Oleh :
NAMA : IN MUNTADHIMAH
NIM : 193010501018
FAKULTAS TEKNIK
2020
Mekanika Batuan & Rekayasa Tambang
Ilmu mekanika batuan adalah ilmu Pengetahuan teoritik & terapan yang mempelajari
karakteristik,perilaku & respons massa batuan akibat perubahan keseimbangan medan gaya
disekitarnya,baik karna aktivitas manusia maupun alamiah.
Menurut US National Committee on Rock Mechanics(1964) & dimodifikasi (1974) Mekanika Batuan
mempelajari antara lain :
• Metodologi yang logis untuk penerapan teori & teknik mekanika untuk solusi problem fisik nyata
dibidang rekayasa batuan.
Mekanika batuan sendiri merupakan bagian dari subjek yang lebih luas yaitu Geomekanika, yang
membahas tentang respons mekanik dan semua material geogologi seperti tanah dan batuan.
1. MENURUT BUDAVARI
Mekanika batuan adalah ilmu yang mempelajari mekanika perpindahan padatan untuk menentukan
distribusi gaya-gaya dalam dan deformasi akibat gaya luar pada suatu benda padat. Hampir semua
mekanika perpindahan benda padat didasarkan atas teori kontinum. Konsep kontinum adalaf fiksi
matematik yang tergantung pada struktur molekul material yang digantikan oleh suatu bidang kontinum
yang perilaku matematiknya identik dengan media aslinya.
Material ekivalennya dianggap homogen, mempunyai sifat-sifat mekanik yang sama pada semua titik.
Penyederhanaannya adalah bahwa semua sifat mekaniknya sama ke semua arah pada suatu titik di dalam
suatu batuan
3. MENURUT TALOBRE
Mekanika batuan adalah sebuah teknik dan juga sains yang tujuannya adalah mempelajari perilaku
(behaviour) batuan di tempat asalnya untuk dapat mengendalikan pekerjaan-pekerjaan yang dibuat pada
batuan tersebut (seperti penggalian dibawah tanah dan lain-lainnya).
Demikian juga mekanika batuan tidak sama dengan ilmu geologi terapan. Ilmu geologi terapan banyak
mengemukakan problem-problem yang paling sering dihadapi oleh para geologiwan di proyek-proyek
seperti proyek bendungan, terowongan. Dengan mencari analogi-analogi, terutama dari proyek-proyek yang
sudah dikerjakan dapat menyelesaikan kesulitan-kesulitan yang dihadapi pada proyek yang sedang
dikerjakan. Meskipun penyelesaian ini masih secara empiris dan kualitatif
4. MENURUT COATES
1. Mekanika adalah ilmu yang mempelajari efek dari gaya atau tekanan pada sebuah benda.
1. Mekanika batuan adalah ilmu yang mempelajari efek dari pada gaya terhadap batuan.
Batuan adalah susunan mineral dan bahan organis yang bersatu membentuk kulit bumi dan Batuan
adalah semua material yang membentuk kulit bumi
Istilah batuan hanya untuk formasi yang keras dan padat dari kulit bumi. Batuan adalah suatu bahan
yang keras dan koheren atau yang telah terkonsolidasi dan tidak dapat digali dengan cara biasa,
misalnya dengan cangkul dan belincong.
Menurut Talobre
Menurut Talobre, orang yang pertama kali memperkenalkan Mekanika Batuan di Perancis pada tahun
1948, batuan adalah material yang membentuk kulit bumi termasuk fluida yang berada didalamnya
(seperti air, minyak dan lain-lain).
Menurut ASTM
Batuan adalah suatu bahan yang terdiri dari mineral padat (solid) berupa massa yang berukuran besar
ataupun berupa fragmen-fragmen.
Secara Umum
Batuan adalah campuran dari satu atau lebih mineral yang berbeda, tidak mempunyai komposisi kimia
tetap.
Sifat massa batuan dialam & asumsi dasar:
Massa batuan, karena proses terjadinya secara alamiah memiliki sifat yang cenderung unik(tidak ada
kembarannya). Meskipun secara deskriptif namanya sama misalnya andesit, tetapi antara andesit satu
dengan yang lain hampir pasti tidak sama persis. Oleh karena itulah maka sifat massa batuan di alam
adalah heteroge, anisotrop,dan diskontinu
1. Heterogen, artinya:
• Mineralogis : jenis mineral pembentuk batuan yang berbeda-beda.
• Butiran padatan :Ukuran&bentuk berbeda-beda.
• Void : ukuran,bentuk,&penyebaran berbeda-beda.
2. Anisotrop ,artinya:
● Mempunyai sifat yang berbeda-beda pada arah yang berbeda.
3. Diskontinu, artinya :
● Massa batuan selalu mengandung unsur struk geologi yang mengakibatkannya tidak
kontinu seperti karena kekar,sesar,retakan,fissure,bidang perlapisan.Struk geologi ini
cenderung “memperlemah”kondisi massa batuan.
Interaksi fungsional dlm rekayasa pertambangan. Bertujuan utk mengembangkan suatu skedul
produksi & biaya yg berkesinambungan utk operasi penambangan.
• Karakteristik Lokasi Penentuan sifat-2 hidromekanika dari massa batuan induk yang akan
disambung.
• Analisis Rancangan. Pemilihan & aplikasi metode matematika& Komputasional untuk mengkaji
beberapa tata letak & strategi tambang.
• Pemantauan kinerja batuan ,pengukuran respons massa batuan akibat operasi penambangan.
• Analisis Retrospektif Kuantifikasi sifat massa batuan insitu & identifikasi bentuk respon dominan
dari struk tambang.
1. Rekayasa Pertambangan
3. Rekayasa Sipil
Dalam rekayasa sipil, mekanika batuan digunakan dalam perhitungan kekuatan pondasi
jembatan dan gedung bertingkat, underground powerhouse, undergrond stroage, tunnel
dangkal dan dalam, longsoran lereng batu, pelabuhan, airport, bendungan, dsb.
Salah satu pemanfaatan dalam rekayasa sipil, pembuatan gedung bertingkat tinggi.
4. Lingkungan hidup
Pada bidang lingkungan hidup, rock facturing pada mekanika batuan kaitannya dengan
migrasi polutan akibat limbah industri.
Secara luas sasaran dari mekanika batuan adalah aplikasinya pada pemecahan persoalan-persoalan
geoteknik, yang antara lain adalah
c. Mengembangkan peralatan uji batuan yang baik dan metode standar pengujian untuk kuat tekan
serta kuat geser batuan.
dalam dasar ilmu mekanika batuan, teknik pondasi dan teknik bangunan air.
e. Berdasarkan hasil-hasil pengujian yang dilakukan pada batuan, dapat dipelajari sifat fisik, sifat
mekanik (statik dan dinamik), elastisitas, plastisitas, perilaku batuan, clan bentuk kerusakan (failure)
di bawah beban statik dan dinamik dari batuan tersebut.
f. Mempelajari sifat batuan di bawah kondisi thermal dan sistem keairan (water regimen).
h. Mengembangkan metode pengukuran di lapangan (in-situ) dari sifat deformasi statik dan dinamik
batuan serta tegangan sisa di dalam batuan di bawah kondisi lingkungan yang bermacam-macarn
seperti pelapukan, ”leaching”, seismik dan tektonik.
k. Mengganti dengan metode ilmiah dari perencanaan teknik pada batuan yang banyak menggunakan
media empiris sebelumnya, sehingga turut memberikan konstribusi terhadap kemajuan disiplin ilmu
mekanika batuan.
l. Merangsang dan menyebarkan ilmu pengetahuan tentang batuan dan mekanika batuan.
n. Mempelajari sikap massa batuan asli dibawah kondisi beban dan kondisi lingkungannya
o. Menyangkut struktur statik batuan dan kestabilan batuan sangat penting ditinjau dari sudut
keamanan (safety) dan ekonomi.
q. Mempelajari proses pengurangan ukuran batuan dengan menggunakan gaya-gaya luar seperti
pemboran, peledakan, pemotongan dan pengasahan.
r. Mempelajari pengaruh gaya-gaya Pada batuan dan yang utama adalah berkaitan dengan fenomena
yang mempengaruhi pendugan rekahan dan deformasi.
s. Mempelajari beban atau gaya yang bekerja pada batuan, analisis dari efek dalam, maksudnya
tegangan dan regangan, energi dalam, dan akhirnya analisis dari gaya-gaya dalam seperti rekahan,
aliran, atau deformasi batuan.
Bab II
1. Tegangan = stress (σ ) gaya luar yang mengenai bahan dibagi dengan luas penampang dari bahan
yang kena gaya tsb.(kgf/cm²) atau dampak dalam yang terjadi pada suatu benda akibat tekanan.
2. Regangan = strain (ε ) akibat stress (mrp fungsi kekuatan & tegangan.) Strength (σ 1) : Gaya
internal dari suatu bahan yang mempertahankan bahan tersebut tetap pada bentuk semula. (kgf/cm²).
Pengertian Tegangan
Hukum Newton pertamatentang aksi dan reaksi, bila sebuah balok terletak di ataslantai, balok akan
memberikan aksi pada lantai, demikian pula sebaliknya lantai akanmemberikan reaksi yang sama,
sehingga benda dalam keadaan setimbang. Gaya aksisepusat (F) dan gaya reaksi (F”) dari bawah akan
bekerja pada setiap penampang balok tersebut. Jika kita ambil penampang A-A dari balok, gaya
sepusat (F) yang arahnya ke bawah, dan di bawah penampang bekerja gaya reaksinya (F”) yang
arahnya ke atas.Pada bidang penampang tersebut, molekul-molekul di atas dan di bawah
bidangpenampang A-A saling tekan menekan, maka setiap satuan luas penampang menerimabeban
sebesar: F/A
Tegangan (stress) didefinisikan sebagai perbandingan antara gaya yang bekerja pada benda dengan
luas penampang benda.
• Skalar merupakan besaran yang hanya memiliki besar (contoh: suhu, waktu, massa).
• Vektor merupakan besaran yang memiliki besar dan arah (contoh: gaya, kecepatan,
percepatan)
• Tensor merupakan besaran yang memiliki besar dan arah serta bergantung kepada bidang
tempat bekerjanya (contoh: tegangan, regangan, permeabilitas).
σ= (2 ) cos2θ+τ sin2θ
σ x +σ y
2
+
σ x −σ y
xy
σ−
σ x +σ y
2
σ −σ
(
= x y cos2θ+τ xy sin2θ
2 )
τ =− (
σ x−σ y
sin2θ+τ xy)cos2θ
) (( )
Pengkuadratan
σ x2+σ y 2persamaan
σ x−σyang mengandung s menghasilkan:
( )
2
y
σ− = cos2θ+τ xy sin2θ
2 2
( σ−
2
=
2 ) (
σ x +σ y 2 σ x −σ y 2 2
cos 2θ )
σ −σ
(
+2 x y τ xy sin 2 θ cos2 θ
2 )
+τ 2xy sin2 2θ
Pengkuadratan persamaan yang mengandung t menghasilkan:
(( ) )
2
2 σ x−σ y
τ =− sin2θ+ τ xy cos2θ
2
τ =
2
2 (
σ x−σ y 2 2
sin 2 θ )
σ −σ
(
−2 x y τ xy sin 2 θ cos2 θ
2 )
+ τ 2xy cos 2 2θ
Penjumlahan kedua persamaan hasil pengkuadratan menghasilkan:
( σ−
2 ) (
σ x +σ y 2 2 σ x −σ y 2 2
+τ =
2
+τ xy )
Persamaan umum lingkaran berbentuk:
( ) ( )
Persamaan : σ x +σ y
2
σ x −σ y
2
2
σ −
Sistem sumbu σ,τ 2 +τ = +τ 2xy
2
adalah Persamaan
Titik pusat:
2 (
σ xLingkaran
+σ y
,0 dengan: )
√( )
2
σ x −σ y
Jari-jari: + τ 2xy
2
• Untuk memplot tegangan geser pada Lingkaran Mohr, digunakan konvensi tanda positif dan
negatif yang hanya valid untuk keperluan presentasi grafis.
• Tegangan geser diplot positif jika tegangan tersebut akan memutar elemen berlawanan
dengan arah putaran jarum jam.
• Tegangan geser diplot negatif jika tegangan tersebut akan memutar elemen searah dengan
arah putaran jarum jam.
• Lingkaran Mohr merupakan metode grafis sederhana dan cepat yang dapat digunakan untuk:
• Menentukan besar tegangan normal dan tegangan geser pada bidang tertentu.
• Menentukan besar dan arah tegangan-tegangan utama.
ANALISIS REGANGAN
Regangan (strain) didefinisikan sebagai perbandingan antara penambahan panjang benda ΔX terhadap
panjang mula-mula X. Regangan dirumuskan sebagai berikut.
Keterangan:
a. Regangan aksial (єa), merupakan regangan yang terjadi karena adanya perubahan bentuk arah
aksial terhadap tinggi.
b. Regangan lateral (єl), merupakan regangan yang terjadi karena adanya perubahan bentuk arah
lateral terhadap diameter.
c. Regangan volumetrik (єv), merupakan regangan yang terjadi karena adanya perubahan bentuk
secara volumetrik.
Makin besar tegangan pada sebuah benda, makin besar juga regangannya. Artinya, ΔX juga makin
besar. Berdasarkan berbagai percobaan di laboratorium, diperoleh hubungan antara tegangan dan
regangan untuk baja dan aluminium seperti tampak pada gambar berikut.
Berdasarkan grafik pada gambar diatas, untuk tegangan yang sama, misalnya 1 × 10 8N/m2, regangan
pada aluminium sudah mencapai 0,0014, sedangkan pada baja baru berkisar pada 0,00045. Jadi, baja
lebih kuat dari aluminium. Itulah sebabnya baja banyak digunakan sebagai kerangka (otot) bangunan-
bangunan besar seperti jembatan, gedung bertingkat, dan jalan layang.
Bab III
Karakteristik Batuan
1. Dalam ukuran besar, solid dan massa batuan yang kuat/keras, maka batuan dapat dianggap
kontinu.
2. Bagaimanapun juga karena keadaan alamiah dan lingkungan geologi, maka batuan tidak kontinu
(diskontinu) karena adanya kekar, fissure, schistosity, crack, cavities dan diskontinuitas lainnya.
Untuk kondisi tertentu, dapat dikatakan bahwa mekanika batuan adalah mekanika diskontinu atau
mekanika dari struktur batuan.
3. Secara mekanika, batuan adalah sistem “multiple body” (Gambar 3).
4. Analisis mekanika tanah dilakukan pada bidang, sedang analisis mekanika batuan dilakukan
pada bidang dan ruang.
5. Mekanika batuan dikembangkan secara terpisah dari mekanika tanah, tetapi ada beberapa yang
tumpang tindih.
6. Mekanika batuan banyak menggunakan :
KOMPOSISI BATUAN
Kulit bumi, 99 % dari beratnya terdiri dari 8 unsur : O, Si, Al, Fe, Ca, Na, Mg, dan H.
H2O = 2,02 %
Batuan terdiri dari bagian yang padat baik berupa kristal maupun yang tidak mempunyai bentuk
tertentu dan bagian kosong seperti pori-pori, fissure, crack, joint, dll.
Fenton menggolongkan batuan beku berdasarkan tekstur dan tempat terbentuknya. Batuan beku
memiliki beragam tekstur yang dipengaruhi oleh tempat dan kedalaman terbentuknya. Kedalaman
yang berbeda menyebabkan batuan beku memiliki tekstur yang berbeda pula.
Batuan berbutir kasar; terbentuk jauh di kedalaman, dan memiliki ukuran kristal yang cukup
besar.
Batuan berbutir halus; terbentuk di dekat permukaan atau di permukaan, dan memiliki kristal
yang sangat kecil.
Batuan glassy; umumnya terbentuk/membeku pada permukaan aliran lava, karena
pendinginannya yang sangat cepat menyebabkan mineral-mineralnya tidak sempat
mengkristal.
Batuan fragmental; terbentuk dari lemparan kuat material letusan suatu gunung berapi. Terdiri
dari banyak butiran dan pecahan yang telah disatukan oleh panas gunung berapi.
Fenton juga menjelaskan bahwa batuan beku akan berwarna cerah apabila mengandung sedikit “iron-
magnesian minerals”, dan akan berwarna gelap apabila mengandung banyak “iron-magnesian
minerals”. Contoh batuan beku yang digolongkan menurut Fenton adalah Granit dan Sianit.
Penggolongan batuan beku menurut Fenton memiliki kelebihan, yaitu digunakannya plagioklas
sebagai kunci mineral sehingga lebih terperinci. Namun memiliki kekurangan pada ukuran butir
batuan berbutir kasar yang masih dalam satu golongan.
Sampel Granit.
1. Tekstur
Cryptocrystalline, tersusun dari butiran yang tidak dapat diamati dengan mikroskop, tetapi
keseluruhannya merupakan kristalin.
Granitic, hypidiomorphic granular.
Porphyritic, tersusun dari butiran berukuran sama atau berbeda di dalam satu kelompok yang
mempunyai butiran yang lebih halus dan seragam.
Diabasic, tersusun dari piroksen anhedral (atau amfibol) yang terletak di antara lembaran
plagioklas yang tidak terarah.
Ophitic, tersusun dari lembaran plagioklas yang dikelilingi oleh lembaran piroksen.
Pegmatitic, tersusun dari butiran yang menunjukkan rentang ukuran lebar, namun umumnya
terlihat lebih besar dibandingkan pada batu induk.
Amygdaloidal, memiliki amygdules (vesikel pengisi yang tersusun atas mineral sekunder).
Pumiceous, banyak vasikel dengan tekstur halus, dimana vesikel umumnya tubular (pada
batuan vulkanik bersilika).
Scoriaceous, banyak vasikel dengan tekstur kasar, dimana vasikel umumnya membulat (pada
batuan vulkanik basaltik).
Spherulitic, mempunyai bentuk membulat yang terbentuk dari material kristalin (spherulites).
2. Komposisi Kimia
Oleh Travis, penggolongan batuan beku berdasarkan komposisi kimia adalah dengan menghitung
kuantitas silika (SiO2) dan komposisi mineral feldspar (K,Na,Ca). Unsur kimia batuan beku
ditentukan oleh sumber magma dan interaksi magma dengan batuan yang dilaluinya. Komposisi kimia
batuan beku umumnya dapat dilihat dari mineral atau warnanya, dimana ada empat komposisi utama
batuan beku, yaitu :
Felsic, merupakan tipe batuan dari lempeng samudera, felsik kaya akan feldspar dan silika
(kandungan silika 55% – ~70%). Potasium feldspar menyusun >1/3 total feldspar
keseluruhan, dan plagioklas menyusun <2/3 total feldspar keseluruhan.
Mafic, adalah tipe batuan dari lempeng benua, mafik kaya magnesium dan besi serta sedikit
silika (kandungan silika antara 45%-50%). Feldspar didominasi plagioklas kaya kalsium
dengan hanya sedikit mengandung atau bahkan tanpa K- atau Na-feldspar.
Intermediet, di antara felsik dan mafik, kandungan silika antara 55%-65%. Plagioklas feldspar
menyusun >2/3 keseluruhan feldspar, dan plagioklas kaya Na lebih banyak dari plagioklas
kaya Ca. Batuan intermediet ditemukan dalam zona subduksi.
Ultramafic, mengandung banyak magnesium dan besi, sedikit silika (kandungan silika
<45%), dengan hanya mengandung sedikit atau tanpa feldspar. Batuan ultramafic berasal dari
mantel Bumi.
Contoh batuan bekunya adalah basal dan riolit. Kelebihan penggolongan batuan beku oleh Travis
adalah penggunaan feldspatoid dalam penggolongan dan penamaan batuannya yang lebih detail.
Namun akan menjadi lebih rumit karena harus menentukan kandungan feldspar batuan beku.
Sampel Basal
Pengelompokan batuan beku oleh Hamblin & Howard menekankan pada komposisi dan tekstur.
1. Komposisi
Sekitar 99% batuan beku tersusun atas delapan unsur; oksigen, silikon, aluminium, besi, sodium,
kalsium, potasium dan magnesium. Sebagian besar elemen-elemen tersebut terdapat dalam struktur
kristal mineral pembentuk batuan dan membentuk feldspar, olivin, piroksen, amfibol, kuarsa, dan
mika, yang menyusun lebih dari 95% volume semua batuan beku. Magma kaya besi, magnesium dan
kalsium termasuk dalam mafik, membentuk sebagian besar olivin, piroksen, amfibol, kalsium
plagioklas. Magma yang kaya silika dan aluminium disebut sialik, dan cenderung membentuk kuarsa,
kalium feldspar, dan natrium plagioklas. Terdapat tiga kriteria utama dalam penggolongan batuan
beku :
Keberadaan atau ketiadaan kuarsa; kuarsa, mineral penting batuan sialik karena kuarsa
merupakan elemen batuan intermediet dan mafik.
Komposisi feldspar; kalium feldspar dan natrium plagioklas adalah mineral penting pada
batuan sialik dan jarang ditemukan dalam batuan intermediet dan mafik.
Proses kristalisasi mineral terjadi pada suhu magma antara 1200 oC hingga 600oC. Mineral dengan titik
beku tertinggi akan terkristalisasi terlebih dahulu dan memiliki kebebasan mengembangkan
permukaannya lebih baik. Sedangkan mineral yang mengkristal pada suhu yang lebih rendah terpaksa
berkembang dengan tidak cukup ruang di antara kristal-kristal yang terbentuk terlebih dahulu. Hal ini
menyebabkan mineral tersebut memiliki ketidakteraturan permukaan dan karakteristik.
2. Tekstur
Oleh Hamblin dan Howard, tekstur batuan beku dibagi dalam jenis-jenisnya :
Pophyritic-Phaneritic Texture, terdiri dari dua kristal yang berbeda ukuran dan dapat diamati
langsung, dimana kristal yang lebih besar (phenocryst) dikelilingi matriks
atau groundmass (kristal yang lebih kecil).
Aphanitic Texture, kristal individual berukuran sangat kecil dan tidak dapat diamati langsung
(harus dengan mikroskop), terlihat massif dan tidak berstruktur.
Contoh batuan beku dari penggolongan ini adalah diorit dan andesit. Kelebihan dari penggolongan ini
adalah mudah dipahami dan kemudahan dalam penamaan batuan. Sedangkan kekurangannya adalah
penggolongannya tidak dapat memuat seluruh jenis batuan.
a. Struktur Fisika; struktur yang terbentuk karena proses fisika (berupa arus/gelombang)
Berdasar kenampakannya di permukaan batuan; Ripple marks, Tool marks, Flute cast, Mud
cracks, Rain print.
Track, Trail (jejak)
Burrow (galian)
Cast, Mold (cetakan)
Nodule, Konkresi.
Dari klasifikasi tersebut, beberapa struktur yang umum ditemukan pada batuan sedimen antara lain :
6. Slump
Struktur Slump (luncuran), salah satu struktur batuan sedimen yang berbentuk lipatan kecil meluncur
ke bawah karena adanya suatu pengangkatan pada suatu lapisan yang belum terkonsolidasi sempurna.
9. Wash Out
Wash out adalah kenampakan struktur batuan sedimen sebagai hasil dari erosi tiba-tiba karena
pengaruh suatu arus kuat pada permukaannya.
Batuan Metamorf
Batuan metamorf adalah batuan yang terbentuk dari proses metamorfisme batuan-batuan sebelumnya
karena perubahan temperatur dan tekanan. Metamorfisme terjadi pada keadaan padat (padat ke padat)
meliputi proses kristalisasi, reorientasi dan pembentukan mineral-mineral baru serta terjadi dalam
lingkungan yang sama sekali berbeda dengan lingkungan batuan asalnya terbentuk. Banyak mineral
yang mempunyai batas-batas kestabilan tertentu yang jika dikenakan tekanan dan temperatur yang
melebihi batas tersebut maka akan terjadi penyesuaian dalam batuan dengan membentuk mineral-
mineral baru yang stabil. Disamping karena pengaruh tekanan dan temperatur, metamorfisme juga
dipengaruhi oleh fluida, dimana fluida (H2O) dalam jumlah bervariasi di antara butiran mineral atau
pori-pori batuan yang pada umumnya mengandung ion terlarut akan mempercepat proses
metamorfisme.
Batuan metamorf memiliki beragam karakteristik. Karakteristik ini dipengaruhi oleh beberapa faktor
dalam pembentukan batuan tersebut ;
Pengaruh fluida
Foliasi, struktur planar pada batuan metamorf sebagai akibat dari pengaruh tekanan
diferensial (berbeda) pada saat proses metamorfisme.
Non foliasi, struktur batuan metamorf yang tidak memperlihatkan penjajaran mineral-mineral
dalam batuan tersebut.
Jenis-jenis Metamorfisme
1. Metamorfisme kontak/termal; metamorfisme oleh temperatur tinggi pada intrusi magma atau
ekstrusi lava.
2. Metamorfisme regional; metamorfisme oleh kenaikan tekanan dan temperatur yang sedang,
dan terjadi pada daerah yang luas.
Facies Metamorfisme
1. Slate
Warna : Abu-abu
Ciri khas : Kuarsa dan feldspar nampak berselang-seling dengan lapisan tipis kaya amphibole
dan mika.
Ciri khas : Foliasi yang kadang bergelombang, terkadang terdapat kristal garnet
Warna : Bervariasi
Ciri khas : Tekstur berupa butiran seperti gula, terkadang terdapat fosil, bereaksi dengan HCl.
6. Kuarsit Adalah salah satu batuan metamorf yang keras dan kuat.
Terbentuk ketika batupasir (sandstone) mendapat tekanan dan temperatur yang tinggi. Ketika
batupasir bermetamorfosis menjadi kuarsit, butir-butir kuarsa mengalami rekristalisasi, dan biasanya
tekstur dan struktur asal pada batupasir terhapus oleh proses metamorfosis .
Komposisi : Kuarsa
8. Filonit
Merupakan batuan metamorf dengan derajat metamorfisme lebih tinggi dari Slate. Umumnya
terbentuk dari proses metamorfisme Shale dan Mudstone. Filonit mirip dengan milonit, namun
memiliki ukuran butiran yang lebih kasar dibanding milonit dan tidak memiliki orientasi. Selain itu,
filonit merupakan milonit yang kaya akan filosilikat (klorit atau mika)
Komposisi : Serpentine
Ciri khas : Kilap berminyak dan lebih keras dibanding kuku jari
Skala Wentworth
Skala Wentworth (oleh Uden Wentworth tahun 1922) digunakan dalam pengklasifikasian batuan
sedimen khususnya batuan sedimen klastik berdasarkan ukuran butir-butir penyusun batuan.
Skala klasifikasi batuan sedimen klastik oleh Wentworth, 1922
Batuan Sedimen
Sedimentary Rocks (batuan sedimen) adalah batuan yang terbentuk dari litifikasi (kompaksi dan
sementasi) material-material hasil pelapukan batuan yang telah terangkut (oleh media air, angin, es)
dan diendapkan dalam suatu cekungan. Batuan sedimen memiliki tekstur berupa fragmen dan struktur
yang berlapis.
Batuan sedimen dan sedimen hanya mengisi 0,029% dari total volume bumi, namun tersebar secara
merata pada permukaan bumi dan merupakan dua per tiga batuan yang berada di atas permukaan
bumi.
Batuan-batuan Sedimen
Batupasir
Lanau
Batulempung
Kongklomerat
Breksi
Rijang
Batugamping
Dolomit (dolostone)
Batubara
Gipsum
Fosforit
Dalam skema tersebut reaksi digambarkan dengan “Y”, dimana lengan bagian atas mewakili dua
jalur/deret pembentukan yang berbeda. Lengan kanan atas merupakan deret reaksi yang berkelanjutan
(continuous), sedangkan lengan kiri atas adalah deret reaksi yang terputus-putus/tak berkelanjutan
(discontinuous).
1. Deret Continuous
Deret ini mewakili pembentukan feldspar plagioclase. Dimulai dengan feldspar yang kaya akan
kalsium (Ca-feldspar, CaAlSiO) dan berlanjut reaksi dengan peningkatan bertahap dalam
pembentukan natrium yang mengandung feldspar (Ca–Na-feldspar, CaNaAlSiO) sampai titik
kesetimbangan tercapai pada suhu sekitar 900 0C. Saat magma mendingin dan kalsium kehabisan ion,
feldspar didominasi oleh pembentukan natrium feldspar (Na-Feldspar, NaAlSiO) hingga suhu sekitar
6000C feldspar dengan hamper 100% natrium terbentuk.
2. Deret Discontinuous
Pada deret ini mewakili formasi mineral ferro-magnesium silicate dimana satu mineral berubah
menjadi mineral lainnya pada rentang temperatur tertentu dengan melakukan reaksi dengan sisa
larutan magma. Diawali dengan pembentukan mineral Olivine yang merupakan satu-satunya mineral
yang stabil pada atau di bawah 1800 0C. Ketika temperatur berkurang dan Pyroxene menjadi stabil
(terbentuk). Sekitar 11000C, mineral yang mengandung kalsium (CaFeMgSiO) terbentuk dan pada
kisaran suhu 9000C Amphibole terbentuk. Sampai pada suhu magma mendingin di 600 0C Biotit mulai
terbentuk.
Bila proses pendinginan yang berlangsung terlalu cepat, mineral yang telah ada tidak dapat bereaksi
seluruhnya dengan sisa magma yang menyebabkan mineral yang terbentuk memiliki rim (selubung).
Rim tersusun atas mineral yang telah terbentuk sebelumnya, misal Olivin dengan rim Pyroxene.
Deret ini berakhir dengan mengkristalnya Biotite dimana semua besi dan magnesium telah selesai
dipergunakan dalam pembentukan mineral.
3. Apabila kedua jalur reaksi tersebut berakhir dan seluruh besi, magnesium, kalsium dan sodium
habis, secara ideal yang tersisa hanya potassium, aluminium dan silica. Semua unsur sisa tersebut
akan bergabung membentuk Othoclase Potassium Feldspar. Dan akan terbentuk mika muscovite
apabila tekanan air cukup tinggi. Sisanya, larutan magma yang sebagian besar mengandung silica dan
oksigen akan membentuk Quartz (kuarsa).
Dalam kristalisasi mineral-mineral ini tidak termasuk dalam deret reaksi karena proses
pembentukannya yang saling terpisah dan independent.
Minerals
Mineral adalah suatu senyawa yang secara alami terbentuk melalui proses geologi. Disebut mineral
apabila terbentuk secara alami di alam (bukan sintesis oleh manusia), tersusun dari senyawa
anorganik, memiliki stuktur kimia dan mempunyai struktur tertentu, dan memiliki sifat fisik yang
konsisten. Sifat fisik yang konsisten menyangkut kekerasan (hardness), bentuk, warna, belahan, dsb.
Pada umumnya kita sulit membandingkan antara batu dengan mineral, tetapi pada dasarnya
batu/batuan terbentuk atau mengandung 2 atau lebih mineral dan mineral tidak terbuat dari batu.
1. Warna
2. Kekerasan
3. Cerat
4. Kilap
5. Belahan
6. Pecahan
7. Bentuk
8. Kemagnetan
9. Sifat dalam
10. Transparensi
Contoh Minerals :
1. Talc
2. Gypsum
3. Calcite
4. Fluorite
5. Apatite
6. Orthoclase
7. Plagioclase
8. Quartz (kuarsa)
9. Topaz
10. Corundum
11. Diamond
12. Piroxene
13. Hornblende
14. Biotite
2. Berapa dan bagaimana besarnya daya dukung (bearing capacity) dari batuan dipermukaan
dan pada berbagai kedalaman untuk menerima berbagai beban ?
2. Metoda pengujian laboratorium apa saja yang paling mendekati kenyataan untuk mengetahui
kekuatan fondasi atau sifat batuan dalam mendukung massa batuan ?
5. Hukum apa saja yang menyangkut aliran plastik (plastic flow) dari batuan ?
Bagaimana korelasi dari hasil-hasil pengujian kekuatan batuan yang telah dilakukan di lapangan dan
di laboratorium dalam menyiapkan percontoh batuan ?
1. Bagaimana metoda pengujian yang akan dilaksanakan yang sesuai dengan kondisi lapangan
terhadap sifat-sifat batuannya ?
2. Bagaimana mekanisme keruntuhan / kehancuran dari batuan (failure of rock) ?
3. Dapatkah keadaan tegangan di dalam massa batuan dihitung secara tepat, atau bahkan dapat
diukur ?
4. Faktor-faktor apa saja yang menyangkut perencanaan kemiringan lareng dari suatu
massa batuan ?
5. Apakah roof bolting pada atap sebuah lubang bukaan di bawah tanah sudah aman sehingga
lubang tersebut dapat digunakan sebagai instalasi yang permanen ?