiti
menyebabkan terdapat kekar yang menerus dan lunak dilapangan 0,85 serta kondisinya agak kasar, planar dan
dengan jarak >5 mm. Kekar tersebt terisi oleh batu pasir agak lapuk. Kondisi ini disebabkan oleh kondisi air tanah
dimana terdapat berbatuan yang lepas. Tentukan pada kekar yang bertekanan cukup rendah sekitar 0,1 Mpa
klasifikasi massa batuan tersebut dengan menggunakan sehingga terdapat batu yang lepas atau jatuh. berdasarkan
klasifikasi berdasarkan RMR dan Q-System! data diatas batuan mempunyai RMR 67 Jadi massa
batuannya adalah 67 dan massa batuan menurut bieniawski
adalah kelas II Baik. dan Q-System 0,06. Jadi, klasifikasi
masa batuannya adalah 7.412 (Fair)
Dari hasil pengujian 2 terdapat batu tufa yang menjadi
penyusun utama sebuah massa batuan yang memiliki hasil
pengujian kuat tekanan sebesar 99 Mpa dengan jarak
diskontinuiti 2,1 m. Kondisi kekar dibatuan tersebut
berdasarkan sampel core yaitu sangat kasar dan
begelombang dengan tidak ditemukannya kelapukan
meskipun kondisi air tanah pada massa batuan tersebut
Tabel 12 Paramater Klasifikasi Massa Batuan RMR dan basah. Kekar pada massa batuan sangat rapat dan tidak
Pembobotannya terlihat adanya isian pada kekar tersebut. berdasarkan data
Parameter keterangan Bobot diatas batuan mempunyai RMR 52 Jadi massa batuannya
Kuat Tekan 12 Mpa 15 adalah 52 dan massa batuan menurut bieniawski adalah
RQD 59.2 % 13 kelas II Baik dan Q-System 10.066. Jadi, klasifikasi masa
Jarak Diskontinuti 20 m 20 batuannya adalah 10.066 (Good )
Kondisi Kontinitas Geuge lunak tebal 0 Dari hasil pengujian 3 dimana sebuah terowongan yang
> 5mm, atau didominasi oleh batu gabro dengan hasil uji kuat tekan
pemisahan > dengan PLI 13 dengan jarak diskontintnuitas 0,12 m.
5mm, menerus Aliran air tanah pada setiap 10 m terowongan sebesar 10
Air Tanah Basah 7 Lt/menit yang menyebabkan terdapat kekar yang menerus
dan lunak dengan jarak >5 mm. Kekar tersebt terisi oleh
Jumlah 55
batu pasir dimana terdapat berbatuan yang lepas.
Tabel 13 Klasifikasi Massa Q-System berdasarkan data diatas batuan mempunyai RMR 55 Jadi
Parameter Keterangan Bobot massa batuannya adalah 55 dan massa batuan menurut
RQD 59.2 % 13 bieniawski adalah kelas III Sedang. dan Q-System 15.61
Jn Two sets 4 Jadi, klasifikasi masa batuannya adalah 15.61 ( Good ).
Jr Rough, wavy 3
Ja Clay coating 4
PENUTUP
Jw That wash out 1. Kesimpulan
0.33
SRF Loose rock with open joint’s 5 Pada praktikum mekanika batuan mata acara
Jumlah Rock Mass merupakan suatu cara untuk menilai suatu
29.33
batuan. Sistem Rock Mass Rating (RMR) pada awalnya
RQD = telah dikembangkan pada South African Council of
∑ Panjang potongan− potongan inti ≥ 10 cm Scientific and Industrial Research (CSIR) oleh Bieniawski
x 100 % (1973) berdasarkan pengalamannya di terowongan dangkal
Panjang core pada batuan sedimen (Kaiser et al., 1986; dalam Singh,
= 2006). Klasifikasi geomekanik didasarkan pada hasil
11cm+11.8 cm+13.1 cm+11.3 cm+12 cm penelitian 49 terowongan di Eropa dan Afrika, dimana
x 100 %klasifikasi ini menilai beberapa parameter yang kemudian
100 cm diberi bobot (rating) dan digunakan untuk perencanaan
= 59.2 % terowongan (Bieniawski, 1973, 1976, 1984; dalam
RMR = A1+A2+A3+A4+A5 Nurfalah, 2010). Tujuan menggunakan klasifikasi ini dalah
= 15+ 13 + 20 + 0 + 7 sebagai bentuk komunikasi para ahli untuk menyelesaikan
= 55 permasalahan geoteknik. Seperti dapat memperkirakan

Rock Mass - 10
sifat-sifat dari massa batuan dan dapat juga merencanakan
kestabilitas terowongan atau lereng. Klasifikasi
geomekanik sistem RMR adalah suatu metode empiris
untuk menentukan pembobotan dari suatu massa batuan,
yang digunakan untuk mengevaluasi ketahanan massa
batuan sebagai salah satu cara untuk menentukan
kemiringan lereng maksimum yang bisa diaplikasikan
untuk hal pembuatan terowongan.
2. Saran
2.1 Saran untuk laboratorium
Saran untuk laboratorium yaitu agar dilengkapi
alat-alat praktikum suasana laboratorium yang beda kali
ini contohnya wifi, mic untuk memperjelas suara saat
penyampaian materi melalui zoom
2.2 Saran untuk Asisten
Menurut saya asisten sudah sangat baik dalam
memberi kami ilmu tapi lebih baik lagi apabila
dioptimalkan semaksimal mungkin cara penyampaian
yang detail dan menyeluruh.

Rock Mass - 11

Anda mungkin juga menyukai