Anda di halaman 1dari 3

BATUAN UTUH, DISKONTINUITAS, DAN STRUKTUR BATUAN

Batuan utuh (intact rock) dalam istilah rekayasa didefinisikan sebagai batuan yang
tidak mengandung rekahan secara signifikan. Namun pada skala kecil, batuan
utuh terdiri dari butiran yang memiliki struktur mikro akibat pengaruh proses
pembentukan awal batuan. Selanjutnya, peristiwa geologi dapat mempengaruhi
sifat mekanik dan kerentanan batuan melalui penetrasi air dan pengaruh
pelapukan.
Deskripsi yang paling penting dari perilaku mekanik adalah kurva tegangan
(stress)-regangan (strain) melalui pengujian kompresi satu arah (uniaksial). Kurva
ini akan menggambarkan pengaruh yang sangat signifikan dari struktur mikro
batuan dan sejarah dari perilaku mekaniknya.
Ada beberapa karakteristik yang menarik dalam pengujian tersebut. Yang pertama
adalah kekakuan (stiffness) yang didefinisikan sebagai modulus Young (E). Pada
bagian kurva sebelum puncak keruntuhan (pre-peak), batuan menjadi lebih atau
kurang elastis. Dalam kondisi material batuan benar-benar elastis, tidak terjadi
penyerapan energi. Material bereaksi terhadap pembebanan secara seketika dan
juga dapat mempertahankan tingkat tegangan tertentu. Untuk material dengan
modulus tinggi (kaku), bagian awal dari kurva tegangan-regangan akan curam
sedangkan untuk material dengan modulus rendah (lunak), kurva akan menjadi
landai. Karakteristik kedua adalah kuat tekan (compressive strength), tegangan
maksimum (maximum stress) yang dapat dipertahankan batuan. Karakteristik
ketiga adalah kecuraman dari bagian penurunan kurva yang merupakan ukuran
kerapuhan batuan.
Dua kasus utama yang ditunjukkan dalam kurva tersebut adalah perilaku setelah
kuat tekan tercapai dalam bentuk regangan yang menerus pada tingkat tegangan
yang sama (material lentur atau lunak) dan penurunan tingkat tegangan menjadi
nol pada nilai regangan yang sama (material getas). Bahkan, kondisinya akan

menjadi lebih rumit jika terdapat material yang mengeraskan regangan (strainhardening) dan material super getas (super-brittle).
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bentuk kurva tegangan-regangan
ditentukan oleh keberadaan struktur mikro. Misalnya, basal dengan butirannya
yang halus, memiliki kekakuan tinggi, kekuatan tinggi, dan sangat getas. Di sisi
lain, batugamping dengan variasi ukuran butir, memiliki kekakuan menengah,
kekuatan menengah, dan penurunan kurva yang lebih landai akibat kerusakan
bertahap dari struktur mikro.
Batuan akan hancur atau runtuh setelah puncak keruntuhan (post-peak) dalam
kurva tegangan-regangan dan juga memiliki karakteristik mekanik. Konsekuensi
dari hal ini di antaranya:
a. Melalui proses alam, batuan insitu mungkin sudah runtuh/hancur dan
membentuk sesar dan kekar.
b. Sesar dan kekar mungkin menjadi bidang lemah dalam struktur batuan.
Selama proses litifikasi dan sepanjang sejarah geologi, terdapat periode orogenik
dan proses pembebanan yang bekerja terhadap batuan. Selanjutnya, terbentuk
rekahan batuan dan struktur batuan lainnya (yang seringnya sangat kompleks)
pada blok batuan.
Dalam istilah mekanika dan analisis tegangan dengan asumsi material bersifat
kontinu, karakteristik geologi seperti sesar, kekar, bidang perlapisan, dan belahan
disebut sebagai diskontinuitas dalam kegiatan rekayasa. Diskontinuitas ini
memiliki banyak ciri geometris dan mekanis yang sering mempengaruhi perilaku
keseluruhan massa batuan. Diskontinuitas akan memiliki bentuk, ukuran, dan
orientasi pada arah tertentu. Keseluruhan susunan geometris dari diskontinuitas
dalam suatu massa batuan disebut sebagai struktur batuan. Di dunia rekayasa,
sangat penting untuk mengerti struktur geometri ini.
Ada tiga cara pembentukan rekahan: pertama dengan tarikan (pulling apart),
kedua oleh geseran (shearing), dan ketiga kombinasi keduanya. Pembentukan

rekahan tersebut mengarah kepada dua jenis diskontinuitas mendasar, yaitu


pembukaan yang diistilahkan sebagai kekar dan pergerakan lateral yang
diistilahkan sebagai zona geser atau sesar. Jenis diskontinuitas tersebut terdapat
pada semua massa batuan di berbagai skala sehingga secara signifikan akan
mempengaruhi deformabilitas, kekuatan, dan keruntuhan massa batuan. Selain itu,
karakteristik penting lainnya seperti permeabilitas dipengaruhi hampir seluruhnya
oleh konfigurasi struktur batuan.
Dalam prakteknya, diskontinuitas batuan memiliki implikasi untuk semua
kegiatan rekayasa. Keruntuhan sering dikaitkan langsung dengan diskontinuitas
yang merupakan bidang lemah dari struktur yang sudah ada (pre-existing),
kealamian, dan material rekayasa. Selain itu, perbedaan antara kekar dan sesar
menjadi begitu penting. Jika dua sisi rekahan didorong satu sama lain,
diskontinuitas cenderung memiliki resistensi rendah untuk setiap kenaikan
tegangan geser akibat kegiatan rekayasa. Hal ini sangat membantu para engineer
untuk memahami struktur geologi dan struktur batuan.

Referensi:
Hudson, J. A. dan Harrison, J. P. (1998) : Engineering Rock Mechanics, Elsevier,
UK, 29 36.

Anda mungkin juga menyukai