geologi akan menjadi lebih mudah apabila kita memahami prinsip-prinsip dasar mekanika batuan, yaitu tentang konsep gaya (force), tegangan (stress), regangan (strain) dan faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi karakter suatu materi atau bahan. 1. Tegangan = stress ( ) ◦ gaya luar yg mengenai bhn dibagi dgn luas penampang dari bhn yg kena gaya tsb.(kgf/cm²) atau ◦ dampak dlm yg terjadi pada suatu benda akibat tekanan.
2. Regangan = strain ( ) ◦ akibat stress (mrp fungsi kekuatan & tegangan.)
Strength (1) : Gaya internal dr suatu bhn yg
mempertahankan bhn tsb tetap pd bentuk semula. (kgf/cm²). a. Regangan aksial (єa), merupakan regangan yang terjadi karena adanya perubahan bentuk arah aksial terhadap tinggi. b. Regangan lateral (єl), merupakan regangan yang terjadi karena adanya perubahan bentuk arah lateral terhadap diameter. c. Regangan volumetrik (єv), merupakan regangan yang terjadi karena adanya perubahan bentuk secara volumetrik. Batuan dalam kondisi tegangan multiosi kondisi di mana suatu bahan atau struktur menerima tegangan dari berbagai arah secara bersamaan atau dalam kombinasi. Dalam kondisi ini, bahan atau struktur menerima tekanan dari arah aksial dan lateral, dan tegangan lateral dapat timbul sebagai akibat dari tegangan aksial yang diberikan pada bahan atau struktur tersebut. Multiosi adalah kondisi dimana batuan atau bahan dihadapkan pada kombinasi tegangan aksial dan lateral secara bersamaan. Tegangan aksial merujuk pada tekanan langsung yang diberikan pada suatu bahan, sedangkan tegangan lateral merujuk pada tekanan yang diberikan pada sisi-sisi bahan secara tidak langsung. Kondisi multiosi dapat terjadi pada batuan atau bahan dalam berbagai situasi geologi, seperti dalam kondisi alamiah di bawah tekanan dan deformasi, atau dalam lingkungan teknis seperti di bawah beban dari struktur rekayasa geoteknik. Initial stress dalam mekanika batuan merujuk pada gaya- gaya dalam yang ada pada batuan sebelum adanya beban eksternal salah satu data dasar dalam mendesain struktur batuan.
Kondisi tegangan dalam massa batuan tanpa gangguan
buatan gaya-gaya dalam ini dapat terjadi karena proses geologi atau tektonik yang terjadi di masa lalu, seperti gaya geser, tekanan hidrostatis, dan gaya tarikan.
Initial stress dan kuat tarik pada batuan saling berhubungan
dalam beberapa hal. Initial stress dapat mempengaruhi kekuatan tarik batuan, dan sebaliknya kekuatan tarik batuan dapat mempengaruhi distribusi initial stress pada batuan. Pertama, initial stress dapat mempengaruhi kecenderungan batuan untuk retak dan deformasi. Ketika initial stress mengalami peningkatan, maka retakan dan deformasi yang terjadi pada batuan akan lebih mungkin terjadi pada arah yang sama dengan arah initial stress dapat mengurangi kuat tarik batuan secara signifikan. Sebaliknya, ketika initial stress mengalami penurunan, maka retakan dan deformasi akan lebih mungkin terjadi pada arah yang berbeda dengan arah initial stress, sehingga kuat tarik batuan dapat meningkat. Kedua, initial stress juga dapat mempengaruhi kondisi lingkungan di sekitar retakan batuan. Ketika initial stress di sekitar retakan tinggi, maka kemungkinan adanya air di dalam retakan juga tinggi, yang dapat menyebabkan penurunan kekuatan tarik batuan. Namun, ketika initial stress di sekitar retakan rendah, maka kemungkinan adanya air di dalam retakan juga rendah, sehingga kekuatan tarik batuan dapat meningkat. Ketika kekuatan tarik batuan rendah, maka retakan dan deformasi dapat terjadi pada batuan dengan lebih mudah, sehingga dapat mengubah distribusi initial stress pada batuan initial stress pada batuan dapat mengalami perubahan yang signifikan, yang dapat mempengaruhi perilaku batuan pada masa depan. Menurut ASTM D 653-67, Kuat tarik dari suatu material didefinisikan sebagai Tegangan tarik maksimum yang dapat dikembangkan oleh suatu material. Secara praktis Kuat Tarik dipandang sebagai nilai tegangan maksimum yg dikembangkan oleh suatu contoh material dlm suatu pengujian tarikan yang dilakukan untuk memecah batuan dibawah kondisi tertentu. Dalam mekanika batuan, pengetahuan tentang kuat tarik batuan penting untuk menganalisis kekuatan batuan dan kestabilan dari atap atau kubah (dome) dari lubang bukaan bawah tanah dari zona tarik dibatuan, dalam penambangan mineral, utk preparasi kegiatan pemboran dan penggalian dan mungkin juga utk area lain dlm rekayasa batuan. Uji Brazilian sebagai salah satu metode uji kuat tarik secara tidak langsung, dilakukan untuk mengetahui kuat tarik secara tidak langsung dari contoh uji batuan . Menurut Bieniawski (1967) dan Howkes&Mellor (1971) serta ISRM (1981)
t = Kuat Tarik tak langsung, MPa
D = Diameter contoh, mm F = Beban, N t = Tebal contoh, mm UTS << UCS UCS/UTS = Toughness ratio = Brittleness Index (BI) BI semakin besar, kinerja alat gali potong meningkat beberapa kali lipat Brittleness “dapat” diubah dengan linear combination of load and displacement Kramadibrata, 1996 Metode uji kuat tarik langsung pada batuan prinsipnya sama dgn pengujian kuat tarik pada logam. Tetapi kesulitannya terletak pada bagaimana menjepit (gripping) contoh dan membuat beban yg bekerja berada pd posisi paralel dgn sumbu contoh batuan (sentris). Beberapa metode pelaksanaan uji tarik langsung batuan dan bentuk contohnya telah dilakukan dgn tujuan mendapatkan kuat tarik batuan dgn lebih tepat. Obert, Windels & Duval (1946) menggunakan penjepit dengan pelapis leadit compound utk menguji kuat tarik langsung dr contoh marmer, gamping, granit dan batupasir. Lead compound berfungsi sebagai pelapis agar pemegang tidak menyentuh contoh, agar saat ditarik contoh tidak mengalami kerusakan. Hasil pengujian diperoleh bahwa leadit compound tidak mampu menahan teganagan tarik > 8,27Mpa. Grosvenor (1966) melakukan pengujian yg sama namun mengganyi lead compound digunakan sulphur conical plug dan ternyata saat diuji bagian yg runtuh adalah bagian sulfur tersebut. Selain itu juga melakukan pengujian dgn cara menjepit , yg hasilnya contoh batuan pecah pada bagian yang dijepit. Untuk mengatasi kesulitan pada sistem penjepit, Fairhurst
(1961) menemukan suatu bentuk model dengan
menggunakan contoh bentuk silinder dengan perekat epoxy
yg diletakkan pada kedua ujungnya dan contoh dilemkan
pada logam yg ditarik secara fleksibel oleh kabel baja.
Dengan metode ini berbagai bentuk contoh silider, kubus dan
persegipanjang dpt dipergunakan tanpa ada kesulitan.
Metode ini yg terpenting adalah contoh pd kondisi simetris
dgn pelat. Hanya saja metode ini kemungkinan akan sukar
ditemukan jenis lem yg kuat untuk batuan yang sangat kuat
a. Uji kuat tarik langsung dengan sistem grip (obert, windes & Duval, 1946) b. Uji kuat tarik langsung dengan sistem lem (Fairhurst, 1961) Menurut Russell (1988), ada 3 metode sistem pemberian beban terhadap uji tarik langsung, yaitu : Metode Bonded, metode End-pull dan metode grip. Alat Uji Tarik terdiri dari beberapa bagian yakni : 1. Rangka (frame) 2. Piston 3. Pemegang Contoh (caps) 4. Load cell dgn digital strain indikator 5. Power pack 6. Rantai 7. Dial gauge utk mengukur deformasi aksial. Kuat tarik dinamik batuan jauh lebih kecil daripada kuat tekan statiknya. Kuat tarik dinamik sangat penting untuk diketahui dalam proses penggalian mekanis dan peledakan. Tegangan tarik tangensial harus lebih besar daripada kuat tarik dinamik agar terjadi rekahan radial Bila spalling diinginkan untuk terjadi, kuat tarik dinamik harus lebih kecil daripada tegangan tarik radial yang dihasilkan dari pantulan pulsa tegangan tekan awal di bidang bebas.