Anda di halaman 1dari 7

TEKNIK PELEDAKAN

TEKNIK PELEDAKAN
Patut disadari bahwa perkembangan teknik peledakan saat ini berjalan dengan sangat cepat,
perkembangan bahwa peledak mulai dari black powder, nitrogiseria, ammonium nitrat, yang
dicampur dengan fuel oil sampai kepada wather gel explosive. System inisiasi penyelaan yang
tradisional yaitu metode cap and face telah banyak diganti dengan system yang lebih aman dan
fleksibel dari system elektrik dan non elektrik yang memakai sitem tunda (the like). Sedangkan
pemilihan didalam proses peledakan ada dua unsure utama yaitu batuan dan bahan peledak
unsure utama tersebut akan terlihat juga unsure-unsur penunjang seperti manusia, metode,
pelengkap, dan peraltan peledakan serta biaya, semua unsure yang terlihat akan dibahas secara
umum alam 9 pokok bahasan kaitannya dengan unsure lain pokok bahasan yang akan diberi
secara berturut-turut batuan bahan peledak, pelengkap, dan pemboran, penyambungan dan
penambangan, prinsip mekanisme peledakan, teknik peledakan, dan ekonomi peledakan.
1. Batuan
a. Macam-macam batuan
Dalam peledakan terlihat 2 unsur utama yang memegang peranan penting yaitu :
- Batuan atau material yang akan diledakkan
- Bahan peledak dan peralatan yang akan digunakan disamping unsure manusia khususnya,
sehingga untuk memilih metode peledakan yang tepat diperlukan pengetahuan yang baik
terutama kedua unsure tersebut berdasarkan mineral pembentuknya batuan secara konvensional
dapat dibagi menjadi : batuan beku, batuan sedimen, batuan metamorf.
Sedangkan menurut leonart chert yang bertitik tolak dari suatu pengertian teknik, batuan dibagi
menjadi 2 yaitu :
a. Intract rock
Bagian atau possibly goodies dari suatu batuan yang relative uniform dari suatu tipe petronik
yang mengalami suatu pengerusan mekanis berat dari keadaan geologi semula seperti patahan
atau join.
b. Insitu rock
Massa batuan dari suatu ukuran tertentu yang mengandung contoh represan tatik yang sudah
mengalami kerusakan-kerusakan berat massa batuan dapat lebih dari satu tipe.
Karakteristik dari intec rock berhubungan dengan proses seperti pemboran, pemecahan, grinding
atau operasi-operasi mechanic lainnya dimana persentase terbesar dari permukaan batuan adalah
feash, sedangkn karakteristik dari insitu rock berhubungan dengan persoalan-persoalan dalam
desaing terhadap stabilitas lereng ataupun bukaan-bukaan dalam tbt

b. Sifat batuan/bahan galian yang mempengaruhi hasil peledakan


Kebanyakan batuan atau bahan galian mempunyai sifat tidak merata dan homogen sifat-sifat
batuan/bahan galian yang tidak mempengaruhi hasil peledakan menurut prof. R.L Ash terutama :
1) Structur seperti patahan, rekahan, perlapisan atau perlipatan yang akan memepengaruhi
perencaan pemboran untuk keperluan lubang tembak. Apabila hal ini kurang mendapat perhatian
maka dapat terjadi hasil yang tidak diharapkan seperti boulder, back break, dsb.
Dip dan strike dari batuan yang mempunyai struktur berlapis-lapis (bedde D dr stractified rock)
Bila peledakan searah dengan dip hal-hal yang diharapkan terjadi :
- Lebih banyak bad break
- Lantai pit (pit floor) yang lebih rata atau halus.
- Penggunaan energy bahan peledak yang lebih baik karena strata/berlapis terletak sejajar ke
lubang bor persoalan akan lebih sedikit
- Pergerakan batuan dari space lebih banyak sehingga dihasilkan profil yang lebih rendah dan
lebih menguntungkan didalam operasi terutama untuk alat pemuatan misalnya dari shovel ke
frount looder. Bila peledakan berlawanan arah dengan dip maka diharapkan terjadi :
a. Block break lebih sedikit karena strata (pelapisan) miring kearah dinding wall
b. Persoalan-peroalan akan lebih banyak muncul
c. kondisi lantai pit akan lebih kasar
d. Prgerakan batuan dari face lebih kurang sehingga menghasilkan muck yang lebih tinggi.
Bila peledakan berlawanan dengan strike diharapkan terjadi sbb :
a. Saw-tooth floor formation, sebagai akibat dari berbagai reaksi peledakan oleh berbagai macam
jenis batuan yang terletak berselang seling pada lantai jenjang
b. Kondisi back break tidak menentu bias baik, bias juga buruk
c. Orientasi working face (peremukan kerja) tidak menguntungkan sehingga diperlukan suatus seri
peledakan kembali untuk mendapatkan kondisi yang baik. Baik kedalam pemboran maupun face
mempunyai pengaruh langsung terhadap floor atau elevasi dasar.

c. Resistance
Adalah sifat batuan yang untuk mempertahankan diri menahan kejutan agar keadaannya tetap
seperti semula. Sifat ini penting diketahui untuk dapat menentukan jumlah dan jenis bahan
d. Straight
Sifat ii biasanya dihubungkan dengan tarikan (tension) batuan sangat lemah terhadap tarikan dan
lebih tahan terhadap tekanan (compersion) pada prinsipnya compersive straigt jauh lebih besar
dari pada tensile straigt (limostone : batu gamping mempunyai kompersive straight antara 3500-
25.000 psi akan tetapi tensile straigt antara 500-2500 psi. karakteristik ini erat hubungannya
dengan peledakan.
e. Density
Batuan atau bahan galian yang lebih erat memerlukan lebih banyak energy untuk pecah dan
pindah tempat, sehingga diperlukan bahan peledak dengan kekuatan atau jumlah muatan yang
lebih besar.
f. Velocity of energy prepagation percepatan merambatkan energy dalam batuan adalah sawah
atau lebih kecil dari kecepatan reaksi untuk bahan peledak dan akan bertambah besar dengan
bertambahnya density kecepatan rambat gelombang pada batuan selalu dicirikan sebagai
kecepatan longingtudinal.

 KEMAMPUGARUAN BATUAN TERHADAP UJI KUAT TEKAN MEKANIKA


BATUAN Oleh : HENYTIAH NOVIANTI 1209055076 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS
MULAWARMAN SAMARINDA 2013
 2. Mekanika batuan adalah salah cabang disiplin ilmu geomekanika. Mekanika batuan
merupakan ilmu yang mempelajari sifat-sifat mekanik batuan dan massa batuan. Hal ini
menyebabkan mekanika batuan memiliki peran yang dominan dalam operasi penambangan,
seperti pekerjaan penerowongan, pemboran, penggalian, peledakan dan pekerjaan lainnya.
Batuan mempunyai sifat-sifat tertentu yang perlu diketahui dalam mekanika batuan dan dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu : - Sifat fisik batuan seperti bobot isi, berat jenis, porositas,
absorpsi. - Sifat mekanik batuan seperti kuat tekan, kuat tarik, modulus elastisitas, dan nisbah
Poisson. Terdapat beberapa jenis kekuatan batuan, yaitu : - Kuat kompresif tak tertekan
(uniaksial) yang diuji dengan suatu silinder atau prisma terhadap titik pecahnya - Kuat tarik
(tensile strength) ditentukan dengan uji Brazilian dimana suatu piringan ditekan sepanjang
diameter atau dengan uji langsung yang meliputi tarikan sebenarnya atau bengkokan dari prisma
batuan. - Kuat geser (shear strength) yang diuji secara langsung dalam suatu “shear box” atau
diukur sebagai komponen pecahan kompresi. 1. Uji Kuat Tekan Uniaksial (Uniaxial
Compressive Strength) Penekanan uniaksial terhadap contoh batuan selinder merupakan uji sifat
mekanik yang paling umum digunakan. Uji kuat tekan uniaksial dilakukan untuk menentukan
kuat tekan batuan (σt ), Modulus Young (E), Nisbah Poisson (v), dan kurva tegangan - regangan.
Contoh batuan berbentuk silinder ditekan atau dibebani sampai runtuh. Perbandingan antara
tinggi dan diameter contoh silinder yang umum digunakan adalah 2 sampai 2,5 dengan luas
permukaan pembebanan yang datar, halus dan paralel tegak lurus terhadap sumbu aksis contoh
batuan. Dari hasil pengujian akan didapat beberapa data : a) Kuat Tekan Batuan (σc)
 3. Tujuan utama uji kuat tekan uniaksial adalah untuk mendapatkan nilai kuat tekan dari
contoh batuan. b) Modulus Young ( E ) Modulus Young atau modulus elastisitas merupakan
faktor penting dalam mengevaluasi deformasi batuan pada kondisi pembebanan yang bervariasi.
Nilai modulus elastisitas batuan bervariasi dari satu contoh batuan dari satu daerah geologi ke
daerah geologi lainnya karena adanya perbedaan dalam hal formasi batuan dan genesa atau
mineral pembentuknya. Modulus elastisitas dipengaruhi oleh tipe batuan, porositas, ukuran
partikel, dan kandungan air. Modulus elastisitas akan lebih besar nilainya apabila diukur tegak
lurus perlapisan daripada diukur sejajar arah perlapisan. Terdapat tiga cara yang dapat digunakan
untuk menentukan nilai modulus elastisitas yaitu : 1. Tangent Young’s Modulus, yaitu
perbandingan antara tegangan aksial dengan regangan aksial yang dihitung pada persentase tetap
dari nilai kuattekan. Umumnya diambil 50% dari nilai kuat tekan uniaksial. 2. Average Young’s
Modulus, yaitu perbandingan antara tegangan aksial dengan regangan aksial yang dihitung pada
bagian linier dari kurvategangan- tegangan. 3. Secant Young’s Modulus, yaitu perbandingan
antara tegangan aksial dengan regangan aksial yang dihitung dengan membuat garis lurus dari
tegangan nol ke suatu titik pada kurva regangan-tegangan pada persentase yang tetap dari nilai
kuat tekan. Umumnya diambil 50% dari nilai kuat tekan uniaksial. c) Nisbah Poisson ( Poisson
Ratio ) Nisbah Poisson didefinisikan sebagai perbandingan negatif antara regangan lateral dan
regangan aksial. Nisbah Poisson menunjukkan adanya pemanjangan ke arah lateral (lateral
expansion) akibat adanya tegangan dalam arah aksial. Pada uji kuat tekan uniaksial terdapat tipe
pecah suatu contoh batuan pada saat runtuh. Tipe pecah contoh batuan bergantung pada tingkat
ketahanan contoh batuan dan kualitas permukaan contoh batuan yang bersentuhan langsung
dengan permukaan alat penekan saat pembebanan.
 4. Kramadibrata (1991) mengatakan bahwa uji kuat tekan uniaksial menghasilkantujuh tipe
pecah, yaitu : - Cataclasis - Belahan arah aksial (axial splitting) - Hancuran kerucut (cone runtuh)
- Hancuran geser (homogeneous shear) - Hancuran geser dari sudut ke sudut (homogeneous
shear corner to corner) - Kombinasi belahan aksial dan geser (combination axial dan local shear)
- Serpihan mengulit bawang dan menekuk (splintery union-leaves and buckling) 2. Uji Kuat
Tarik Tak Langsung ( Brazilian Test ) Sifat mekanik batuan yang diperoleh dari uji ini adalah
kuat tarik batuan (σt). Ada dua metode yang dapat dipergunakan untuk mengetahui kuat tarik
contoh batuan di laboratorium, yaitu metode kuat tarik langsung dan metode kuat tarik tak
langsung. Metode kuat tarik tak langsung merupakan uji yang paling sering digunakan. Hal ini
disebabkan uji ini lebih mudah dan murah dari pada uji kuat tarik langsung. Salah satu uji kuat
tarik tak langsung adalah Brazilian test. Secara umum, aplikasi geomekanika dalam dunia
pertambangan adalah : - Rancangan peledakan - Perencanaan penambangan - Perhitungan beban
dan analisis regangan - Analisis kemantapan lereng 3. Kemampugaruan (Rippability) Dalam
suatu kegiatan penambangan selalu dijumpai kegiatan penggalian. Sebelum penggalian
dilakukan maka dilakukan pembongkaran massa batuan. Penggalian bisa dilakukan secara
langsung tanpa pembongkaran apabila material bersifat lunak atau soft, metode penggalian ini
biasa disebut direct digging. Namun apabila material bersifat keras maka perlu pembongkaran
terlebih dahulu sebelum
 5. dilakukan penggalian. Pembongkaran bisa dilakukan dengan penggaruan (ripping) maupun
peledakan (blasting). Penggaruan maupun peledakan tidak dilakukan serta merta begitu saja saat
menjumpai material keras. Namun perlu ada analisis lebih lanjut untuk menentukan metode
pembongkaran yang sesuai dengan sifat-sifat batuan maupun kondisi lapangan. Pada umumnya
penggalian dipengaruhi oleh 3 (tiga) kondisi sebagai berikut: Kondisi I : Bila tanah biasa
(normal), bisa langsung dilakukan penumpukan stock atau langsung dimuat (loading). Kondisi
II : Bila kondisi tanah keras harus dilakukan penggaruan (ripping) terlebih dahulu, kemudian
dilakukan stock pilling dan pemuatan(loading). Kondisi III : Bila tanah terlalu keras dimana
pekerjaan ripping tidak ekonomis (tidak mampu) maka harus dilakukan peledakan (blasting)
guna memecah belahkan material terlebih dahulu sebelum dilakukan stock pilling kemudian
dilakukan pemuatan (loading). Metode penggalian sangat dipengaruhi oleh sifat material
terutama kekerasannya. Oleh sebab itu dalam suatu penggaruan (ripping), suatu massa batuan
memiliki tingkat kemampugaruan (rippability) tertentu, dari easy ripping sampai very hard
ripping. Kemampugaruan (rippability) merupakan suatu ukuran apakah suatu massa batuan
mudah digaru, sulit digaru atau bahkan tidak dapat digaru. Untuk menentukan tingkat
kemampugaruan suatu massa batuan, maka perlu studi atau investigasi lapangan seperti
pengumpulan data struktur, tingkat pelapukan dan air tanah. Hal ini dilakukan guna
mengklasifikasikan suatu massa batuan ke dalam kelas tertentu. Dari kelas-kelas tersebut, akan
diketahui seberapa kemampugaruan massa batuan tersebut. Selain itu, akan diperoleh
rekomendasi metode penggalian dan alat yang sesuai untuk digunakan.
 6. Kemampugaruan yang merupakan ukuran tingkat kemudahan suatu batuan untuk digaru
diperoleh dari studi lapangan, geologi maupun geoteknik. Dalam setiap kegiatan penggalian
batuan, salah satu sifat batuan yang sangat penting yang harus diukur adalah spasi kekar dan
orientasinya. Secara umum kemampugaruan dipengaruhi oleh: - Kuat tekan batuan - Struktur
batuan - Pelapukan Para peneliti terdahulu telah menemukan banyak faktor yang
mempengaruhikemampugaruan batuan seperti perilaku massa batuan, kekuatan massa batuan,
ukuran dan kekuatan dari mesin yang digunakan dan faktor ekonomi. Ada peneliti yang
menemukan bahwa yang termasuk dalam sifat massa batuan meliputi jenis batuan, kekuatan,
derajat alterasi, struktur, abrasif, kadar air dan kecepatan gelombang seismik. Peneliti lain
menyebutkan bahwa kemapugaruan dipengaruhi oleh kekuatan dari batuan utuh dan perilaku
kekar pada massa batuan. Dalam perkiraan kemampugaruan, parameter batuan harus dimasukan
dan diuji untuk memperkirakan perilaku batuan tersebut. Dalam mekanika batuan sendiri,
penentuan sifat fisik dan mekanik batuan merupakan inti dalam perkiraan perilaku massa batuan.
Pemilihan alat garu yang sesuai tidak lepas dari studi lapangan dan uji laboratorium mengenai
sifat-sifat material, terutama kekuatan batuan. Di lapangan selalu dijumpai material dengan
ragam kekuatan. Oleh sebab itu, ada material yang sangat mudah digaru, mudah digaru, sulit
digaru, sangat sulit digaru atau bahkan tidak dapat digaru. Kemampugaruan merupakan suatu
ukuran apakah material dapat digaru, yang kemudian diklasifikasikan berdasarkan tingkat
kemudahan penggaruan. Kemampugaruan didasarkan pada sifat-sifat material dan kondisi
geologi, seperti
 7. kekerasan, kecepatan seismik, struktur, pelapukan dan air tanah, yang diperoleh dari studi
lapangan dan uji laboratorium. Banyak ilmuwan yang mengusulkan sistem klasifikasi
kemampugaruan dengan ragam metode dan parameter yang digunakan. Meskipun begitu, para
peneliti setuju bahwa kekuatan batuan dan karakteristik diskontinu memiliki peranan yang
penting dalam menentukan metode penggalian. Dalam rekayasa batuan, menentukan sifat fisik
dan mekanik batuan merupakan inti dalam memperkirakan perilaku suatu massa batuan.
Pengaruh sifat batuan tidak hanya digunakan pada pemilihan alat yang sesuai namun juga pada
tahap operasi. - Tipe Batuan Tipe batuan tertentu memilki karakteristik tersendiri, maka
identifikasi tipe batuan menjadi hal pertama yang mungkin dilakukan untuk memperoleh
petunjuk tentang perilaku batuan. Pada umumnya, penggaruan sering dilakukan pada batuan
sedimen, yang merupakan batuan yang terbentuk dari partikel-partikel batuan yang sudah ada,
baik dari batuan beku, metamorf maupun batuan sedimen itu sendiri. - Kekuatan Batuan
Kekuatan mekanik batuan merupakan sifat kekuatan terhadap gaya luar. Pada prinsipnya
kekuatan batuan tergantung pada komposisi dari mineralnya yang terkandung di dalam batuan.
Penggaruan maupun metode penggalian lainnya sangat dipengaruhi oleh kekuatan batuan. Pada
proses penggaruan, batuan terbongkar karena adanya gaya compressive dan tensile yang bekerja
sehingga dalam penaksiran kemampugaruan tidak lepas dari uji kekuatan batuan. Kuat tarik
dianggap memilki peranan lebih penting daripada kuat tekan dalam klasifikasi kemampugaruan
batuan.
 8. - Abrasivitas Parameter yang sering diabaikan dalam evaluasi kemampugaruan batuan
adalah abrasivitas. Abrasivitas merupakan sifat batuan dalam menggores permukaan material
lain. Sifat ini umumnya digunakan sebagai parameter yang mempengaruhi keausan matabor (bit)
dan batang bor. Parameter ini sangat penting hubungannya dengan keekonomisan penggunaan
alat garu. Dalam estimasi biaya, pengeluaran terbesar terletak pada penggunaan shank dan tip.
Karena komponen ini bekerja dengan kontak langsung dan melawan kekuatan batuan saat proses
pembongkaran batuan. Singh (1983) telah mengusulkan sistem klasifikasi abrasivitas
berdasarkan mineral pembentuk batuan, derajat kebundaran mineral (mineral angularity),
kekuatan material perekat (cementing material), cechar index dan indeks kekerasan batuan
(toughness). - Tingkat Pelapukan Pelapukan batuan terjadi karena adanya pengaruh hydrosphere
dan atmosphere. Pelapukan bisa terjadi karena disintegrasi mekanis maupun dekomposisi kimia
atau keduanya. Pelapukan yang terjadi karena disintegrasi mekanis dapat dilihat dengan adanya
retakan batuan atau kekar dan retakan pada belahan (cleavage) butir mineral. Sedangkan
pelapukan kimia menghasilkan perubahan kimia pada mineralnya. Karena adanya pelapukan,
maka kekuatan, densitas dan stabilitas volumetrik batuan akan menurun, sedangkan
deformabilitas dan porositas akan meningkat. Oleh sebab itu, tingkat pelapukan merupakan
parameter sangat berpengaruh pada kekuatan batuan hubungannya dengan proses penggalian. -
Struktur Batuan Salah satu faktor utama yang mempengaruhi perilaku massa batuan adalah
struktur seperti kekar, bidang perlapisan, laminasi, belahan dan patahan. Struktur batuan berupa
ketidakmenerusan dapat menggambarkan gangguan mekanis pada sifat batuan. Parameter kekar
yang harus diukur hubungannya dengan
 9. pengaruhnya terhadap kemampugaruan batuan antara lain orientasi kekar, spasi,
kemenerusan dan material pengisi. - Densitas Material Densitas juga merupakan faktor yang
dipertimbangkan dalam penaksiran kemampugaruan batuan. Tingkat sementasi, sortasi,
kekompakan dan ukuran butir dapat ditaksir melalui densitas. Semakin tinggi densitas maka
semakin sedikit pori dalam batuan dan kekuatan ikat antar butir mineral semakin tinggi. - Kemas
Batuan (Rock Fabric) Kemas (fabric) merupakan suatu ukuran untuk menggambarkan struktur
mikro dan tekstur material batuan. Para peneliti mengemukakan bahwa kemas batuan
berpengaruh terhadap kemampugaruan. Batuan berbutir kasar (ukuran butir > 5 mm) seperti
pegmatite dan batupasir bisa digaru dengan lebih mudah daripada batuan berbutir halus (ukuran
butir < 1 mm) seperti quartzite, basalt dan batugamping. - Kecepatan Seismik Metode dengan
menggunakan parameter kecepatan seismik telah banyak digunakan secara luas untuk
memprediksi tingkat kemampugaruan batuan. Kecepatan gelombang seismik tergantung pada
densitas, porositas, kadar air dan tingkat pelapukan batuan (Singh dkk, 1986). Semakin tinggi
kecepatan seismik pada batuan maka penggaruan akan relatif lebih sulit. Secara umum batuan
dengan kecepatan seismik 1950 m/s termasuk batuan yang mudah digaru, 1950 – 2250 m/s
termasuk sulit digaru dan > 2250 m/s tidak mungkin digaru. Namun banyak peneliti yang
mengemukakan bahwa metode ini kurang akurat (Kramadibrata, 1998; Singh dkk, 1986; Kirsten,
1982). - Topografi Topografi dari suatu massa batuan yang akan digali merupakan faktor penting
yang perlu dievaluasi sebelum menerapakan metode penggalian. Meskipun begitu,
 10. faktor ini tidak masuk dalam pertimbangan para peneliti sebelumnya. Penggaruan
biasanya dilakukan di daerah yang datar, namun apabila dijumpai slope atau batuan yang
menonjol tidak beraturan, maka akan menjadi problema tersendiri. - Bidang Perlapisan dan Batas
Pelapukan Perbedaan tingkat pelapukan pada perlapisan batuan memiliki pengaruh penting
hubungannya dengan perfomance penggaruan. Para peneliti menemukan bahwa material dengan
kekuatan rendah (low strength), akan mudah digaru apabila material tersebut ‘berdiri sendiri’,
namun akan sulit digaru apabila material tersebut tersisip diantara material yang tidak bisa digaru
(unrippable). Selain itu, penggaruan pada material dengan banyak perlapisan menyebabkan
perfomance penggaruan tidak menentu dimana kekerasan tiap perlapisan dapat saling berbeda
satu dengan lainnya. Dalam mekanisme penggaruan, penetrasi gigi ripper kedalam massa batuan
sangat menentukan apakah suatu massa batuan dapat digaru. Apabila penetrasi dapat dilakukan
maka ripper dapat ditarik oleh bulldozer sehingga batuan dapat terbongkar. Semakin dalam
penetrasi maka semakin besar volume yang diperoleh. Semakin keras massa batuan maka
penetrasi semakin dangkal dan volume yang diperoleh juga kecil sehingga menurunkan tingkat
produktivitas, sehingga kegiatan penggaruan perlu dievaluasi. Untuk mengetahui kekuatan
batuan dilakukan uji kuat tekan uniaksial batuan dilaboratorium. Uji kuat tekan uniaksial
(Uniaxial Compressive Strength) mengecu pada SNI 2825:2008. Jumlah sampel uji minimal
adalah 3 buah dengan dimensi sampel 2 < l/d < 2.5 dimana sampel-sampel tersebut diambil
secara acak dari hasil garuan. Tingkat produktivitas ripper dihitung dengan metode volume by
length. Parameter yang diukur ialah kedalaman penetrasi, lebar penggaruan, panjang lintasan dan
waktu penggaruan.
 11. 3.1 Hubungan Rock Mass Rating dan Rippability (Kemampugaruan) Pada awalnya, RMR
memang digunakan untuk menghitung kestabilan lubang bukaan pada pekerjaan penggalian
bawah tanah. Namun, para peneliti mengembangkan aplikasi sistem klasifikasi ini dalam
pekerjaan penggalian lainnya, termasuk penggaruan. Pada prinsipnya, orientasi kekar
dihubungkan dengan arah kemajuan penggalian. Abdullatif dan Cruden (1983) telah melakukan
studi di 23 kuari hubungannya dengan kemampugalian (excavatability) massa batuan. Massa
batuan digali dengan 3 metode: penggalian langsung, penggaruan dan peledakan. Studi yang
dilakukan meliputi kekuatan massa batuan dan karakteristik bidang lemah pada batuan yang
berbeda-beda dan melakukan pengujian metode penggalian secara langsung. Data-data diperoleh
dengan menggunakan scanline pada massa batuan yang telah terbuka. Pengujian yang dilakukan
didasarkan pada sistem klasifikasi berikut: - Point Load Index dan spasi kekar - Q-system - RMR
Metode yang digunakan oleh Abdullatif dan Cruden (1983) untuk memperoleh RQD adalah
dengan rumus yang diusulkan oleh Priest dan Hudson (1976). Para peneliti yang melakukan studi
mengenai hubungan antara RMR dan Qsystem antara lain Bieniawski (1984), Abad dkk (1983),
Udd dan Wang (1985) dan Kramadibrata (1996). Meskipun Q-system pada awalnya
dikembangkan untuk membantu perhitungan kestabilan lubang bukaan tambang bawah tanah,
ternyata juga dapat diaplikasikan pada penggalian di permukaan (Kramadibrata, 1996).
Rippability adalah kemudahan tanah atau batuan yang dapat digali secara mekanis. rippability
batuan dikendalikan oleh banyak parameter termasuk
 12. kekuatan uniaksial, derajat pelapukan, abrasivitas, dan jarak diskontinuitas. Biasanya,
lapuk batuan bertingkat atau dilaminasi, dan batuan rekah dengan luas yang rippable.
Sebaliknya, batu besar atau kristal, dan batu tanpa pesawat kelemahan biasanya non-rippable.
Seismik refraksi secara historis metode geofisika digunakan untuk secara tidak langsung
mentakdirkan tingkat rippability. Ini telah menjadi metode yang disukai berdasarkan uji lapangan
yang dilakukan oleh Perusahaan Caterpillar, berkaitan kecepatan seismik untuk rippability.
Kecepatan seismik yang diukur dalam survei seismik refraksi menyediakan ukuran kualitatif dari
kekuatan batuan dan adanya patah tulang utama. Dalam sebuah survei seismik refraksi khas data
diproses dan hasilnya disajikan sebagai model layered, dengan masing-masing lapisan terdiri dari
kecepatan seismik konstan. Survei tomografi modern dapat memberikan model resolusi yang
lebih tinggi dari variasi kecepatan seismik dengan kedalaman, memungkinkan untuk analisis
yang lebih rinci. Metode resistivitas listrik dapat digunakan sebagai metode pelengkap dengan
survei seismik refraksi, karena resistivitas berguna dalam membedakan kompeten dari batuan
batu dalam banyak kasus.
 13. Contoh di bawah ini menampilkan refraksi survei seismik tomografi dilakukan selama
terak tumpukan di situs smelter tua untuk membantu dalam perencanaan perbaikan untuk daerah.
Panel atas menampilkan hasil pemodelan tomografi kecepatan seismik, antarmuka antara layer 1
dan layer 2 dari berlapis hasil model bumi yang lebih tradisional juga ditampilkan untuk
perbandingan. Analisis kecepatan seismik dikombinasikan dengan data lubang bor di seluruh
situs menghasilkan model berlapis kekuatan batuan di tengah panel. Hal ini telah dibatasi oleh
cakupan raypath (sensitivitas model) di panel bawah.

Anda mungkin juga menyukai