Anda di halaman 1dari 8

JURNAL PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN

UJI KUAT GESER


Rahmat Ilahi1, Fiqiyatul Faida2, Muhammad Ikbal, S.T.3
Program Studi Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Muslim Indonesia
Makassar; Jl. Urip Sumoharjo KM 05, telp/fax (+62) 411 455666/ (+62) 411 455695
E-mail: booommzz11@gmail.com

Abstrak

Kuat geser batuan adalah perlawanan internal batuan terhadap tegangan yang bekerja sepanjang bidang geser dalam batuan tersebut
yang dipengaruhi oleh karakteristik, intrinstik dan faktor internal. Praktikum ini bertujuan untuk menentukan nilai cohesi (c) dan
sudut geser dalam (0) menggunakan alat direct shear dan mengidentifikasi parameter-parameter yang mempengaruhi kelakuan/sifat
geser batuan. Proses pertama yang kami lakukan mengetahui alat dan bahan yang akan digunakan untuk mata acara uji kuat geser ini.
Setelah itu yang kami lakukan adalah menggunakan safety glasses dan safety shoes lalu menyiapkan tabel pengamatan untuk
mencatat nilai deformasi. Pada sampel uji harus memenuhi syarat L/D = 2. Kemudian, lakukan persiapan alat direct shear, letakkan
sampel batuan pada shear box. Lalu pasang dial gauge untuk mengukur perpindahan pada arah pergeseran kemudian atur pada
posisi nol. Kemudian diberikan gaya normal menggunakan bandul dengan berat tertentu. Lalu berikan gaya geser dengan besar
tertentu menggunakan mesin direct shear otomatis Selanjutnya, membaca pertambahan gaya setiap interval deformasi sebesar 0,5
mm. Kemudian memberikan tegangan geser dengan memutar berlawanan arah jarum jam pada pengerak shear box sehingga
mencapai puncak. Setelah sampel patah, memberikan gaya yang berlawanan arah dengan gaya yang sebelumnya sampai tegangan
gesernya mencapai puncak. Hasil penelitian akan diperoleh nilai dari luas permukaan, gaya geser, tegangan normal, tegangan geser,
sudut geser dalam dan kohesi.
Kata kunci: Kuat geser, tegangan, direct shear, kohesi dan sudut geser dalam.

PENDAHULUAN mengalami deformasi plastic yang kemudian


Kuat geser batuan adalah perlawanan runtuh. Setelah itu tegangan geser akan menurun
internal batuan terhadap tegangan yang bekerja hingga menunjukan angka yang konstan untuk
sepanjang bidang geser dalam batuan tersebut menggeser batuan tersebut atau disebut kuat geser
yang dipengaruhi oleh karakteristik, intrinstik dan residu (setelah batuan runtuh). Pengujian ini
faktor internal. Kuat geser batuan juga mengukur kekuatan geser langsung puncak dan
kemampuan batuan melawan tegangan geser yang residual sebagai fungsi dari tegangan normat
terjadi pada saat terbebani. Keruntuhan geser atau terhadap bidang gesernya, Hasil pengujian ini
shear failure batuan terjadi bukan disebabkan digunakan dalam analisis kesetimbangan batas
karena hancurnya butir-butir batuan tersebut tetapi pada masalah kestabilan lereng atau untuk analisis
karena adannya gerak relati antara butir-butir stabilitas pondasi bendungan. Data uji geser
batuan tersebut. Pada peristiwa kelongsoran suatu diperlukan untuk mengetahui nilai tegangan geser,
lereng berarti telah terjadi pergeseran dalam butir- tegangan normal, hubungan antara tegangan
butir batuan tersebut. Kekuatan geser yang normal dan tegangan geser, kohesi dan sudut
dimiliki oleh suatu batuan dipengaruhi oleh geser dalam menggunakan persamaan Mohr-
faktor-faktor yaitu pada batuan berbutir halus Coulomb.
(kohesif) misalnya kekuatan geser yang dimiliki 1.1 Maksud
batuan disebabkan karena adanya kohesi atau praktikum Uji kuat geser ini adalah
lekatan antara butir-butir batuan yang disebut untuk mengetahui kuat geser suatu batuan
kohesi (C). Pada batuan dengan butir kasar (non terhadap tekanan yang diberikan pada bidang
kohesif), kekuatan geser disebabkan karena geser.
adannya gesekan antara butir-butir batuan. 2.2 Tujuan
Kuat geser batuan dibagi menjadi dua jenis praktikum uji kuat geser ini bertujuan
yaitu kuat geser puncak (peak) dan kuat geser sebagai berikut: menentukan nilai kohesi (C)
residu (sisa). Kuat geser puncak ialah kuat geser dan sudut geser dalam (°) menggunakan alat
yang terjadi ketika tegangan geser mencapai titik Direct shear, mengidentifikasi parameter-
maksimalnya (puncak) disitu pula batuan
parameter yang akan mempengaruhi terjadi disebut regangan tekan. Dari teori kekuatan
kelakuan/sifat geser batuan. bahan tegangan tarik dapat ditentukan dengan
membagi beban dengan luas penampang.
Hubungan tegangan (σ) dan regangan (∈) yang
berbanding lurus
TINJAUAN PUSTAKA d. Mohr Coulomb
1. Sifat Fisik dan Sifat Mekanik Batuan Pemecahan geometri untuk tegangan-
Batuan merupakan zat padat yang terbentuk tegangan dengan menggunakan arah yang
dari kumpulan mineral yang berbeda dan berbeda-beda didapatkan dengan menggunakan
mempunyai komposisi kimia yang tetap dan persamaan yaitu dari mohr coulomb. Adapun
merupakan penyusun kerak bumi. Batuan angkah-langkah dalam pembuatan mohr coulomb
terbentuk melalui proses geologi yang panjang dan cara mendapatkan nilai kohesi dan sudut geser
dan selama proses geologi seperti aktivitas dalam adalah contohnya sebagai berikut:
magmatisme dan proses sedimentasi sangat 1) Buat sumbu vertikal untuk tegangan geser dan
berpengaruh terhadap sifat fisik batuan tersebut sumbu horisontal untuk kuat tekan dan kuat
sedangkan pengaruh struktur geologi akan tarik dengan skala yang sama.
berpengaruh terhadap sifat mekanis dari batuan 2) Nilai dari kuat tekan berada disebelah kanan
tersebut. Oleh sebab itulah batuan memiliki sifat sumbu vertikal sedangkan nilai kuat tarik
fisik maupun sifat mekanis (Arsyad M, 2017) berada disebelah kiri sumbu vertikal.
a. Sifat Fisik 3) Plotkan nilai kuat tekan dan nilai kuat tarik
Sifat fisik batuan merupakan sifat yang dari data yang telah diketahui membentuk
dimiliki oleh batuan tersebut bersamaan saat setengah lingkaran.
batuan tersebut terbentuk. Sifat fisik batuan 4) Setelah diplot tarik garis singgung
tersebut misalnya porositas, berat jenis, menyinggung lingkaran kuat tekan dan kuat
permaebilitas, absorpsi dan derajat kejenuhan. tarik.
b. Sifat Mekanik Batuan 5) Nilai kohesi didapatkan dari perpotongan
Sifat mekanik batuan adalah sifat yang antara garis singgung dan sumbu tegak.
dimiliki batuan karena adanya pengaruh gaya- 6) Sudut geser dalam diperoleh dari besarnya
gaya dari luar yang bekerja pada batuan tersebut. sudut yang dibentuk garis singgung.
Pengujian Sifat Mekanis Batuan. 3. Uji Kuat Geser Batuan
Kuat geser tanah atau batuan adalah
2. Hubungan Tegangan dan Rengangan
kemampuan tanah melawan tegangan geser yang
a. Tegangan terjadi pada saat terbebani. keruntuhan geser atau
Tegangan adalah suatu reaksi akibat adanya shear failure tanah atau batuan terjadi bukan
beban atau gaya. Ada 3 macam tegangan sebelum disebabkan karena hancurnya butir butir tanah
massa batuan mengalami gangguan, antara lain: tersebut tapi karena adanya gerak relatif antara
1) Tegangan gravitasi, yaitu tegangan yang butir butir tanah tersebut. Pada peristiwa
terjadi karena berat dari batuan yang berada di kelongsoran suatu lereng berarti telah terjadi
atas massa batuan. pergeseran dalam butir butir tanah tersebut.
2) Tegangan tektonik, yaitu tegangan yang terjadi Kekuatan geser yang dimiliki oleh suatu tanah
akibat aktivitas tektonik pada kulit bumi. atau batuan dipengaruhi oleh faktor faktor
3) Tegangan sisa, yaitu tegangan yang masih dibawah ini. Pada tanah berbutir halus (kohesif)
tersisa walaupun penyebab terjadinya tegangan misalnya lempung kekuatan geser yang dimiliki
tersebut sudah hilang. tanah disebabkan karena adanya kohesi atau
b. Regangan lekatan antara butir butir tanah atau biasa disebut
Regangan adalah perubahan bentuk atau dengan kohesi (C). Pada tanah atau batuan dengan
volume akibat adanya tegangan. Pada saat sampel butir kasar (non kohesif), kekuatan geser
batuan yang di uji menerima beban yang disebabkan karena adanya gesekan antara butir
meningkat secara teratur, maka kondisi sampel butir tanah atau batuan sehingga sering disebut
batuan cenderung mengalami perubahan bentuk. sudut gesek dalam. Pada kondisi alamiah
Perubahan bentuk ini akan terjadi dalam arah dilapangan kondisi material tanah maupun batuan
lateral. selalu bercampur sehinga kekuatan geser
c. Hubungan Tegangan-Regangan disebabkan karena adanya lekatan (karena kohesi)
Bila ada sebuah batang yang mengalami dan gesekan karena adanya sudut geser dalam
gaya tekan maka batang tersebut akan pada butir butir batuan dan tanah.
mengalamai perpendekan dan regangan yang
Tegangan tersebut umumnya diperkirakan menjumlahkan semua rating dari lima parameter
dan diberi beberapa kuantifikasi dengan akan maka diperoleh nilai RMR pada dasar yang
memasang sekelompok pengukur tegangan belum memperhitungkan pada orientasi bidang
elektrik dalam rosette pada permukaan batuan, diskontinu. Adjusment terhadap orientasi bidang
memindahkan batuan- batuan yang berdekatan, diskontinu ini dipisahkan dalam perhitungan nilai
dan mengukur respons tegangan sebenarnya yang RMR karena pengaruh dari bidang diskontinu
di lepaskan. Kondisi tegangan yang berkembang tersebut tergantung pada aplikasi engineeringnya,
selama penambangan merupakan hal penting. seperti terowongan, chamber, lereng atau fondasi.
Berikut ilustrasi sederhana dari alat direct shear Arah umum dari bidang diskontinu berupa
strength. strike dan dip, akan mempengaruhi kestabilan
Secara sederhana sampel tanah atau batuan lubang bukaan. Hal ini ditentukan oleh sumbu
dimasukkan kedalam alat seperti tabung yang dari lubang bukaan tersebut, apakah tegak lurus
kemudian diberi beban normal yang besarnya strike atau sejajar strike, penggalian lubang
tetap. Sampel tersebut kemudian digeser dengan bukaan tersebut, apakah searah dip atau
gaya yang besarnya secara berkala dinaikkan
sampai sampel tanah atau batuan tersebut pecah. berlawanan arah dengan dip dari bidang
Dan sleuruh angka tersebut dicatat kemudian diskontinu. RMR dapat digunakan sebagai
diplot kedalam grafik. Saat ini alat untuk panduan memilih penyangga terowongan.
mengukur direct shear strength sudah otomatis Panduan ini tergantung pada beberapa faktor
dengan komputer dalam menghitung displacement seperti kedalaman lubang bukaan dari permukaan,
darisampel tersebut karena dibutuhkanyang ukuran dan bentuk terowongan serta metode
ketelitian yang sangat tinggi dan harus sangat penggalian yang dipakai. Sedangkan untuk
cepat untuk mencatat tiap perubahan. ada tiga menentukan kestabilan lubang bukaan dapat
gauge yang harus dicatat per tiap perubahan gaya ditentukan melalui stand up time dari nilai RMR
yang diberikan seperti horizontal displacement
gauge, vertical displacement gauge dan shear menggunakan grafik span terhadap stand up time.
load gauge. Untuk memulai bisanya ditentukan Keakuratan dari stand up time ini menjadi
beberapa nilai beban atau tekanan normal (psi) diragukan karena nilai stand up time sangat
yang akan diberikan pada tiap sampel yang dipengaruhi oleh metode penggalian, ketahanan
berbeda. terhadap pelapukan (durability) dan kondisi
tegangan in situ yang merupakan parameter-
parameter penting yang tidak tercakup dalam
metode klasifikasi RMR. Oleh karena itu,
sebaiknya grafik ini digunakan hanya untuk tujuan
perbandingan semata.
4. Faktor yang Mempengaruhi
a. Tegangan Normal
Tegangan normal yang diberikan tidak
Gambar 1. Alat Shear Strength melebihi batas elastisitas batuan. Dalam hal ini
yang dimaksud batas elastisitas adalah batas
Bieniawski (1989), kekuatan suatu batuan
dimana belum terjadi pembentukan rekahan awal
secara utuh dapat diperoleh dari Point Load
ketika beban normal diberikan. Oleh karena itu
Strength Index atau Uniaxial Compressive
diusahakan agar deformasi maupun runtuhan yang
Strengh. Beliau menggunakan klasifikasi
terjadi hanya disebabkan oleh tegangan geser dan
Uniaxial Compressive Strength (UCS) yang telah
bukan oleh tegangan normal.
diusulkan oleh Deere & Miller, 1968 (Bieniawski,
b. Mineralogi dan Ukuran Butiran
1984) dan juga UCS yang telah ditentukan dengan
Butiran yang kecil biasanya monocrystalline
menggunakan Hammer Test. Kekuatan batuan
dan ikatannya ataupun nilai kohesinya relatif lebih
utuh adalah kekuatan suatu batuan untuk bertahan
tinggi dibandingkan butiran besar. Pada batuan
menahan suatu gaya hingga pecah. Kekuatan
yang ukuran butirnya lebih besar, permukaan
batuan dapat dibentuk oleh suatu ikatan adhesi
gesernya cenderung membentuk gelombang
antarbutir mineral atau tingkat sementasi pada
gelombang kasar ketika mengalami pergeseran.
batuan tersebut, serta kekerasan mineral yang
Hal ini menyebabkan sudut gesek dalam batuan
membentuknya. Hal ini akan sangat berhubungan
yang diperoleh dari uji laboratorium lebih besar
dengan genesa, komposisi, tekstur, dan struktur
dari aslinya.
batuan.
c. Kekasaran Permukaan Geser
Kondisi massa batuan dievaluasi untuk setiap
Semakin kasar permukaan geser, semakin
setiap bidang diskontinu yang ada. Dengan
besar kekuatan geser batuan. Tetapi kekasaran misalnya lempung kekuatan geser yang dimiliki
geser ini akan berpengaruh hanya pada tegangan tanah disebabkan karena adanya kohesi atau
normal yang rendah, karena pada tegangan normal lekatan antara butir butir tanah atau biasa disebut
yang cukup tinggi permukaan geser akan hancur dengan kohesi (C). Pada tanah atau batuan dengan
sehingga pada perilaku kekuatan geser batuan butir kasar (non kohesif), kekuatan geser
akan lebih dipengaruhi oleh kekuatan batuan utuh disebabkan karena adanya gesekan antara butir
(intact rock) dari pada kekasaran permukaan geser butir tanah atau batuan sehingga sering disebut
d. Banyaknya Bidang Diskontinu sudut gesek dalam. Pada kondisi alamiah
Dengan keberadaan bidang-bidang dilapangan kondisi material tanah maupun batuan
diskontinu perambatan rekahan pada batuan dapat selalu bercampur sehinga kekuatan geser
dengan mudah terjadi ketika mendapat gaya dari disebabkan karena adanya lekatan (karena kohesi)
luar. Hal ini menyebabkan kekuatan batuan dan gesekan karena adanya sudut geser dalam
menurun. pada butir butir batuan dan tanah.
e. Tingkat Kerusakan Contoh Tegangan tersebut umumnya diperkirakan
Proses pengambilan serta pengangkutan dan diberi beberapa kuantifikasi dengan
bongkahan batu ke laboratorium dapat memasang sekelompok pengukur tegangan
mengakibatkan conto batuan terganggu. Semakin elektrik dalam rosette pada permukaan batuan,
besar gangguan ataupun kerusakan yang dialami memindahkan batuan yang berdekatan, dan pada
batuan sebelum diuji, semakin batuan tersebut mengukur respons tegangan sebenarnya yang di
tidak mempresentasikan kondisi masa batuan. lepaskan. Kondisi tegangan yang berkembang
5. Mohr Coulomb
selama penambangan merupakan hal penting.
Pemecahan geometri untuk tegangan-
Berikut ilustrasi sederhana dari alat direct shear
tegangan dengan menggunakan arah yang
strength. Kondisi tegangan yang berkembang
berbeda-beda didapatkan dengan menggunakan
selama penambangan merupakan hal penting.
persamaan yaitu dari mohr coulomb. Adapun
Berikut ilustrasi sederhana dari alat direct shear
angkah-langkah dalam pembuatan mohr coulomb
strength.
dan cara mendapatkan nilai kohesi dan sudut geser
Secara sederhana sampel tanah atau batuan
dalam adalah contohnya sebagai berikut:
dimasukkan kedalam alat seperti tabung yang
a. Buat sumbu vertikal untuk tegangan geser
kemudian diberi beban normal yang besarnya
dan sumbu horisontal untuk kuat tekan dan
tetap. Sampel tersebut kemudian digeser dengan
kuat tarik dengan skala yang sama.
gaya yang besarnya secara berkala dinaikkan
b. Nilai dari kuat tekan berada disebelah kanan
sampai sampel tanah atau batuan tersebut pecah.
sumbu vertikal sedangkan nilai kuat tarik
Dan sleuruh angka tersebut dicatat kemudian
berada disebelah kiri sumbu vertikal.
diplot kedalam grafik. Saat ini alat untuk
c. Plotkan nilai kuat tekan dan nilai kuat tarik
mengukur direct shear strength sudah otomatis
dari data yang telah diketahui membentuk
dengan komputer dalam menghitung displacement
setengah lingkaran.
dari sampel tersebut karena dibutuhkan ketelitian
d. Setelah diplot tarik garis singgung
yang sangat tinggi dan harus sangat cepat untuk
menyinggung lingkaran kuat tekan dan kuat
mencatat tiap perubahan. ada tiga gauge yang
tarik.
harus dicatat per tiap perubahan gaya yang
e. Nilai kohesi didapatkan dari perpotongan
diberikan seperti horizontal displacementgauge,
antara garis singgung dan sumbu tegak.
vertical displacement gauge dan shear load
f. Sudut geser dalam diperoleh dari besarnya
gauge. Untuk memulai bisanya ditentukan
sudut yang dibentuk garis singgung tersebut.
beberapa nilai beban atau tekanan normal (psi)
Kuat geser tanah atau batuan adalah
yang akan diberikan pada tiap sampel yang
kemampuan tanah melawan tegangan geser yang
berbeda.
terjadi pada saat terbebani. Keruntuhan geser atau
shear failure tanah atau batuan terjadi bukan 6. Parameter Uji kuat Geser
disebabkan karena hancurnya butir butir tanah Ada dua parameter dalam uji kuat geser yaitu
tersebut tapi karena adanya gerak relatif antara kohesi dan sudut geser dalam. Dimana kohesi dan
butir butir tanah tersebut. Pada peristiwa sudut geser dalam adalah suatu parameter
kelongsoran suatu lereng berarti telah terjadi mekanika tanah dan batuan yang sangat sering
pergeseran dalam butir butir tanah tersebut. dijadikan acuan dalam suatu design, pengujian
Kekuatan geser yang dimiliki oleh suatu serta analisis suatu rancangan. Kohesi adalah gaya
tanah atau batuan dipengaruhi oleh factor-faktor tarik menarik antara partikel dalam batuan,
dibawah ini. Pada tanah berbutir halus (kohesif) dinyatakan dalam satuan berat per satuan luas.
Kohesi batuan akan semakin besar jika kekuatan
gesernya makin besar. Nilai kohesi (c) diperoleh
dari pengujian laboratorium yaitu pengujian kuat
geser langsung (direct shear strength test) dan
pengujian triaxial (triaxial test). Kohesi adalah Gambar 2. Memasang dial gauge
gaya tarik-menarik antar molekul yang sama.
3. Setelah dilakukan klaribrasi selanjutnya
Salah satu aspek yang memengaruhi nilai kohesi
yaitu kita memberikan beban kepada
adalah kerapatan dan jarak antar molekul dalam
sampel, pada pengujian ini kita melakukan
suatu benda. Kohesi berbanding lurus dengan
1 kali pengujian dengan pemberian beban
kerapatan suatu benda, sehingga bila kerapatan
40 kg.
semakin besar maka kohesi yg akan didapatkan
semakin besar. Dalam hal ini, benda berbentuk
padat memiliki kohesi yang paling besar dan
sebaliknya pada cairan. Sedangkan sudut geser
dalam batuan secara sederhana dapat kita lihat
saat kita ambil sejumlah pasir dan kita tuang
diatas permukaan, pasir tersebut akan membentuk
sudut tertentu dengan permukaan. Inilah makna
fisik dari sudut geser tanah pada kondisi tanpa Gambar 3. Memasang bandul
tegangan pengekang (Bieniawski, Z. T., 1989).
Salah satu aspek yang memengaruhi nilai
kohesi adalah kerapatan dan jarak antar molekul 4. Memberikan gaya geser dengan
dalam suatu benda. Kohesi berbanding lurus menggunakan mesin direct shear.
dengan kerapatan suatu benda, sehingga bila
kerapatan semakin besar maka kohesi yg akan
didapatkan semakin besar. Dalam hal ini, benda
berbentuk padat memiliki kohesi yang paling
besar dan sebaliknya pada cairan. Sedangkan
sudut geser dalam batuan secara sederhana dapat
kita lihat saat kita ambil sejumlah pasir dan kita
tuang diatas permukaan, pasir tersebut akan Gambar 4. Memberikan gaya geser
membentuk sudut tertentu dengan permukaan.
Inilah makna fisik dari sudut geser tanah pada 5. Membaca perpindahan gaya setiap interval
kondisi tanpa tegangan pengekang. 0,5 dan mencatat hasil dari interval
pergeseran tersebut atau mencatat nilai
PROSEDUR PERCOBAAN kuat gesernya. Untuk pencatatannya yaitu
Pada percobaan uji kuat geser adapun setelah interval 50 maka baru dicatat nilai
langkah-langkah sebagai berikut: kuat gesernya.
1. Meletakkan sampel batuan pada alat shear
box untuk dilakukan uji kuat geser.

Gambar 5. Membaca perpindahan gaya


6. Setelah itu kita memberikan tegangan geser
Gambar 1. Meletakkan sampel dengan memutar pedal berlawanan arah
jarum jam pada penggerak shear box
2. Setelah dimasukan sampel kedalam direct sehingga mencapai puncak.
box, langkah selanjutnya yaitu kita
memasangkan dial gauge ke mesinnya.
Fg = 0,02031 x 104 mm

= 2,11224 N
Gambar 6. Memberikan gaya yang
berlawanan 3. Tegangan Normal
Fn
7. Setelah sampel patah, berikan gaya yang σn ¿( )/1000
berlawanan arah dengan gaya yang A
sebelumnya sampai tegangan gesernya
mencapai puncak. σn ¿ ( 29,02930
0,4
) x 1000
= 13,77918 N/m2

4. Tegangan Geser
Fg
τ =( )/1000
A
Gambar 7. Memberikan gaya searah jarum
jam 2,4372
Peak :τ ¿( ) x 1000
29,02930
= 83,95655 N/m2
HASIL
Tabel 1 Data Pengamatan 2,11224
Residual :τ =( ) x 1000
Gaya Normal: 0,4 kN
29,02920
= 72,76234 N/m2
Pergeseran Deformasi (mm)

(mm) Peak Residual 5. Sudut Geser Dalam


τ
0,5 29 13 ϕ = tan
Qc
0,5 27 12
83,95655
Peak :ϕ = tan
Sampel 1 13,77918
4,3
Dik : Diameter : 4,3 cm  = 2,15 = tan 6,09300
2
Peak: 29 + 2 angkat terakhir stambuk = 80,679550
: 29 + 91 = 120
Residu : 13 + 2 angka terakhir stambuk 72,76234
: 13 + 91 = 104 Residual : ϕ = tan
13,77918
Gaya Normal : 40 kg  0,4 KN
Maka, = tan 5,28060
1. Luas permukaan = 79,276740
A = 2.π.r2
6. Kohesi
= 2 x 3,14 x 2,152 Peak : C = τ − σn tan ϕ
= 2 x 3,14 x 4,62550 C = 83,95655 –13,77918
0
= 29,02930 m 2 × tan 80,67955 0

2. Gaya Geser = 83,95655 – 83,95652


Fg Peak = 0,02031 x Deformasi
= 0,00003 kN/m2
Fg = 0,02031 x 120 mm
Residual : C = τ − σn tan ϕ
= 2,4372 N

Fg Residual = 0,02031 x Deformasi


C = 72,76234 –13,77918 11. Sudut Geser Dalam
× tan 79,27674 0 τ
ϕ = tan
Qc
= 72,76234 – 72,76232
82,55
= 0,00002 kN/m2 Peak :ϕ = tan
13,77918
Sampel 2
= tan -1 5,99092
4,3
Dik : Diameter : 4,3 cm  = 2,15
2 = 80,523590
Peak : 27 + 2 angkat terakhir stambuk
: 27 + 91 = 118 72,06
Residual : ϕ = tan
Residu : 12 + 2 angka terakhir stambuk 13,77918
: 12 + 91 = 103
Gaya Normal : 40 kg  0,4 KN = tan -1 5,22962
Maka,
= 79,174660
7. Luas permukaan
A = 2.π.r2 12. Kohesi
Peak : C = τ − σn tan ϕ
= 2 x 3,14 x 2,152
C = 82,55 – 13,77918
= 2 x 3,14 x 4,62550 × tan 80,52359
0

= 29,02930 m 2
= 82,55 – 82,54990
8. Gaya Geser = 0,00001 kN/m2
Fg Peak = 0,02031 x Deformasi
Residual : C = τ − σn tan ϕ
Fg = 0,02031 x 118 mm
C = 72,76234 –13,77918
= 2,39658 N 0
× tan 79,27674
Fg Residual = 0,02031 x Deformasi
= 72,06 – 72,05983
Fg = 0,02031 x 103 mm
= 0,00017 kN/m2
= 2,09193 N
PEMBAHASAN
9. Tegangan Normal Dari hasil perhitungan yang telah di lakukan
Fn maka dapat di simpulkan bahwa sampel 1
σn ¿( )/1000
A memiliki nilai A = 29,02930 m2, Fg = 2,4372
(Peak) dan 2,11224 (Residual), σn=¿ 13,77918
σn ¿ ( 29,02930
0,4
) x 1000 N/m2 , tegangan geser (peak) = 83,95655 N/m2
dan (residual) = 72,76234 N/m2, sudut geser
dalam (Peak) = 80,679550 dan (residual) =
= 13,77918 N/m2 79,276740 , dan kohesi (peak) = 0,00003 kN/m2
dan kohesi (residual) = 0,00002 kN/m2.
10. Tegangan Geser Kemudian sampel 2 memiliki nilai A = 29,02930
Fg m2, Fg = 2,39658 (Peak) dan 2,09192 (Residual),
τ =( )/1000
A σn=¿ 13,77918 N/m2 , tegangan geser (peak) =
82,55 N/m2 dan (residual) = 72,06 N/m2, sudut
2,39658 geser dalam (Peak) = 80,523590 dan (residual) =
Peak :τ ¿( ) x 1000
29,02930 79,174660 , dan kohesi (peak) = 0,00001 kN/m2
dan kohesi (residual) = 0,00017 kN/m2.
= 82,55 N/m2

2,09193
Residual :τ =( ) x 1000 PENUTUP
29,02920
Kesimpulan
= 72,06 N/m2 Setelah melakukan praktikum mekanika
batuan dilaboratorium geomekanika dengan mata Rekayasa Institut Teknologi Bandung.
acara uji kuat geser maka dapat disimpulkan uji Bandung
ini menggunakan mesin tekan (compression
machine) untuk menekan sampel batuan yang
berbentuk silinder dari satu arah (uniaxial) dan
alat yang digunakan untuk membuat sampel
berbentuk silinder adalah Core Drilling.
Penyebaran tegangan di dalam sampel batuan
secara teoritis adalah searah dengan gaya yang
dikenakan pada sampel tersebut. Tetapi dalam
kenyataannya arah tegangan tidak searah dengan
gaya yang dikenakan pada sampel tersebut karena
ada pengaruh dari plat penekan mesin tekan yang
menghimpit sampel, sehingga bentuk pecahan
tidak terbentuk bidang pecah yang searah dengan
gaya melainkan berbentuk kerucut cone.
Perbandingan antara tinggi dan diameter sampel
(l/d) mempengaruhi nilai kuat tekan batuan.
Untuk melakukan pengujian pada kuat tekan
maka dari itu kita dapat digunakan yaitu 2 < l/d <
2,5.

Saran
Saran untuk asisten yaitu selalu
memberikan pengulangan materi kepada
praktikan agar praktikan tidak lupa dengan materi
yang telah diajarkan pada saat praktikum.
Saran untuk laboratorium adalah agar
senantiasa dijaga kebersihannya demi
kenyamanan saat praktikum maupun asistensi
berlangsung.

DAFTAR PUSTAKA
Arsyad M, 2017, Analisis sifat fisis dan mekanik
batuan karst Maros. Universitas Negeri
Makassar. Makassar
Bieniawski, Z. T., 1989. Engineering Rock Mass
Classifications. Wiley: New York. Hal: 272.
[6]
Bieniawski, Z. T., 1978. Determining rock mass
deformability: Experience from case
histories. International Journal of Rock
Mechanics and Mining Sciences &
Geomechanics Abstract, Vol. 15, hal. 237-
247. DOI: 10.1016/0148-9062(78)90956-
Rahman A, 2018, Uji laboratorium mekanika
batuan menggunakan metode unconfined
compressive strength pada batuan inti
(core) batupasir. Akademi Minyak dan Gas
Balongan Indramayu. Bandung.
Rai, 1998. Perencanaan dan Pelatihan Teknik
Terowongan. Laboratorium Geoteknik
Pusat Antar Universitas Ilmu Rekayasa
Institut Teknologi Bandung. Bandung.
Rai, 1998. Mekanika Batuan. Laboratorium
Geoteknik Pusat Antar Universitas Ilmu

Anda mungkin juga menyukai