Anda di halaman 1dari 16

BAB II

METODE RANCANGAN LERENG

2.1. Masalah Kemantapan Lereng


Di dalam operasi penambangan masalah kemantapan lereng akan diketemukan pada
penggalian tambang terbuka (open pit maupun open cut), bendungan bendungan untuk
cadangan air kerja, di tempat-tempat penimbunan bahan buangan (tailing disposal) dan
di penimbunan bijih (stockyard). Apabila lereng lereng yang terbentuk sebagai akibat
dari proses penambangan (pit slope) maupun yang merupakan sarana penunjang
operasi penambangan (bendungan, jalan, dan lain lain) itu tidak stabil (tidak mantap)
maka kegiatan produksi akan terganggu. Oleh karena itu suatu analisis kemantapan
lereng merupakan suatu bagian yang penting untuk mencegah terjadinya gangguan
gangguan terhadap kelancaran produksi maupun terjadinya bencana yang fatal.

Dilihat dari jenis material, ada 2 macam lereng, yaitu lereng batuan dan lereng tanah.
Dalam analisis dan penentuan jenis tindakan pengamanannya, lereng batuan tidak dapat
disamakan dengan lereng tanah, karena parameter material dan jenis penyebab longsor
di kedua lereng tersebut sangat jauh berbeda.

Kemantapan lereng terutama disebabkan oleh faktor hidrologi dan faktor struktur bidang
lemah batuan. Masalah kemantapan lereng pada umumnya tergantung pada faktor
faktor sebagai berikut :
Q Lokasi, arah, frekuensi, kekuatan dan karakteristik dari bidang-bidang lemah.
Q Keadaan tegangan alamiah dalam massa batuan/tanah.
Q Konsentrasi lokal dari tegangan.
Q Karakteristik mekanik dari massa batuan/tanah.
Q Iklim terutama jumlah hujan untuk di daerah tropis.
Q Geometri lereng.

METODE RANCANGAN LERENG| 8


Dalam keadaan tidak terganggu (alamiah), tanah atau batuan umumnya berada dalam
keadaan seimbang terhadap gaya-gaya yang timbul dari dalam. Kalau misalnya karena
sesuatu sebab tersebut mengalami perubahan keseimbangan akibat pengangkatan,
penurunan, penggalian, penimbunan, erosi atau aktivitas lain, maka tanah atau batuan itu
akan berusaha untuk mencapai keadaan keseimbangan yang baru secara alamiah. Cara
ini biasanya berupa proses degradasi atau pengurangan beban, terutama dalam bentuk
longsoran longsoran atau gerakan-gerakan lain sampai tercapai keadaan keseimbangan
yang baru.

Pada tanah atau batuan dalam keadaan tidak terganggu (alamiah) telah bekerja tegangan-
tegangan vertikal, horisontal dan tekanan air pori. Ketiga hal di atas mempunyai
peranan penting dalam membentuk kestabilan lereng. Sedangkan tanah atau batuan
sendiri mempunyai sifat sifat fisik asli tertentu, seperti sudut geser alam (angle of
internal friction), gaya kohesi dan bobot isi yang juga sangat berperan dalam
menentukan kekuatan tanah dan yang juga mempengaruhi kemantapan lereng. Oleh
karena itu dalam usaha untuk melakukan analisis kemantapan lereng harus diketahui
dengan pasti sistem tegangan yang bekerja pada tanah atau batuan dan juga sifat-sifat
fisik aslinya. Dengan pengetahuan dan data tersebut kemudian dianalisis kelakuan tanah
atau batuan tersebut jika dilakukan penggalian atau penimbunan. Baru kemudian bisa
ditentukan geometri dari lereng yang diperbolehkan atau cara-cara lain yang berguna
untuk membantu agar lereng tersebut menjadi stabil atau mantap.

Tiga pendekatan utama dari analisis kemantapan lereng adalah pendekatan mekanika
batuan, pendekatan mekanika tanah, dan pendekatan yang memakai kombinasi
keduanya.

Beberapa metoda analisis kemantapan yang dapat digunakan antara lain metoda analitik,
metoda grafik, metoda keseimbangan limit, metoda numerik (metoda elemenhingga,
elemen diskret, elemen batas dan lain lain), teori blok dan sistem pakar.

METODE RANCANGAN LERENG| 9


Dalam menentukan kestabilan atau kemantapan lereng dikenal istilah faktor keamanan
(safety factor) yang merupakan perbandingan antara gaya-gaya yang menahan terhadap
gaya-gaya yang menggerakkan tanah tersebut. Bila faktor keamanan lebih tinggi dari
satu umumnya lereng tersebut dianggap stabil.

Seperti diketahui, kemantapan suatu lereng mempunyai arti manfaat yang besar sekali
baik dari segi keselamatan kerja maupun segi ekonomi. Oleh karena itu para tenaga
ahli diharapkan sudah mulai terlibat sejak tahap rancangan awal termasuk penyelidikan
geoteknik sampai tahap konstruksi dan diharapkan pula bahwa para tenaga ahli tersebut
tahu permasalahan yang dihadapi dan keputusan apa yang harus diambil. Adapun tahap
tahap suatu studi kemantapan lereng secara umum adalah tahapan studi struktur massa
batuan, studi karakteristik geomekanik, studi kondisi hidraulik, permodelan perhitungan
kemantapan lereng, perbaikan kemantapan lereng dan pemantauan kemantapan lereng.

2.2. Falsafah Rancangan


Beberapa hal yang perlu diketahui, dipelajari, dan dimengerti sebelumnya agar
dapat menghayati falsafah rancangan lereng tambang adalah klasifikasi gerakan massa
tanah atau batuan tahap-tahap pertambangan dan sasaran geoteknik, metoda
penambangan terbuka yang diterapkan, rancangan teknik secara umum.
Metoda penambangan terbuka tidak dibahas disini sedangkan untuk sub bab 2.2
sampai dengan 2.7 bahannya diambil dari Tim Sulivan “Mining Geotechnics Slope
Stability for Surface Mining” Key Centre for Mines, University of New South Wales,
1992.

2.2.1. Klasifikasi gerakan massa tanah atau batuan


Gerakan tanah atau dapat didefinisikan sebagai berpindahnya massa tanah atau
batuan pada arah tegak, mendatar atau miring dari kedudukannya semula (M.M.
PURBO HADIWIDJOYO, 1992).
Adapun jenis gerakan tanah atau batuan menurut pendapat M.M. PURBO
HADIWIDJOYO dan telah dilengkapi oleh penulis dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :
METODE RANCANGAN LERENG| 10
- longsoran (sliding)
- runtuhan (falling)
- nendatan (slump)
- amblasan (subsidence)
- rayapan (creep)
- aliran (flow)
- gerakan kompleks (complex movement)

Disebut longsoran, jika bahan yang bergerak itu seakan akan dengan tiba-tiba meluncur
ke bawah. Runtuhan, jika bahan itu ibaratnya jatuh bebas, seperti massa batuan pada
dinding yang curam (mendekati tegak), yang sekonyong-konyong jatuh. Kita
berhadapan dengan nendatan jika tanah atau batuan yang tersangkut merupakan massa
yang belum terlepas dari ikatannya; jadi seakan akan masih merupakan gumpalan-
gumpalan besar. Amblasan sering dapat kita saksikan pada jalan yang tadinya rata tiba-
tiba menurun, entah karena di bawah ada rongga, entah karena di bagian lain ada yang
terdesak.

Rayapan, yaitu gerakan massa tanah atau batuan secara perlahan lahan. Sedangkan
aliran, yaitu campuran gerakan dan transportasi massa tanah atau batuan.

Istilah yang paling banyak digunakan untuk merancang gerakan tanah atau batuan
yang terjadi pada lereng-lereng alamiah adalah longsoran dalam arti yang luas.

Agar pengertian longsoran dapat diperjelas COATES (1977) membuat daftar beberapa
faktor penting yang telah disetujui di antara 28 penulis yang telah menyumbangkan
pikirannya untuk subyek ini. Daftar ini sangat menarik, bila kita mencoba memutuskan
elemen apa yang menyusun suatu longsoran dan gerakan yang mana yang dapat atau
tidak dapat didefinisikan kedalam kategori longsoran.
 Daftar ini adalah sebagai berikut :

METODE RANCANGAN LERENG| 11


1. Longsoran mewakili satu kategori dan suatu fenomena included under the general
heading of mass movement.
2. Gravitasi adalah gaya utama yang dilibatkan.
3. Gerakan harus cukup cepat, karena rayapan (creep) adalah begitu lambat sebagai
longsoran.
4. Gerakan dapat berupa keruntuhan (falling), longsoran/luncuran (sliding) dan aliran
(flow).
5. Bidang atau daerah gerakan tidak sama dengan patahan.
6. Gerakan akan ke arah bawah dan menghasilkan bidang bebas, jadi subsidence tidak
termasuk.
7. Material yang tetap di tempat mempunyai batas yang jelas dan biasanya melibatkan
hanya bagian terbatas dari punggung lereng.
8. Material yang tetap ditempat dapat meliputi sebagian dari regolith dan/ atau bedrock.
9. Fenomena frozen ground biasanya tidak termasuk kategori ini.

 Klasifikasi dari longsoran pada umumnya dapat didasarkan pada faktor faktor sebagai
berikut:
- jenis dari material
- morfologi dari material
- karakteristik geomekanik
- kecepatan dan lama dari gerakan
- bentuk dari permukaan longsoran (bidang, baji, busur)
- volume yang dilibatkan
- umur dari longsoran
- penyebab longsoran
- mekanisme longsoran

2.2.2. Longsoran Atau Luncuran Dalam Arti Yang Sebenarnya


Dihasilkan pada umumnya pada suatu material yang kurang rapuh. Gerakan ini terjadi
sepanjang satu atau beberapa bidang luncura. Gerakan ini bisa berupa rotasi atau
translasi yang tergantung pada keadaan material serta strukturnya. Kalau luncurannya
METODE RANCANGAN LERENG| 12
merupakan rotasi, maka biasanya akan menghasilkan longsoran busur atau lingkaran.
Tetapi bila gerakan ini merupakan translosi, maka akan menghasilkan longsoran bidang.
Gabungan kedua gerakan ini akan menghasilkan longsoran bidang dan busur.

Jenis gerakan ini yang paling banyak terjadi, seperti yang dialami desa Sukasari, Bogor
Timur, pada tanggal 22 November 1992 yang lalu dan meminta korban sembilan orang
meninggal. Juga di desa Cikalong, Tasikmalaya yang terjadi pada tanggal 11 Oktober
1992 dan meminta korban 56 orang meninggal (M.M. PURBO HADIWIDJOYO, 1992).

2.2.3. Runtuhan (Falling)


Definisi runtuhan dapat dilihat pada awal tulisan ini. Runtuhan ini dapat terjadi dari
bidang-bidang diskontinu pada suatu lereng yang tegak, pada rayapan dari lapisan lunak
(misalnya marl lempung) atau gulingan blok ebagai contoh runtuhan yang terjadi di
Gunung Granier en Savoie pada tahun 1248 (HANTZ, 1988). Keruntuhan dari jurang
batukapur dengan ketinggian sekitar 1.000 m, mengikuti gelinciran/longsoran dari marl
(tanah bahan semen) dan menggerakkan suatu volume yang sangat besar yaitu sekitar
500.000.000 m3, yang menyebar sepanjang 7 km dengan luas 20 km, dan membunuh
ribuan penduduk.

2.2.4. Rayapan (Creep)


Gerakan yang kontinu dan relatif lambat, kita tidak dapat melihat dengan jelas bidang
rayapan. Contoh daerah pelanggan jenis gerakan ini adalah Pangadegang di Cianjur
Selatan. Di sana daerah yang bergerak mencakup sekitar 100 km. Selain itu di daerah
Ciamis Utara, Banjar negara di Jawa Tengah (M.M. PURBO HADIWIDJOYO, 1992).

2.2.5. Aliran
Gerakan ini berasosiasi dengan transportasi material oleh air atau udara dan dipicu oleh
gerakan longsoran sebelumnya. Kecepatan gerakan bisa sangat tinggi.

2.3. Pemicu dan Pemacu Gerakan Massa Tanah atau Batuan

METODE RANCANGAN LERENG| 13


Kedua istilah "pemicu" dan "pemacu" ini dipakai oleh M.M. PURBO HADIWIDJOYO
(1992). Pemicu itu misalnya adalah gempa bumi. Salah satu gerakan tanah besar yang
diduga kuat dipicu oleh gempa adalah terjadi di Cianjur Selatan pada 13 Desember
1924. Gempa itu sendiri tidak bersumber di Jawa Barat. Tempat yang sama lagi-lagi
bergerak pada Desember 1964. Ketika itu sumbernya kebetulan juga ada di Jawa Barat
dan kebesarannya mencapai 6 pada skala Richter. Getaran yang timbul karena lewatnya
kereta api dapat pula memicu terjadinya gerakan tanah. Hal itu rupanya telah menimbun
kereta api Jakarta-Jogyakarta di dekat Purwokerto waktu zaman revolusi 1947. Selain itu
hujan juga dapat disebut sebagai pemicu gerakan tanah seperti yang terjadi di jalan
antara Sibolga dan Medan bulan Januari 1993.

Selain terkena picu, gerakan massa tanah atau batuan, dapat juga dipacu. Misalnya saja,
lereng yang semula tahan terhadap gerakan, karena kakinya (toe) dipotong untuk jalan
atau untuk perumahan, akhirnya memiliki kecenderungan lebih besar untuk bergerak.

Selanjutnya TERZAGHI (1950) dan BRUWSDEN (1979) menyatakan bahwa untuk


mengklasifikasikan penyebab sebagai pemicu adalah tidak bijaksana apabila kejadian
perpindahan tergantung pada kondisi dan kejadian tersebut sudah berlangsung selama
beberapa hari atau beberapa minggu. Sebagai gambaran kedua penulis ini hanya
mengklasifikasikan penyebab gerakan massa tanah atau batuan sebagai penyebab
eksternal, internal dan kombinasi keduanya (lihat Tabel 1).

Secara umum di daerah tropis seperti Indonesia, penyebab utama longsoran lereng
adalah air, baik tekanan air dalam rekahan, alterasi mineral maupun erosi dari lapisan
lunak (HANTZ, 1988). Selanjutnya penyebab utama lainnya diperkirakan oleh adanya
kekar yang mengalami pelapukan.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan penyebab dari longsoran dapat dikategorikan
dalam tiga faktor, yakni: geometrik, hidraulik, dan mekanik.

METODE RANCANGAN LERENG| 14


Tabel 2.1 Penyebab gerakan massa tanah dan batuan (Terzaghi, 1950 dan Brunsden,
1979)

Penyebab eksternal
1. Perubahan geometri lereng : pemotongan kaki lereng, erosi, perubahan sudut
kemiringan, panjang, dll.
2. Pembebasan beban : ereosi, penggalian.
3. Pembebanan : penambahan material, penambahan tinggi.
4. Shock dan vibrasi : buatan, gempa bumi, dll.
5. Penurunan permukaan air.
6. Perubahan kelakuan air : hujan, tekanan pori, dll.

Penyebab internal
1. Longsoran, progresif : mengikuti ekspansi lateral, fissuring dan erosi.
2. Pelapukan.
3. Erosi seepage : solution, pemipaan (piping).

2.4. Tahap-tahap Pertambangan dan sasaran Geoteknik


Tabel 2.2 Tahap-tahap pertambangan dan sasaran geoteknik
TAHAP SASARAN DAN KEGIATAN
PENDAHUL Geologi yang luas.
UAN Mengetahui geoteknik dan air bawah tanah yang mempengaruhi pertambangan.
Mengetahui model geologi.
Memberi petunjuk pada pemakaian sistem pertambangan yang berbeda dan
perlengkapan pada suatu endapan.
Memberi masukan geoteknik pada program eksplorasi.
Memberi petunjuk perancangan lereng.

METODE RANCANGAN LERENG| 15


Rancangan dan susunan spesifik mengenai geotekniK dan program penelitian
air bawah tanah.

Geoteknik pendahuluan, sampling hidrogeologi, dan uji.


Penyusunan model dasar geoteknik untuk lokasi termasuk penyelidikan
eksplorasi yang didasarkan pada data geoteknik dan hidrogeologi untuk tiap
massa batuan dan perkiraan awal dari parameter perancangan.
Memperkirakan pengaruh air bawah tanah pada perancangan lereng untuk
proses pengeringan pada tambang, skala pengeringan yang potensial,
pelaksanaan, waktu dan biaya dalam batas waktu yang ditentukan.
PRA Memberi perancangan lereng secara detail :
KEL Open pit : + 5o - 10o
AYA Srip mine: 10o
KAN Bersama sama dengan perencana tambang memberi petunjuk pemilihan
peralatan dan metoda pertambangan.
Mengetahui faktor-faktor geoteknik dan hidrogeologi yang mempengaruhi
perancangan tambang dan yang belum sesuai.
Rancangan dan biaya dari akhir penyelidikan yang diperlukan untuk tingkat
studi kelayakan.
Penyelidikan geoteknik dan hidro geologi dilakukan lebih rinci dan spesifik
yang disesuaikan dengan alat dan metoda pertambangan.
Memberi penilaian statistik pada semua parameter teknik perancangan termasuk
rata-rata dan distribusi untuk semua unit geoteknik.
Bersama dengan perencana tambang memastikan faktor-faktor geoteknik yang
berhubungan dengan perancangan.
KEL Memberi perancangan lereng menurut falsafah yang disetujui oleh perencana
AYA tambang dan pemilik proyek. Sudut perancangan lereng tergantung pada
KAN pengembangan tambang, dengan toleransi sebagai berikut :
Open pit: sudut overall + 1o - 3o
METODE RANCANGAN LERENG| 16
Strip mine : sudut highwall + 5o
Open Pit (batuan keras) : Memberi perancangan lereng secara detail termasuk
tinggi jenjang, lebar berm, sudut jenjang, interamp dan sudut overall pit slope
maksimum pada tiap bagian perancangan tambang.
Memberi perancangan detail untuk external waste dumps.
Srip Mine (batubara) : Memberi perancangan detail lereng termasuk: sudut
highwall, sudut spoil dump, perancangan pit waste dump, sudut low wall,
perancangan footwall, jarak dengan mesin.
Memperkirakan pengeringan tambang termasuk desain detail, rancangan,
spesifikasi dan biaya.
Bersama dengan perencana tambang dan para ahli geoteknik memastikan
perancangan air bawah tanah sesuai dan tidak akan merugikan operasi
penambangan.
Bersama dengan perencana tambang merancang jalan masuk angkutan dan
resikonya secara ekonomis.
Memberi petunjuk pada teknik peledakan akhir dan peralatan yang sesuai.
Bersama dengan perencana tambang memilih staff untuk masalah geoteknik
atau air bawah tanah.
Laporan yang jelas mengenai kelayakan pertambangan yang direncanakan.
Menilai bagaimana kondisi geoteknik selama penyelidikan awal apakah sesuai
perancangan parameter kelayakan.
Menyusun dan melaksanakan secara terus menerus pengumpulan data sebagai
bagian dari geologi pertambangan dan geoteknik.
Rancangan dan melaksanakan rencana pada studi kelayakan seperti :
- peledakan akhir dan penggalian
O - penyangga lereng
PER - mengubah geometri lereng
ASI - depressurisation lereng
Melaksanakan pemantauan lereng.

METODE RANCANGAN LERENG| 17


Rancangan dan melaksanakan rencana hidrogeologi, memantau debit aliran air
atau air bawah tanah.
Terus menerus merubah perancangan lereng selama umur tambang seperti
perubahan kondisi geoteknis atau karena alasan ekonomi.

2.5. Rancangan Teknik Secara Umum


Dengan kemampuan teknik geologi dan geoteknik dapat dibuat model tambang
terutama perubahan perancangan. Sebelum perancangan lereng dibuat, sebaiknya
mempertimbangkan proses proses alam yang terjadi.
Yang perlu digarisbawahi dari Bieniawski (1984) :
"Di dalam proses merancang (teknik) perlu diperhatikan metodologi pemecahan
masalah."
Tabel 2.3 menunjukkan tahap-tahap penyelesaian masalah dan pembuatan
keputusan. Walaupun demikian hal ini lebih sesuai untuk kasus dimana lereng tambang
tidak stabil dan usaha usaha perbaikan dari lereng, maka ada 3 unsur yang penting :
Penilaian situasi = kategori lokasi.
Analisis masalah = identifikasi mekanisme dan analisis.
Analisis keputusan = perancangan lereng.
Suatu penggantian analisis masalah untuk tahap 2, dengan membuat contoh
yang lebih relevan tentang perancangan lereng.

METODE RANCANGAN LERENG| 18


Tabel 2.3 Pemecahan masalah dan pembuatan keputusan

PENILAIAN SITUASI Identifikasi masalah


(kategori lokasi)
Prioritas

Tahap-tahap perencanaan atau langkah-langkah

Perencanaan

ANALISIS MASALAH Gambar permasalahan


(identifikasi mekanisme
keruntuhan dan analisis) Identifikasi penyebab yang mungkin

Evaluasi penyebab yang mungkin

Tentukan penyebab sebenarnya

PEMBUATAN KEPUTUSAN Menjelaskan sasaran


(desain lereng)
Memperkirakan/evaluasi alternatif

Memperkirakan resiko

Membuat keputusan
(menyelesaikan perancangan)

ANALISIS MASALAH YANG Identifikasi masalah yang paling mungkin


PALING MUNGKIN
Identifikasi penyebab yang mungkin

Tindakan pencegahan

Tindakan sesuai rencana

METODE RANCANGAN LERENG| 19


2.6. Rancangan Lereng Tambang
Apakah perancangan lereng tambang itu? Pada prakteknya metoda perancangan
berpatokan pada heuristic's atau rules of thumb (The Institution of Engineers Australia,
1990). Tapi pada geoteknik pertambangan yang didasarkan geologi, konsep perancangan
lereng tambang lebih relevan seperti heuristic's. Hal ini memberi pandangan yang luas
mengenai aktivitas alam. Heuristic's didefinisikan sebagai :
"Suatu metoda untuk memecahkan masalah yang sama sekali tidak tergantung pada
algoritma, tapi tergantung pada pertimbangan induktif dari pengalaman pada masalah
yang sama (Macquarie Dictionary)".

Algoritma adalah suatu prosedur untuk memecahkan masalah yang terbatas dan
digunakan untuk proses merancang, tetapi tidak pernah digunakan untuk merancang
lereng tambang. Definisi heuristic yang lainnya adalah pertimbangan induktif, yaitu :
"Proses penjelasan penemuan untuk suatu fakta yang khusus, dengan memperkirakan
besarnya fakta pengamatan dimana penjelasan ini meliputi seluruh fakta".

Hal ini tidak umum untuk suatu proses deduktif dimana kesimpulan didasarkan pada
fakta yang diketahui atau prinsip yang ada. Merancang lereng tambang didasarkan pada
pengamatan kuantitatif dari sebagian kecil conto tanah atau massa batuan. Oleh karena
itu pertimbangan yang penting adalah :
"Hanya keahlian yang tepat mengelola suatu lingkungan heuristic” (The
Institution of Engineers Australia, 1990).

Pada tambang bawah tanah dengan batuan yang keras masalah teknik mekanika batuan
adalah pengontrolan bawah tanah (BRADY, 1986); pengontrolan atas deformasi dan
displacement untuk memastikan kestabilan secara keseluruhan, melindungi jalan
masuk, memelihara kondisi kerja yang aman dan cadangan bijih (BRADY &
BROWN, 1985). Masalah teknik dalam menrancang lereng tambang terbuka adalah
METODE RANCANGAN LERENG| 20
tidak dapat mengontrol bawah tanah dan dengan asumsi yang implisit sehingga lereng
dapat runtuh. Sasaran pokok dalam perancangan lereng tambang terbuka adalah :
"Tercapainya desain yang optimum adalah kompromi antara lereng yang
ekonomis dan cukup aman" (Hoek and Bray, 1973).

Bagaimanapun dalam prakteknya pemakaian geoteknik untuk rancangan lereng


permukaan tidak ada jawaban yang eksak.

2.7. Rancangan Metoda Pengamatan


Salah satu pelopor mekanika tanah dan geoteknik adalah R.B. PECK. Ia yang
pertama kali merumuskan teori dan praktek mekanika tanah. Ia cenderung tidak
langsung ke masalah persoalan teknisnya tetapi :“ pengetahuan yang ada dapat
diaplikasi lebih efektif.”

Pada akhirnya, ia mengembangakan metoda perancangan observation atau learn as you


go. Singkatnya metoda ini memerlukan :
a. Eksplorasi untuk menentukan keadaan alam, pola dan sifat endapan, tapi tidak perlu
detail.
b. Penilaian kondisi yang mungkin dan mengetahui penyimpangan dari kondisi ini,
terutama penilaian geologi.
c. Menentukan perancangan didasarkan hipotesa keadaan yang dulu.
d. Pemilihan kuantitas yang diamati seperti hasil konstruksi dan perhitungan nilai
terdahulu sebagai dasar hipotesa.
e. Perhitungan nilai pada kuantitas yang sama pada kondisi yang paling tidak
menguntungkan sesuai dengan data yang ada mengenai kondisi bawah permukaan.
f. Memilih tindakan untuk melanjutkan atau memperbaharui perancangan untuk setiap
penyimpangan yangdiduga dari pengamatan yang diprediksi pada dasar hipotesa.
g. Pengukuran kuantitas yang diamati dan mengevaluasi kondisi sebenarnya.
h. Modifikasi perancangan sesuai dengan kondisi.

METODE RANCANGAN LERENG| 21


Metoda ini dikembangkan terutama untuk runtuha singkat (State of Art, 1969) dan
kemampuan memprediksi pelaksanaankonstruksi sipil. Metoda ini mempunyai kelebihan
dalam aplikasi pertambangan. Dalam pertambangan, tidak hanya pengetahuan secara
teori tapi digabungkan dengan penyelidikan.

Metoda yang sama dikembangakan secara terpisah untuk beberapa aplikasi


pertambangan (SULLIVAN, 1991). Metoda ini dikembangkan untuk memenuhi
permintaan yang meningkat pada tahun 1980-an dimana :
- untuk skala tambang kecil sampai menengah
- dengan umur tambang relatif pendek
- sumberdaya ekonomi yang tidak terbukti sebelumnya ditambang

Bagaimanapun metoda ini potensial untuk aplikasi yang limited vision, tidak jelas
pengetahuan dan kriteria perancangannya.

Tabel 2.3 menunjukkan perbandingan dari kedua metoda di atas.


Bila metoda ini diketahui dan dipakai sebagai bagian yang penting dalam geoteknik
untuk tambang, perlu diperhatikan dalam mengintegrasikan pada perencanaan tambang,
karena biasanya menghasilkan :
- pengurangan resiko
- pengurangan hasil pengupasan
- perbaikan dalam keseimbangan keamanan dan ongkos

Tabel 2.4 Metoda pengamatan dan penerapannya pada pertambangan


Metoda desain pengamatan (Peck, Klasifikasi umum Tahap-tahap yang sama pada
1983) aktivitas desain metoda geoteknik
pertambangan
1. Eksplorasi untuk karakterisasi Penilaian geologi daerah.
umum. Pengamatan Identifikasi ciri-ciri geoteknik
2. Penilaian yang paling jelek. yang penting. Klasi-fikasi

METODE RANCANGAN LERENG| 22


geoteknik pada kondisi geologi.
3. Rancangan kondisi yang paling Rancangan highwall akhir yang
mungkin. Analisis dan paling mungkin
4. Pemilihan dan kuantitatifikasi rancangan
parameter yang diamati selama Rancangan sistem pemantauan
penggalian untuk kondisi yang untuk highwall sementara
paling mungkin.
5. Seperti di atas untuk kondisi Penilaian pengembangan pit,
paling jelek. Perencanaan, jalan angkut
6. Pemilihan dan perbaikan pengu- penilaian resiko, dan pengurangan pekerjaan, jadi
kuran dan mengambil tindakan peringanan resiko kesempatan yang ada untuk
jika indikasi pengamatan yang memperbaiki data sebelumnya
paling mungkin. untuk akhir perancangan.
7. Pengamatan dan pengukuran Pemetaan secara detail dimulai
selama konstruksi. Pemantauan dari pit atau awal penggalian.
8. Modifikasi perancangan yang penggalian Penilaian kembali
diperlukan. (feedback loops) perancangan.
Pemantauan.

METODE RANCANGAN LERENG| 23

Anda mungkin juga menyukai