Anda di halaman 1dari 41

 Pengujian kuat geser pada batuan dilakukan

untuk menentukan kekuatan geser


maksimum dari batuan. Namun, kekuatan
geser batuan sangat dipengaruhi oleh
keberadaan bidang lemah pada batuan.
 Bidang lemah adalah area pada batuan yang
memiliki kekuatan lebih rendah dibandingkan
dengan area lainnya. Oleh karena itu,
keberadaan bidang lemah pada batuan akan
mempengaruhi hasil pengujian kuat geser.
 Pada pengujian kuat geser, sampel batuan
dipotong dan ditempatkan di atas dua plat yang
disebut plat geser. Kemudian, beban diberikan
pada sampel batuan secara merata sampai
batuan terpecah atau terjadi slip pada bidang
geser pada sampel.
 Jika bidang lemah pada batuan sejajar dengan
bidang geser pada sampel, maka batuan akan
mudah pecah atau slip, dan menghasilkan nilai
kuat geser yang lebih rendah. Sebaliknya, jika
bidang lemah tidak sejajar dengan bidang geser,
maka batuan akan lebih kuat dan sulit untuk
terpecah atau slip, sehingga menghasilkan nilai
kuat geser yang lebih tinggi.
 Semua massa batuan memiliki bidang-bidang
diskontinu seperti kekar, bidang perlapisan,
dan sesar. Pada kedalaman yang dangkal
dimana tegangan-tegangan yang bekerja
sangat rendah atau dapat diabaikan,
deformasi ataupun runtuhan yang terjadi
pada batuan utuh (intact rock) dan massa
batuan lebih banyak dikendalikan oleh
luncuran pada bidang pada bidang discontinu
dan sifat fisik butiran batuan utuh (intact
rock) diantara bidang luncur/gesernya.
 Salah satu contoh kasus ini yaitu pada
pembuatan lereng-lereng pada kegiatan
tambang terbuka, pemotongan lereng untuk
konstruksi jalan atau waduk.
 Oleh karena itu, sebelum mendesign lereng,
kita perlu mengetahui parameter-parameter
kuat geser batuan, yaitu kohesi (c) , dan
sudut gesek dalam (  ) yang diperoleh
dengan melakukan uji geser langsung di
laboratorium.
 Pengujian Kuat Geser Langsung (Direct Shear Test)  pada
pengujian ini, sampel batuan ditempatkan pada sebuah alat
pengujian yang terdiri dari dua bagian, yaitu plat atas dan plat
bawah. Sampel batuan ditempatkan di antara kedua plat tersebut
dan diberi beban secara vertikal hingga terjadi pemecahan pada
bidang geser batuan.
 Pengujian Kuat Geser Tanpa Geser Awal (Unconfined
Compression Test)  pada pengujian ini, sampel batuan
ditempatkan pada sebuah alat pengujian dan diberi beban secara
vertikal hingga terjadi pemecahan pada bidang geser batuan.
Pada pengujian ini, tidak ada plat geser seperti pada pengujian
kuat geser langsung.
 Pengujian Kuat Geser dengan Plat Geser (Shear Box Test)  pada
pengujian ini, sampel batuan ditempatkan dalam sebuah kotak
dengan satu sisi yang dapat digerakkan. Beban diberikan pada
permukaan atas sampel batuan dan permukaan bawah kotak,
sehingga terjadi geser pada bidang tertentu pada sampel batuan.
 Pengujian Kuat Geser Langsung (Direct Shear Test)  pada
pengujian ini, sampel batuan ditempatkan pada sebuah alat
pengujian yang terdiri dari dua bagian, yaitu plat atas dan plat
bawah. Sampel batuan ditempatkan di antara kedua plat tersebut
dan diberi beban secara vertikal hingga terjadi pemecahan pada
bidang geser batuan.
 Pengujian Kuat Geser Tanpa Geser Awal (Unconfined
Compression Test)  pada pengujian ini, sampel batuan
ditempatkan pada sebuah alat pengujian dan diberi beban secara
vertikal hingga terjadi pemecahan pada bidang geser batuan.
Pada pengujian ini, tidak ada plat geser seperti pada pengujian
kuat geser langsung.
 Pengujian Kuat Geser dengan Plat Geser (Shear Box Test)  pada
pengujian ini, sampel batuan ditempatkan dalam sebuah kotak
dengan satu sisi yang dapat digerakkan. Beban diberikan pada
permukaan atas sampel batuan dan permukaan bawah kotak,
sehingga terjadi geser pada bidang tertentu pada sampel batuan.
 Pengujian Kuat Geser Dinamis (Dynamic Shear
Test) Pada pengujian ini, sampel batuan
ditempatkan dalam sebuah alat pengujian dan
diberi beban secara dinamis melalui alat seperti
palu atau alat pemukul lainnya. Pengujian ini
dilakukan untuk mempelajari sifat-sifat dinamis
batuan pada kondisi pembebanan tertentu.
 Pengujian Kuat Geser dengan Teknik Triaxial
(Triaxial Test) Pada pengujian ini, sampel batuan
ditempatkan dalam sebuah sel pengujian yang
dapat memberikan tekanan secara merata ke
seluruh permukaan sampel batuan. Pengujian ini
digunakan untuk mempelajari sifat-sifat mekanik
batuan pada kondisi tegangan multiosi.
 Kuat geser batuan merupakan perlawanan internal batuan terhadap

tegangan yang bekerja sepanjang bidang geser dalam batuan tersebut,

yang dipengaruhi oleh karakteristik intrinsik dan faktor eksternal.

 Untuk mengetahui kuat geser batuan pada tegangan normal tertentu.

 Minimal 3 contoh.

 Masing-masing contoh dikenakan gaya normal ( Fn) tertentu yang

diaplikasikan tegak lurus terhadap permukaan bidang diskontinu dan

gaya geser atau horisontal (Fs) dikenakan untuk menggeser contoh

batu hingga pecah.


 Kuat geser batuan sangat berguna sebagai
parameter rancangan kestabilan lereng dan
kriteria keruntuhan geser yang paling banyak
digunakan adalah kriteria Mohr-Coulomb
yang ditulis dengan persamaan, yaitu :
τ = c + σn tan 
 Hasil pengujian kuat geser lngsung kemudian
diplotkan kedalam kurva Mohr-Coulomb sehingga
didapatkan parameter :
◦ Kurva interinsik (strenght envelope)
◦ kuat geser (τ - shear strength),
◦ sudut geser dalam (),
◦ kohesi (C).
◦ Tegangan normal (σn)
Kriteria Mohr-Coulomb Linear

τ = c + σn μ τ = c + σn tan 

Keterangan:
 τ = tegangan geser (shear strenght)
 c = kohesi
 σn = tegangan normal
 μ = koefisien geser dalam dari batuan = tan 
 Untuk memahami sudut gesek dalam (), perlu
dibayangkan sebuah balok dgn berat W berada pada
permukaan sebuah bidang miring yang licin dengan luas
bidang sentuh sebesar A.
 Blok tersebut memiliki penggerak yg diakibatkan oleh
beratnya sendiri yaitu sebesar W sin , sedangkan gaya
normal N dan koefisien gesek  merupakan faktor internal
yg besarnya sama dengan tan . Pada saat blok akan
tergelincir, maka gaya penahannya sama dengan gaya
penggerak sehingga diperoleh persamaan

W sin  = tan  . (W cos )

Tan  = tan 

=

Pada kondisi seperti ini, sudut kemiringan bidang tersebut sama


dengan sudut gesek dalam () dengan catatan kohesi sama dengan nol.
 Pada pengujian di laboratorium, kurva tegangan-
perpindahan geser biasanya berbentuk linier pada
batas elastis atau hingga titik yield. Kondisi ini dapat
digambarkan pada persamaan :
 F = ks . U
 Konstanta ks (kN/mm) disebut sebagai kekakuan
geser.
 Definisi kekakuan geser menyatakan bahwa jika
batuan diberi beban geser, dimana gaya yang bekerja
pada batas elastis atau lebih rendah dari yield point
nya, dan kemudian beban dilepaskan, maka
deformasi akan kembali dgn jalur mengikuti
persamaan diatas walaupun pada beberapa jenis
batuan deformasi tidak kembali ketitik nol karena
adanya proses penutupan rekahan (closing of cracks)
 Seluruh energi yang diterima batuan selama
pembebanan langsung dibebaskan ketika
beban hilang.
 Nilai kekakuan geser rata-rata biasanya
dihitung pada tingkat 50% kekuatan puncak.
 Untuk menganalisis kestabilan dari sistem blok batuan tertentu, misalnya
pada lereng tambang, sangatlah penting memahami faktor-faktor yg
mempengaruhi kekuatan geser bidang-bidang diskontinu yang memisahkan
blok dari massa batuannya. Adapun faktor-faktor tersebut dapat dibagi
menjadi 2 jenis yaitu faktor intrinsik dan ekstrinsik.
1. Faktor Intrinsik merupakan faktor yang menunjukkan karakteristik
internal batuan, terdiri dari kohesi ( c ), dan sudut gesek dalam ( ) yg
diperoleh dari hasil uji kuat geser langsung.
2. Faktor Ekstrinsik merupakan faktor yang berasal dari lingkungan batuan,
baik yang alami maupun tidak serta yang dapat dikontrol maupun yang
tidak dapat dikontrol oleh manusia.
Faktor-Faktor Ekstrinsik tersebut antara lain :
a. tegangan normal,
b. keberadaan dan tekanan air,
c. mineralogi dan ukuran butiran,
d. kekasaran permukaan geser,
e. banyaknya bidang diskontinu,
f. keberadaan mineral pengisi pada rekahan,
g. laju pembebanan geser,
h. tingkat kerusakan contoh batuan dan
i. ukuran batu uji.
 Laju perpindahan geser konstan akan mengindikasikan gaya geser yang bekerja pada
batuan tersebut. Kekuatan geser (τ) yang dibutuhkan batuan tersebut untuk mulai
membentuk rekahan bidang geser dan berpindah akan bertambah sesuai
pertambahan FN.
 Pada Uji Geser langsung, τ & N adalah representatif dari FS & FN dibagi luas kontak.
 Saat Uji Geser: τ meningkat secara linear terhadap perpindahan, akan tetapi
berangsur-angsur menjadi tidak linear hingga pada saat tercapai nilai maksimumnya.
Nilai τ maksimum = nilai τP (kekuatan geser puncak) & nilai perpindahan pada saat
kondisi ini disebut perpindahan geser puncak.
 Setelah τP tercapai, τ akan turun dan berangsur-angsur mencapai nilai konstan &
disebut τR (kekuatan geser residu atau sisa).
 Jika τP & τR diperoleh dari tingkat τN yang berbeda dengan jenis batuan yang sama,
secara ideal akan diperoleh kurva hubungan linear antara kuat geser terhadap
masing-masing tingkat tegangan normal.
 Permukaan bidang diskontinu alami pada batuan tidak selalu halus, bahkan hampir
100% kasar. Semakin kasar permukaan batuan meningkatkan kekuatan geser pada
batuan.
Tegangan normal
 Massa batuan pada umumnya mempunyai rekahan yang ditimbulkan oleh
pembebanan sejak awal pembetukan batuan tersebut. Tegangan
terkonsentrasi pada rekahan tesebut, sehingga kehadiran rekahan sangat
mempengaruhi perilaku massa batuan. Dengan adanya faktor kekasaran
bidang rekahan, maka kondisi tegangan normal konstan akan tidak realistik
tercapai pada kondisi alami.
 Selain itu, peristiwa geologi seperti gempa bumi memungkinkan terjadi
perubahan beban normal terhadap massa batuan dan berpotensi membentuk
bidang geser baru pada massa batuan.
 Kuat geser, dalam hal ini kuat geser puncak, akan meningkat seiring
peningkatan tegangan normal. Hal ini mengindikasikan bahwa bidang lemah
pada kedalaman yang lebih dalam cenderung akan semakin kuat.
 Uji kuat geser harus dilakukan pada kondisi tingkat tegangan normal yang
tidak melebihi batas elastisitasnya. Hal ini dilakukan untuk memperoleh
deformasi yang disebabkan tegangan geser dan bukan oleh tegangan
normal.
Bidang geser dan material pengisi pada bidang geser
 Kuat geser akan berkurang secara signifikan ketika
sebagian atau seluruh permukaan tidak sepenuhnya
kontak, melainkan ditutupi oleh material pengisi yang
relatif lunak seperti lempung
 Keruntuhan geser batuan dengan bidang diskontinu
yang terisi material lunak mengalami dua tahap.
Pertama tegangan dan perpindahan geser hanya
dipengaruhi oleh kekuatan material pengisi. Kedua,
setelah terjadi perpindahan, permukaan batuan
mengalami kontak kemudian kekuatan dari bidang
diskontinu ditentukan oleh kekasaran dan kekuatan
bidang geser itu sendiri
Pengaruh kehadiran air dan tekanan air
 Kehadiran air pada massa batuan
menyebabkan permukaan bidang
diskontinu akan tertekan sebagian
sehingga tegangan normal menjadi
berkurang.
 Kecepatan geser pada permukaan
yang basah lebih lambat dibandingkan
dengan permukaan yang kering.
Dimensi contoh uji
 Massa batuan di alam mempunyai sifat & struktur
yang heterogen serta kompleks. Contoh batuan
yang digunakan untuk uji di laboratorium
diharapkan sebagai representatif dari massa
batuan berikut sifat dan perilakunya. Semakin
besar dimensi contoh yang digunakan, maka
contoh tersebut semakin merepresentasikan
massa batuan.
 Tetapi menurut hasil penelitian uji geser tidak
terlalu fungsi dari ukuran
Kriteria Dilatansi
 Pada pengujian kuat geser langsung, selain perpindahan lateral,
terjadi juga perilaku dilatansi.
 Dilatansi merupakan perpindahan vertikal (searah tegangan normal)
selama uji kuat geser. Model gigi gergaji merupakan ilustrasi yang
baik untuk menjelaskan perilaku ini.
 Pada kondisi ini tidak akan ada perpindahan selama resultan gaya
berada pada batas sudut geser gerigi.
 Akan tetapi jika resultan gaya di luar batas tersebut, akan terjadi
pergerakan pada arah i. Rekahan akan terbuka dan dilatansi terjadi
pada bidang geser tersebut.
 Tegangan normal n akan bereaksi melawan dilatansi ini. Apabila
penggeseran dilanjutkan, gerigi akan kelebihan beban dan akan
tergeserkan secara langsung. Pergeseran akan terus berlanjut sejajar
terhadap bidang geser umum tanpa ada dilatansi
 Menurut ASTM D 653-67, Kuat tarik dari suatu material
didefinisikan sebagai Tegangan tarik maksimum yang
dapat dikembangkan oleh suatu material.
 Secara praktis Kuat Tarik dipandang sebagai nilai
tegangan maksimum yg dikembangkan oleh suatu contoh
material dlm suatu pengujian tarikan yang dilakukan untuk
memecah batuan dibawah kondisi tertentu.
 Dalam mekanika batuan, pengetahuan tentang kuat tarik
batuan penting untuk menganalisis kekuatan batuan dan
kestabilan dari atap atau kubah (dome) dari lubang bukaan
bawah tanah dari zona tarik dibatuan, dalam
penambangan mineral, utk preparasi kegiatan pemboran
dan penggalian dan mungkin juga utk area lain dlm
rekayasa batuan.
 Uji Brazilian sebagai salah satu metode uji
kuat tarik secara tidak langsung, dilakukan
untuk mengetahui kuat tarik secara tidak
langsung dari contoh uji batuan .
Menurut Bieniawski (1967) dan
Howkes&Mellor (1971) serta ISRM
(1981)

 t = Kuat Tarik tak langsung, MPa


 D = Diameter contoh, mm
 F = Beban, N
 t = Tebal contoh, mm
 UTS << UCS
 UCS/UTS = Toughness ratio = Brittleness Index (BI)
 BI semakin besar, kinerja alat gali potong meningkat beberapa
kali lipat
 Brittleness “dapat” diubah dengan linear combination of load
and displacement
Kramadibrata, 1996

Anda mungkin juga menyukai