Anda di halaman 1dari 6

Pengaruh Diskontinuitas dan Massa Batuan Terhadap Sifat Fisik dan Mekanika

Batuan
(Studi Kasus Lereng Tambang Terbuka)

Oleh:
Vinsentia Parissing
Magister Teknik Pertambangan Universitas Pembangunan Nasional Veteran
Yogyakarta
212222004@upnyk.ac.id

Ringkasan
Aktivitas penambangan batubara dengan sistem tambang terbuka, akan selalu dihadapkan pada masalah
geoteknik. Desain lereng bukaan tambang batubara sangat menentukan keekonomian dari proyek
penambangan itu yang ditolok ukur dari nilai stripping ratio. Pada sisi lain, kemiringan lereng bukaan
tambang (overall) maksimum yang dapat dibuat dalam konteks mendapatkan SR yang kecil dan
keamanan stabilitas lereng terjamin, sangat tergantung dari sifat-sifat dan kondisi geoteknik massa
batuan lereng bukaan tambang. Jadi, peranan studi geoteknik tambang (slope stability) di sini sangat
menentukan kelayakan tambang.
Paper ini dibuat untuk mengetahui pengaruh sifat diskontinuitas terhadapt sifat fisik dan mekanika serta
massa batuan dalam menganalisis lereng penambangan batubara.

1. Pendahuluan Berbicara mengenai bidang diskontinu pada


batuan tidak lepas dari proses metamorfosa
Mekanika adalah ilmu yang mempelajari
pada tumbukan lempeng tektonik. Proses
efek dari gaya atau tekanan pada sebuah benda
tektonik lempeng terdiri dari tiga proses yaitu
yaitu percepatan, kecepatan dan perpindahan.
divergens (dua lempeng saling berpisah),
Batuan adalah suatu bahan atau material yang
transform (dua lempeng bergerak saling
terdiri dari satu atau lebih mineral berbeda,
berpapasan) dan konvergens (dua lempeng
yang telah terkonsolidasi dan bersatu
saling bertemu). Struktur geologi terbentuk
membentuk kerak bumi. Mekanika batuan
akibat adanya gaya endogen dan eksogen.
adalah ilmu yang mempelajari efek dari gaya
Kedua gaya tersebut akan membentuk
terhadap batuan. Bagi para insinyur, mekanika
tegangan-tegangan dari segala arah. Tegangan-
batuan adalah analisis dari beban atau gaya
tegangan ini menjadi parameter yang dapat
yang dikenakan pada batuan; analisis dari
menghasilkan deformasi. Proses terbentuknya
dampak dalam yang dinyatakan dalam
deformasi terjadi pada zona di bidang
tegangan (stress), regangan (strain), atau energi
diskontinu, dimana pada zona tersebut gaya-
yang disimpan; dan analisis akibat dari dampak
gaya terdistribusi. Adanya bidang diskontinu
dalam tersebut, yaitu rekahan (fracture), aliran
pada batuan akan memengaruhi aktifitas
atau deformasi dari batuan (Coates,1981).
penambangan, diantaranya berpengaruh
Pada dasarnya batuan diklasifikasikan
terhadap kekuatan batuan. Semakin kecil
kedalam tiga bagian yaitu batuan beku, batuan
kekuatan batuan maka semakin banyak bidang
sedimen dan batuan metamorf. Urutan
diskontinu yang memotong massa batuan.
perlapisan batuan yang terendapkan diatas
lapisan yang lebih tua batuan beku dan
2. Kajian Teori
metamorf merupakan suatu bentuk
ketidakselarasan. Perlapisan ini akan berubah 2.1 Pengertian Lereng
akibat adanya proses tektonik, dan adanya suatu Lereng adalah sebuah permukaan tanah
proses erosi pada permukaan. Proses tektonik yang terbuka, yang berdiri membentuk sudut
akan mengakibatkan terjadi perubahan bentuk tertentu terhadap sumbu horizontal, atau
perlapisan, yang tadinya perlapisan itu permukaan tanah yang memiliki dua elevasi
mendatar bisa berubah menjadi seperti bentuk yang berbeda dimana permukaan tanah tersebut
lipatan, pergeseran, serta proses perubahan membentuk sudut. Dari proses terbentuknya,
lainnya. sebuah lereng dapat terjadi secara alamiah dan
buatan manusia.
2.2 Bagian-Bagian Lereng bidang-bidang diskontinu yang rapat atau
Tambang terbuka tersusun atas sekumpulan menerus sepanjang sebagian lereng.
lereng terdiri dari kereng tunggal (single slope)
dan lereng keseluruhan (overall slope) dengan 2.4 Karakteristik Diskontinuitas Massa
dimensi tinggi dan sudut tertentu. Pada lereng Batuan
keseluruhan juga terdapat daerah yang Parameter yang menentukan karakteristik
menghubungkan antar lereng yang disebut massa batuan terdiri dari:
jenjang penahan (catch berm) dan bagian a. Jenis batuan, ditentukan dari asal batuan
lereng untuk jalan tambang yang disebut ramp. (sedimen, metamorf, batuan beku)
b. Tipe diskontinuitas, seperti perlapisan,
2.3 Longsoran Lereng Tambang
kekar,sesar, patahan, foliasi, dll.
Kelongsoran lereng terjadi Ketika gaya-
c. Orientasi diskontinuitas, dinyatakan
gaya yang penggerak, yang menyebabkan
sebagai dip dan dip direction. Dip adalah
material bergerak ke bawah, lebih besar
sudut maksimum bidang terhadap garis
daripada gaya penahannya.
horizontal, sedangkan dip direction adalah
Pada umumnya material di alam dalam
arah lintasan mendatar dari garis
keadaan stabil dengan distribusi tegangan
kemiringan.
dalam keadaan setimbang (equilibrium).
d. Jarak diskontinuitas, jarak rekahan
Adanya penggalian untuk penambangan
bidang-bidang yang tidak sejajar dengan
menyebabkan terjadinya distribusi tegangan
bidang-bidang lemah lain.
baru. Semakin dalam tambang digali, zona
e. Persistensi, ukuran panjang atau luas
tanpa tegangan ini akan semakin besar sehingga
kontinu dari diskontinuitas; kategori
runtuhan dapat menjadi lebih buruk.
pesistensi berkisar dari sangat tinggi (>20m)
Terdapat beberapa jenis longsoran, yang
hingga sangat rendah (<1m).
terdiri dari:
f. Kekasaran, merupakan komponen penting
1. Longsoran bidang (plane failure), terjadi
dalam kekuatan geser. Semakin kasar
pada batuan yang mempunyai bidang luncur
permukaan geser, semakin besar kekuatan
bebas (day light) yang mengarah ke lereng
geser batuan.
dan bidang luncurnya pada bidang
g. Kekuatan dinding, kekuatan batuan yang
diskontinu seperti sesar, kekar, liniasi atau
membentuk dinding diskontinuitas akan
bidang perlapisan. Terjadi apabila sudut
memengaruhi kekuatan geser permukaan.
geser dalam lebih kecil dari sudut bidang
h. Pelapukan, pelapukan akan mengurangi
luncurnya. Terjadi pada permukaan lereng
kekuatan geser massa batuan akibat
yang cembung dengan kemiringan bidang
berkurangnya kekuatan batuan utuh.
kekar rata-rata hampir atau searah dengan
i. Bukaan, jarak tegak lurus yang
kemiringan lereng.
memisahkan dinding batuan yang
2. Longsoran baji (Wedge Failure), terjadi
berdekatan dari diskontinuitas terbuka,
pada batuan yang mempunyai lebih dari satu
dimana ruang antara berisi udara atau air.
bidang lemah atau bidang diskontinu yang
j. Material pemisah, materian yang
bebas, dengan sudut antara kedua bidang
memisahkan dinding diskontinuitas yang
tersebut membentuk sudut yang lebih besar
berdekatan seperti kalsit. Jarak tegak lurus
dari sudut geser dalamnya. Terjadi karena
antara dinding batuan yang berdekatan
garis perpotongan dua bidang kekar
disebut lebar diskontinuitas terisi.
mempunyai kemiringan ke arah kemiringan
k. Rembesan, lokasi rembesan dari
lereng.
diskontinuitas memberikan informasi
3. Longsoran guling (Toppling Failure),
bukaan karena aliran air tanah hampir
terjadi pada lereng yang terjal pada batuan
seluruhnya terbatas pada diskontinuitas.
keras dengan bidang-bidang diskontinu
l. Jumlah set, jumlah set diskontinuitas yang
yang hampir tegak atau tegak. Terjadi pada
berpotongan satu sama lain akan
suatu lereng batuan yang arah
mempengaruhi sejauh mana massa batuan
kemiringannya berlawanan dengan
dapat berubah bentuk tanpa kegagalan
kemiringan bidang-bidang diskontinu.
batuan utuh.
4. Longsoran busur (circular failure), terjadi
di alam pada batuan yang keras dan sudah
mengalami pelapukan sehingga mempunyai
m. Ukuran dan bentuk blok, ditentukan oleh
jarak dan persistensi diskontinuitas dan 3. Pembahasan
jumlah set. 3.1 Rock Mass Rating (RMR)
1) Uniaxial Compressive Strength (UCS)
Pengujian ini menggunakan mesin tekan
untuk menekan sampel batuan yang berbentuk
silinder sari satu arah (uniaxial). Penyebaran
tegangan di dalam sampel batuan secara teoritis
adalah searah dengan gaya yang dikenakan
pada sampel tersebut. Tetapi dalam
kenyataannya arah tegangan tidak searah
dengan gaya yang dikenakan pada sampel
tersebut karena ada pengaruh dari plat penekan
mesin tekan yang menghimpit sampel,
sehingga bentuk pecahan tidak terbentuk
bidang pecah yang searah dengan gaya
melainkan berbentuk kerucut cone.
Bidang lemah akan memperlemah kondisi
suatu batuan, sehingga pada pengujian kuat
tekan uniaksial, akan semakin memperkecil
nilai kuat tekan batuan tersebut. Demikian juga
Gambar 1. Parameter yang menggambarkan dengan sifat anisotrop batuan akan membuat
massa batuan; huruf (“A” dll.) mengacu pada hasil uji kuat tekan uniaksial dari batuan akan
deskripsi parameter dalam teks (Wyllie, 1999) berbeda satu dengan yang lain meskipun batuan
tersebut berjenis sama.
2.5 Sifat Fisik Batuan 2) Rock Quality Designation (RQD)
a. Bobot isi batuan, semakin besar bobot isi Struktur geologi seperti kekar maupun
batuan maka gaya penggerak yang akan bidang diskontinu lainnya mempunyai
menyebabkan kelongsoran juga semakin pengaruh yang besar terhadap suatu kestabilan
besar. lereng. Keberadaan struktur geologi
b. Porositas, batuan yang mempunyai menurunkan nilai kestabilan lereng. Kekar bisa
porositas tinggi akan lebih banyak mempengaruhi nilai RQD (Penetapan Kualitas
menyerap air dan akan mengisi pori-pori Batuan) pada suatu batuan, Ketika terdapat
batuan. kekar yang banyak maka saat pengeboran
c. Derajat kejenuhan, semakin jenuh suatu terdapat batuan yang hancur sehingga batuan
batuan maka semakin banyak air yang tersebut tidak utuh, sedangkan untuk nilai RQD
dikandungnya, keberadaan air dalam batuan yang sangat baik batuan utuh tersebut harus >10
ini dapat menyebabkan terjadinya cm dan Ketika batuan tersebut hancur
kelongsoran. menjadikan nilai kualitas batuan sangat buruk
(Galih, 2019).
2.6 Sifat Mekanik Batuan
3) Jarak Diskontinuitas
a. Kohesi, merupakan kekuatan tarik-menarik Jarak diskontinu adalah jarak tegak lurus
antara butiran batuan yang dinyatakan antara dua bidang lemah yang berurutan.
dalam satuan berat per satuan luas. Kohesi Batuan yang memiliki lapisan tebal bila jarak
batuan akan semakin besar jika kekuatan antar bidang lemah semakin jauh, sedangkan
gesernya makin besar. batuan yang tersedimentasi memiliki jarak yang
b. Sudut geser dalam, merupakan sudut yang kecil. Dari nilai RQD dapat ditentukan jarak
terbentuk dari hubungan tegangan normal antar bidang lemah dengan menghitung nilai
dan tegangan geser didalam material batuan. frekuensi bidang per meter menggunakan
Semakin besar sudut geser dalam suatu persamaan Prist & Hudson dalam Lily’s, 1986
material, maka material tersebut akan lebih
tahan menerima tegangan luar yang 4) Kondisi Kekar
dikenakan. a. mineralogi dan ukuran butiran
Butiran yang kecil biasanya monocrystalline Orientasi diskontinuitas mengacu pada jurus
dan ikatannya ataupun nilai kohesinya relative (strike) dan kemiringan (dip) dari bidang
lebih tinggi disbanding butiran besar. Pada diskontinuitas.
batuan yang ukuran butirnya lebih besar, Dalam proses penambangan batubara,
permukaan gesernya cenderung membentuk orientasi bidang lemah pada massa batuan perlu
gelombang kasar ketika mengalami pergeseran. diperhatikan karena dapat mengakibatkan hal-
Hal ini menyebabkan susdut geser dalam hal berikut;
batuan yang diperoleh dari uji laboratorium
a. Horizontal (orientasi bidang
lebih besar dari aslinya.
diskontinuitas sejajar bidang bebas),
b. Kekasaran permukaan geser menghasilkan kemantapan lereng dan arah
Semakin kasar permukaan geser, semakin material terkontrol.
besar kekuatan geser batuan. Menurut Grasselli b. dip out of fice (orientasi bidang ke arah
(2001), kekasaran permukaan bidang pit), menyebabkan ketidak mantapan lereng
diskontinu akan mempengaruhi kekuatan geser dan menghasilkan backbreak berlebih.
batuan pada tingkat tegangan normal 20% kuat c. dip into face (orientasi bidang diskontinu
tekan batuan. Tetapi perlu diingat bahwa ke arah massa batuan), menyebakan toe tidak
tegangan normal maksimumnya diusahakan hancur dan potensi batuan akan mengganggu.
agar tidak melebihi batas elastisitas batuannya. d. strike normal to face (orientasi bidang
diskontinu menyudut terhadap bidang
c. Banyaknya bidang diskontinnu
bebas), akan menghasilkan muka jenjang
Rekahan atau bidang-bidang diskontinu
berblok-blok dan terjadi hancuran yang
pada massa batuan dapat mengganggu
berlebih.
distribusi tegangan karena banyaknya terdapat
permukaan yang tidak saling kontak satu sama
3.2 Faktor Keamanan Lereng
lain. Sehingga dengan keberadaan bidang-
bidang diskontinu tersebut, perambatan a. Bobot isi material
rekahan pada batuan dapat dengan mudah Nilai bobot isi material yang digunakan
terjadi ketika mendapat gaya dari luar. Hal ini dalam perhitungan kestabilan lereng adalah
menyebabkan kekuatan batuan menurun. untuk mendapatkan FK minimum yang
Nilai kekuatan geser (shear stiffness) batuan dianggap FK kritis. Nilai bobot isi ini
utuh lebih besar dari permukaan bidang didapatkan dari hasil pengujian sifat fisik.
diskontinu di lapangan sehingga batuan utuh Semakin jenuh material tersebut maka nilai
akan mengalami perpindahan lebih kecil ketika bobot isi semakin besar dan beban yang
failure dari pada bidang diskontinu di lapangan. ditanggung badan lereng semakin besar,
Maka, hasil uji batuan utuh dari uji sebaliknya material dalam kondisi kering bobot
laboratorium tidak dapat serta-merta digunakan isinya semakin kecil dan bebannya pun akan
untuk menggambarkan perilaku bidang-idang semakin kecil, sehingga semakin besar nilai
diskontinu di lapangan. bobot isi faktor keamanannya akan menjadi
kecil dan semakin kecil bobot isi faktor
5) Kondisi Air Tanah
keamanannya akan menjadi besar.
Keberadaan air pada bidang kekar
menyebabkan pengaruh mekanik dan kimia, b. Kuat geser
yang paling penting adalah mengurangi Uji geser blok dilakukan untuk
kekuatan geser kerena adanya tegangan efektif. mendapatkan nilai kuat geser (shear strength)
Air akan cenderung mengurangi energi dan parameter deformasi di daerah geser (shear
permukaan dan kekuatan antar kristal penyusun zone) atau pada massa batuan yang banyak
batuan, hasilnya sifat mekanik menjadi turun. mengandung bidang diskontinuitas. Parameter
Keberadaan air sangat berperan pada kekuatan yang diperoleh dari uji geser ini berupa
batuan, sebagai contoh batuan yang sangat peka selubung kekuatan batuan, kohesi dan sudut
terhadap air adalah batulumpur, batulempung gesek dalam. Pentingnya uji geser ini dilakukan
dan batulanau (Bukovansky, 1962; 1966 dalam adalah dapat digunakan dalam menentukan
Vutukuri Lama & Saluja, 1974 dalam saptono, kemantapan lubang bukaan dan kemantapan
2009) lereng.
Kohesi dan sudut gesek dalam dapat
6) Orientasi Kekar
didtentukan di laboratorium dengan uji kuat
geser langsung dan uji triaksial. Beberapa yang diambil dari bongkahan di permukaan
penelitian juga menunjukkan bahwa kekuatan (grab sampling). Tetapi hasil ini sangat berbeda
geser hasil pengujian insitu memberikan nilai dengan hasil uji geser berdasarkan contoh
lebih rendah daripada hasil pengujian batuan utuh yang diambil dari bor inti. Hal ini
laboratorium. Penurunan kekuatan geser dari diakibatkan karena adanya kerusak pada saat
pengujian laboratorium terhadap pengujian pengambilan contoh dengan bor inti akibat
insitu dapat mencapai dari 63%-84% adanya pengaruh butiran halus saat pemboran,
(Kimishima, 1970). dengan demikian lapisan tipis “weak seam”
Pengujian mengenai kekuatan geser tidak bisa terwakili.
terhadap pengaruh ukuran pada umumnya Dari beberapa hasi penelitian mengenai
dilakukan dengan menggunakan uji kuat geser pengaruh skala pada kuat tekan dan kekuatan
langsung, seperti yang dilakukan oleh Bandia geser bahwa kohesi batuan dipengaruhi oleh
(1990) dan Cunha (1990). Hasil penelitiannya pengaruh skala dengan hubungan antara
menunjukkan bahwa kekuatan geser batuan kekuatan dan ukuran contoh mengikuti fungsi
akan semakin berkurang dengan bertambah power, sedangkan sudut gesek dalam tidak
panjangnya bidang permukaan diskontinu, dipengaruhi oleh pengaruh skala
hasil ini sama dengan hasil penelitian Fecker & (Saptono,2019).
Rengers (1971) bahwa kekuatan geser semakin Semakin besarnya ukuran contoh batuan
berkurang dengan pengurangan kekasaran maka akan lebih banyak peluang kehadiran
permukaan. Yoshinaka dkk (1993) menyatakan bidang lemah atau disebut rekahan awal. Maka,
bahwa kekuatan geser batuan sangat semakin besar contoh batuan yang akan diuji,
dipengaruhi oleh ukuran contoh. kekuatan contoh batuan tersebut akan menurun
Pengujian geser insitu di permukaan lereng (Astawa dkk, 2014).
yang dilakukan oleh Baczynski (1989) di Leigh
Creek Coalfield, Australian Selatan pada 3.3 Analisis Kestabilan Lereng
perlapisan “weak seam”. Blok batuan yang Besarnya kohesi dan sudut geser dalam ini
dilakukan pergeseran mempunyai ukuran 14m mempengaruhi besar kecilnya kekuatan geser
x 11m x 1,8m dengan luas geser 150m2, berat sehingga nilai faktor keamanan juga akan
blok 510 ton, dan uji kedua dilakukan pada blok berbeda. Dengan memperhatikan persamaan
contoh 21m x 13m x 2m dengan luas
kuat geser Mohr-Coulomb,  = c + n tan Ø
permukaan 270m2. Dengan kemiringan bidang
sehingga semakin besar nilai kohesi dan sudut
perlapisan sebesar 10º hingga 20º.
geser dalam suatu material, maka semakin
Tabel 1. Memberikan parameter hasil uji
besar kekuatan geser material tersebut untuk
kuat geser efektif laboratorium yang
menahan longsoran. Sebaliknya semakin kecil
sebelumnya telah dilakukan dan hasil Analisa
nilai kohesi dan sudut geser dalam dalam suatu
balik contoh batuan M12 dan M13 pada lereng
material maka semakin kecil pula kuat geser
low wall dan contoh batuannya diperoleh dari
material tersebut untuk menahan longsoran,
dua uji insitu skala besar dan contoh batuan
sehingga semakin besar nilai kohesi dan sudut
utuh yang diambil dari bongkahan (grab
geser dalam, maka faktor keamanannya
sampling) pada tempat yang sama.
menjadi besar dan semakin kecil nilai bobot isi,
Tabel 1. Parameter tegangan efektif untuk faktor keamanannya pun menjadi kecil
bidang perlapisan “weak seams”
5. Kesimpulan dan Saran
4.1 Kesimpulan
Keberadaan struktur geologi dapat
menurunkan nilai stabilitas lereng. Kekar
sangat berpengaruh pada suatu lereng karena
semakin banyak kekar yang terdapat pada suatu
lereng maka akan semakin berpengaruh
terhadap kekuatan dan kekasaran massa batuan.
Dengan adanya bidang diskontinuitas juga akan
Hasil uji insitu menunjukkan bahwa nilai menyebakan terbentuknya celah-celah pada
kohesi puncak dan sisa hampir sama dengan bidang. Semakin banyak celah maka air
hasil uji contoh batuan utuh di laboratorium maupun udara akan mudah masuk pada suatu
batuan atau litologi yang nantinya
memengaruhi batuan yang mudah lapuk
sehingga akan menyebabkan longsor dan
memengaruhi nilai kualitas batuan pada RQD.
5.2 Saran
Perlunya dikaji lebih lanjut terkait hubungan
bidang diskontinuitas dengan kekuatan geser
pada lapisan batubara guna mendapatkan nilai
faktor keamanan yang lebih mendekati aktual
di lapangan, sehingga probalitas longsoran
semakin kecil.

Daftar Pustaka
Anwar, Habibie, Made Astawa Rai, Ridho
Kresna Wattimena. 2018. Pengaruh Bidang
Diskontinu Terhadap Kestabilan Lereng
Tambang-Studi Kasus Lereng PB9S4
Tambang Terbuka Grasberg. Jurnal
Geomine Vol. 6(1).
Galih, Yudho Dwi, Arrina Khanifa. 2019.
Pengaruh Struktur Kekar Terhadap
Kestabilan Lereng di PT. Energi Batubara
Lestari Kalimantan Tengah. Promine
Journal Vol. 7(1), hal. 34-40.
Prasetyo, A. Sodiek Imam, Hariyanto, Tedy
Agung Cahyadi. 2011. Studi Kasus Analisa
Kestabilan Lereng Disposal di Daerah
Karuh, Kec. Kintap, Kab. Tanah Laut,
Kalimantan Selatan. SEMINAR NASIONAL
ke 6: Rekayasa Teknologi Industri dan
Informasi.
Rai, Made Astawa, Suseno Kramadibrata,
Ridho Kresna Wattimena. 2014. Mekanika
Batuan. Institut Teknologi Bandung.
Saptono, Singgih. 2019. Sistem Klasifikasi
Massa Batuan untuk Tambang Terbuka.
LPPM UPN Veteran Yogyakarta.
Wyllie, Duncan C, Christopher W Mah. 2004.
Rock Slope Engineering Civil and Mining
4Th Edition. Spon Press is an imprint of the
Taylor & Francis Group.

Anda mungkin juga menyukai