Anda di halaman 1dari 37

RESUMAN MEKANIKA BATUAN

Oleh :

NAMA : IN MUNTADHIMAH

NIM : 193010501018

DOSEN PENGAMPU : FATMA SARIE, S.T.,M.T

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS PALANGKA RAYA

FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN TEKNIK SIPIL

2020
Mekanika Batuan & Rekayasa Tambang

Ilmu mekanika batuan adalah ilmu Pengetahuan teoritik & terapan yang mempelajari
karakteristik,perilaku & respons massa batuan akibat perubahan keseimbangan medan gaya
disekitarnya,baik karna aktivitas manusia maupun alamiah.

Menurut US National Committee on Rock Mechanics(1964) & dimodifikasi (1974) Mekanika Batuan
mempelajari antara lain :

• Sifat fisik & mekanik serta karakteristik massa batuan.

• Berbagai teknik analisis tegangan & rengangan batuan.

• Prinsip yang menyatakan respons massa batuan terhadap beban.

• Metodologi yang logis untuk penerapan teori & teknik mekanika untuk solusi problem fisik nyata
dibidang rekayasa batuan.

Mekanika batuan sendiri merupakan bagian dari subjek yang lebih luas yaitu Geomekanika, yang
membahas tentang respons mekanik dan semua material geogologi seperti tanah dan batuan.

Adapun pengertian dari mekanika batuan menurut beberapa ahli, yaitu

1. MENURUT BUDAVARI

Mekanika batuan adalah ilmu yang mempelajari mekanika perpindahan padatan untuk menentukan
distribusi gaya-gaya dalam dan deformasi akibat gaya luar pada suatu benda padat. Hampir semua
mekanika perpindahan benda padat didasarkan atas teori kontinum. Konsep kontinum adalaf fiksi
matematik yang tergantung pada struktur molekul material yang digantikan oleh suatu bidang kontinum
yang perilaku matematiknya identik dengan media aslinya.

Material ekivalennya dianggap homogen, mempunyai sifat-sifat mekanik yang sama pada semua titik.
Penyederhanaannya adalah bahwa semua sifat mekaniknya sama ke semua arah pada suatu titik di dalam
suatu batuan

2. MENURUT HUDSON DAN HARRISON


Mekanika batuan adalah ilmu yang mempelajari reaksi batuan yang apabila padanya dikenai suatu
gangguan. Dalam hal material alam, ilmu ini berlaku untuk masalah deformasi suatu struktur
geologi, seperti bagaimana lipatan, patahan, dan rekahan berkembang begitu tegangan terjadi pada
batuan selama proses geologi.
Beberapa tipe rekayasa yang melibatkan mekanika batuan adalah pekerjaan sipil, tambang, dan
perminyakan.
Topik utama mekanika batuan adalah batuan utuh, struktur batuan, tegangan, aliran air, dan
rekayasa, yang ditulis secara diagonal dari kiri atas ke kanan bawah pada Gambar 1. Garis ini sering
disebut sebagai diagonal utama. Semua kotak lainnya menunjukkan interaksi antara satu dengan
lainnya.

3. MENURUT TALOBRE

Mekanika  batuan  adalah  sebuah  teknik  dan   juga   sains  yang  tujuannya  adalah  mempelajari perilaku
(behaviour)  batuan  di  tempat  asalnya untuk dapat mengendalikan  pekerjaan-pekerjaan  yang dibuat pada
batuan  tersebut  (seperti  penggalian dibawah tanah dan lain-lainnya).

Untuk  mencapai  tujuan  tersebut,   Mekanika  Batuan  merupakan gabungan dari :

Teori + pengalaman + pekerjaan/pengujian di laboratorium + pengujian in-situ.


Sehingga  mekanika  batuan  tidak  sama  dengan ilmu geologi yang  didefinisikan  oleh  Talobre  sebagai 
sains  deskriptif  yang  mengidentifikasi batuan dan mempelajari sejarah dari batuan.

Demikian juga mekanika batuan tidak sama dengan ilmu geologi terapan. Ilmu geologi  terapan  banyak
mengemukakan problem-problem  yang  paling sering  dihadapi  oleh  para  geologiwan di  proyek-proyek 
seperti proyek bendungan, terowongan. Dengan mencari analogi-analogi, terutama dari proyek-proyek yang
sudah dikerjakan dapat menyelesaikan kesulitan-kesulitan  yang  dihadapi  pada  proyek yang sedang
dikerjakan. Meskipun penyelesaian ini masih secara empiris dan kualitatif

4. MENURUT  COATES

Menurut Coates, seorang ahli mekanika batuan dari Kanada :

1. Mekanika  adalah  ilmu yang mempelajari efek dari gaya atau tekanan pada sebuah benda.

Efek ini bermacam-macam, misalnya percepatan, kecepatan, perpindahan.

1. Mekanika batuan adalah ilmu yang mempelajari efek dari pada gaya terhadap batuan.

Batuan Menurut Para Ahli

Menurut Para Geologiwan

Batuan adalah susunan mineral dan bahan organis yang bersatu membentuk kulit bumi dan Batuan
adalah semua material yang membentuk kulit bumi

Menurut Para Ahli Teknik Sipil Khususnya Ahli Geoteknik

Istilah batuan hanya untuk formasi yang keras dan padat dari kulit bumi. Batuan adalah suatu bahan
yang keras dan koheren atau yang telah terkonsolidasi dan tidak dapat digali dengan cara biasa,
misalnya dengan cangkul dan belincong.

Menurut Talobre

Menurut Talobre, orang yang pertama kali memperkenalkan Mekanika Batuan di Perancis pada tahun
1948, batuan adalah material yang membentuk kulit bumi termasuk fluida yang berada didalamnya
(seperti air, minyak dan lain-lain).

Menurut ASTM

Batuan adalah suatu bahan yang terdiri dari mineral padat (solid) berupa massa yang berukuran besar
ataupun berupa fragmen-fragmen.

Secara Umum

Batuan adalah campuran dari satu atau lebih mineral yang berbeda, tidak mempunyai komposisi kimia
tetap.
Sifat massa batuan dialam & asumsi dasar:

Massa batuan, karena proses terjadinya secara alamiah memiliki sifat yang cenderung unik(tidak ada
kembarannya). Meskipun secara deskriptif namanya sama misalnya andesit, tetapi antara andesit satu
dengan yang lain hampir pasti tidak sama persis. Oleh karena itulah maka sifat massa batuan di alam
adalah heteroge, anisotrop,dan diskontinu

1. Heterogen, artinya:
• Mineralogis : jenis mineral pembentuk batuan yang berbeda-beda.
• Butiran padatan :Ukuran&bentuk berbeda-beda.
• Void : ukuran,bentuk,&penyebaran berbeda-beda.
2. Anisotrop ,artinya:
● Mempunyai sifat yang berbeda-beda pada arah yang berbeda.
3. Diskontinu, artinya :
● Massa batuan selalu mengandung unsur struk geologi yang mengakibatkannya tidak
kontinu seperti karena kekar,sesar,retakan,fissure,bidang perlapisan.Struk geologi ini
cenderung “memperlemah”kondisi massa batuan.

Interaksi fungsional dlm rekayasa pertambangan. Bertujuan utk mengembangkan suatu skedul
produksi & biaya yg berkesinambungan utk operasi penambangan.

Komponen & urutan program Mekbat utk pertambangan.

• Karakteristik Lokasi Penentuan sifat-2 hidromekanika dari massa batuan induk yang akan
disambung.

• Perumusan model tambang.Konseptualisasi data karakterisasi lokasi.

• Analisis Rancangan. Pemilihan & aplikasi metode matematika& Komputasional untuk mengkaji
beberapa tata letak & strategi tambang.

• Pemantauan kinerja batuan ,pengukuran respons massa batuan akibat operasi penambangan.

• Analisis Retrospektif Kuantifikasi sifat massa batuan insitu & identifikasi bentuk respon dominan
dari struk tambang.

Ruang lingkup mekanika batuan

Bidang-bidang rekaya dimana disiplin mekanika batuan berperan penting ialah :

1. Rekayasa Pertambangan

Penentuan metode penggalian (rock cutting), pemboran dan


peledakan batuan, stabilitas lereng batuan, stabilitas timbunan overburden, stabilitas pembangunan 
terowongan dan lombong (stoping), lalu digunakan dalam
perhitungan kekerasan batuan yang selanjutnya digunakan untuk aktivitas
pemboran penggalian bawah tanah, tambang terbuka serta pada perhitungan kuat beban pada
infrastruktur tambang(jalan tambang).

Contoh penggalian bawah tanah pada pertambangan

2. Industri Minyak Bumi


Pada industri minyak bumi, prinsip-prinsip mekanika batuan digunakan dalam
memperhitungkan bidang diskontinu dimana banyak terdapat minyak, pemboran(oil drilling),
rock facturing.

3. Rekayasa Sipil
Dalam rekayasa sipil, mekanika batuan digunakan dalam perhitungan kekuatan pondasi
jembatan dan gedung bertingkat, underground powerhouse, undergrond stroage, tunnel
dangkal dan dalam, longsoran lereng batu, pelabuhan, airport, bendungan, dsb.
Salah satu pemanfaatan dalam rekayasa sipil, pembuatan gedung bertingkat tinggi.

4. Lingkungan hidup
Pada bidang lingkungan hidup, rock facturing pada mekanika batuan kaitannya dengan
migrasi polutan akibat limbah industri.

Limbah industri yang mencemari lingkungan

RUANG LINGKUP MEKANIKA BATUAN

Secara luas sasaran dari mekanika batuan adalah aplikasinya pada pemecahan persoalan-persoalan
geoteknik, yang antara lain adalah

a.   Menyelenggarakan penyelidikan yang bersifat teknik pada batuan.


b.   Mengernbangkan cara pengambilan percontoh batuan secara rasionil dan metode identifikasi serta
klasifikasi batuan.

c.   Mengembangkan peralatan uji batuan yang baik dan metode standar pengujian untuk kuat tekan
serta kuat geser batuan.

d.   Mengumpulkan dan mengklasifikasikan informasi batuan dan sifat-sifat fisiknya

dalam dasar ilmu mekanika batuan, teknik pondasi dan teknik bangunan air.

e.  Berdasarkan hasil-hasil pengujian yang dilakukan pada batuan, dapat dipelajari sifat fisik, sifat
mekanik (statik dan dinamik), elastisitas, plastisitas, perilaku batuan, clan bentuk kerusakan (failure)
di bawah beban statik dan dinamik dari batuan tersebut.

f.  Mempelajari sifat batuan di bawah kondisi thermal dan sistem keairan (water regimen).

g.   Menyangkut struktur statik dan dinamik dari batuan.

h.  Mengembangkan metode pengukuran di lapangan (in-situ) dari sifat deformasi statik dan dinamik
batuan serta tegangan sisa di dalam batuan di bawah kondisi lingkungan yang bermacam-macarn
seperti pelapukan, ”leaching”, seismik dan tektonik.

i.   Menyelenggarakan penelitian terhadap mekanisme kerusakan/kehancuran batuan.

j.  Mengorganisir penelitian tentang perkuatan batuan dar pengukuran tegangan in-situ.

k.  Mengganti dengan metode ilmiah dari perencanaan teknik pada batuan yang banyak menggunakan
media empiris sebelumnya, sehingga turut memberikan konstribusi terhadap kemajuan disiplin ilmu
mekanika batuan.

l.  Merangsang dan menyebarkan ilmu pengetahuan tentang batuan dan mekanika  batuan.

m. Mempergunakan mekanika batuan untuk memecahkan persolan-persoalan teknik secara praktis.

n. Mempelajari sikap massa batuan asli dibawah kondisi beban dan kondisi lingkungannya

o.  Menyangkut struktur statik batuan dan kestabilan batuan sangat penting ditinjau dari sudut
keamanan (safety) dan ekonomi.

p.   Mempelajari stabilitas struktur rekayasa yang material utamanya adalah batuan.

q.  Mempelajari proses pengurangan ukuran batuan dengan menggunakan gaya-gaya luar seperti
pemboran, peledakan, pemotongan dan pengasahan.
r.   Mempelajari pengaruh gaya-gaya Pada batuan dan yang utama adalah berkaitan dengan fenomena
yang mempengaruhi pendugan rekahan dan deformasi.

s.  Mempelajari beban atau gaya yang bekerja pada batuan, analisis dari efek dalam, maksudnya
tegangan dan regangan, energi dalam, dan akhirnya analisis dari gaya-gaya dalam seperti rekahan,
aliran, atau deformasi batuan.

Bab II

Analisis Tegangan & Regangan.

1. Tegangan = stress (σ ) gaya luar yang mengenai bahan dibagi dengan luas penampang dari bahan
yang kena gaya tsb.(kgf/cm²) atau dampak dalam yang terjadi pada suatu benda akibat tekanan.

2. Regangan = strain (ε ) akibat stress (mrp fungsi kekuatan & tegangan.) Strength (σ 1) : Gaya
internal dari suatu bahan yang mempertahankan bahan tersebut tetap pada bentuk semula. (kgf/cm²).

Pengertian Tegangan

Hukum Newton pertamatentang aksi dan reaksi, bila sebuah balok terletak di ataslantai, balok akan
memberikan aksi pada lantai, demikian pula sebaliknya lantai akanmemberikan reaksi yang sama,
sehingga benda dalam keadaan setimbang. Gaya aksisepusat (F) dan gaya reaksi (F”) dari bawah akan
bekerja pada setiap penampang balok tersebut. Jika kita ambil penampang A-A dari balok, gaya
sepusat (F) yang arahnya ke bawah, dan di bawah penampang bekerja gaya reaksinya (F”) yang
arahnya ke atas.Pada bidang penampang tersebut, molekul-molekul di atas dan di bawah
bidangpenampang A-A saling tekan menekan, maka setiap satuan luas penampang menerimabeban
sebesar: F/A

Tegangan (stress) didefinisikan sebagai perbandingan antara gaya yang bekerja pada benda dengan
luas penampang benda.

• Skalar merupakan besaran yang hanya memiliki besar (contoh: suhu, waktu, massa).
• Vektor merupakan besaran yang memiliki besar dan arah (contoh: gaya, kecepatan,
percepatan)
• Tensor merupakan besaran yang memiliki besar dan arah serta bergantung kepada bidang
tempat bekerjanya (contoh: tegangan, regangan, permeabilitas).

Tegangan Dalam Dua Dimensi Perhatikan


sebuah elemen bujursangkar dengan sisi yang sangat kecil pada bidang x-y dan tebal t.Elemen ini
mengalami tegangan normal sx, sy dan tegangan geser txy = tyx.

menentukan tegangan normal dan tegangan geser yang
bekerja pada sebuah bidang yang normalnya membentuk
sudut q terhadap sumbu x dimana sx bekerja.
• Perlu digunakan prinsip kesetimbangan gaya dalam sebuah segitiga yang sangat kecil dengan
tebal t.

Lingkaran Mohr dari Tegangan

Lihat kembali persamaan untuk menghitung s dan t

σ= (2 ) cos2θ+τ sin2θ
σ x +σ y
2
+
σ x −σ y
xy

τ =−( ) sin2θ+τ cos2θ


σ −σ x y
xy
2
Kedua persamaan tersebut dapat ditulis kembali dengan menempatkan semua 2q di sebelah kanan

σ−
σ x +σ y
2
σ −σ
(
= x y cos2θ+τ xy sin2θ
2 )
τ =− (
σ x−σ y
sin2θ+τ xy)cos2θ

) (( )
Pengkuadratan
σ x2+σ y 2persamaan
σ x−σyang mengandung s menghasilkan:

( )
2
y
σ− = cos2θ+τ xy sin2θ
2 2

( σ−
2
=
2 ) (
σ x +σ y 2 σ x −σ y 2 2
cos 2θ )
σ −σ
(
+2 x y τ xy sin 2 θ cos2 θ
2 )
+τ 2xy sin2 2θ
Pengkuadratan persamaan yang mengandung t menghasilkan:

(( ) )
2
2 σ x−σ y
τ =− sin2θ+ τ xy cos2θ
2

τ =
2
2 (
σ x−σ y 2 2
sin 2 θ )
σ −σ
(
−2 x y τ xy sin 2 θ cos2 θ
2 )
+ τ 2xy cos 2 2θ
Penjumlahan kedua persamaan hasil pengkuadratan menghasilkan:

( σ−
2 ) (
σ x +σ y 2 2 σ x −σ y 2 2
+τ =
2
+τ xy )
Persamaan umum lingkaran berbentuk:

( ) ( )
Persamaan : σ x +σ y
2
σ x −σ y
2
2
σ −
Sistem sumbu σ,τ 2 +τ = +τ 2xy
2
adalah Persamaan
Titik pusat:
2 (
σ xLingkaran
+σ y
,0 dengan: )
√( )
2
σ x −σ y
Jari-jari: + τ 2xy
2
• Untuk memplot tegangan geser pada Lingkaran Mohr, digunakan konvensi tanda positif dan
negatif yang hanya valid untuk keperluan presentasi grafis.
• Tegangan geser diplot positif jika tegangan tersebut akan memutar elemen berlawanan
dengan arah putaran jarum jam.
• Tegangan geser diplot negatif jika tegangan tersebut akan memutar elemen searah dengan
arah putaran jarum jam.
• Lingkaran Mohr merupakan metode grafis sederhana dan cepat yang dapat digunakan untuk:
• Menentukan besar tegangan normal dan tegangan geser pada bidang tertentu.
• Menentukan besar dan arah tegangan-tegangan utama.

ANALISIS REGANGAN

Regangan (strain) didefinisikan sebagai perbandingan antara penambahan panjang benda ΔX terhadap
panjang mula-mula X. Regangan dirumuskan sebagai berikut.

Keterangan:

ε : regangan strain (tanpa satuan)


ΔX : pertambahan panjang (m)
X : panjang mula-mula (m)
Regangan terbagi atas 3 macam, yaitu :

a.   Regangan aksial (єa), merupakan regangan yang terjadi karena adanya perubahan bentuk arah
aksial terhadap tinggi.

                                                           

b.   Regangan lateral (єl), merupakan regangan yang terjadi karena adanya perubahan bentuk arah
lateral terhadap diameter.

                                                             

c.   Regangan volumetrik (єv), merupakan regangan yang terjadi karena adanya perubahan bentuk
secara volumetrik.

Makin besar tegangan pada sebuah benda, makin besar juga regangannya. Artinya, ΔX juga makin
besar. Berdasarkan berbagai percobaan di laboratorium, diperoleh hubungan antara tegangan dan
regangan untuk baja dan aluminium seperti tampak pada gambar berikut.

Grafik perbandingan tegangan terhadap regangan untuk baja dan aluminium

Berdasarkan grafik pada gambar diatas, untuk tegangan yang sama, misalnya 1 × 10 8N/m2, regangan
pada aluminium sudah mencapai 0,0014, sedangkan pada baja baru berkisar pada 0,00045. Jadi, baja
lebih kuat dari aluminium. Itulah sebabnya baja banyak digunakan sebagai kerangka (otot) bangunan-
bangunan besar seperti jembatan, gedung bertingkat, dan jalan layang.

Bab III

Karakteristik Batuan

BEBERAPA CIRI DARI MEKANIKA BATUAN

1. Dalam ukuran besar, solid dan massa batuan yang kuat/keras, maka batuan dapat dianggap
kontinu.
2. Bagaimanapun juga karena keadaan alamiah dan lingkungan geologi, maka batuan tidak kontinu
(diskontinu) karena adanya kekar, fissure, schistosity, crack, cavities dan diskontinuitas lainnya.
Untuk kondisi tertentu, dapat dikatakan bahwa mekanika batuan adalah mekanika diskontinu atau
mekanika dari struktur batuan.
3. Secara  mekanika,  batuan  adalah  sistem  “multiple  body” (Gambar 3).
4. Analisis mekanika tanah dilakukan pada bidang, sedang analisis mekanika  batuan  dilakukan 
pada  bidang dan ruang.
5. Mekanika batuan dikembangkan secara terpisah dari mekanika tanah, tetapi  ada  beberapa  yang 
tumpang tindih.
6. Mekanika batuan banyak menggunakan :

–        teori elastisitas,

–        teori plastisitas,

–        dan mempelajari batuan, sistem  struktur  batuan secara eksperimen.

KOMPOSISI BATUAN

Kulit  bumi, 99 % dari beratnya  terdiri dari 8 unsur : O, Si, Al, Fe, Ca, Na, Mg, dan H.

Komposisi dominan dari kulit bumi tersebut adalah :

SiO2 =   59,8 %                                    FeO       =   3,39 %

A12O  =  14,9 %                                     Na2O     =   3,25 %

CaO   =    4,9 %                                     K2O       =   2,98 %

MgO   =    3,7 %                                     Fe2O3 =   2,69 %

H2O       =  2,02 %

Batuan  terdiri  dari  bagian  yang  padat  baik  berupa  kristal  maupun yang tidak mempunyai bentuk
tertentu dan bagian  kosong  seperti pori-pori, fissure, crack, joint, dll.

KLASIFIKASI BATUAN BEKU

Posted in Geologi with tags Batuan Beku, Batuan dan Mineral, Geologi, Klasifikasi Batuan


Beku, Tekstur Batuan on March 11, 2015 by rachelyanna

Klasifikasi Batuan Beku menurut Fenton

Fenton menggolongkan batuan beku berdasarkan tekstur dan tempat terbentuknya. Batuan beku
memiliki beragam tekstur yang dipengaruhi oleh tempat dan kedalaman terbentuknya. Kedalaman
yang berbeda menyebabkan batuan beku memiliki tekstur yang berbeda pula.

Kelompok batuan beku menurut Fenton :

 Batuan berbutir kasar; terbentuk jauh di kedalaman, dan memiliki ukuran kristal yang cukup
besar.

 Batuan berbutir halus; terbentuk di dekat permukaan atau di permukaan, dan memiliki kristal
yang sangat kecil.
 Batuan glassy; umumnya terbentuk/membeku pada permukaan aliran lava, karena
pendinginannya yang sangat cepat menyebabkan mineral-mineralnya tidak sempat
mengkristal.

 Batuan fragmental; terbentuk dari lemparan kuat material letusan suatu gunung berapi. Terdiri
dari banyak butiran dan pecahan yang telah disatukan oleh panas gunung berapi.

Fenton juga menjelaskan bahwa batuan beku akan berwarna cerah apabila mengandung sedikit “iron-
magnesian minerals”, dan akan berwarna gelap apabila mengandung banyak “iron-magnesian
minerals”. Contoh batuan beku yang digolongkan menurut Fenton adalah Granit dan Sianit.

Penggolongan batuan beku menurut Fenton memiliki kelebihan, yaitu digunakannya plagioklas
sebagai kunci mineral sehingga lebih terperinci. Namun memiliki kekurangan pada ukuran butir
batuan berbutir kasar yang masih dalam satu golongan.

Sampel Granit.

Klasifikasi Batuan Beku Menurut Russel B. Travis

Travis menggolongkan batuan beku berdasarkan tekstur dan komposisi kimia.

1. Tekstur

Oleh Travis, batuan beku dapat digolongkan berdasar syarat teksturalnya :

a. Tingkat kristalinitas (degree of crystalline)

 Holocrystalline, seluruhnya kristalin.

 Hypocrystalline (hyalocrystalline/merocrystalline), sebagian tersusun dari kaca (glass).

 Holohyaline (glassy), seluruhnya tersusun dari glass.

b. Ukuran butir (grain size)

1) Phaneritic, tersusun dari butiran yang kasat mata;

 Butiran kasar (coarse grained), tersusun dari butiran berdiameter >5mm.

 Butiran sedang (medium grained), tersusun dari butiran berdiameter 1-5mm.

 Butiran halus (fine grained), tersusun dari butiran <1mm.


2) Aphanitic, tersusun dari butiran tak kasat mata.

 Microcrystalline, tersusun dari butiran yang dapat diamati dengan mikroskop.

 Cryptocrystalline, tersusun dari butiran yang tidak dapat diamati dengan mikroskop, tetapi
keseluruhannya merupakan kristalin.

 Glassy, keseluruhan tersusun atas glass.

c. Susunan butiran (grain relationship)

 Granular, tersusun dari butiran berdimensi hampir serupa (equidimensional).

 Equigranular, tersusun dari butiran berukuran hampir seragam.

 Granitic, hypidiomorphic granular.

 Porphyritic, tersusun dari butiran berukuran sama atau berbeda di dalam satu kelompok yang
mempunyai butiran yang lebih halus dan seragam.

 Diabasic, tersusun dari piroksen anhedral (atau amfibol) yang terletak di antara lembaran
plagioklas yang tidak terarah.

 Ophitic, tersusun dari lembaran plagioklas yang dikelilingi oleh lembaran piroksen.

 Pegmatitic, tersusun dari butiran yang menunjukkan rentang ukuran lebar, namun umumnya
terlihat lebih besar dibandingkan pada batu induk.

 Aplitic, Allotrimorphic-granular, menyerupai gula dan umumnya memiliki butiran halus.

d. Tingkat perkembangan kristal pada butiran

1) Ketentuan untuk butiran tunggal/individu

 Euhedral (idiomorphic, automorphic), seluruh atau hampir seluruhnya dikelilingi permukaan


kristal.

 Subhedral, sebagian dikelilingi permukaan kristal.

 Anhedral (xenomorphic), seluruhnya tidak dikelilingi permukaan kristal.

2) Ketentuan untuk tekstur batuan beku

 Panidiomorphic, tersusun seluruhnya oleh butiran euhedral.

 Hypidiomorphic (hypautomorphic), tersusun atas campuran butiran anhedral dan subhedral


dan/atau euhedral.

 Allotriomorphic, tersusun seluruhnya atas butiran anhedral.

e. Beberapa tekstur batuan vulkanik umum

 Vesikular, memiliki vasikel (permulaan) menyerupai tabung, oval atau bulst.

 Amygdaloidal, memiliki amygdules (vesikel pengisi yang tersusun atas mineral sekunder).
 Pumiceous, banyak vasikel dengan tekstur halus, dimana vesikel umumnya tubular (pada
batuan vulkanik bersilika).

 Scoriaceous, banyak vasikel dengan tekstur kasar, dimana vasikel umumnya membulat (pada
batuan vulkanik basaltik).

 Spherulitic, mempunyai bentuk membulat yang terbentuk dari material kristalin (spherulites).

2. Komposisi Kimia

Oleh Travis, penggolongan batuan beku berdasarkan komposisi kimia adalah dengan menghitung
kuantitas silika (SiO2) dan komposisi mineral feldspar (K,Na,Ca). Unsur kimia batuan beku
ditentukan oleh sumber magma dan interaksi magma dengan batuan yang dilaluinya. Komposisi kimia
batuan beku umumnya dapat dilihat dari mineral atau warnanya, dimana ada empat komposisi utama
batuan beku, yaitu :

 Felsic, merupakan tipe batuan dari lempeng samudera, felsik kaya akan feldspar dan silika
(kandungan silika 55% – ~70%). Potasium feldspar menyusun >1/3 total feldspar
keseluruhan, dan plagioklas menyusun <2/3 total feldspar keseluruhan.

 Mafic, adalah tipe batuan dari lempeng benua, mafik kaya magnesium dan besi serta sedikit
silika (kandungan silika antara 45%-50%). Feldspar didominasi plagioklas kaya kalsium
dengan hanya sedikit mengandung atau bahkan tanpa K- atau Na-feldspar.

 Intermediet, di antara felsik dan mafik, kandungan silika antara 55%-65%. Plagioklas feldspar
menyusun >2/3 keseluruhan feldspar, dan plagioklas kaya Na lebih banyak dari plagioklas
kaya Ca. Batuan intermediet ditemukan dalam zona subduksi.

 Ultramafic, mengandung banyak magnesium dan besi, sedikit silika (kandungan silika
<45%), dengan hanya mengandung sedikit atau tanpa feldspar. Batuan ultramafic berasal dari
mantel Bumi.

Contoh batuan bekunya adalah basal dan riolit. Kelebihan penggolongan batuan beku oleh Travis
adalah penggunaan feldspatoid dalam penggolongan dan penamaan batuannya yang lebih detail.
Namun akan menjadi lebih rumit karena harus menentukan kandungan feldspar batuan beku.

Sampel Basal

Klasifikasi Batuan Beku Menurut Hamblin & Howard

Pengelompokan batuan beku oleh Hamblin & Howard menekankan pada komposisi dan tekstur.

1. Komposisi
Sekitar 99% batuan beku tersusun atas delapan unsur; oksigen, silikon, aluminium, besi, sodium,
kalsium, potasium dan magnesium. Sebagian besar elemen-elemen tersebut terdapat dalam struktur
kristal mineral pembentuk batuan dan membentuk feldspar, olivin, piroksen, amfibol, kuarsa, dan
mika, yang menyusun lebih dari 95% volume semua batuan beku. Magma kaya besi, magnesium dan
kalsium termasuk dalam mafik, membentuk sebagian besar olivin, piroksen, amfibol, kalsium
plagioklas. Magma yang kaya silika dan aluminium disebut sialik, dan cenderung membentuk kuarsa,
kalium feldspar, dan natrium plagioklas. Terdapat tiga kriteria utama dalam penggolongan batuan
beku :

 Keberadaan atau ketiadaan kuarsa; kuarsa, mineral penting batuan sialik karena kuarsa
merupakan elemen batuan intermediet dan mafik.

 Komposisi feldspar; kalium feldspar dan natrium plagioklas adalah mineral penting pada
batuan sialik dan jarang ditemukan dalam batuan intermediet dan mafik.

 Perbandingan dan jenis mineral feromagnetik; umumnya, batuan mafik kaya


mineral ferromagnesian, dan batuan sialik kaya kuarsa.

Proses kristalisasi mineral terjadi pada suhu magma antara 1200 oC hingga 600oC. Mineral dengan titik
beku tertinggi akan terkristalisasi terlebih dahulu dan memiliki kebebasan mengembangkan
permukaannya lebih baik. Sedangkan mineral yang mengkristal pada suhu yang lebih rendah terpaksa
berkembang dengan tidak cukup ruang di antara kristal-kristal yang terbentuk terlebih dahulu. Hal ini
menyebabkan mineral tersebut memiliki ketidakteraturan permukaan dan karakteristik.

2. Tekstur

Oleh Hamblin dan Howard, tekstur batuan beku dibagi dalam jenis-jenisnya :

 Phaneritic Texture, kristal-kristal individual cukup besar untuk diamati langsung.

 Pophyritic-Phaneritic Texture, terdiri dari dua kristal yang berbeda ukuran dan dapat diamati
langsung, dimana kristal yang lebih besar (phenocryst) dikelilingi matriks
atau groundmass (kristal yang lebih kecil).

 Aphanitic Texture, kristal individual berukuran sangat kecil dan tidak dapat diamati langsung
(harus dengan mikroskop), terlihat massif dan tidak berstruktur.

 Porphyritic-Aphanitic Texture, dimana phenocryst terletak dalam matriks afanitik.

 Glassy Texture, tidak mengandung kristal dan menyerupai kaca (glass).


 Fragmental Texture, tersusun atas fragmen ash, pumice, dan batuan afanitik. Material
berukuran <4 mm disebut tuff, sedang yang berukuran >4 mm disebut breksi vulkanik.

Contoh batuan beku dari penggolongan ini adalah diorit dan andesit. Kelebihan dari penggolongan ini
adalah mudah dipahami dan kemudahan dalam penamaan batuan. Sedangkan kekurangannya adalah
penggolongannya tidak dapat memuat seluruh jenis batuan.

Struktur-struktur Batuan Sedimen

Struktur batuan sedimen dapat diklasifikasikan menjadi :

1. Struktur Primer (sygenetic); struktur yang terbentuk bersama dengan pembentukan batuan


sedimen itu sendiri :

a. Struktur Fisika; struktur yang terbentuk karena proses fisika (berupa arus/gelombang)

 Bedding, Cross-bedding, Graded-bedding, Inverted graded-bedding, Lamination.

 Tidak ada kenampakan struktur; Massif.

 Berdasar kenampakannya di permukaan batuan; Ripple marks, Tool marks, Flute cast, Mud
cracks, Rain print.

 Karena proses deformasi; Load cast, Convolute structure.


b. Struktur Biologi; struktur  yang terbentuk karena aktivitas organisme biologis.

 Track, Trail (jejak)

 Burrow (galian)

 Cast, Mold (cetakan)

c. Struktur Kimia; struktur yang terbentuk karena aktivitas kimiawi.

 Nodule, Konkresi.

2. Struktur Sekunder (epigenetic); struktur yang terbentuk setelah terbentuknya batuan sedimen


tersebut, seperti fault, fold, jointing.

Dari klasifikasi tersebut, beberapa struktur yang umum ditemukan pada batuan sedimen antara lain :

1. Bedding Atau biasa dikenal sebagai Struktur Berlapis.


Struktur ini merupakan ciri khas batuan sedimen yang memperlihatkan susunan lapisan-lapisan (beds)
pada batuan sedimen dengan ketebalan setiap lapisan ≥ 1 cm.

2. Cross-Bedding Perlapisan Silang-Siur (Cross-Bedding),


batuan sedimen berstruktur ini memperlihatkan struktur perlapisan yang saling potong memotong.
Terbentuk karena pengaruh perubahan energi ataupun arah arus pada saat sedimentasi berlangsung.

3. Graded-Bedding Struktur Perlapisan


Bergradasi (Graded-Bedding), memiliki ciri-ciri ukuran butir penyusun batuan sedimen yang berubah
secara gradual, yaitu makin ke atas ukuran butir yang semakin halus, dimana pada proses
pembentukkannya butiran yang lebih besar terendapkan terlebih dahulu sedangkan yang lebih halus
terendapkan di atasnya.

4. Lamination/Laminasi Merupakan Struktur Perlapisan


(Bedding) dengan ketebalan masing-masing lapisan (bed thickness) yang kurang dari 1 cm.

5. Inverted Graded-Bedding Normalnya, struktur graded-


bedding memperlihatkan perubahan gradual butiran yang semakin ke atas semakin halus. Akan tetapi
karena suatu pengaruh tertentu, perubahan gradual butiran yang terbalik (makin ke bawah semakin
halus) dapat terbentuk pada suatu batuan sedimen dan menyebabkan suatu kenampakan struktur
Bergradasi Terbalik (Inverted Graded-Bedding).

6. Slump

Struktur Slump (luncuran), salah satu struktur batuan sedimen yang berbentuk lipatan kecil meluncur
ke bawah karena adanya suatu pengangkatan pada suatu lapisan yang belum terkonsolidasi sempurna.

7. Load Cast Merupakan struktur batuan sedimen yang


berupa lekukan di permukaan ataupun bentukan tak beraturan karena pengaruh suatu beban di atas
batuan tersebut.
8. Flute Cast Suatu struktur batuan
sedimen yang berupa gerusan di permukaan lapisan batuan karena pengaruh suatu arus.

9. Wash Out

Wash out adalah kenampakan struktur batuan sedimen sebagai hasil dari erosi tiba-tiba karena
pengaruh suatu arus kuat pada permukaannya.

10. Stromatolite Stromatolite adalah struktur lapisan


batuan sedimen dengan susunan berbentuk lembaran mirip terumbu yang terbentuk sebagai hasil dari
aktivitas cyanobacteria.

11. Tool Marks Struktur ini hampir sama dengan flute cast,


namun bentuk gerusan pada permukaan/lapisan batuan sedimen diakibatkan oleh gesekan benda/suatu
objek yang terpengaruh arus.
12. Rain Print Rain print atau rain marks merupakan
suatu kenampakan/struktur pada batuan sedimen akibat dari tetesan air hujan.

13. Burrow Struktur kenampakan pada lapisan batuan


sedimen berupa lubang atau galian hasil dari suatu aktivitas organisme.

14. Trail Kenampakan jejak pada batuan sedimen berupa


seretan bagian tubuh suatu makhluk hidup/organisme.

15. Track Seperti struktur trail, track merupakan


kenampakan jejak berupa tapak kaki suatu organisme.
16. Mud Cracks Bentuk retakan-retakan (cracks) pada
lapisan lumpur (mud) yang umumnya berbentuk polygonal.

17. Flame Structure Flame structure, kenampakan struktur


yang seperti lidah/kobaran api. Struktur ini dapat terbentuk ketika suatu sedimen yang belum
terlitifikasi sempurna terbebani oleh suatu lapisan sedimen yang lebih berat di atasnya.

Batuan Metamorf

METAMORF dan FACIES METAMORFISME

Batuan metamorf adalah batuan yang terbentuk dari proses metamorfisme batuan-batuan sebelumnya
karena perubahan temperatur dan tekanan. Metamorfisme terjadi pada keadaan padat (padat ke padat)
meliputi proses kristalisasi, reorientasi dan pembentukan mineral-mineral baru serta terjadi dalam
lingkungan yang sama sekali berbeda dengan lingkungan batuan asalnya terbentuk. Banyak mineral
yang mempunyai batas-batas kestabilan tertentu yang jika dikenakan tekanan dan temperatur yang
melebihi batas tersebut maka akan terjadi penyesuaian dalam batuan dengan membentuk mineral-
mineral baru yang stabil. Disamping karena pengaruh tekanan dan temperatur, metamorfisme juga
dipengaruhi oleh fluida, dimana fluida (H2O) dalam jumlah bervariasi di antara butiran mineral atau
pori-pori batuan yang pada umumnya mengandung ion terlarut akan mempercepat proses
metamorfisme.
Batuan metamorf memiliki beragam karakteristik. Karakteristik ini dipengaruhi oleh beberapa faktor
dalam pembentukan batuan tersebut ;

 Komposisi mineral batuan asal

 Tekanan dan temperatur saat proses metamorfisme

 Pengaruh gaya tektonik

 Pengaruh fluida

Pada pengklasifikasiannya berdasarkan struktur, batuan metamorf diklasifikasikan menjadi dua,


yaitu :

 Foliasi, struktur planar pada batuan metamorf sebagai akibat dari pengaruh tekanan
diferensial (berbeda) pada saat proses metamorfisme.

 Non foliasi, struktur batuan metamorf yang tidak memperlihatkan penjajaran mineral-mineral
dalam batuan tersebut.

Jenis-jenis Metamorfisme

1. Metamorfisme kontak/termal; metamorfisme oleh temperatur tinggi pada intrusi magma atau
ekstrusi lava.

2. Metamorfisme regional; metamorfisme oleh kenaikan tekanan dan temperatur yang sedang,
dan terjadi pada daerah yang luas.

3. Metamorfisme Dinamik; metamorfisme akibat tekanan diferensial yang tinggi akibat


pergerakan patahan lempeng.

Facies Metamorfisme

Facies merupakan suatu pengelompokkan mineral-mineral metamorfik berdasarkan tekanan dan


temperatur dalam pembentukannya pada batuan metamorf. Setiap facies pada batuan metamorf pada
umumnya dinamakan berdasarkan jenis batuan (kumpulan mineral), kesamaan sifat-sifat fisik atau
kimia.
Dalam hubungannya, tekstur dan struktur batuan metamorf sangat dipengaruhi oleh tekanan dan
temperatur dalam proses metamorfisme. Dan dalam facies metamorfisme, tekanan dan temperatur
merupakan faktor dominan, dimana semakin tinggi derajat metamorfisme (facies berkembang),
struktur akan semakin berfoliasi dan mineral-mineral metamorfik akan semakin tampak kasar dan
besar.

Macam-macam Batuan Metamorfisme

1. Slate

Slate merupakan batuan metamorf terbentuk dari proses


metamorfosisme batuan sedimen Shale atau Mudstone (batulempung) pada temperatur dan suhu yang
rendah. Memiliki struktur foliasi (slaty cleavage) dan tersusun atas butir-butir yang sangat halus (very
fine grained).

 Asal : Metamorfisme Shale dan Mudstone

 Warna : Abu-abu, hitam, hijau, merah

 Ukuran butir : Very fine grained

 Struktur : Foliated (Slaty Cleavage)

 Komposisi : Quartz, Muscovite, Illite

 Derajat metamorfisme : Rendah

 Ciri khas : Mudah membelah menjadi lembaran tipis

2. Filit Merupakan batuan metamorf yang umumnya tersusun atas


kuarsa, sericite mica dan klorit. Terbentuk dari kelanjutan proses metamorfosisme dari Slate.

 Asal : Metamorfisme Shale

 Warna : Merah, kehijauan

 Ukuran butir : Halus


 Stuktur : Foliated (Slaty-Schistose)

 Komposisi : Mika, kuarsa

 Derajat metamorfisme : Rendah – Intermediate

 Ciri khas : Membelah mengikuti permukaan gelombang

3. Gneiss Merupakan batuan yang terbentuk dari hasil


metamorfosisme batuan beku dalam temperatur dan tekanan yang tinggi. Dalam Gneiss dapat
diperoleh rekristalisasi dan foliasi dari kuarsa, feldspar, mika dan amphibole.

 Asal : Metamorfisme regional siltstone, shale, granit

 Warna : Abu-abu

 Ukuran butir : Medium – Coarse grained

 Struktur : Foliated (Gneissic)

 Komposisi : Kuarsa, feldspar, amphibole, mika

 Derajat metamorfisme : Tinggi

 Ciri khas : Kuarsa dan feldspar nampak berselang-seling dengan lapisan tipis kaya amphibole
dan mika.

4. Sekis Schist (sekis) adalah batuan metamorf yang mengandung


lapisan mika, grafit, horndlende. Mineral pada batuan ini umumnya terpisah menjadi berkas-berkas
bergelombang yang diperlihatkan dengan kristal yang mengkilap.

 Asal : Metamorfisme siltstone, shale, basalt

 Warna : Hitam, hijau, ungu

 Ukuran butir : Fine – Medium Coarse


 Struktur : Foliated (Schistose)

 Komposisi : Mika, grafit, hornblende

 Derajat metamorfisme : Intermediate – Tinggi

 Ciri khas : Foliasi yang kadang bergelombang, terkadang terdapat kristal garnet

5. Marmer Terbentuk ketika batu gamping mendapat


tekanan dan panas sehingga mengalami perubahan dan rekristalisasi kalsit. Utamanya tersusun dari
kalsium karbonat. Marmer bersifat padat, kompak dan tanpa foliasi.

 Asal : Metamorfisme batu gamping, dolostone

 Warna : Bervariasi

 Ukuran butir : Medium – Coarse Grained

 Struktur : Non foliasi

 Komposisi : Kalsit atau Dolomit

 Derajat metamorfisme : Rendah – Tinggi

 Ciri khas : Tekstur berupa butiran seperti gula, terkadang terdapat fosil, bereaksi dengan HCl.

6. Kuarsit Adalah salah satu batuan metamorf yang keras dan kuat.
Terbentuk ketika batupasir (sandstone) mendapat tekanan dan temperatur yang tinggi. Ketika
batupasir bermetamorfosis menjadi kuarsit, butir-butir kuarsa mengalami rekristalisasi, dan biasanya
tekstur dan struktur asal pada batupasir terhapus oleh proses metamorfosis .

 Asal : Metamorfisme sandstone (batupasir)

 Warna : Abu-abu, kekuningan, cokelat, merah

 Ukuran butir : Medium coarse


 Struktur : Non foliasi

 Komposisi : Kuarsa

 Derajat metamorfisme : Intermediate – Tinggi

 Ciri khas : Lebih keras dibanding glass

7. Milonit Milonit merupakan batuan metamorf


kompak. Terbentuk oleh rekristalisasi dinamis mineral-mineral pokok yang mengakibatkan
pengurangan ukuran butir-butir batuan. Butir-butir batuan ini lebih halus dan dapat dibelah seperti
schistose.

 Asal : Metamorfisme dinamik

 Warna : Abu-abu, kehitaman, coklat, biru

 Ukuran butir : Fine grained

 Struktur : Non foliasi

 Komposisi : Kemungkinan berbeda untuk setiap batuan

 Derajat metamorfisme : Tinggi

 Ciri khas : Dapat dibelah-belah

8. Filonit

Merupakan batuan metamorf dengan derajat metamorfisme lebih tinggi dari Slate. Umumnya
terbentuk dari proses metamorfisme Shale dan Mudstone. Filonit mirip dengan milonit, namun
memiliki ukuran butiran yang lebih kasar dibanding milonit dan tidak memiliki orientasi. Selain itu,
filonit merupakan milonit yang kaya akan filosilikat (klorit atau mika)

 Asal : Metamorfisme Shale, Mudstone

 Warna : Abu-abu, coklat, hijau, biru, kehitaman

 Ukuran butir : Medium – Coarse grained

 Struktur : Non foliasi

 Komposisi  : Beragam (kuarsa, mika, dll)

 Derajat metamorfisme : Tinggi

 Ciri khas : Permukaan terlihat berkilau


9. Serpetinit Serpentinit, batuan yang terdiri atas satu atau lebih
mineral serpentine dimana mineral ini dibentuk oleh proses serpentinisasi (serpentinization).
Serpentinisasi adalah proses proses metamorfosis temperatur rendah yang menyertakan tekanan dan
air, sedikit silica mafic dan batuan ultramafic teroksidasi dan ter-hidrolize dengan air menjadi
serpentinit.

 Asal : Batuan beku basa

 Warna : Hijau terang / gelap

 Ukuran butir : Medium grained

 Struktur : Non foliasi

 Komposisi : Serpentine

 Ciri khas : Kilap berminyak dan lebih keras dibanding kuku jari

10. Hornfels Hornfels terbentuk ketika shale dan claystone mengalami


metamorfosis oleh temperatur dan intrusi beku, terbentuk di dekat dengan sumber panas seperti dapur
magma, dike, sil. Hornfels bersifat padat tanpa foliasi.

 Asal : Metamorfisme kontak shale dan claystone

 Warna : Abu-abu, biru kehitaman, hitam

 Ukuran butir : Fine grained

 Struktur : Non foliasi

 Komposisi : Kuarsa, mika

 Derajat metamorfisme : Metamorfisme kontak

 Ciri khas : Lebih keras dari pada glass, tekstur merata

Skala Wentworth

Skala Wentworth (oleh Uden Wentworth tahun 1922) digunakan dalam pengklasifikasian batuan
sedimen khususnya batuan sedimen klastik berdasarkan ukuran butir-butir penyusun batuan.
Skala klasifikasi batuan sedimen klastik oleh Wentworth, 1922

Batuan Sedimen

Sedimentary Rocks (batuan sedimen) adalah batuan yang terbentuk dari litifikasi (kompaksi dan
sementasi) material-material hasil pelapukan batuan yang telah terangkut (oleh media air, angin, es)
dan diendapkan dalam suatu cekungan. Batuan sedimen memiliki tekstur berupa fragmen dan struktur
yang berlapis.

Batuan sedimen dan sedimen hanya mengisi 0,029% dari total volume bumi, namun tersebar secara
merata pada permukaan bumi dan merupakan dua per tiga batuan yang berada di atas permukaan
bumi.

Dipping lapisan batuan sedimen, Rocky Mountains, Canada

Batuan-batuan Sedimen

Batupasir
Lanau

Batulempung

Kongklomerat

Breksi

Rijang
Batugamping

Dolomit (dolostone)

Batubara

Gipsum

Fosforit

Bowen’s Reaction Series


Seri Reaksi Bowen (Bowen Reaction Series) menggambarkan proses pembentukan mineral pada saat
pendinginan magma dimana ketika magma mendingin, magma tersebut mengalami reaksi yang
spesifik. Dan dalam hal ini suhu merupakan faktor utama dalam pembentukan mineral.

Tahun 1929-1930, dalam penelitiannya Norman L. Bowen menemukan bahwa mineral-mineral


terbentuk dan terpisah dari batuan lelehnya (magma) dan mengkristal sebagai magma mendingin
(kristalisasi fraksional). Suhu magma dan laju pendinginan menentukan ciri dan sifat mineral yang
terbentuk (tekstur, dll). Dan laju pendinginan yang lambat memungkinkan mineral yang lebih besar
dapat terbentuk.

Dalam skema tersebut reaksi digambarkan dengan “Y”, dimana lengan bagian atas mewakili dua
jalur/deret pembentukan yang berbeda. Lengan kanan atas merupakan deret reaksi yang berkelanjutan
(continuous), sedangkan lengan kiri atas adalah deret reaksi yang terputus-putus/tak berkelanjutan
(discontinuous).

1. Deret Continuous

Deret ini mewakili pembentukan feldspar plagioclase. Dimulai dengan feldspar yang kaya akan
kalsium (Ca-feldspar, CaAlSiO) dan berlanjut reaksi dengan peningkatan bertahap dalam
pembentukan natrium yang mengandung feldspar (Ca–Na-feldspar, CaNaAlSiO) sampai titik
kesetimbangan tercapai pada suhu sekitar 900 0C. Saat magma mendingin dan kalsium kehabisan ion,
feldspar didominasi oleh pembentukan natrium feldspar (Na-Feldspar, NaAlSiO) hingga suhu sekitar
6000C feldspar dengan hamper 100% natrium terbentuk.

2. Deret Discontinuous

Pada deret ini mewakili formasi mineral ferro-magnesium silicate dimana satu mineral berubah
menjadi mineral lainnya pada rentang temperatur tertentu dengan melakukan reaksi dengan sisa
larutan magma. Diawali dengan pembentukan mineral Olivine yang merupakan satu-satunya mineral
yang stabil pada atau di bawah 1800 0C. Ketika temperatur berkurang dan Pyroxene menjadi stabil
(terbentuk). Sekitar 11000C, mineral yang mengandung kalsium (CaFeMgSiO) terbentuk dan pada
kisaran suhu 9000C Amphibole terbentuk. Sampai pada suhu magma mendingin di 600 0C Biotit mulai
terbentuk.

Bila proses pendinginan yang berlangsung terlalu cepat, mineral yang telah ada tidak dapat bereaksi
seluruhnya dengan sisa magma yang menyebabkan mineral yang terbentuk memiliki rim (selubung).
Rim tersusun atas mineral yang telah terbentuk sebelumnya, misal Olivin dengan rim Pyroxene.

Deret ini berakhir dengan mengkristalnya Biotite dimana semua besi dan magnesium telah selesai
dipergunakan dalam pembentukan mineral.
3. Apabila kedua jalur reaksi tersebut berakhir dan seluruh besi, magnesium, kalsium dan sodium
habis, secara ideal yang tersisa hanya potassium, aluminium dan silica. Semua unsur sisa tersebut
akan bergabung membentuk Othoclase Potassium Feldspar. Dan akan terbentuk mika muscovite
apabila tekanan air cukup tinggi. Sisanya, larutan magma yang sebagian besar mengandung silica dan
oksigen akan membentuk Quartz (kuarsa).

Dalam kristalisasi mineral-mineral ini tidak termasuk dalam deret reaksi karena proses
pembentukannya yang saling terpisah dan independent.

Minerals

Mineral adalah suatu senyawa yang secara alami terbentuk melalui proses geologi. Disebut mineral
apabila terbentuk secara alami di alam (bukan sintesis oleh manusia), tersusun dari senyawa
anorganik, memiliki stuktur kimia dan mempunyai struktur tertentu, dan memiliki sifat fisik yang
konsisten. Sifat fisik yang konsisten menyangkut kekerasan (hardness), bentuk, warna, belahan, dsb.

Pada umumnya kita sulit membandingkan antara batu dengan mineral, tetapi pada dasarnya
batu/batuan terbentuk atau mengandung 2 atau lebih mineral dan mineral tidak terbuat dari batu.

Sifat Fisik Mineral :

1. Warna

2. Kekerasan

3. Cerat

4. Kilap

5. Belahan

6. Pecahan

7. Bentuk

8. Kemagnetan

9. Sifat dalam

10. Transparensi

Contoh Minerals :

1. Talc
2. Gypsum

3. Calcite

4. Fluorite

5. Apatite

6. Orthoclase

7. Plagioclase
8. Quartz (kuarsa)

9. Topaz

10. Corundum

11. Diamond

12. Piroxene

13. Hornblende
14. Biotite

Adapun persoalan di dalam mekanika batuan antara lain :

1. Bagaimana reaksi  dari  batuan  ketika  diambil  untuk dipergunakan ?

2. Berapa dan bagaimana besarnya daya dukung (bearing capacity) dari batuan dipermukaan
dan pada berbagai kedalaman untuk menerima berbagai beban ?

3. Bagaimana kekuatan geser batuan ?

4. Bagaimana sikap batuan di bawah beban dinamis ?

5. Bagaimana  pengaruh  gempa  pada  sistem  fondasi di dalam batuan ?

6. Bagaimana nilai modulus elastisitas dan Poisson’s ratio dari batuan ?

1. Bagaimana  pengaruh  dari  bidang-bidang  lemah (kekar, bidang perlapisan,  schistosity,


retakan, rongga dan diskontinuitas lainnya) pada batuan  terhadap kekuatannya ?

2. Metoda pengujian laboratorium apa saja yang paling mendekati kenyataan   untuk mengetahui
kekuatan fondasi atau sifat batuan dalam mendukung massa batuan ?

3. Bagaimana memperhitungkan  kekar  dan  sesar  dalam  perencanaan pekerjaan di dalam


batuan ?

4. Bagaimana menanggulangi deformasi yang diakibatkan oleh perbedaan yang bersifat


perlahanlahan (creep) pada batuan ?

5. Hukum apa saja yang menyangkut  aliran plastik (plastic flow) dari  batuan ?

6. Bagaimana  pengaruh “anisotrope”  terhadap distribusi tegangan dalam batuan ?

Bagaimana korelasi dari hasil-hasil pengujian kekuatan batuan yang telah dilakukan di lapangan dan
di laboratorium dalam menyiapkan percontoh batuan ?

1. Bagaimana  metoda  pengujian  yang  akan  dilaksanakan  yang  sesuai dengan kondisi lapangan
terhadap sifat-sifat batuannya ?
2. Bagaimana  mekanisme  keruntuhan / kehancuran  dari  batuan  (failure  of rock) ?
3. Dapatkah keadaan tegangan di dalam massa batuan dihitung  secara  tepat, atau bahkan dapat
diukur ?
4. Faktor-faktor apa    saja    yang     menyangkut     perencanaan  kemiringan  lareng  dari  suatu 
massa  batuan ?
5. Apakah  roof  bolting pada  atap  sebuah  lubang  bukaan  di  bawah  tanah sudah aman sehingga
lubang tersebut  dapat  digunakan  sebagai  instalasi yang permanen ?

Anda mungkin juga menyukai