Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH STABILITAS LERENG

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Mekanika Tanah II

Dosen Pengampu :
H. Umar Abdul Aziz, MT

Disusun oleh :
1. DEDY YUDA DYANTORO (192510098)

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS MUHAMMADIAH PURWOREJO
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan anugrah dari-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah tentang “Akustik Alami” ini. Sholawat dan salam semoga senantiasa
tercurahkan kepada junjungan besar kita, Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan
kepada kita semua jalan yang lurus berupa ajaran agama islam yang sempurna dan menjadi
anugrah terbesar bagi seluruh alam semesta.

Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca. Kami mengharapkan kritik dan saran terhadap makalah ini agar kedepannya dapat
kami perbaiki. Karena kami sadar, makalah yang kami buat ini masih banyak terdapat
kekurangannya.

Purworejo, 21 Juni 2021

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................1
DAFTAR ISI..............................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................3
1.1 Latar Belakang......................................................................................................................3
1.2 Rumusan masalah.................................................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan .................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................5
BAB III PENUTUP....................................................................................................................14
3.1 Kesimpulan...........................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................15

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kemantapan (stabilitas) lereng merupakan suatu faktor yang sangat penting dalam
pekerjaan yang berhubungan dengan penggalian dan penimbunan tanah, batuan dan bahan
galian, karena menyangkut persoalan keselamatan manusia (pekerja), keamanan peralatan serta
kelancaran produksi. Keadaan ini berhubungan dengan terdapat dalam bermacam-macam jenis
pekerjaan, misalnya pada pembuatan jalan, bendungan, penggalian kanal, penggalian untuk
konstruksi, penambangan dan lain-lain.

Dalam operasi penambangan masalah kemantapan lereng ini akan diketemukan pada
penggalian tambang terbuka, bendungan untuk cadangan air kerja, tempat penimbunan limbah
buangan (tailing disposal) dan penimbunan bijih (stockyard). Apabila lereng-lereng yang
terbentuk sebagai akibat dari proses penambangan (pit slope) maupun yang merupakan sarana
penunjang operasi penambangan (seperti bendungan dan jalan) tidak stabil, maka akan
mengganggu kegiatan produksi.

Dari keterangan diatas, dapat dipahami bahwa analisis kemantapan lereng merupakan
suatu bagian yang penting untuk mencegah terjadinya gangguan terhadap kelancaran produksi
maupun terjadinya bencana yang fatal. Dalam keadaan tidak terganggu (alamiah), tanah atau
batuan umumnya berada dalam keadaan seimbang terhadap gaya-gaya yang timbul dari dalam.
Kalau misalnya karena sesuatu sebab mengalami perubahan keseimbangan akibat pengangkatan,
penurunan, penggalian, penimbunan, erosi atau aktivitas lain, maka tanah atau batuan itu akan
berusaha untuk mencapai keadaaan yang baru secara alamiah. Cara ini biasanya berupa proses
degradasi atau pengurangan beban, terutama dalam bentuk longsoran-longsoran atau gerakan-
gerakan lain sampai tercapai keadaaan keseimbangan yang baru. Pada tanah atau batuan dalam
keadaan tidak terganggu (alamiah) telah bekerja tegangan-tegangan vertikal, horisontal dan
tekanan air dari pori. Ketiga hal di atas mempunyai peranan penting dalam membentuk kestabilan
lereng

Sedangkan tanah atau batuan sendiri mempunyai sifat-sifat fisik asli tertentu, seperti
sudut geser dalam (angle of internal friction), gaya kohesi dan bobot isi yang juga sangat

3
berperan dalam menentukan kekuatan tanah dan yang juga mempengaruhi kemantapan lereng.
Oleh karena itu dalam usaha untuk melakukan analisis kemantapan lereng harus diketahui
dengan pasti sistem tegangan yang bekerja pada tanah atau batuan dan juga sifat-sifat fisik
aslinya. Dengan pengetahuan dan data tersebut kemudian dapat dilakukan analisis kelakuan
tanah atau batuan tersebut jika digali atau “diganggu”. Setelah itu, bisa ditentukan geometri
lereng yang diperbolehkan atau mengaplikasi cara-cara lain yang dapat membantu lereng
tersebut menjadi stabil dan mantap.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis membatasi dengan hanya mengkaji masalah -
masalah sebagai berikut:

1. Apakah yang dimaksud dengan Stabilitas lereng/longsor?

2. Jenis- jenis lereng/longsor?

3. Apa saja pencegahan terjadinya lereng/longsor?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dibuat tujuan masalah sebagai berikut:

1. Menjelaskan apa itu Stabilitas lereng/longsor

2. Menjelaskan beberapa jenis- jenis lereng/longsor

3. Menjelaskan pencegahan terjadinya lereng/longsor

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN STABILITAS LERENG/LONGSOR

Lereng adalah permukaan bumi yang membentuk sudut kemiringan tertentu dengan
bidang horizontal Lereng dapat terbentuk secara alamiah karena proses geologi ataukarena
dibuat oleh manusia. Lereng yang terbentuk secara alamiah misalnya lereng bukitdan tebing
sungai, sedangkan lereng buatan manusia antara lain yaitu galian dan timbunan untuk membuat
jalan raya dan jalan kereta api, bendungan, tanggul sungai dan kanal sertatambang terbuka.Suatu
longsoran adalah keruntuhan dari massa tanah yang terletak pada sebuahlereng sehingga terjadi
pergerakan massa tanah ke bawah dan ke luar. Longsoran dapatterjadi dengan berbagai cara,
secara perlahan-lahan atau mendadak serta denganataupun tanpa tanda-tanda yang
terlihat.Setelah gempa bumi, longsoran merupakan bencana alam yang paling banyak
mengakibatkan kerugian materi maupun kematian. Kerugian dapat ditimbulkan oleh
suatulongsoran antara lain yaitu rusaknya lahan pertanian, rumah, bangunan, jalurtransportsi
serta sarana komunikasi.Analisis kestabilan lereng harus berdasarkan model yang akurat
mengenai kondisimaterial bawah permukaan, kondisi air tanah dan pembebanan yang mungkin
bekerja padalereng. Tanpa sebuah model geologi yang memadai, analisis hanya dapat
dilakukandengan menggunakan pendekatan yang kasar sehingga kegunaan dari hasil analisis
dapatdipertanyakan.Beberapa pendekatan yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan
metode-metode seperti : metode Taylor, metode janbu, metode Fenellius, metode Bishop, dll

Dalam menentukan kestabilan atau kemantapan lereng dikenal istilah faktor keamanan
(safety factor) yang merupakan perbandingan antara gaya-gaya yang menahan gerakan terhadap
gaya-gaya yang menggerakkan tanah tersebut dianggap stabil, bila dirumuskan sebagai berikut:

Faktor kemanan (F) = gaya penahan / gaya penggerak

Dimana untuk keadaan :

• F > 1,0 : lereng dalam keadaan mantap

• F = 1,0 : lereng dalam keadaan seimbnag, dan siap untuk longsor

5
• F < 1,0 : lereng tidak mantap

Jadi dalam menganalisis kemantapan lereng akan selalu berkaitan dengan perhitungan
untuk mengetahui angka faktor keamanan dari lereng tersebut. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi kemantapan lereng, antara lain :

• Penyebaran batuan

Penyebaran dan keragaman jenis batuan sangat berkaitan dengan kemantapan lereng, ini
karena kekuatan, sifat fisik dan teknis suatu jenis batuan berbeda dengan batuan lainnya.
Penyamarataan jenis batuan akan mengakibatkan kesalahan hasil analisis. Misalnya :

kemiringan lereng yang terdiri dari pasir tentu akan berbeda dengan lereng yang terdiri dari
lempung atau campurannya.

• Struktur geologi

Struktur geologi yang mempengaruhi kemantapan lereng dan perlu diperhatikan dalam
analisis adalah struktur regional dan lokal. Struktur ini mencakup sesar, kekar, bidang perlapisan,
sinklin dan antiklin, ketidakselarasan, liniasi, dll. Struktur ini sangat mempengaruhi kekuatan
batuan karena umumnya merupakan bidang lemah pada batuan tersebut, dan merupakan tempat
rembesan air yang mempercepat proses pelapukan.

• Morfologi

Keadaan morfologi suatu daerah akan sangat mempengaruhi kemantapan lereng didaerah
tersebut. Morfologi yang terdiri dari keadaan fisik, karakteristik dan bentuk permukaan bumi,
sangat menentukan laju erosi dan pengendapan yang terjadi, menent ukan arah aliran air
permukaan maupun air tanah dan proses pelapukan batuan.

• Iklim

Iklim mempengaruhi temperatur dan jumlah hujan, sehingga berpengaruh pula pada proses
pelapukan. Daerah tropis yang panas, lembab dengan curah hujan tinggi akan menyebabkan
proses pelapukan batuan jauh lebih cepat daripada daerah sub-tropis. Karena itu ketebalan tanah
di daerah tropis lebih tebal dan kekuatannya lebih rendah dari batuan segarnya.

6
• Tingkat pelapukan

Tingkat pelapukan mempengaruhi sifat-sifat asli dari batuan, misalnya angka kohesi,
besarnya sudut geser dalam, bobot isi, dll. Semakin tinggi tingkat pelapukan, maka kekuatan
batuan akan menurun.

• Hasil kerja manusia

Selain faktor alamiah, manusia juga memberikan andil yang tidak kecil. Misalnya, suatu
lereng yang awalnya mantap, karena manusia menebangi pohon pelindung, pengolahan tanah
yang tidak baik, saluran air yang tidak baik, penggalian / tambang, dan lainnya menyebabkan
lereng tersebut menjadi tidak mantap, sehingga erosi dan longsoran mudah terjadi.

Pada dasarnya longsoran akan terjadi karena dua sebab, yaitu naiknya tegangan geser
(shear strees) dan menurunnya kekuatan geser (shear strenght). Adapun faktor yang dapat
menaikkan tegangan geser adalah :

• Pengurangan penyanggaan lateral, antara lain karena erosi, longsoran terdahulu yang
menghasilkan lereng baru dan kegiatan manusia.

• Pertambahan tegangan, antara lain karena penambahan beban, tekanan air rembesan,
dan penumpukan.

• Gaya dinamik, yang disebabkan oleh gempa dan getaran lainnya.

• Pengangkatan atau penurunan regional, yang disebabkan oleh gerakan pembentukan


pegunungan dan perubahan sudut kemiringan lereng.

• Pemindahan penyangga, yang disebabkan oleh pemotongan tebing oleh sungai,


pelapukan dan erosi di bawah permukaan, kegiatan pertambangan dan terowongan,
berkurangnya/hancurnya material dibagian dasar.

• Tegangan lateral, yang ditimbulkan oleh adanya air di rekahan serta pembekuan air,
penggembungan lapisan lempung dan perpindahan sisa tegangan.

7
Sedangkan faktor yang mengurangi kekuatan geser adalah :

• Keadaan atau rona awal, memang sudah rendah dari awal disebabkan oleh komposisi,
tekstur, struktur dan geometri lereng.

• Perubahan karena pelapukan dan reaksi kimia fisik, yang menyebabkan lempung
berposi menjadi lunak, disinteggrasi batuan granular, turunnya kohesi, pengggembungan lapisan
lempung, pelarutan material penyemen batuan

• Perubahan gaya antara butiran karena pengaruh kandungan air dan tekanan air pori.

• Perubahan struktur, seperti terbentuknya rekahan pada lempung yang terdapat di


tebing / lereng.

B. JENIS-JENIS LERENG/LONGSOR

Dalam bidang teknik sipil ada dua jenis lereng, yaitu :

1. Lereng Alam (Natural Slopes)

Lereng alam terbentuk karena proses alam. Gangguan terhadap kestabilan terjadi
bilamana tahanan geser tanah tidak dapat mengimbangi gaya-gaya yang menyebabkan gelincir
pada bidang longsor. Lereng alam yang telah stabil selama bertahun-tahun dapat saja mengalami
longsor akibat hal-hal berikut :

a) Gangguan luar akibat pemotongan atau timbunan baru.


b) Gempa.
c) Kenaikan tekanan air pori (akibat naiknya muka air tanah) karena hujan yang
berkepanjangan, pembangunan dan pengisian waduk, gangguan pada sistem drainase
dan lain-lain.
d) Penurunan kuat geser tanah secara progresif akibat deformasi sepanjang bidang yang
berpotensi longsor.

8
e) Proses pelapukan. Pada lereng alam, aspek kritis yang perlu dipelajari adalah kondisi
geologi dan topografi, kemiringan lereng, jenis lapisan tanah, kuat geser, aliran air
bawah tanah dan kecepatan pelapukan.

2. Lereng Buatan (Man Made Slopes)

Lereng buatan dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu :

a. Lereng buatan tanah asli / lereng galian (Cut Slope)

Lereng ini dibuat dari tanah asli dengan memotong dengan kemiringan tertentu.
Untuk pembuatan jalan atau saliran air untuk irigasi. Kestabilan pemotongan ditentukan
oleh kondisi geologi, sifat teknis tanah, tekanan air akibat rembesan, dan cara pemotongan.

b. Lereng Buatan Tanah yang Dipadatkan/lereng timbunan (Embankment)

Tanah dipadatkan untuk tanggul-tanggul jalan raya, bendungan, badan jalan kereta api.
Sifat teknis tanah timbunan dipengaruhi oleh cara penimbunan dan derajat kepadatan
tanah.

Klasifikasi Longsor

Suatu keruntuhan teknis yang paling umum adalah longsornya suatu galian atau
timbunan. Apabila terjadi suatu longsoran dalam tanah lempung, seringkali didapat merupakan
sepanjang suatu busur lingkaran. Busur lingkaran ini dapat memotong permukaan lereng,
melalui titik kaki lereng (toe) atau memotong dasar lereng (deep seated) dan menyebabkan
peningkatan pada dasar.

Sharpe (1938) telah mengklasifikasikan longsor berdasar material dan kecepatan


pergerakan tanah dengan siklus geomorfologi serta faktor cuaca.

Sedangkan Savarenski dari Soviet (1939) membagi kelongsoran kedalam 3 kelompok


sebagai berikut:

 Longsor Aseqvent

Longsor Aseqvent terjadi pada tanah kohesif yang homogen dan bidang longsornya
hampir mendekati lingkaran.

9
 Longsor Conseqvent

Longsor conseqvent terjadi bilamana bergerak diatas bidang-bidang lapis atau sesar
(joint).

 Longsor Insiqvent

Pada longsor insiqvent tanah biasanya bergerak secara transversal terhadap lapisan dan
umumnya memiliki ukuran yang luas serta bidang runtuhnya panjang menembus kedalam
tanah.

Nemcok, Pasek, dan Rybar dari Cekoslowakia (1972) telah mengusulkan untuk
memperbaiki klasifikasi dan terminologi longsor berdasarkan mekanisme dan kecepatan
pergerakan. Pengelompokkannya berdasarkan empat katagori dasar yaitu:

A. Rangkak (Creep)

Rangkak (creep) meliputi berbagai macam pergerakan yang lambat dari rangkak talud
sampai pergerakan lereng gunung akibat gravitasi dalam jangka waktu yang panjang atau lama.

B. Aliran (flowing)

Bila tanah yang terbawa longsor banyak mengandung air, maka perilaku longsor seperti
aliran. Contoh aliran tanah (earthflow) atau aliran lumpur (mudflow).

C. Gelincir (Sliding)

Untuk pergerakan tanah yang relatif cepat sepanjang bidang longsor yang tertentu
dikelompokkan kedalam kategori ini.

D. Tanggal (Fall)

Pergerakan batuan padat / pejal (solid) yang cepat dengan sifat utamanya tanggal bebas
(free fall).

Longsoran Translasi

Tanah longsor yang terjadi pada bidang gelincir yang hampir tegak lurus dan sejajar
dengan muka tanah yang bersifat bergerak dalam suatu jurusan.

10
Analisa Terjadinya Longsor

Untuk ketepatan suatu analisis keamanan dan pengamanan suatu lereng terhadap bahaya
longsor, perlu dilakukan diagnosis terhadap faktor-faktor kelongsoran. Dari pengamanan, maka
perlu diketahui lebih rinci penyebab terjadinya suatu longsor, antara lain:

i. Perubahan lereng suatu tebing, secara alami karena erosi dan lain-lain atau secara disengaja
akan mengganggu stabilitas yang ada, karena secara logis dapat dikatakan semakin terjal
suatu lereng akan semakin besar kemungkinan untuk longsor.
ii. Perubahan tinggi suatu tebing, secara alami karena erosi dan lain-lain atau disengaja juga
akan merubah stabilitas suatu lereng. Semakin tinggi lereng akan semakin besar
longsornya.
iii. Peningkatan beban permukaan ini akan meningkatkan tegangan dalam tanah termasuk
meningkatnya tegangan air pori. Hal ini akan menurunkan stabilitas lereng dan sering
terjadi karena adanya pembangunan didaerah tebing seperti : jalan, gedung dan lain-lain.
iv. Perubahan kadar air, baik karena air hujan maupun resapan air tempat lain dalam tanah.
Ini akan segera meningkatkan kadar air dan menurunkan kekuatan geser dalam lapisan
tanah.
v. Aliran air tanah akan mempercepat terjadinya longsor, karena air bekerja sebagai pelumas.
Bidang kontak antar butiran melemah karena air dapat menurunkan tingkat kelekatan butir.
vi. Pengaruh getaran, berupa gempa, ledakan dan getaran mesin dapat mengganggu kekuatan
geser dalam tanah.
vii. Penggundulan daerah tebing yang digundul menyebabkan perubahan kandungan air tanah
dalam rongga dan akan menurunkan stabilitas tanah. Faktor air sangat berpengaruh
terhadap keseimbangan dalam tanah. Disamping itu, kestabilan lapisan permukaan tanah
juga tergantung adanya penggundulan.
viii. Pengaruh pelapukan, secara mekanis dan kimia akan merubah sifat kekuatan tanah dan
batuan hingga mengganggu stabilitas lereng.Kekuatan Geser Tanah dan Hubungannya
Dengan Kemantapan Lereng Jika tanah dibebani, maka akan mengakibatkan tegangan
geser. Apabila tegangan geser akan mencapai harga batas, maka massa tanah akan
mengalami deformasi dan cenderung akan runtuh. Keruntuhan tersebut mungkin akan
mengakibatkan longsoran timbunan tanah. Keruntuhan geser dalam tanah adalah akibat

11
gerak relatif antara butir-butir massa tanah. Jadi kekuatan geser tanah ditentukan untuk
mengukur kemampuan tanah menahan tekanan tanpa terjadi keruntuhan.Cara-cara
Menstabilkan LerengPada prinsipnya, cara yang dipakai untuk menjadikan lereng supaya
lebih aman (lebih mantap) dapat dibagi dalam dua golongan, yaitu :Memperkecil gaya
penggerak atau momen penggerak

Dinding Penahan Tanah

Gaya atau momen penggerak dapat diperkecil hanya dengan cara merobah bentuk lereng
yang bersangkutan. Untuk itu ada dua cara:

(a) Membuat lereng lebih datar, yaitu mengurangi sudut kemiringan.

(b) Memperkecil ketinggian lereng.

Memperbesar gaya melawan atau momen melawan

Gaya melawan atau momen melawan dapat ditambah dengan beberapa cara; yang paling
sering dipakai ialah sebagai berikut :

a) Dengan memakai “counterweight”, yaitu tanah timbunan pada kaki lereng.


b) Dengan mengurangi tegangan air pori di dalam lereng.
c) Dengan cara mekanis, yang dengan memasang tiang atau dengan membuat dinding
penahan.
d) Dengan cara injeksi.

C. PENCEGAHAN TERJADINYA LERENG/LONGSOR

Upaya pencegahan longsor sebenarnya sudah banyak dilakukan dari metode tradisional
atau sederhana dan berkembang hingga metode berteknologi canggih yang rumit dan mahal.
Yang paling sederhana adalah membuat terasering. Namun, upaya ini hanya terfokus pada
minimalisasi erosi akibat limpasan air hujan.

Untuk metode pencegahan longsor dengan cara yang lebih rumit, diantaranya adalah
dengan pembangunan turap, retaining wall maupun sheet pile pada lereng. Cara-cara ini mampu
12
meng-counter gaya yang timbul akibat perubahan morfologi lereng, yang kebanyakan dibuat
lebih curam maupun lebih tinggi. Namun, penggunaan cara ini belum mampu mengantisipasi
adanya longsoran-longsoran kecil, karena cara-cara di atas belum ada yang mampu mengikat tiap
butir tenah secara baik. Yang dilindungi hanya tepi lereng yang diberi dinding penahan,
sedangkan lapisan atas tanah dibiarkan terbuka.

Metode pencegahan longsor lainnya menggunakan lapisan geosintetik yang belakangan


banyak dilakukan. Pada prinsipnya, metode ini dilakukan untuk mengikat butir-butir tanah
dengan memberikan lapisan selimut lolos air (permeable) untuk menutupi seluruh permukaan
tanah. Pada daerah dengan lereng curam, biasanya lapisan geosintetik diikat ke lapisan tanah
keras menggunakan angkur. Namun, kelemahan dari metode ini, selain biaya yang mahal dan
proses yang rumit, lapisan tanah yang tertutup menjadi tidak produktif dan hanya mungkin
ditumbuhi oleh rerumputan.

Pada daerah pertanian dan perkebunan seperti Lembang dan sekitarnya, metode
geosintetik tentu saja tidak dapat diterapkan dalam skala yang luas untuk melindungi lereng
secara keseluruhan. Walaupun di atas lapisan geosintetik dapat ditutup dengan lapisan tanah,
namun pasti tingkat produktifitasnya tidak sebaik tanah asli. Akar-akar tanaman yang ada dapat
merusak lapisan geosintetik. Metode ini hanya cocok diterapkan pada bangunan infrastruktur
sipil yang memang memerlukan kestabilan lereng yang baik, seperti :jalan, lining pada sungai,
dan sebagainya

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kemantapan (stabilitas) lereng merupakan suatu faktor yang sangat penting dalam
pekerjaan yang berhubungan dengan penggalian dan penimbunan tanah, batuan dan bahan
galian, karena menyangkut persoalan keselamatan manusia (pekerja), keamanan peralatan serta
kelancaran produksi. Keadaan ini berhubungan dengan terdapat dalam bermacam-macam jenis
pekerjaan, misalnya pada pembuatan jalan, bendungan, penggalian kanal, penggalian untuk
konstruksi, penambangan dan lain-lain.

Dalam operasi penambangan masalah kemantapan lereng ini akan diketemukan pada
penggalian tambang terbuka, bendungan untuk cadangan air kerja, tempat penimbunan limbah
buangan (tailing disposal) dan penimbunan bijih (stockyard). Apabila lereng-lereng yang
terbentuk sebagai akibat dari proses penambangan (pit slope) maupun yang merupakan sarana
penunjang operasi penambangan (seperti bendungan dan jalan) tidak stabil, maka akan
mengganggu kegiatan produksi.

Lereng alam terbentuk karena proses alam. Gangguan terhadap kestabilan terjadi
bilamana tahanan geser tanah tidak dapat mengimbangi gaya-gaya yang menyebabkan gelincir
pada bidang longsor. Lereng buatan tanah asli / lereng galian (Cut Slope), Lereng ini dibuat dari
tanah asli dengan memotong dengan kemiringan tertentu. Untuk pembuatan jalan atau saliran air
untuk irigasi. Kestabilan pemotongan ditentukan oleh kondisi geologi, sifat teknis tanah,
tekanan air akibat rembesan, dan cara pemotongan.

Upaya pencegahan longsor sebenarnya sudah banyak dilakukan dari metode tradisional
atau sederhana dan berkembang hingga metode berteknologi canggih yang rumit dan mahal.

14
Yang paling sederhana adalah membuat terasering. Namun, upaya ini hanya terfokus pada
minimalisasi erosi akibat limpasan air hujan.

DAFTAR PUSTAKA

Dakung, S, 1987, Stabilitas lereng/longsor , Mekanika Tanah, Daerah Istimewa


Yogyakarta, Depdikbud,.

Sardjono, Agung B, 1996, Mekanika Tanah, Tesis Program

Pascasardjana UGM, Yogyakarta.

Tjahjono, Gunawan, 1989, Mekanika Tanah, Semarang

Mbah google. Com & Wikipedia . Com

15

Anda mungkin juga menyukai