Dilihat dari jenis material, ada 2 macam lereng, yaitu lereng batuan dan lereng tanah.
Dalam analisis dan penentuan jenis tindakan pengamanannya, lereng batuan tidak dapat
disamakan dengan lereng tanah, karena parameter material dan jenis penyebab longsor
di kedua lereng tersebut sangat jauh berbeda.
Kemantapan lereng terutama disebabkan oleh faktor hidrologi dan faktor struktur bidang
lemah batuan. Masalah kemantapan lereng pada umumnya tergantung pada faktor
faktor sebagai berikut :
Q Lokasi, arah, frekuensi, kekuatan dan karakteristik dari bidang-bidang lemah.
Q Keadaan tegangan alamiah dalam massa batuan/tanah.
Q Konsentrasi lokal dari tegangan.
Q Karakteristik mekanik dari massa batuan/tanah.
Q Iklim terutama jumlah hujan untuk di daerah tropis.
Q Geometri lereng.
Pada tanah atau batuan dalam keadaan tidak terganggu (alamiah) telah bekerja tegangan-
tegangan vertikal, horisontal dan tekanan air pori. Ketiga hal di atas mempunyai
peranan penting dalam membentuk kestabilan lereng. Sedangkan tanah atau batuan
sendiri mempunyai sifat sifat fisik asli tertentu, seperti sudut geser alam (angle of
internal friction), gaya kohesi dan bobot isi yang juga sangat berperan dalam
menentukan kekuatan tanah dan yang juga mempengaruhi kemantapan lereng. Oleh
karena itu dalam usaha untuk melakukan analisis kemantapan lereng harus diketahui
dengan pasti sistem tegangan yang bekerja pada tanah atau batuan dan juga sifat-sifat
fisik aslinya. Dengan pengetahuan dan data tersebut kemudian dianalisis kelakuan tanah
atau batuan tersebut jika dilakukan penggalian atau penimbunan. Baru kemudian bisa
ditentukan geometri dari lereng yang diperbolehkan atau cara-cara lain yang berguna
untuk membantu agar lereng tersebut menjadi stabil atau mantap.
Tiga pendekatan utama dari analisis kemantapan lereng adalah pendekatan mekanika
batuan, pendekatan mekanika tanah, dan pendekatan yang memakai kombinasi
keduanya.
Beberapa metoda analisis kemantapan yang dapat digunakan antara lain metoda analitik,
metoda grafik, metoda keseimbangan limit, metoda numerik (metoda elemenhingga,
elemen diskret, elemen batas dan lain lain), teori blok dan sistem pakar.
Seperti diketahui, kemantapan suatu lereng mempunyai arti manfaat yang besar sekali
baik dari segi keselamatan kerja maupun segi ekonomi. Oleh karena itu para tenaga
ahli diharapkan sudah mulai terlibat sejak tahap rancangan awal termasuk penyelidikan
geoteknik sampai tahap konstruksi dan diharapkan pula bahwa para tenaga ahli tersebut
tahu permasalahan yang dihadapi dan keputusan apa yang harus diambil. Adapun tahap
tahap suatu studi kemantapan lereng secara umum adalah tahapan studi struktur massa
batuan, studi karakteristik geomekanik, studi kondisi hidraulik, permodelan perhitungan
kemantapan lereng, perbaikan kemantapan lereng dan pemantauan kemantapan lereng.
Disebut longsoran, jika bahan yang bergerak itu seakan akan dengan tiba-tiba meluncur
ke bawah. Runtuhan, jika bahan itu ibaratnya jatuh bebas, seperti massa batuan pada
dinding yang curam (mendekati tegak), yang sekonyong-konyong jatuh. Kita
berhadapan dengan nendatan jika tanah atau batuan yang tersangkut merupakan massa
yang belum terlepas dari ikatannya; jadi seakan akan masih merupakan gumpalan-
gumpalan besar. Amblasan sering dapat kita saksikan pada jalan yang tadinya rata tiba-
tiba menurun, entah karena di bawah ada rongga, entah karena di bagian lain ada yang
terdesak.
Rayapan, yaitu gerakan massa tanah atau batuan secara perlahan lahan. Sedangkan
aliran, yaitu campuran gerakan dan transportasi massa tanah atau batuan.
Istilah yang paling banyak digunakan untuk merancang gerakan tanah atau batuan
yang terjadi pada lereng-lereng alamiah adalah longsoran dalam arti yang luas.
Agar pengertian longsoran dapat diperjelas COATES (1977) membuat daftar beberapa
faktor penting yang telah disetujui di antara 28 penulis yang telah menyumbangkan
pikirannya untuk subyek ini. Daftar ini sangat menarik, bila kita mencoba memutuskan
elemen apa yang menyusun suatu longsoran dan gerakan yang mana yang dapat atau
tidak dapat didefinisikan kedalam kategori longsoran.
Daftar ini adalah sebagai berikut :
Klasifikasi dari longsoran pada umumnya dapat didasarkan pada faktor faktor sebagai
berikut:
- jenis dari material
- morfologi dari material
- karakteristik geomekanik
- kecepatan dan lama dari gerakan
- bentuk dari permukaan longsoran (bidang, baji, busur)
- volume yang dilibatkan
- umur dari longsoran
- penyebab longsoran
- mekanisme longsoran
Jenis gerakan ini yang paling banyak terjadi, seperti yang dialami desa Sukasari, Bogor
Timur, pada tanggal 22 November 1992 yang lalu dan meminta korban sembilan orang
meninggal. Juga di desa Cikalong, Tasikmalaya yang terjadi pada tanggal 11 Oktober
1992 dan meminta korban 56 orang meninggal (M.M. PURBO HADIWIDJOYO, 1992).
2.2.5. Aliran
Gerakan ini berasosiasi dengan transportasi material oleh air atau udara dan dipicu oleh
gerakan longsoran sebelumnya. Kecepatan gerakan bisa sangat tinggi.
Selain terkena picu, gerakan massa tanah atau batuan, dapat juga dipacu. Misalnya saja,
lereng yang semula tahan terhadap gerakan, karena kakinya (toe) dipotong untuk jalan
atau untuk perumahan, akhirnya memiliki kecenderungan lebih besar untuk bergerak.
Secara umum di daerah tropis seperti Indonesia, penyebab utama longsoran lereng
adalah air, baik tekanan air dalam rekahan, alterasi mineral maupun erosi dari lapisan
lunak (HANTZ, 1988). Selanjutnya penyebab utama lainnya diperkirakan oleh adanya
kekar yang mengalami pelapukan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan penyebab dari longsoran dapat dikategorikan
dalam tiga faktor, yakni: geometrik, hidraulik, dan mekanik.
Penyebab eksternal
1. Perubahan geometri lereng : pemotongan kaki lereng, erosi, perubahan sudut
kemiringan, panjang, dll.
2. Pembebasan beban : ereosi, penggalian.
3. Pembebanan : penambahan material, penambahan tinggi.
4. Shock dan vibrasi : buatan, gempa bumi, dll.
5. Penurunan permukaan air.
6. Perubahan kelakuan air : hujan, tekanan pori, dll.
Penyebab internal
1. Longsoran, progresif : mengikuti ekspansi lateral, fissuring dan erosi.
2. Pelapukan.
3. Erosi seepage : solution, pemipaan (piping).
Perencanaan
Memperkirakan resiko
Membuat keputusan
(menyelesaikan perancangan)
Tindakan pencegahan
Algoritma adalah suatu prosedur untuk memecahkan masalah yang terbatas dan
digunakan untuk proses merancang, tetapi tidak pernah digunakan untuk merancang
lereng tambang. Definisi heuristic yang lainnya adalah pertimbangan induktif, yaitu :
"Proses penjelasan penemuan untuk suatu fakta yang khusus, dengan memperkirakan
besarnya fakta pengamatan dimana penjelasan ini meliputi seluruh fakta".
Hal ini tidak umum untuk suatu proses deduktif dimana kesimpulan didasarkan pada
fakta yang diketahui atau prinsip yang ada. Merancang lereng tambang didasarkan pada
pengamatan kuantitatif dari sebagian kecil conto tanah atau massa batuan. Oleh karena
itu pertimbangan yang penting adalah :
"Hanya keahlian yang tepat mengelola suatu lingkungan heuristic” (The
Institution of Engineers Australia, 1990).
Pada tambang bawah tanah dengan batuan yang keras masalah teknik mekanika batuan
adalah pengontrolan bawah tanah (BRADY, 1986); pengontrolan atas deformasi dan
displacement untuk memastikan kestabilan secara keseluruhan, melindungi jalan
masuk, memelihara kondisi kerja yang aman dan cadangan bijih (BRADY &
BROWN, 1985). Masalah teknik dalam menrancang lereng tambang terbuka adalah
METODE RANCANGAN LERENG| 20
tidak dapat mengontrol bawah tanah dan dengan asumsi yang implisit sehingga lereng
dapat runtuh. Sasaran pokok dalam perancangan lereng tambang terbuka adalah :
"Tercapainya desain yang optimum adalah kompromi antara lereng yang
ekonomis dan cukup aman" (Hoek and Bray, 1973).
Bagaimanapun metoda ini potensial untuk aplikasi yang limited vision, tidak jelas
pengetahuan dan kriteria perancangannya.