PENDAHULUAN
2
BAB II
PEMBAHASAN
Mekanika batuan sendiri merupakan bagian dari subyek yang lebih luas yaitu
Geomekanika., yang membahas tentang respons mekanik dan semua material
geologi seperti batuan dan tanah.
Mekanika batuan sebagai ilmu terapan menjadi suatu disiplin rekayasa
koheren dalam tiga setengah dekade terakhir. Bidang rekayasa pertambangan
sedah sejak kira kira dua dekade terakhir telah mulai mengambangkan teknik
tekniknya sendiri bardasarkan kaidah kaidah mekanika batuan dalam rancangan
dan pelaksanaan penggalian baik di permukaan maupun bawah permukaan.
3
Dari pengalaman di lapangan telah dibuktikan bahwa aplikasi mekanika
batuan untuk rancangan dan pelaksanaan operasi penambangan telah berhasil
meningkatkan efisiensi struktur struktur dalam tambang (lereng penggalian,
lubang bukaan, dan sebagainya), dan safety confidency. Prediksi prediksi kondisi
kekuatan dan kelemahan suatu struktur telah ditingkatkan keakuratannya,
sehingga mengurangi unsur trial and error.
Pelaksana di lapangan dipermudah dan dipercepat penyelesaian pekerjaannya
karena diterapkannya soistem monitoring selama dan setelah suatu pengalian
terowongan.
4
Dalam asumsi di atas,seolah-olah terjadi kontradiksi atau saling bertolak
belakang antara kondisi sebenarnya pada massa batuan denga asumsi yang dibuat.
Tetapi asumsi itu harus disertai equivalensi, misalnya dari kondisi batuan
B1,B2.B3 diasumsikan menjadi batuan B' yang homogen,isotrop,dan kontinu.
5
- Bobot isi asli (natural density) : M = Wn/(Ww-Ws)
- Bobot isi kering (dry density) : Md = Wo/(Ww-Ws)
- Bobot isi jenuh (saturated density) : Ms = Ww/(Ww-Ws)
- Berat jenis semu (apperent density) : ρ ap = {Wo /(Ww-Ws)}/ γw
- Berat jenis nyata (true spesifik density) : ρ tr = {Wo /(Wo-Ws)}/ γw
- kadar air asli(natural water content) : (Wn-Wo)/Wo X 100%
- Kadar air jenuh (absorption) : (Ww-Wo)/Wo X 100%
- Derajad kejenuhan : (Wn-Wo)/(Ww-Wo) X 100%
- Porositas : n = (Ww-Wo)/(Ww-Ws) X 100%
- Void ratio : e = n/1-n
2. Sifat Mekanik
a) Uji Kuat Tekan (Unconfined Compressive Strength Test)
Uji ini menggunakan mesin tekan (compression machine) untuk menekan
sampel batuan yang berbentuk silinder dari satu arah (uniaxial).
Penyebaran tegangan di dalam sampel batuan secara teoritis adalah searah
dengan gaya yang dikenakan pada sampel tersebut. Tetapi dalam
kenyataannya arah tegangan tidak searah dengan gaya yang dikenakan
pada sampel tersebut karena ada pengaruh dari plat penekan mesin tekan
yang menghimpit sampel, sehingga bentuk pecahan tidak terbentuk bidang
pecah yang searah dengan gaya melainkan berbentuk kerucut cone.
Perbandingan antara tinggi dan diameter sampel (l/d) mempengaruhi nilai
kuat tekan batuan. Untuk pengujian kuat tekan digunakan yaitu 2 < l/d <
2,5. Semakin besar maka kuat tekannya bertambah kecil seperti
ditunjukkan oleh persamaaan dibawah ini.
Menurut ASTM : C (l = d) = C
0,788 + l / d 0,222
Menurut Proto Diakonov : C (l = 2d) = l d C / 2 7 8
Dengan C kuat tekan batuan. Makin besar d l , maka kuat tekannya akan
bertambah kecil.
6
Batas Elastis Plastisitas adalah karakteristik batuan yang membuat regangan
(deformasi) permanen yang besar sebelum batuan tersebut hancur (failure).
Perilaku batuan dikatakan elastis (linier maupun non linier) jika tidak terjadi
deformasi permanen jika suatu tegangan dibuat nol. Pada tahap awal batuan
dikenakan gaya. Kurva berbentuk landai dan tidak linier yang berarti bahwa gaya
yang diterima oleh batuan dipergunakan untuk menutup rekahan awal (pre exiting
cracks) yang terdapat di dalam batuan. Sesudah itu kurva menjadi linier sampai
batas tegangan tertentu, yang kita kenal dengan batas elastis lalu terbentuk
rekahan baru dengan batas elastis perambatan stabil sehingga kurva tetap linier.
Sesudah batas elastis dilewati maka perambatan rekahan menjadi tidak stabil,
kurva tidak linier lagi dan tidak berapa lama kemudian batuan akan hancur. Titik
hancur ini menyatakan kekuatan batuan. Harga batas elastis dinotasikan dengan
7
C dimana pada grafik diukur pada saat grafik regangan aksial meninggalkan
keadaan linier pada suatu titik tertentu, Titik ini dapat ditentukan dengan membuat
sebuah garis singgung pada daerah linier dengan kelengkungan tertentu hingga
mencapai puncak (peak). Pada titik tersebut diproyeksikan tegak lurus ke sumbu
tegangan aksial sehingga didapat nilai batas elastis C.
Harga batas elastis dinotasikan dengan C dimana pada grafik diukur pada saat
grafik regangan aksial meninggalkan keadaan linier pada suatu titik tertentu, titik
ini dapat ditentukan dengan membuat sebuah garis singgung pada daerah linier
dengan kelengkungan tertentu hingga mencapai puncak (peak). Pada titik tersebut
diproyeksikan tegak lurus ke sumbu tegangan aksial sehingga didapat nilai batas
elastis C.
b) Modulus Young
Harga dari Modulus Young dapat ditentukan sebagai perbandingan antara
selisih tegangan aksial (τ) dengan selisih tegangan aksial (o),
yangdiambil pada perbandingan tertentu pada grafis regangan aksial
dihitung pada rata-rata kemiringan kurva dalam kondisi linier, atau bagian
linier yang terbesar di kurva sehingga didapat nilai Modulus Young rata-
rata dalam hubungan sebagai berikut :
8
Possion’s Ratio
Harga poisson’s ratio didefinisikan sebagai harga perbandingan antara
regangan lateral dan regangan aksial pada kondisi tegangan sebesar σi. Harga
tegangan sebesar σi yang diukur pada titik singgungantara grafik tegangan
volumetrik dengan garis sejajar sumbu tegangan aksial pada saat regangan
grafik volumetrik mulai berubah arah. Titik singgung tersebut diproyeksikan
tegak lurus sumbu tegangan aksial didapat nilai σi. Melalui titik σi buat garis
tegak lurus ke sumbu tegangan aksial, sehingga memotong kurva regangan
aksial dan lateral.Kemudian masing-masing titik potong tersebut
diproyeksikan tegak lurus ke sumbu regangan aksial dan lateral sehingga
didapatkan nilai εai dan εli. Sehingga dari nilai-nilai tersebut dapat ditentukan
besarnya poisson’s ratio dalam hubungan sebagai berikut :
9
yaitu kurva yang menunjukan kekuatan batuan terhadap tahanan
batuan yang berada di atasnya dimana terdapat kohesi dan sudut
geser dalam sebagai parameter keruntuhan batuan.
Kuat geser (shear strength),
yaitu gaya tahanan internal yang bekerja per satuan luas masa
batuan untuk menahan keruntuhan atau kegagalan sepanjang
bidang runtuh dalam masa batuan tersebut.
Sudut geser dalam (ϕ),
yaitu sudut yang dibentuk dari hubungan antara tegangan normal
dan tegangan geser di dalam material tanah atau batuan. Sudut
geser dalam adalah sudut rekahan yang dibentuk jika suatu
material dikenai tegangan atau gaya terhadapnya yang melebihi
tegangan gesernya.
Kohesi (C), yaitu gaya tarik menarik antara partikel dalam batuan,
dinyatakan dalam satuan berat per satuan luas. Kohesi batuan akan
semakin besar jika kekuatan gesernya makin besar.
f) Uji Sudut Geser Langsung Uji ini untuk mengetahui kuat geser batuan
pada tegangan normal tertentu. Dari hasil uji dapat ditentukan:
Garis coulomb`s shear strength
Kuat geser (shear strength)
Sudut geser dalam (ϕ)
Kohesi (C)
g) Kuat Tekan (Uniaxial) Kuat tekan (uniaxial) yang diuji dengan suatu
silinder atau prisma terhadap titik pecahnya. Penekanan uniaksial terhadap
contoh batuan silinder merupakan uji sifat mekanik yang paling umum
digunakan. Uji kuat tekan uniaksial dilakukan untuk menentukan kuat
tekan batuan (σi), Modulus Young (E), Nisbah Poisson (v) dan kurva
tegangan-regangan. Contoh batuan berbentuk silinder ditekan atau
dibebani sampai runtuh. Perbandingan antara tinggi dan diameter contoh
silinder yang umum digunakan adalah 2 sampai 2.5 dengan luas
10
permukaan pembebanan yang datar, halus dan paralel tegak lurus terhadap
sumbu aksis contoh batuan.
h) Kuat Tarik (Tensile Strength) Kuat tarik (tensile strength) ditentukan
dengan uji Brazilian dimana suatu piringan ditekan sepanjang diameter
atau dengan uji langsung yang meliputi tarikan sebenarnya atau
bengkokan dari prisma batuan.Kekuatan batuan dapat diukur secara insitu
(di lapangan) sebaik pengukuran di laboratorium.
11
(persistensi), pelapukan batuan dinding dari pada bidang lemah, dan
material pengisi. Kekasaran didefinisikan sebagai tingkat kekasaran
dipermukaan bidang kekar yang berfungsi sebagai pengunci antar blok
atau mencegah pergeseran sepanjang permukaan kekar.
12
BAB III
PENUTU
3.1 Kesimpulan
Mekanika batuan adalah ilmu pengetahuan teoritik dan terapan yang
mempelajari karakteristik, perilaku dan respons massa batuan akibat perubahan
keseimbangan medan gaya di sekitarnya, baik karena aktivitas manusia maupun
alamiah.
Mekanika batuan mempelajari antara lain :
1. Sifat sifat dan mekanik serta karakteristik massa batuan.
2. Berbagai teknik analisis tegangan dan regangan batuan
3. Prinsip prisnsip yang menyatakan respons massa batuan terhadap beban
4. Metodologi yang logis untuk penerapan teori teori dan teknik teknik
mekanika untuk solusi problem fisik nyata di bidang rekayasa batuan
Sifat massa batuan yaitu heterogen, anisotrop dan diskontinu namun
dilakukan pendekatan dengan penyederhanaan asumsi homogen, isotrop dan
kontinu. Mekanika batuan berperan penting dalam rekayasa pertambangan,
industri minyak bumi, rekayasa sipil, dan lingkungan hidup.
Batuan memiliki sifat fisik dan sifat mekanik. Sifat fisik batuan berkaitan
dengan :
1. Rancangan peledakan
2. Perencanaan penambangan
3. Perhitungan beban dan analisis regangan
4. Analisis kemantapan lereng
3.2 Saran
Dalam penulisan makalah ini, penulis banyak menemukan hal baru dalam
berbagai sumber. Namun dalam kenyataannya, penulis kurang mengetahui
mengenai hal yang berkaitan dengan praktek laboratorium. Untuk itu, penulis
menyarankan agar mata kuliah mekanika batuan khususnya di jurusan
13
pertambangan agar dilakukan praktek laboratorium agar mahasiswa dapat
menambah wawasannya dengan luas dan memahami aplikasi dari mekanika
batuan itu sendiri.
14