Data utama yang dibutuhkan sebagai dasar analisis kemantapan suatu lereng
batuan adalah:
geometri lereng, struktur batuan, serta sifat fisik dan mekanik batuan.
Geometri Lereng
Geometri lereng yang perlu diketahui adalah:
1. Orientasi (jurus dan kemiringan) lereng
2. Tinggi dan kemiringan lereng (tiap jenjang ataupun total)
3. Lebar Jenjang (berm)
Struktur Batuan
Struktur batuan yang mempengaruhi kemantapan suatu lereng adalah adanya
bidang-bidang lemah, yaitu: bidang patahan (sesar), perlapisan dan rekahan.
Sifat Fisik dan Sifat Mekanik Batuan
Sifat fisik dan sifat mekanik batuan yang diperlukan sebagai dasar analisis
kemantapan lereng adalah:
1. Bobot isi batuan.
2. Porositas batuan
3. Kandungan air dalam batuan.
4. Kuat tekan, kuat tarik dan kuat geser batuan.
5. sudut geser dalam
Data utama tersebut diatas dapat diperoleh dengan penyelidikan-penyelidikan di
lapangan dan dilaboratorium.
A. Penyelidikan di Lapangan
Penyelidikan dilapangan dapat dilakukan dengan:
1. Pengukuran untuk mendapatkan data geometri lereng.
2. Seismik refraksi untuk mendapatkan data litologi.
3. Pemboran inti dan pembuatan terowongan (adit) untuk mendapatkan data
litologi, struktur batuan dan contoh batuan untuk dianalisis di laboratorium.
4. Piezometer untuk mengetahui tinggi muka air tanah.
5. Uji batuan di lapangan (insitu test) untuk mendapatkan data tentang sifat
mekanik batuan. (misalnya dengan block shear test).
B. Penyelidikan dilaboratorium
Sifat fisik dan sifat mekanik batuan diperoleh dari hasil uji coba (test) di
laboratorium terhadap sample batuan yang diambil dari lapangan. Penyelidikan
dilaboratorium dilakukan dengan:
1. Uniaxial compresive test
2. Triaxial test
3. Direct shear test
4. Penentuan bobot isi batuan, kandungan air dan porositas batuan.
Emas
Emas adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki simbol Au (aurum)
dengan nomor atom 79. Sebuah logam transisi (trivalen dan univalen) yang
mengkilap dan berwarna kuning. Emas tidak bereaksi dengan zat kimia lainnya dan
melebur pada suhu 1000 (Klein,1985:25).
Emas merupakan logam yang bersifat lunak dan mudah ditempa, kekerasannya
berkisar antara 2,5-3 (skala Mohs), serta berat jenisnya tergantung pada jenis dan
kandungan logam lain yang berpadu dengannya. Mineral pembawa emas biasanya
berasosiasi dengan mineral ikutan (gangue minerals). Mineral ikutan tersebut
umumnya kuarsa, karbonat, turmalin, flourpar, dan sejumlah kecil mineral non
logam. Mineral pembawa emas juga berasosiasi dengan endapan sulfida yang telah
teroksidasi (Sutardi,2006:99).
Di bumi, umumnya emas ditemukan dalam bentuk logam yang terdapat dalam
retakan-retakan batuan kuarsa dan dalam bentuk mineral. Emas juga ditemukan
dalam bentuk alluvial yang terbentuk karena proses pelapukan batuan yang
mengandung emas (gold bearing rocks) (Huheey,1993:106).
Emas terbentuk dari proses magmatisme atau pengkonsentrasian di permukaan.
Beberapa endapan terbentuk karena proses metasomatisme, sedangkan
pengkonsentrasian secara mekanis menghasilkan endapan letakan (placer). Genesa
emas dikategorikan menjadi dua yaitu endapan primer dan endapan plaser
(Smith,1990:79).
Bijih emas mengandung perak (10-15%), sedikit tembaga, besi, logam Bi, Pb, Sn,
Zn, dan platinum dalam jumlah kecil. Dalam bijih emas mensona, kandungan emas
sekitar 1,20 gram per ton bijih, tembaga sekitar 0,99% per ton bijih, dan perak 2,32
gram per ton bijih (Adam,2005:90).
Pada industri, emas diperoleh dengan cara mengisolasi batuan bijih emas. Batuan
bijih emas yang layak dieksploitasi sebagai industri tambang emas mengandung 25
gram/ton emas. Metode isolasi emas yang saat ini banyak digunakan untuk
keperluan eksploitasi emas skala industri adalah metode sianida dan metode
amalgamasi (Adamson,1997:89).
Pertambangan emas pertama kali dilakukan di daerah alluvial, dengan metode
pengolahan emas cara gravitasi atau cara amalgamasi dengan air raksa. Sejak
tahun 1860 kegiatan pertambangan bawah tanah dilakukan untuk endapan primer
dengan metode sianida. Perkembangan selanjutnya dengan menggunakan metode
flotasi yang dilakukan pada tahun 1930. Sementara pada tahun 1960 diterapkan
metode heap leaching untuk mengolah bijih emas dengan kadar rendah. Metode
yang sering dilakukan untuk ekstraksi (pemisahan) emas adalah metode sianida
dan metode amalgamasi (Lee,1994:386).
Proses sianida terdiri dari dua tahap penting, yaitu proses pelarutan dan proses
pemisahan emas dari larutannya. Pelarut yang biasa digunakan dalam proses
sianidasi adalah NaCN, KCN, Ca(CN)2, atau campuran ketiganya. Pelarut yang paling
sederhana digunakan adalah NaCN, karena mampu melarutkan emas lebih baik dari
pelarut lainnya. Pada tahap kedua yakni pemisahan logam emas dari larutannya,
yang dilakukan dengan pengendapan dengan menggunakan serbuk Zn (zinc
precipitation). Penggunaan serbuk Zn merupakan salah satu cara yang efektif untuk
larutan yang mengandung konsentrasi emas kecil. Serbuk Zn yang ditambahkan
kedalam larutan akan mengendapkan logam emas dan perak
(Greenwood,1989:245).
Prinsip pengendapan ini berdasarkan deret Clenel, yang disusun berdasarkan
perbedaan urutan aktivitas elektrokimia dari logam-logam dalam larutan sianida
yaitu Mg, Al, Zn, Cu, Au, Ag, Hg, Pb, Fe, dan Pt. Setiap logam yang berada di
sebelah kiri dari ikatan kompleks sianida dapat mengendapkan logam. Jadi tidak
hanya Zn yang dapat mendesak Au dan Ag, tetapi juga Cu dan Al dapat dipakai.
Karena harga logam Cu dan Al lebih mahal sehingga untuk mengekstraksi Au
digunakan logam Zn. Proses pengambilan emas-perak dari larutan dengan
menggunakan serbuk Zn disebut Proses Merill Crowe (Bertrand,1985:290).
Sedangkan amalgamasi adalah proses penyelaputan partikel emas oleh air raksa
dan membentuk amalgam (Au-Hg). Amalgam masih merupakan proses ekstraksi
emas yang paling sederhana dan murah. Amalgamasi merupakan proses yang
paling efektif untuk mengekstraksi bijih emas dengan kadar tinggi dan berukuran >
74 mikron dalam mendapatkan emas murni yang bebas (free native gold). Proses
amalgamasi merupakan proses kimia fisika, apabila amalgamnya dipanaskan maka
akan terurai menjadi air raksa dan bullion emas. Amalgam dapat terurai dengan
pemanasan di dalam sebuah retort, air raksa akan menguap dan Au-Ag tetap
tertinggal di dalam retort (Kurnia,2011:26).
Metode Pengolahan Emas
Berbagai cara bisa dilakukan dalam pengolahan emas, mulai dari cara yang sangat
tradisional dengan menggunakan dulang atau alat seperti kuali yang nantinya akan
diisikan tanah atau bebatuan yang berisikan logam emas lalu digoyang-goyang
sehingga nantinya logam emas akan tertinggal di dasar dulang. Proses ini sangat
dipengaruhi oleh massa jenis logam tersebut. Cara ini biasanya digunakan untuk
mengolah emas yang bersifat aluvial.
Selain itu ada juga yang menggunakan metode sluice box atau dompeng. Alat ini
juga memanfaatkan massa jenis dari logam emas itu sendiri. Cara kerja dari alat ini
yaitu dengan menyedot pasir dan bebatuan yang ada di dasar sungai lalu
mengalirkannya pada jalur yang telah di lengkapi dengan serat atau karpet,
sehingga emas akan mengendap pada serat atau karpet tersebut.
Adapun metode pengolahan emas yang menggunakan zat kimia yaitu metode
amalgamasi dan metode sianidasi. Dalam penelitian ini akan dibahas pengolahan
emas atau ekstraksi emas dengan metode amalgamasi.
Amalgamasi merupakan proses ekstraksi emas dengan cara mencampurkan bijih
emas dengan raksa (Hg). Dalam proses ini akan terbentuk ikatan senyawa antara
emas, perak, dan raksa yang biasa dikenal sebagai amalgam (Au-Hg). Raksa akan
membentuk amalgam dengan logam lain selain besi dan platina.
Teknik penambangan ini memanfaatkan putaran yang diberikan oleh drum sehingga
batuan akan hancur dan raksa akan mengikat senyawa emas yang terkandung
dalam batuan tersebut. Proses amalgamasi biasanya digunakan untuk
mengekstraksi emas dalam butiran kasar.
Pada proses penambangan dibutuhkan peralatan sederhana seperti cangkul, sekop,
pahat, linggis, palu, genset, ember, timba (golen), tali tambang, pompa air, blower,
kayu penyangga, sepatu tambang, helm tambang, dan peralatan lainnya. Namun,
dalam pengolahan bijih emas primer dibutuhkan beberapa peralatan penting,
yaitu :
1. Tabung amalgamasi (gelundung), sebagai tempat menggerus batuan sekaligus
berfungsi sebagai tempat amalgamasi.
2. Kincir air atau genset yang berfungsi sebagai penggerak tabung amalgamasi.
3. Batang besi baja atau rod sebagai alat penggerus batuan.
4. Larutan raksa berfungsi untuk mengikat emas.
5. Kapur berfungsi untuk mengatur pH.
6. Air untuk mendapatkan persentase padatan antara 30-60%.
7. Dulang berfungsi sebagai tempat untuk memisahkan larutan raksa yang telah
mengikat emas dan perak (amalgam) dengan sisa hasil pengolahan (tailing).
8. Emposan yaitu alat untuk membakar amalgam sehingga didapatkan paduan
(alloy) emas dan perak.
Dengan bahan tersebut, proses amalgamasi (ekstraksi) emas dapat dilakukan.
Dalam proses ini dilakukan beberapa tahap untuk mendapatkan paduan emas dan
perak, tahapannya antara lain :
a. Sebelum dilakukan amalgamasi hendaknya dilakukan proses kominusi dan
gravitasi konsentrasi, agar mencapai derajat liberasi yang baik sehingga permukaan
emas tersingkap.
b. Pada hasil konsentrat akhir yang diperoleh ditambah raksa (amalgamasi) yang
dilakukan selama + 1 jam.
c. Hasil dari proses ini berupa amalgam basah (pasta) dan tailing. Amalgam basah
kemudian ditampung di dalam suatu tempat yang selanjutnya didulang untuk
pemisahan raksa dengan amalgam.
d. Amalgam yang diperoleh selanjutnya dilakukan pemerasan (squeezing) dengan
menggunakan kain untuk memisahkan raksa dari amalgam (filtrasi). Raksa yang
diperoleh dapat dipakai untuk proses amalgamasi selanjutnya. Jumlah raksa yang
tersisa dalam amalgam tergantung pada seberapa kuat pemerasan yang dilakukan.
Amalgam dengan pemerasan manual akan mengandung 60-70% emas, sedangkan
amalgam yang disaring dengan alat sntrifugal mengandung emas sampai >80%.
e. Retorting yaitu pembakaran amalgam untuk menguapkan raksa, sehingga yang
tertinggal berupa alloy emas dan perak.
Setelah mendapatkan alloy emas dan perak, selanjutnya dilakukan pemurnian emas
untuk mendapatkan emas murni, langkah ini disebut dengan tahap refining. tahap
refining adalah proses memisahkan emas dan perak dengan melarutkannya dalam
larutan HNO3 atau larutan H2SO4. Tahap refining ini dapat dilakukan dengan dua
metode yaitu metode cepat dan metode lambat. Pada metode cepat, dilakukan
secara hidrometallurgy yaitu dengan cara melarutkan paduan alloy dalam larutan
HNO3 yang kemudian ditambahkan garam dapur untuk mendapatkan perak,
sedangkan emas yang masih tercampur dengan HNO3 bisa dipisahkan dengan
menyaring larutan karena tidak larut dalam HNO3. Pada metode lambat, dilakukan
secara hidrometallurgy dan electrometallurgy yaitu dengan menggunakan larutan
H2SO4 dan plat tembaga dimasukkan ke dalam larutan. Paduan alloy juga
dimasukkan ke dalam campuran larutan H2SO4 dan plat tembaga, selanjutnya akan
terjadi proses hidrolisis dimana perak akan larut dan menempel pada plat tembaga
(menempel tidak begitu keras/mudah lepas), sedangkan emas mengendap di dasar
larutan sehingga bisa disaring dan dibakar untuk mendapatkan logam emas murni.
Langkah terakhir yaitu dilakukan tahap smelting yaitu peleburan emas dan perak,
sehingga diperoleh logam emas murni berupa padatan.
Dampak Negatif Merkuri
Merkuri (air raksa, Hg) adalah salah satu jenis logam yang banyak ditemukan di
alam dan tersebar dalam batu - batuan, biji tambang, tanah, air dan udara sebagai
senyawa anorganik dan organik. Merkuri merupakan logam yang dalam keadaan
normal berbentuk cairan berwarna abu-abu, tidak berbau dengan berat molekul
200,59. Tidak larut dalam air, alkohol, eter, asam hidroklorida, hidrogen bromida
dan hidrogen iodide; Larut dalam asam nitrat, asam sulfurik panas dan lipid. Tidak
tercampurkan dengan oksidator, halogen, bahan-bahan yang mudah terbakar,
logam, asam, logam carbide dan amine.
Merkuri dalam kadar rendah umumnya telah beracun bagi hewan, tumbuhan dan
manusia. Merkuri sangat berguna bagi pertumbuhan kebutuhan biologis. Namun
dalam kadar berlebihan akan bersifat racun. Sehingga pada saat ini alat-alat
kedokteran seperti termometer tidak menggunakan merkuri lagi.
Merkuri sangat berbahaya karena sifat mengikatnya. Bila merkuri tercampur dengan
perairan laut, maka merkuri tersebut akan mengikat klor dan membentuk HgCl.
Selanjutnya HgCl dengan mudah akan masuk kedalam tubuh plankton dan akan
berpindah kebiota laut lain. Merkuri anorganik (HgCl) akan berubah menjadi merkuri
organik (metil merkuri) oleh peran mikroorganisme yang terjadi pada sedimen dasar
perairan. Merkuri dapat pula bersenyawa dengan karbon membentuk senyawa
organo-merkuri. Senyawa organo-merkuri yang paling umum adalah metil merkuri
yang dihasilkan oleh mikroorganisme dalam air dan tanah. Mikroorganisme
kemudian termakan oleh ikan sehingga konsentrasi merkuri dalam ikan meningkat.
Tingkat konsumsi masyarakat terhadap ikan sangatlah tinggi. Sehingga merkuri
yang terkandung dalam ikan tersebut akan mudah berpindah ke tubuh manusia dan
juga akan merusak pada manusia.
Oleh karena itu limbah merkuri yang dihasilkan pada penambangan emas rakyat
tidak boleh langsung dibuang ke sungai. Limbah harus di endapkan terdahulu di
kolam pengendapan sehingga kadar Hg yang tinggi bisa berkurang.
Selain itu kadar Hg dalam air sungai akan merusak biota hidup air di sungai. Merkuri
akan meracuni air yang dimasukinya, sehingga akan membunuh makhluk hidup
yang ada di dalamnya. Merkuri juga merubah kelas air yang ada di alam ini.
Contohnya saja air kelas satu yang biasanya digunakan untuk air minum
masyarakat. Bila disekitar air tersebut terdapat penambangan emas rakyat, maka
secara otomatis air yang ada disana akan tercemar. Air kelas satu yang memiliki
kualitas bagus akan dengan mudah berubah menjadi air kelas tiga bahkan empat
yang tidak akan bisa kembali ke setuasi awalnya.
Sangat banyak kerugian yang diakibatkan merkuri tersebut. Tidak hanya pada alam
saja, tetapi juga berdampak kepada manusia. Banyak sekali penyakit pada manusia
yang disebabkan oleh merkuri tersebut. Diantaranya adalah :
1. Toksisitas yaitu penyakit gangguan sistem pencernaan dan sistem syaraf yang
disebabkan kontak langsung dengan merkuri. Biasanya penderita akan merasa
tidak nyaman, kesakitan, bahkan kematian.
2. Akumulasi Hg dalam tubuh dapat menyebabkan tremor, parkinson, gangguan
lensa mata berwarna abu-abu, serta anemia ringan, dilanjutkan dengan gangguan
susunan syaraf yang sangat peka terhadap Hg dengan gejala pertama adalah
parestesia, ataksia, disartria, ketulian, dan akhirnya kematian.
3. Wanita hamil yang terpapar alkil merkuri bisa menyebabkan kerusakan pada
otak janin sehingga mengakibatkan kecacatan pada bayi yang dilahirkan.
4. Garam merkuri anorganik bisa mengakibatkan presipitasi protein,
merusakmukosa saluran pencernaan, merusak membran ginjal maupun membran
filter glomerulus.
5. Merkuri juga menyebabkan penyakit kulit seperti gatal-gatal bahkan kanker
kulit. Kanker kulit sangat sering teradi saat ini. Hal ini di sebabkan karena beberapa
merk kosmetik memakai merkuri sebagai bahan baku pembuatan kosmetik
tersebut. Biasanya, kosmetik yang memakai bahan baku merkuri adalah pada
pembuatan kosmetik pemutih kulit. Proses pemutihan kulit dengan menggunakan
merkuri memang relatif cepat. Namun, jika pemakaian dihentikan atau pemakaian
dalam jangka penjang akan menyababkan kanker kulit.
Sangat banyak dampak negatif yang diakibatkan merkuri tersebut. Penggunaan
merkuri pada penambangan emas tidak hanya merugikan kepada pekerja tambang
tersebut, namun juga berdampak kepada alam dan masyarakat sekitar
penambanggan.