dan
i=n
n-1
n-2
3
i=1
Stabilitas Lereng
dan
Stabilitas Lereng
dan
oleh:
Dr. Abdul Hakam
Penyuting:
Heka Putri Andriani, ST
Design cover dan setting:
Penerbit
Penerbit:
Univesitas Andalas Press
BAB I
PENGANTAR ANALISIS
STABILITAS LERENG
(Bab 2). Jenis keruntuhan atau pergerakan yang terjadi pada lerenglereng ini diakibatkan oleh faktor-faktor luar dan dalam dari lereng.
Mekanisme yang dapat menimbulkan keruntuhan pada lereng juga akan
dijelaskan pada buku ini. Faktor-faktor yang mempengaruhi hal tersebut
akan dibahas pada bagian berikutnya (Bab 3). Dengan pemahaman
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas lereng, maka akan
dimengerti tindakan untuk mengurangi penyebab keruntuhan dan
memperkokoh lereng.
Untuk mengantarkan pada analisis stabilitas dan penstabilan lereng,
maka pada bagian selanjutnya dijabarkan mengenai ilmu mekanika
tanah yang terkait (Bab 4 dan 5). Pada bagian ini akan dijelaskan
mengenai parameter-parameter fisik dan mekanik tanah yang
dipergunakan. Dengan paraneter-parameter tersebut, analisis stabilitas
lereng dapat diestimasi (Bab 6). Beberapa tipe keruntuhan lereng
sebagaimana dijelaskan pada bagian awal, merupakan asumsi awal
dilakukannya analisis stabilitas pada sebuah lereng. Selanjutnya
penggunaan grafik-grafik untuk mempersingkat perhitungan yang
berulang juga dijabarkan pada Bab 7. Mengingat lereng adalah struktur
yang besar dan umumnya terkembang di alam terbuka, maka sering
sekali pengaruh air merupakan faktor utama yang mempengaruhi
kestabilan lereng. Pengaruh air terhadap kestabilan lereng ini dijabarkan
pada Bab 8.
Selanjutnya penjelasan mengenai tegangan-tegangan yang terjadi pada
massa tanah pada berbagai kondisi (diam, aktif dan pasif) akan
dijelaskan (Bab 9). Bagian ini merupakan pengetahuan dasar untuk
melakukan analisis penstabilan lereng atau pencegahan kelongsoran.
Penanggulangan kelongsoran didasarkan pada mekanika kesetimbangan
gaya-gaya yang bekerja. Berbagai metoda untuk menanggulangi
kelongsoran akan dijelaskan pada ini. Dinding penahan tanah graviti
dan kantilever yang merupakan dinding penahan tanah yang sering
digunakan pada aplikasi lapangan biasanya terbuat dari beton bertulang.
Pembahasan mengenai dinding-dinding beton bertulang berikut tatacara
perkuatannya dan perencanaanya dijelaskan pada Bab 10.
Pada bagian akhir buku ini (Bab 11), dikhususkan pada pembahasan
mengenai stabilitas dinamis lereng. Metoda yang dijelaskan pada bagian
ini merupakan metoda yang paling ampuh namun sederhana untuk
diaplikasikan dalam bidang rekayasa.
Pembahasan tentang perpaduan antara metoda-metoda empiris dan
analitis dalam analisis dinamis untuk dinding penahan tanah dilakukan
pada Bab 12. Secara rinci pada bagian ini dijelaskan dasar pengambilan
metoda perhitungan dari hasil test terhadap model dinding penahan
tanah. Selanjutnya untuk mengaplikasikan teori, diberikan contohcontoh kasus perhitungan. Meskipun sering terjadi pada daerah yang
rawan terhadap seismik, pembahasan tentang bagian dinamik ini sangat
jarang dijumpai pada buku-buku referensi.
BAB II
a. Menggeser
b.Menggelinding
c. Terlontar (jatuh)
c. Pelemahan
d. Runtuh permukaan
tuh
un
ar
zon
n
zon puka
um
bidang runtuh
lokasi runtuh
lokasi tujuan
10
f. Pergeseran (Creep):
Pergeseran lereng yang dimaksud disini adalah pergerakan
perlahan dari lereng yang terjadi terus menerus kearah kaki lereng.
Pergeseran ini disebabkan dari pergeseran tanah yang
mengakibatkan perpindahan yang permanen akan tetapi tidak
merupakan pergerakan akibat keruntuhan (failure). Namun
demikian, pergeseran ini pada gilirannya akan mempengaruhi
lereng yang dapat mengakibatkan keruntuhan permukaan ataupun
keruntuhan keseluruhan lereng.
Pergeseran ini akan mengakibatkan retakan-retakan pada
bangunan-bangunan (jalan, gedung, dinding penahan tanah atau
jembatan). Namun penanganan pergeseran ini terkadang
memerlukan biaya yang sangat besar dibandingkan kerugian
material akibat pergeseran itu sendiri. Pada keadaan tersebut maka
anggaran tetap untuk tindakan pemeliharaan terkadang lebih murah
dibanding menahan pergerakan tanah itu sendiri.
11
Massa
yang
Runtuh
Bidang
Runtuh
12
b. Keruntuhan lingkaran
Kelongsoran jenis lingkaran ini juga sering disebut sebagai
kelongsoran rotasi. Kelongsoran jenis ini lebih bersifat global dan
melibatkan massa tanah yang besar. Biasanya kelongsoran jenis ini
akan diikuti oleh kelongsoran-kelongsoran kecil dalam massa
tanah yang bergerak.
Bidang
Runtuh
Massa
yang
Runtuh
13
c. Keruntuhan tak-teratur
Keruntuhan tidak teratur dapat merupakan kombinasi dari
keruntuhan datar dan lingkaran serta bentuk lain yang bukan
keduannya. Jenis keruntuhan ini juga sering terjadi pada tanah
yang tidak homogen dan mempunyai beberapa lapisan tanah yang
berbeda dalam lereng yang sama.
Massa
yang
Runtuh
Bidang
Runtuh
Bidang
Runtuh
Datar
Massa
yang
Runtuh
Bidang
Runtuh
Lingkara
14
BAB III
Getaran yang dapat diakibatkan oleh aktivitas manusia (lalulintas, ledakan dll) dan gempa bumi. Getaran arah horizontal
mengakibatkan gaya lateral tambahan pada gaya-gaya yang
telah ada dalam keadaan statis (gaya aktif dan pasif).
15
Wh = m.ah
Wg- = m.av
av
ah
16
3.
17
b. Gangguan dalam
Gangguan dalam yang dapat mengakibatkan kurangnya stabilitas
lereng adalah:
1.
2.
3.
4.
18
5.
6.
19
Topografi
Geologi
Air dalam tanah
Cuaca
Getaran
Sejarah waktu
20
Struktur lereng
Pelapukan
21
Jenis faktor
Hal yang diidentifikasi
Air Tanah
Elevasi Piezometric
(Groundwater) sepanjang lereng
Variasi tekanan air
Keterangan
Perbedaan tekanan air di dalam lereng, seperti level
normal, level tepat pada sisi muka lereng dan level
artesis dalam kaitannya dengan formasi dan struktur.
Variasi level peizometrik yang disebabkan perubahan
cuaca, getaran dan sejarah perubahan kemiringan
lereng. Faktor lain yang terkait adalah curah hujan,
fluktuasi musim dari tahun ke tahun.
Indikasi dari muka air tanah dapat dilihat dari keadaan
permukaan yang dipengaruhi air tanah seperti aliran
air di permukaan, perbedaan vegetasi dan sebagainya.
Efek dari kegiatan manusia yang dapat mempengaruhi
air-tanah seperti penggunaan air tanah, penambahan
air tanah, perubahan lapisan dari permukaan,
kemungkinan peresapan permukaan dan perubahan
pada air yang ada dipermukaan.
Kimiawi air tanah seperti larutan, kadar garam, ion-ion
yang terkandung dll.
Pertimbangkan curah hujan dari harian, bulanan atau
tahunan.
Perhatikan perubahan suhu baik harian, perubahan
mendadak siang malam dan sebagainya.
Perbedaan yang terjadi pada tekanan udara. Dapat saja
hal ini mempengaruhi secara tidak langsung.
22
Jenis faktor
Getaran
(Vibration)
Sejarah Lereng
(History of slope)
Proses alami
Buatan manusia
Laju perubahan
Keterkaitan faktor
Keterangan
Peristiwa getaran alam (gempa, gunung api dll).
Getaran yang diakibatkan ledakan, alat transportasi,
mesin-mesin.
Seperti perubahan geologi yang perlahan, erosi, buktibukti pergerakan masa lalu, bekas rekahan dan
sebagainya.
Kegiatan manusia termasuk galian, urugan,
pemotongan permukaan tanah dengan alat berat,
paving, pengosongan reservoir dan banjir. Juga
kegiatan manusia yang menyebabkan perubahan air
tanah, air muka tanah dan perubahan pada vegetasi
diatas lereng.
Laju perubahan dapat ditentukan dengan bukti visual
berupa bukti keragaman dan tata letak pada jenis
vagetasi. Bila terdapat instrumentasi terpasang, juga
perhatikan data dari alat-alat yang terpasang seperti
vertical changes, horizontal changes dan internal
strains dan tilt, termasuk riwayat waktu dari catatan
tersebut.
Hubungan antara pergerakan dengan air tanah, cuaca,
getaran dan aktivitas manusia serta faktor lainnya.
23
24
BAB IV
Tanah merupakan material geologi yang berada pada bagian kerak bumi
sebagaimana halnya batuan. Secara kimiawi, batuan dan tanah dapat
mempunyai unsur yang sama, namun keduanya dibedakan berdasarkan
sifat fisiknya. Untuk membedakan antara tanah dengan batuan yang
bersifat keras dan solid, maka tanah dapat didefinisikan sebagai material
geologi yang mempunyai butiran-butiran yang lepas (tidak solid) dan
mempunyai kekuatan tekan kurang dari 250 kg/cm2.
Propertis tanah yang dimaksud pada bagian ini adalah parameterparameter tanah yang dapat diukur atau dihitung dan digunakan untuk
berbagai keperluan dalam bidang teknik sipil. Secara prinsip dapat
dikatakan bahwa setiap tanah yang terdapat pada lokasi dan kondisi
yang berbeda mempunyai nilai parameter yang berbeda. Dengan
pengertian tersebut maka dapat diartikan berbalik, bahwa untuk
membedakan atau membandingkan satu tanah dengan yang lain dapat
dilakukan dengan membandingkan parameter-parameter yang
dimilikinya sesuai dengan keperluan dari pembandingan tersebut.
Dalam menentukan propertis tanah harus diperhatikan satuan yang
digunakan untuk mengukur besarannya. Sebab dalam beberapa hal,
satuan yang digunakan dapat menjadi hal yang menambah pengertian
atau bahkan sebaliknya dapat mengaburkan arti dari paramater tanah
tersebut.
25
Vv
Va
Gas (Air)
Vw
Air (Water)
Ww
Vs
Butir Tanah
(Solid)
Ws
Wa ~ 0
Vtot
Wtot
Pembagian
Volume
Pembagian
Berat
26
27
28
Molekul air terdiri dari satu atom oksigen dan dua atom hidrogen
yang membentuk sudut 105o. Secara skematik dapat terlihat
bahwa molekul air memiliki dua kutub yang berbeda (dipole).
Kutub positif air tertarik pada bidang/permukaan lempung yang
negatif, sedangkan kutub negatifnya mengarah pada bagian yang
berlawanan. Kutub negatif tersebut selanjutnya menarik kutub
positif molekul air yang lain dan seterusnya. Ikatan-ikatan ion
inilah yang menjelaskan mengapa partikel lempung sangat
mengikat air dalam jumlah yang banyak.
Muatan +
Muatan -
O2--
H+
H+
Molekul air (dipole)
29
Batas
Cair
Montmorillonite
100900
Illite
60120
Kaolinite
30110
Nontronite
3772
Hallosysite
3555
Attapulgite
160230
30
Chlorite
4447
Allophane
200250
31
Kandungan organik dalam tanah juga sebagai salah satu hal yang
dijadikan alternatif untuk menggolongkan tanah. Kandungan organik
yang ada didalam tanah, dinyatakan dalam persentase berdasarkan berat
(seperti halnya kandungan air). Walaupun warna dan bau tanah organik
cukup mencolok untuk dibedakan, tetapi hal tersebut tidak menjadi
patokan dalam mengidentifikasi kandungan organik dalam tanah.
Kandungan organik dalam tanah dinyatakan dalam dua golongan utama
yaitu banyak/tinggi (Organic High-OH) dan sedikit/rendah (Organic
Low-OL).
Untuk keperluan teknik sipil secara umum, terdapat banyak cara
(termasuk ketentuan/prosedur) yang dapat digunakan untuk
menggolongkan tanah seperti cara Unified (diusulkan Casagrande, 1948
dan diadopsi oleh ASTM) yang sudah cukup populer. Untuk keperluan
yang berlainan, misalnya pertanian, jalan raya atau lapangan udara,
maka penggolongan (klasifikasi) tanah dan prosedurnya akan berbeda.
Walaupun penggolongan tanah tidak merupakan hal yang sangat
penting dalam rekayasa geoteknik termasuk stabilitas lereng, namun hal
tersebut masih tetap diperlukan antara lain untuk:
-
32
Wtot
Vtot
4.1
33
d =
Ws
Vtot
4.2
Gs =
Ws 1
.
Vs w
4.3
34
Tabel 4.2. Nilai spesific gravity beberapa jenis tanah (Das, 1990)
Jenis
Nilai
Tanah
Gs
Keriki
l
(Gravel)
2.65
2.68
Pasir
(Sand)
2.65
2.68
Lanau
(Silt)
2.62
2.68
Lemp
ung
Organik
(O-Clay)
2.58
2.65
Lemp
ung Nonorganik
(Clay)
2.68
2.75
35
w=
Ww
.100%
Ws
4.4
36
Sr =
Vw
. 100%
Vv
4.5
e=
Vv
Vs
4.6
37
butiran yang lebih kecil, akan memiliki porositas yang kecil pula.
Tanah yang poros (berpori) akan mengalirkan air lebih cepat dan
banyak dibanding tanah yang tidak poros.
n=
Vv
Vtot
4.7
f. Kerapatan relatif
Kerapatan relatif (D r ), merupakan parameter yang diturunkan
dari beberapa sifat fisik tanah lainnya. Kerapatan relatif sering
dipergunakan untuk tanah-tanah berbutir kasar. Kerapatan relatif
adalah persentase dari perbandingan beberapa nilai berat volume
tanah pasir atau angka porinya. Nilai ini menunjukkan kepadatan
tanah berbutir seperti dalam Tabel 4.3. berikut:
Tabel 4.3. Nilai Kerapatan dan berat volume beberapa jenis tanah
(Das, 1985)
38
Jenis
Kerapatan
Tanah
Nilai
Dr
Sangat
lepas
(very
loose)
0
15
lepas
(loose)
15
50
Sedang
(medium)
50
70
Padat
(dense)
70
85
Sangat
padat
(very
dense)
85
100
39
BAB V
MEKANIKA TANAH
UNTUK LERENG
5.1 Sifat Mekanik Tanah
Untuk mempelajari mekanika tanah, maka dikenalkan parameter atau
propertis mekanik tanah yang nilainya dapat diukur atau dihitung dan
digunakan untuk berbagai keperluan dalam bidang teknik sipil. Setiap
jenis tanah yang berada pada lokasi dan kondisi yang berbeda
mempunyai nilai parameter yang berbeda. Maka untuk menentukan
propertis mekanik tanah harus dilakukan dengan mengukur parameterparameter yang dimaksud sesuai dengan keperluan dari pengukuran
tersebut. Banyak referensi yang dapat digunakan untuk pembahasan
mengenai mekanika tanah diantaranya adalah Hakam (2008)a.
Tanah merupakan material geologi yang mempunyai mekanisme
tertentu dalam mengantisipasi atau merespon gangguan yang diberikan
padanya. Respon yang diberikan tanah dapat berbentuk peningkatan
tegangan (tegangan total dan effektif) ataupun dalam bentuk pergerakan
(perpindahan, geser, longsor atau penurunan). Setiap respons dari tanah
mengikuti mekanisme yang dapat dipelajari sebagaimana halnya yang
terjadi pada material-material lainnya.
Tegangan yang terjadi dalam massa tanah umumnya diakibatkan
perubahan kesetimbangan gaya-gaya pada sistem tanah. Bila tegangan
yang terjadi masih dalam batas kekuatan tanah, maka tidak terjadi
keruntuhan pada sistem tersebut. Kekuatan tanah dirumuskan dengan
persamaan khusus berikut parameter-parameter yang digunakan. Selain
itu, dengan adanya perubahan tegangan pada tanah, akan terjadi
40
41
= c + tan
5.1
42
Tegangan geser,
Tegangan normal,
43
44
disebabkan tidak samanya (walau sejenis) sampel tanah yang diuji dan
perbedaan mekanisme keruntuhan yang terjadi pada sampel tanah.
a. jangkauan pengujian
b
c
a
b. Mekanisme pergeseran
b
c
Gambar 5.2. Pengujian kekuatan tanah pada sebuah lereng
45
cu = qu
5.2
46
qu
memendek
= L/L
bidang
runtuh
Awal
Akhir
qu
cu
L
L
qu
a. Regangan-Tekanan
b. Lingkaran Mohr
47
pergeseran
( )
Awal
Akhir
Gambar 5.5. Uji Geser Langsung
48
gaya geser
(T)
49
telah runtuh
= 26.57o
1.0
0.5
c = 0.25 (kg/cm2)
(kg/cm2)
0.5
1.0
1.5
50
c.
1
3
= L/L
1=3+1
45 + /2
membran
Awal
Akhir
ke pori/volume
Gambar 5.7. Skematik uji triaxial
51
u atau V
52
53
Unconsolidated Undrained = UU-test berarti test CTC takterkonsolidasi dan tak-terdrainase. Pengujian ini biasa disebut
dengan quick test (test cepat), yaitu pengujian untuk kondisi
tekanan yang dibaca adalah tekanan total ().
Consolidated Undrained = CU-test, berarti test CTC yang
saat kondisi awalnya melakukan konsolidasi pada sampel dan
dilanjutkan dengan beban deviatorik tanpa aliran air dari pori
(tak-terdrainase) untuk melakukan pembacaan perubahan
tekanan air pori (u).
Consolidated Drained = CD-test yang berarti test CTC yang
pada kondisi awal melakukan konsolidasi pada sampel dan
dilanjutkan dengan pemberian beban deviatorik dengan aliran
air dari pori (terdrainase) untuk melakukan pembacaan
perubahan volume (V). Pada pengujian ini, jenis tekanan
yang terbaca adalah tekanan effektif tanah (').
54
55
c = 3 = n Ds
5.3
1test3
3test3
1test2
3test2
1test1
3test1
56
axial
5.4
57
fk =
5.5
58
5.6
N k adalah nilai konversi yang dapat diambil 5 11 % , untuk nilai ratarata dianjurkan digunakan nilai N k = 7 %.
Sedangkan hubungan tahanan ujung dengan parameter sudut geser
dalam tanah () dapat digunakan gambar 5.9.
Tahanan ujung konus, qc (kg/cm2 )
0
100
200
300
400
500
= 480
5
10
460
15
20
440
25
30
35
300
320340 360
380
400
420
40
59
Proyek
: F Kedokteran
Lokasi
: Limau Manis
Nomor Titik :S2
qc kg/cm2
0
50
100
150
0.0
0.0
1.0
1.0
2.0
2.0
D
e
p
t
h
3.0
4.0
3.0
4.0
m
)
5.0
5.0
6.0
6.0
7.0
7.0
8.0
8.0
9.0
9.0
100
200
300
Cumulative qs kg/cm
400
60
5.7
61
62
7/6/2005
6/6/2005
Date
N2+N3 M2+M3
63
5
5.45
6
6.45
7
7.45
8
8.45
5.5
6
6.5
7
7.5
8
8.5
9
0.45 spt
0.55 Border berpasir abu-abu
0.45 spt
0.55 Border berpasir abu2-kuning
0.45 spt
0.55 Border berkerikil kuning-kehitaman
0.45 spt
0.55 Border berkerikil
abu-abu
20 15 39 15 50 6
33 15 36 15 50 15
25 15 34 15 50 10
28 15 36 15 50 15
B
B
B
12 15 19 15 35 15
19 15 50 5
15
15 0
15 0
27 15 20 15 17 15
84
86
89
54
69
37
30
25
30
21
30
30
20
dari sampai N1 M1 N2 M2 N3 M3
0.45 spt
0.55 Border berpasir abu-abu
Air
Kering Tanah (m) (m) (bls) (cm) (bls) (cm) (bls) (cm)
Basah
4 4.5
4.45 5
Sifat
30
Warna
0.45 spt
0.55 Pasir kasar
Jenis
5.0
5.5
6.0
6.5
7.0
7.5
8.0
8.5
9.0
4.0
4.5
3.0
3.5
(m)
0.0
1.0
1.5
2.0
2.5
depth
Nspt
SPT
Kedalaman
cassing
Muka
3 3.5
3.45 4
inti
Deskripsi Tanah
Elevasi MAT
Pagi (m)
Sore (m)
From Till
Depth Panjang
9.0
8.0
7.0
6.0
5.0
4.0
3.0
2.0
1.0
0.0
Log
N (blows)
0 25 50 75 100
Boring
Grafik
Batu berkerikil
Batu berpasir
Pasir berkerikil
Keterangan
10 20
20 30
Unconfined
strength q u
kg/cm2
Sangat lunak
0 0.25
Lunak (soft)
0.25 0.5
Sedang
0.5 1.0
(Medium)
Kaku (stiff)
1.0 2.0
Sangat kaku
2.0 4.0
30 50
Keras (hard)
Kepadatan
0 2
2 5
5 10
> 4.0
Tanah Pasir
Kerapatan
[ Dr (%) ]
Sudut geser
[ ( o) ]
Sangat Lepas
[05]
25 30
Lepas (loose)
[ 5 30 ]
Sedang
[ 30 60 ]
Padat (dense)
[ 60 95 ]
28 35
35 42
38 46
Korelasi antara Nspt dengan sondir untuk berbagai jenis tanah telah
dibuatkan oleh Bowles 1988 dalam bentuk grafik hubungan butiran.
Berdasarkan grafik tersebut maka diperoleh hubungan tersebut
adalah:
Tabel 5.2. Korelasi nilai N SPT terhadap nilai konus sondir, q c
nilai q c (kg/cm2)
Jenis Tanah
Lempung dan lanau
Lanau berpasir
Pasir berlanau
Pasir
64
12
23
34
46
N spt
N spt
N spt
N spt
5.6. Konsolidasi
Parameter konsolidasi sangat penting untuk analisis stabilitas lereng
yang berada diatas tanah lempung jenuh. Banyak pekerjaan-pekerjaan
penimbunan yang secara teknis membuat lereng buatan diatas tanah
yang dapat mampat (terkonsolidasi). Untuk itu pembahasan singkat
mengenai konsolidasi dilakukan pada bagian ini.
Proses konsolidasi berlangsung selama keluarnya air pori dalam tanah
disebabkan meningkatnya tegangan air pori dari dalam tanah akibat
adanya beban tambahan tetap yang cukup lama, seperti beban timbunan
dan beban pondasi bangunan. Beban tambahan , pada saat seketika
(saat pertama diberikan, t=0) ditahan oleh air pori dalam tanah, u.
Sebagaimana sifat fluida tertekan, secara berangsur-angsur, air pori
akan mengalir menuju tekanan yang lebih rendah ke atas, bawah atau
sisi-sisinya. Dengan mengalirnya air ini, tekanan yang ditahan air
dialihkan kepada tekanan antar butiran tanah. Proses konsolidasi
berhenti setelah tegangan air pori kembali seperti semula, seperti
sebelum terjadi peningkatan beban (u = 0) dan seluruh beban
tambahan ditahan oleh butiran tanah (tegangan effektif, ).
Konsolidasi pada massa tanah memberikan beberapa kerugian dan
keuntungan. Kerugian yang dapat dialami akibat perilaku ini adalah
turunnya bangunan secara perlahan dan terjadinya perbedaan
penurunan. Keuntungan perilaku konsolidasi antara lain adalah
meningkatnya daya dukung tanah akibat berkurangnya kadar air tanah.
Beberapa jenis tanah mempunyai sifat mengalami peningkatan kuat
gesernya dengan berkurangnya kadar air.
a. Waktu Konsolidasi
Waktu berlangsungnya konsolidasi (lama konsolidasi) sangat
tergantung kepada kecepatan pengaliran air keluar dari pori-pori
tanah. Untuk tanah pasir yang sangat poros, waktu (lamanya)
konsolidasi berlangsung sangat singkat. Tetapi untuk tanah lempung
65
t 90%
0.848 H dr
=
Cv
5.8
66
Penurunan maksimum
yang ditentukan saat akhir proses
konsolidasi (derajat konsolidasi 100%) dapat dihitung dengan
persamaan berikut:
n
+ i
C H
S100% = c i log 0,i
0,i
i =1
1 + e0
5.9
C c = 0.009 (w LL - 10)
5.10
67
C c = 0.007 (w LL - 10)
5.11
+ i
+ i
awal, t=0
akhir
68
e i =
H i
Hs
Hs =
Ws
AG s w
5.12
5.13
H v = H - Hs
5.14
69
t 90%
HHi
t1/2 atau ( log t)
Gambar 5.13. Pengujian Konsolidasi
Angka pori awal dan saat akhir pembebanan ke-i dihitung
dengan:
e0 =
Vv
H
= v
Vs
Hs
e i = e 0 - e i
dimana
5.15
5.16
70
e0
e1
Cc
e2=e1e
e1 '
e2 '
loading
Cs
swelling
log 1
log 2
log
(log )
0.848 H dr
Cv =
t 90%
71
5.17
Cc =
e1 e 2
log 2 log 1
5.18
Cs =
e1 'e 2 '
log 2 log 1
5.19
72
butiran tanah dan cairan pada pori-pori antar butiran tanah. Dalam
hal ini, tegangan yang dialami oleh gas (udara) dalam butiran
tanah dan diantara butiran tanah diabaikan. Selain itu dianggap
pula bahwa tidak ada cairan ataupun rembesan yang terjadi di
dalam butiran tanah. Persamaan tegangan effektif dapat dituliskan
sebagai berikut:
= u
dengan
5.20
permukaan tanah
beban luar
butiran tanah
air dalam pori
73
74
0
1 = 1,6 t/m3
Tegangan total
() t/m2
1,6
1,6
2
2 = 1,8 t/m3
3
4
Titik-titik
ti j
kedalaman (m)
(juga nomor titik tinjauan)
Kasus 5.2
Sebagai contoh, dengan data yang sama seperti pada Gambar
1.19, bila diinginkan tegangan effektif pada kedalaman 1m, 2m,
3m dan 4m yang diakibatkan oleh berat sendiri tanah dapat
dihitung sebagai berikut:
Untuk kedalaman 1 m:
Tegangan total
= 1. 1 m
= 1,60 t/m3. 1 m
75
= 1,60 t/m2
Tegangan effektif
=-u
Untuk kedalaman 2 m:
Tegangan total
= 1. 2 m
= 1,60 t/m3. 2 m
= 3,20 t/m2
= 3,20 t/m2
Untuk kedalaman 3 m:
Tegangan total
= 1. 2 m + 2. 1 m
= 1,60 t/m3. 2 m + 1,80 t/m3. 1 m
= 3,20 t/m2 +1,80 t/m2
= 5,00 t/m2
Tegangan air pori
u = w . 1,0 m (kedalaman muka air tanah sama dengan 1,0 m )
= 1,0 t/m3. 1,0 m
= 1,0 t/m2
Tegangan effektif
=-u
= (5,00 1,0)t/m2
= 4,00 t/m2
76
Untuk kedalaman 4 m:
Tegangan total
= 1. 2 m + 2. 2 m
= (1,60 t/m3. 2 m) + (1,80 t/m3. 2 m)
= 3,20 t/m2 + 3,60 t/m2
= 6,80 t/m2
Tegangan air pori
u = w . 2,0 m (kedalaman muka air tanah sama dengan 2,0 m )
= 1,0 t/m3. 2,0 m
= 2,0 t/m2
Tegangan effektif
=-u
= (6,80 2,0)t/m2
= 4,80 t/m2
77
BAB VI
METODA ANALISIS
STABILITAS LERENG
N =W
WT = W sin
=0
W
WN = W cos
78
N = W cos
atau
T = W sin
atau
6.1
6.2
Selain sudut geser dalam, tanah juga mempunyai tahanan geser yang
ditimbulkan oleh gaya tarik kimiawi antar partikel tanah yang disebut
dengan kohesi, c. Tanah yang demikian disebut dengan tanah kohesif.
Sehingga gaya geser maksimum (disebut dengan tahanan geser) pada
bidang geser menjadi:
T max = N tg + c A
6.3
dimana A adalah area atau luas dari bidang geser. Bila persamaan diatas
dibagi dengan luas bidang geser tersebut, maka menjadi:
max = tg + c
6.4
79
tg
Tegangan normal,
80
Bidang
Runtuh
Datar
Bidang
Runtuh
Gabungan
Gambar 6.3. Bidang runtuh pada lereng
81
82
Y (m)
Lapisan II,
2, c2 dan 2
Lapisan I,
1, c1 dan 1
m.a.t
Lapisan III,
3, c3 dan 3
Lapisan IV,
4, c4 dan 4
X (m)
Gambar 6.4. Data pada sebuah lereng
83
6.4
dimana adalah luas bidang yang longsor (luas abc pada Gambar 6.5)
lalu hitung gaya-gaya sejajar dan tegak lurus bidang keruntuhan:
N = W cos
6.5
T = W sin
6.6
dan
6.7
Tmax
/T
6.8
c
Tmax
W
L
a
Gambar 6.5. Gaya-gaya pada longsor bidang datar
84
5m
c
b
= 1.4 t/m3
c = 0.2 kg/cm2
= 250
H=6m
6.4
85
6.5
6.6
6.7
Tmax
/T
(27.834 t/m)
6.8
/ ( 12.6 t/m)
= 2.2
86
D
T
N
W
Tmax
L=~
87
W=.D.1
6.9
6.5
T = W sin
6.6
dan
Perlu diingat bahwa sudut bidang longsor, adalah sama dengan sudut
kemiringan lereng, .
Selanjutnya gaya tahanan pada bidang keruntuhan sama seperti
sebelumnya :
T max = N tg + c .L
6.7
Tmax
/T
6.8
88
c
= 1.4 t/m3
c = 0.2 kg/cm2
= 250
6m
6.9
6.5
89
6.6
6.7
Tmax
/T
(4.764 t/m)
6.8
/ ( 1.252 t/m)
= 3.80
90
c=0
T = . D sin
dan
Tmax
/T
91
SF=
( . D . cos . tg )
( . D sin )
tg
/tg
6.10
Persamaan diatas akan bernilai besar dari 1 (SF > 1) bila sudut
kemiringan lereng lebih kecil dari sudut geser dalam tanah ( < ).
Dengan kata lain, untuk memperoleh lereng dari tanah pasir yang aman
terhadap longsor, maka sudut kemiringan lereng, harus dibuat lebih
kecil dari sudut geser dalam tanah, .
Contoh Kasus 6.3:
Tentukan faktor keamanan (SF) pada bidang longsor panjang dari
sebuah lereng timbunan terbuat dari pasir dengan data-data seperti pada
Gambar K6.3.
6m
Timbunan Pasir
= 350
4m
92
Solusi:
Faktor keamanan dapat ditentukan dengan:
SF=
tg
/tg
6.10
0.70
/0.67
= 1.05
=0
93
T = . D sin
dan
Tmax
/T
SF=
(c /cos )
( . D sin )
/ ( sin . cos )
6.11
c
D cr =
H 2 + L2
HL
6.11
94
H 2 + L2
<
D cr
HL
c
Keruntuhan lereng permukaan biasanya terjadi hingga kedalaman 2m
saja. Sehingga untuk membuat lereng dari tanah lempung yang stabil
dalam jangka waktu yang lama, maka perlu diperhatikan kombinasi
antara tinggi lereng H dan panjang L sedemikian rupa nilainya berada
dibawah batasan berikut:
H 2 + L2
<
( 2m )
HL
c
6.12
5m
95
Solusi:
Kedalaman kritis longsor memanjang dapat dihitung dengan:
D cr =
H 2 + L2
HL
6.11
1.2
1.5
25 + 25
55
= 0.8 m 2
= 1.6 m
Waktu yang diperlukan untuk mencapai kedalaman kritis longsor
memanjang adalah :
Waktu =
1.6 m
/ (0.6 m/tahun)
= 2.67 tahun
Hal ini mempunyai arti bahwa bila pada awalnya lereng tersebut tidak
mengalami longsor, maka menjelang tahun ke-3 mulai terjadi masalah
stabilitas pada lereng (kelongsoran). Buktikan bahwa lereng tersebut
memang tidak mempunyai masalah kestabilan pada awalnya dengan
menghitung faktor keamanan lereng menggunakan data-data diatas.
96
T
N
W
i=n
n-1
Tmax
n-2
3
i=1
97
Untuk setiap potongan (lihat Gambar 6.9) berat dari elemen tanah yang
diakibatkan oleh berat sendiri tanah adalah:
W= L H
6.12
Selanjutnya gaya normal (N) dan gaya tangensial (T) yang bekerja
untuk masing-masing potongan dihitung seperti cara sebelumnya yaitu:
dan
N = W cos
6.5
T = W sin
6.6
6.13
6.7
Tmax
/ T
6.14
98
(c
i =1
SF =
A i + Wi cos i tan i )
6.15
W sin
i =1
5m
= 1.4 t/m3
c = 0.2 kg/cm2
H=6m
= 250
99
Solusi:
Untuk melakukan analisis dengan metoda potongan, maka harus dibuat
data geometrik dengan skala yang baik dari masing-masing potongan
pada bidang longsor seperti pada Gambar K.6.5.a.
1.5 m
1.5 m
1.5 m
1.5 m
2.0 m
5
4
590
3
6.0 m
2
390
260
1
0
180
Skala : 1 m =
6.12
6.5
6.6
6.13
100
Data tanah:
= 1.4 t/m3, c = 2 t/m2 dan = 250.
Faktor Keamanan (Safety Factor = SF)
n
(c
SF =
i =1
A i + N i tan i )
6.15
T
i =1
i
1
2
3
4
n=5
L
(m)
1.5
1.5
1.5
1.5
2
7
18
26
39
59
H
(m)
1.4
4.1
4.9
3.9
1.7
W
(ton)
2.96
8.55
10.31
8.27
4.66
N
(ton)
2.93
8.13
9.27
6.42
2.40
T =
SF =
34.74
/16.72
= 2.08
101
T
(ton)
0.36
2.64
4.52
5.20
3.99
16.72
A
(m)
1.51
1.58
1.67
1.93
3.88
T max =
T max
(ton)
4.39
6.95
7.66
6.86
8.89
34.74
102
BAB VII
ESTIMASI
KEAMANAN LERENG
DENGAN GRAFIK
7.1. Pendahuluan
Pada jaman dahulu telah banyak dibuat grafik-grafik untuk
memperkirakan stabilitas dari sebuah lereng homogen. Hal ini
disebabkan pada saat itu perhitungan dengan menggunakan angkaangka yang banyak dan berulang terasa sangat menyulitkan. Walaupun
pada kenyataannya penentuan stabilitas lereng dengan menggunakan
cara grafik masih memerlukan beberapa perhitungan namun tidak
berulang-ulang.
Saat ini perhitungan dengan menggunakan peralatan komputer sudah
dapat mengatasi kesulitan akibat perhitungan berulang untuk
menentukan stabilitas lereng. Akan tetapi cara grafik terkadang masih
diperlukan untuk mempercepat pengambilan keputusan bagi praktisi
dilapangan.
Dalam bagian ini akan diberikan grafik-grafik untuk analisis stabilitas
lereng yang homogen. Grafik ini dibuat dari hasil perhitungan dengan
parameter-parameter tanah yang diambil untuk rentang tertentu. Selain
itu juga akan diberikan beberapa grafik yang pernah ada jaman dahulu
serta contoh-contoh penentuan stabilitas lereng dengan cara tersebut.
Untuk grafik yang lama, penurunan formula untuk mendapat grafikgrafik tersebut tidak dibahas dalam buku ini. Pemformulasian grafik
tersebut, dapat dilihat pada referensi dari masing-masing grafik tersebut.
103
7.1
dan
T=W
7.2
h + ( b1 + b 2 ) 2
2
serta
T max = W
b1 + b 2
h + (b1 + b 2 )
2
tg + c h 2 + (b 1 + b 2 ) 2
7.3
Tmax
/T
7.4
b2
b1
Parameter tanah:
c, dan
H
tinggi lereng
B
lebar lereng
104
SF=
b1 + b 2
tg
h
7.5
b2
b1
Parameter tanah:
dan
H
tinggi lereng
B
lebar lereng
105
20
SF=1
1.2
1.5
2.0
15
b1+b2
h
10
atau
B/H
5
10
20
30
40
50
minimum
= 1.9.
106
7.6
3
b1+b2
h
2
0
0
0.5
2c
c/
bb2
1.5
107
b1 = ?
h = 8m
Solusi:
Data tanah: c = 2 t/m2 dan = 1.5 t/m3
Nilai (2c / .b 2 ) = ([2 x 2 t/m2] / [1.5 t/m3 . 7 m ] )
= 0.38
Dari Gambar 7.4 bahwa dengan ( 2c / .b 2 ) = 0.38 untuk nilai faktor
keamanan, SF=1 didapat (b 1 +b 2 )/h = 1.3
Selanjutnya untuk b 2 = 7m dan h = 8m dapat dihitung:
b1
= 1.3 h b 2
= 1.3 (8m) 7.m
= 3.4 m
108
7.7
5m
c
b
= 1.4 t/m
c = 0.2 kg/cm2
= 250
H=6m
L
a
109
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
1.2
1.5
2.0
(derajat) 10
10
10
5
4
b1+b2 5
h
4
0
100
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
1.2
1.5
2.0
0
0.01
2c/ b2 0.1
b1
b2
Parameter tanah:
c, dan
H
tinggi lereng
B
lebar lereng
110
= 8m / 6m
= 0.57
= 1.33
Selanjutnya adalah dengan memplot nilai-nilai tersebut dalam gambar dan diperoleh:
SF = 0.7 dan SF c = 1.5 , Sehingga SF = 0.7 + 1.5 = 2.2
10
10
6
5
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
1.2
1.5
2.0
(de rajat) 10
6
b1 +b2
h
1.33 2
0
100
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
1.2
1.5
2.0
0
0.01
25
2c/ b2 0.1
111
0.57
7.8
dimana:
SF adalah faktor keamanan sumbangan dari sudut geser dalam
SF c adalah faktor keamanan sumbangan kohesi tanah
Perhitungan dengan coba-coba dihentikan bila diperoleh SF = SF c .
Selanjutnya faktor-faktor keamanan yang dihitung tersebut diplotkan
dalam bentuk grafik versus c/H untuk kemiringan lereng tertentu
seperti pada Gambar 77.a s/d e.
r
H
tinggi lereng
Parameter tanah:
c, dan
112
1.4
1.2
H
tinggi lereng
2c
H
Data tanah:
c, dan
0.8
SF = 2.5
0.6
2.0
0.4
1.6
1.4
0.2
0.6
0
0
10
20
30
0.8
1.2
40
(derajat)
Gambar 7.7.a Faktor keamanan untuk v : h = 1 :
113
50
2c
H
1.4
1.4
1.2
1.2
2c
H
0.8
SF = 2.5
0.6
0.8
SF = 2.5
0.6
2.0
0.4
0.4
1.6
0.2
0.2
0.8
0.6
1.2 1.4
0.6
0.8 1
0
0
10
20
30
40
50
(derajat)
10
20
30
2.0
1.6
1.4
1.2
40
(derajat)
114
50
2c
H
1.4
1.4
1.2
1.2
2c
H
0.8
0.6
0.8
0.6
SF = 2.5
v:h = 1:1.5
0.4
0.4
0.2
0.6
0
0
0.2
2.0
1.6
1.4
1 1.2
0.8
10
20
30
1:1.5
1:2
1:2
1:3
SF=2
1:3
SF=1
0
40
50
(derajat)
10
20
30
(derajat)
115
40
50
= 250
Solusi:
Data lereng:
Nilai v : h
H=6m
dan B = 3m
= H : B = 6m : 4m
= 1:
116
= 4/8.4
= 0.48
Selanjutnya adalah dengan memplot nilai 2c/(H) = 0.48 dengan
= 250 kedalam Gambar 7.7.a diperoleh:
~
SF 2.2
Dengan demikian lereng tersebut relatif aman terhadap
kelongsoran lingkaran karena memiliki nilai faktor keamanan
lebih dari 2.0
1.4
1.2
1
2c
H
0.8
SF = 2.5
0.6
0.48
2.0
0.4
1.6
0.2
0.8
0.6
0
0
10
20
25o
30
(derajat)
117
1.2 1.4
40
50
BAB VIII
8.1
118
adalah sama dengan tekanan pada bidang dikalikan dengan luas bidang
kontak dikurangi dengan tekanan air pada bidang tersebut.
Selanjutnya dengan mengacu pada teori kesetimbangan gaya-gaya, aksi
dan reaksi yang bekerja pada bidang datar tergantung dari besarnya
sudut kemiringan bidang (). Kesetimbangan gaya-gaya pada bidang
datar yang miring akan tetap terjadi sesuai dengan arah gaya terhadap
bidang datar tersebut (perhatikan gambar 8.1).
=0
N =Wtot u. L
hw
u = hw.w
L
Wtot
Gambar 8.1. Gaya normal pada bidang geser
atau
T = W tot sin
atau
119
Tmax
/T
8.2
D
T
W
N
Tmax
u.L
L=~
120
W tot = sat . D . 1
8.3
8.1
Dengan:
h w = D cos
Nilai gaya angkat akibat tekanan air pori adalah sebesar:
U apung = u.L
Dengan:
L =
/ cos
/cos
8.4
dan
T = W tot sin
8.5
8.6
121
Tmax
/T
8.7
c
sat = 1.6 t/m3
c = 0.2 kg/cm2
= 250
6m
8.3
122
8.4
dimana: h w = D = 1.0m
= 1 t/m . 1.0 m
= 1.0 t/m2
Sehingga:
1
N = 1.6 t/m . 0.80 1.0 t/m2 ( / 0.80 ) m
= 0.03 t/m
T = W sin
8.5
123
8.6
Tmax
/T
(2.51 t/m)
8.7
/ ( 0.96 t/m)
= 2.62
124
D
hw
c=0
u = w . hw
125
T max = N tg
= ( sat . D cos u/cos ) tg
Faktor Keamanan (Safety Factor = SF) adalah:
SF=
Tmax
/T
w.hw
sat D cos
cos
SF=
sat D sin
tg
8.8a
tg
1
tg
w.hw
sat D
cos -2
8.8b
126
tg
1
tg
cos -2
sat
8.9
w hw
cos -2 1.0
dry (D - h w ) + sat h w
8.10a
cos -2 1.0
sat
8.10b
127
filter/penyaring
dan pipa drain
Gambar 8.4. Drain dan filter pada lereng
10 m
hw ?
= 1.3 t/m3, sat = 1.7 t/m3
= 250
= tan-1 (10/40) = 140
128
tg
/tg
6.10
0.466
/0.25
= 1.87
2. Pada keadaan jenuh keseluruhan maka perlu ditentukan nilai berikut:
cos -2 1.0 ?
sat
1.0 t / m 3
cos -2 14 1.0 ?
3
1.7 t / m
tg
1
tg
cos -2
sat
8.9
129
=0
Tmax
/T
(cu /cos )
(sat . D sin )
130
cu
/ (
sat
sin . cos )
8.11
D cr =
cu
sat
H 2 + L2
HL
8.11
atau:
H 2 + L2
<
D cr
HL
c
Keruntuhan lereng permukaan biasanya terjadi hingga kedalaman 2m
saja. Sehingga untuk membuat lereng dari tanah lempung yang stabil
dalam dalam keadaan basah (hujan), maka perlu diperhatikan kombinasi
antara tinggi lereng H dan panjang L sedemikian rupa nilainya berada
dibawah batasan berikut:
H 2 + L2
< sat ( 2m )
HL
cu
8.12
131
5m
cu
sat
H 2 + L2
HL
8.11
132
D cr =
1.2
1.7
25 + 25
5 5
= 0.7 m 2
= 1.4 m
Waktu yang diperlukan untuk mencapai kedalaman kritis longsor
memanjang adalah :
Waktu =
1.4 m
/ (0.6 m/tahun)
= 2.33 tahun
Hal ini mempunyai arti bahwa bila pada awalnya lereng tersebut tidak
mengalami longsor, maka setelah tahun ke-2 mulai terjadi masalah
stabilitas pada lereng (kelongsoran) terutama pada saat terjadi hujan.
Buktikan bahwa lereng tersebut memang tidak mempunyai masalah
kestabilan pada awalnya dengan menghitung faktor keamanan lereng
menggunakan data-data diatas.
133
sat
H
T
hw
i=n
Tmax
n-1
n-2
3
i=1
134
Untuk setiap potongan (lihat Gambar 6.9) berat dari elemen tanah yang
diakibatkan oleh berat sendiri tanah adalah:
W tot = L (H h w ) + sat L h w
Gaya tekan air pada bidang geser:
U = w h w A
8.13
8.14
Selanjutnya gaya normal (N) dan gaya tangensial (T) yang bekerja
untuk masing-masing potongan dihitung seperti cara sebelumnya yaitu:
N = W cos U
T = W sin
8.15
8.16
8.17
8.18
Tmax
/ T
8.19
135
(c
SF =
i =1
W sin
i =1
b
3
2
1
L1
136
5m
= 1.4 t/m3
c = 0.2 kg/cm2
H=6m
= 250
sat = 1.7 t/m3
137
Solusi:
Untuk melakukan analisis dengan metoda potongan, maka harus dibuat
data geometrik dengan skala yang baik dari masing-masing potongan
pada bidang longsor seperti pada Gambar K.8.4.a. Data kekuatan tanah
diambil sama untuk keadaan jenuh dan tidak jenuh.
1.5 m
1.5 m
1.5 m
1.5 m
2.0 m
5
4
590
3
6.0 m
2
390
260
1
0
180
Skala : 1 m =
138
8.13
8.14
8.17
Data tanah:
= 1.4 t/m3, sat = 1.7 t/m3, c = 2 t/m2 dan = 250.
Faktor Keamanan (Safety Factor = SF)
n
(c
SF =
i =1
W sin
i =1
atau
SF=
Tmax
/ T
8.19
(o)
7
18
26
39
59
L
(m)
1.5
1.5
1.5
1.5
2.0
H
(m)
1.4
4.1
4.9
3.9
1.7
h w
(m)
1.4
2.6
1.9
0.9
0.0
W
(ton)
3.59
9.71
11.18
8.69
4.66
U
(ton)
1.4
2.6
1.9
0.9
0.0
N
(ton)
2.16
6.66
8.11
5.81
2.40
T=
T
(ton)
0.44
3.00
4.90
5.47
3.99
17.80
A
(m)
1.51
1.58
1.67
1.93
3.88
T max =
T max
(ton)
4.03
6.26
7.12
6.57
8.89
32.87
32.87
/17.80
= 1.85
Bila diperhatikan soal sebelumnya (Bab 6, Kasus 6.5), maka dapat
dilihat bahwa faktor keamanan lereng yang sama akan turun
dikarenakan adanya aliran air dalam lereng tersebut.
139
5m
c
b
= 1.4 t/m3
c = 0.2 kg/cm2
= 250
H=6m
L = 10m
h = 3.0 m
140
8.13
8.14
8.17
Tmax
/ T
8.19
L
(m)
1.5
1.5
1.0
2.0
2
H
(m)
0.9
2.8
3.4
2.3
0.8
h w
(m)
0.9
1.3
0.4
0.0
0.0
W
(ton)
2.39
6.50
4.84
6.30
2.10
U
(ton)
0.9
1.3
0.4
0.0
0.0
N
(ton)
0.98
3.89
3.50
5.04
1.68
T=
T
(ton)
1.43
3.90
2.90
3.78
1.26
13.28
A
(m)
1.88
1.88
1.25
2.50
2.50
T max =
T max
(ton)
4.20
5.56
4.13
7.35
5.78
27.03
27.03
/13.28
= 2.04
Bila diperhatikan soal sebelumnya (Bab 6, Kasus 6.1), maka dapat
dilihat bahwa faktor keamanan lereng yang sama juga akan turun
dikarenakan adanya aliran air dalam lereng tersebut.
Perhatikan dari Kasus 8.4 dan 8.5, bahwa keduanya memiliki data yang
sama tetapi untuk mempernudah perhitungan, pengambilan potongan
vertikal dilakukan sedikit berbeda.
141
BAB IX
PERKUATAN LERENG
142
143
144
145
pipa drain
Untuk jenis tanah yang sangat reaktif terhadap air (kembang susut,
lempung lunak, pasir sangat halus dan lanau) maka kondisi kadar air
dan muka air tanah dibelakang dinding sebaiknya dijaga konstan. Aliran
air keluar-masuk tanah pada tanah lanau dan pasir halus, dapat
membawa butiran-butiran tanah sehingga dapat menimbulkan ronggarongga dan saluran-saluran kecil (buluh). Keadaan ini akan menjadi titik
awal timbulnya ketidak-stabilan pada tanah dibelakang dinding. Bila hal
ini terjadi, maka dukungan tanah dibelakang dinding akan berkurang.
Hilangnya dukungan dinding ini akan menurunkan tahanan pasif tanah
sehingga dinding akan runtuh kearah timbunan itu sendiri.
146
Pada kasus-kasus tanah yang mudah tererosi oleh aliran air, maka
penggunaan filter pada draenase di sistem dinding penahan tanah sangat
dianjurkan. Tindakan penggunaan filter ini harus juga dilakukan dengan
pertimbangan teknis dan biaya. Pada gambar 9.4 diberikan beberapa
contoh pemasangan drain dan filter dibelakang dinding.
147
148
b. Penambatan batuan
Penambatan batuan berfungsi sebagai penahan atau pengikat
massa batuan yang akan bergerak terhadap massa batuan mantap. Tipe
gerakan pada batuan terdiri dari tipe runtuhan dan penjungkiran yang
bergerak melalui bidang lemahnya seperti kekar dan bidang pelapisan.
Tipe gerakan jenis ini dapat ditanggulangi dengan tumpuan beton, baut
batuan, pengikat beton, jangkar kabel (pengangkeran batu), jala kawat,
tembok penahan, beton semprot dan dinding tipis.
a. Gorden/jala kawat
149
150
9.1
9.2
Ko =
9.3
151
9.4
Ko = 1 - sin
152
9.5
K p = tan2 ( 45 +
/2 )
9.6
p = v K p + 2c
Kp
9.7
Kp .
9.8
9.8a
9.8b
153
9.8a
parameter tanah:
, c,
/3 H
H
Pp,
H Kp
2c K p
154
9.9
K a = tan2 ( 45 -
/2 )
9.10
a = v K a - 2c K a
9.11
a = - 2c K a
Sementara pada kedalaman z = H, tekanan berat sendiri tanah
memberikan harga tekanan tanah aktif:
a = H K a - 2c K a
Gaya resultan akibat tekanan aktif (gaya tekan aktif) adalah luas dari
diagram tegangan aktif seperti dapat dilihat pada Gambar 9.9, sebesar:
P a = P a, + P a,c
dengan
P a, = H2 K a
9.12
9.12a
P a,c = - 2c H K a
9.12b
155
9.12a
H
2
/3 H
parameter tanah:
, c,
Pa,c
Pa,
H Kp
2c K a
156
Arah kerja yang berlawanan dari tekanan tanah aktif akibat berat sendiri
P a, dan P a,c menunjukkan bahwa tekanan tanah aktif pada tanah yang
berkohesi pada kedalaman tertentu terdapat nilai resultan gaya akibat
tegangan yang sama dengan nol. Kedalaman tersebut disebut dengan
kedalaman kritis, H c . Kedalaman kritis mempunyai arti bahwa pada
tanah berkohesi, akan mempunyai keamanan kritis (=1) bila dilakukan
penggalian hingga kedalaman tersebut. Nilai H c dapat ditentukan pada
kedalaman dimana P a, dan P a,c mempunyai nilai yang sama (perhatikan
Gambar 9.10) sehingga memberikan nilai:
Hc =
4c
9.13
Ka
Ht
Ht Ka = 2c Ka
Hc
Pa,
Pa,c
parameter tanah: , c,
Gambar 9.10. Kedalaman retakan dan penggalian kritis
157
Ht = Hc =
2c
Ka
9.14
/3 H
Pa
H Ka - 2c Ka
Penyederhanaan
H Ka - 2c Ka
H Ka
2c
Tekanan aktif
158
P a, =
1
H ( H K a - 2c
2
Ka )
9.15
SF =
Gaya gaya..penahan....
Gaya gaya..pendorong
9.16
159
Nilai faktor keamanan lebih satu secara teori dapat dinyatakan aman
(melebihi kritis) namun dalam prakteknya angka keamanan minimum
yang digunakan dalam perencanaan dinding penahan tanah adalah 1,2
hingga 1,5 untuk keamanan terhadap geser, guling dan keruntuhan
keseluruhan. Sedangkan angka keamanan 2 sampai 5 digunakan untuk
daya dukung.
Penetapan nilai angka keamanan yang dicapai sangat tergantung pada
keyakinan penganalisis. Hal ini juga sangat terkait dengan data-data
yang dipergunakan dalam analisis stabilitas. Apabila data-data yang
dipergunakan lengkap sesuai dengan prosedur mulai dari
pengidentifikasian masalah, pengukuran, penyelidikan tanah dan
lainnya sesuai dengan acuan perencanaan (code) lengkap, maka dapat
diambil angka terendah (1,2 untuk kondisi statis). Sebaliknya apabila
data-data yang diperoleh terbatas, maka angka keamanan yang tinggi
menjadi pilihan yang menenangkan perencana.
Hal lain yang juga terkait dengan factor keamanan adalah pengalaman
dan metoda analisis yang digunakan. Dalam hal pengalaman, terkait
baik dengan pengalaman perencana maupun pengalaman dari kondisi
alam yang berhubungan dengan lereng yang sedang dianalisis.
Sedangkan apabila metoda analisis yang digunakan sesuai dan telah
mempertimbangkan sejumlah aspek stabilitas, maka keyakinan akan
hasil analisis menjadi meningkat dan menurunkan angka keamanan
minimum yang akan diambil.
Gaya-gaya penahan dan pendorong yang bekerja dalam sistem penahan
tanah meliputi gaya lateral aktif dan pasif, gaya berat dan gaya geser.
Secara umum analisis stabilitas dinding penahan tanah adalah sama,
namun dengan perbedaan bentuk dari masing-masing dinding, maka
gaya-gaya yang ditimbulkan dan bekerja pada masing-masing dinding
sedikit berbeda. Pembahasan tentang gaya-gaya yang bekerja serta
analisis stabilitas masing-masing dinding panahan tanah akan
dijabarkan bagian berikut.
160
161
Pa
W
MT
MT
T
qmin
..
MR
Pp
MO
qmax
Gambar 9.13. Gaya-gaya pada gravity wall
Dengan memperhatikan gaya-gaya yang bekerja pada sebuah dinding
penahan tanah seperti pada Gambar 9.13, nilai faktor keamanan gravity
wall dapat ditentukan sebagai berikut:
Keamanan terhadap guling:
SF =
MR
MO
9.16a
SF =
T + Pp
9.16b
Pa
162
SF =
q ult
dan q min > 0.0
q max
9.16c
9.17
q max =
Wtot
M
+ 1 T2
B
/6 B
9.18a
q min =
Wtot
M
1 T2
B
/6 B
9.18b
dan
163
dengan
9.19
Nilai
semua nilai
>10
=0
semua nilai
>10
=0
Rumus
s c = 1 + 0.2 K p (B/L)
s q = s = 1 + 0.1 K p (B/L)
sq = s = 1
d c = 1 + 0.2 (K p )0.5 (D/B)
d q = d = 1 + 0.1 (K p )0.5 (D/B)
dq = d = 1
semua nilai
o
i c = i q = 1 o
90
>0
o
i = 1 o
=0
i = 0
164
K p = tan 2 +
4 2
Nilai faktor kapasitas daya dukung N c , N q , N dari Meyerhof
selanjutnya dapat dihitung dengan menggunakan persamaan-persamaan
berikut:
N c = [ N q 1 ] cot
Nq = e
tan
9.20a
Kp
9.20b
N = [ N q 1 ] tan(1.4 )
9.20c
D
L
165
Kasus 9.1
Sebuah dinding dari pasangan batu kali dibuat dengan tujuan untuk
menahan tanah timbunan seperti terlihat pada Gambar K9.1. Tentukan
nilai stabilitas dinding tersebut terhadap guling dan geser.
0.5m 1.5m
Tanah dasar/asli:
c= 0.1 kg/cm2, = 25o, = 1.5 t/m3
Gambar K9.1. Dinding graviti batu kali
Solusi
Data:
-
166
x1
x2
Pa
ya
W1
titik
guling
W2
T
9.12a
dengan K a = tan2 ( 45 Pa
/2 )
167
9.10
30
/ 2 )]
168
9.17
= (W 1 +W 2 ) tg + c B
= (3.30t + 4.95t) tg 250 + (1t/m2 ) (2.0m)
= (8.25t /m') (0.466) + (2.0t/m' )
= 5.85 t (/m')
4. Momen diujung /tumit dari dinding, M R dan M O :
MR = W1 x1 + W2
x2
= (3.30t /m') (1.75m) + (4.95t /m') (1.0m)
= (5.775) + (4.950) t.m (/m' )
= 10.725 t.m (/m' )
M O = Pa ya
= 2.25 t (/m') (1.0m) + (4.95t /m') (1.0m)
= 2.25 t.m (/m' )
Selanjutnya dapat dihitung :
Faktor Keamanan terhadap guling:
SF =
M R 10.725
= 4.77
=
MO
2.25
9.16a
SF =
T + Pp
Pa
5.85t + 0
=2.60
2.25t
169
9.16b
170
WF
WC
Pa
. .
MT
qmin
MR
Pp
MO
qmax
171
SF =
MR
MO
9.16a
SF =
T + Pp
9.16b
Pa
SF =
q ult
dan q min > 0.0
q max
9.16c
172
Kasus 9.2
Sebuah dinding cantilever dari beton bertulang dibuat dengan tujuan
untuk menahan tanah timbunan seperti terlihat pada Gambar K9.2.
Tentukan nilai stabilitas dinding tersebut terhadap guling dan geser.
Tanah dasar/asli:
c2= 0.1 kg/cm2, 2 = 25o, 2 = 1.5 t/m3
T2 = 0.5m
173
W1
x1
W3
x3
titik
guling
Pa
ya
x2
W2
T
9.12a
2
dengan K a = tan ( 45 Pa
/2 )
174
9.10
30
/ 2 )]
175
SF =
M R 13.68
= 6.08
=
2.25
MO
9.16a
SF =
T + Pp
Pa
6.49 t + 0
=2.88
2.25t
9.16b
Dengan membandingkan kasus 9.1 dan kasus 9.2 terlihat bahwa berat
dinding graviti W tot = 5.85 t(/m') lebih berat dibanding dinding
cantilever (Wtot=4.8 t(/m'). Namun demikian, meski berat dinding
berkurang, tetapi dinding cantilever memberikan faktor keamanan lebih
tinggi. Hal ini menunjukkan keuntungan lebih dari dinding cantilever.
176
177
Pp
WN
WT
Pa
Wbf
W
M
Tbf
/P a
/ (W . x )
(Pp . sin )
/W N
(Pa . y )
> 1.2
9.21.a
> 1.5
9.21.b
> 3.0
9.21.c
178
2.0m
1.0m
Tanah dasar/asli:
c2= 0.1 kg/cm2, 2 = 25o, 2 = 1.5 t/m3
T2 = 0.5m
179
Solusi
Data: - timbunan: 1 = 1.5 t/m3
1 = 30o
- tanah asli : 2 = 1.5 t/m3
c 2 = 1 t/m2
2 = 25o
- dinding : C = 2.2 t/m3 (berat satuan pasangan batu)
Tinggi , H = 3.0m
Tebal atas, T 1 = 0.3m
Tebal bawah, T 2 = 0.5m
Lebar, B = 1.0m
Kemiringan, = tan-1 (3m/2m) = 56.30
Gaya-gaya yang bekerja dan garis kerjanya (jarak-jarak) serta
penyederhanaan bentuk dinding dapat dilihat pada Gambar K9.3b.
Penyederhanaan
bentuk dinding:
x=
(2m)
Pp
y =1m
Pa
WN
WT
W
Wbf
Tbf
180
9.12a
dengan K a = tan2 ( 45 Pa
/2 )
9.10
30
/ 2 )]
9.8a
2
dengan K p = tan ( 45 + / 2 )
Pp
181
9.6
9.17
182
= 4.10 t (/m')
SF =
W.x (2.38t)(2.0m)
= 2.11
=
Pa .y
(2.25t).(1m)
(masih >1.5)
SF =
Pp sin
WN
(20.25t)(sin 56.30 )
= 12.76
(1.32t)
(masih >3)
183
gaya
pendorong
gaya
penahan
184
daerah kerja
bawah air
185
186
BAB X
10.1. Pendahuluan
Bagian dinding penahan tanah beton bertulang ini merupakan
pembahasan akhir dari buku ini. Pembahasan mengenai tatacara
perhitungan kebutuhan tulangan untuk memperkuat konstruksi beton
bertulang pada dinding penahan tanah beton akan dibicarakan secara
singkat. Teori mengenai beton bertulang juga ditinjau seringkas
mungkin. Namun aplikasi praktis dari teori-teori tersebut untuk
keperluan perencanaan dinding penahan tanah beton bertulang
(terutama dinding kantilever) akan diuraikan secara jelas.
a. Kegagalan dinding penahan tanah
Secara garis besar kegagalan yang terjadi dalam sistem penahan
tanah dengan menggunakan dinding penahan tanah dapat dibagi
menjadi tiga buah:
1. Kegagalan sistem dinding-tanah, terdiri dari:
- Gagal akibat guling
- Kegagalan geser
- Gagal pondasi
2. Kegagalan menyeluruh
3. Kegagalan struktur dinding
- Gagal akibat momen
- Gagal akibat geser
187
a. Guling
b. Geser
c. Pondasi
Gambar 10.1. Kegagalan sistem dinding-tanah
188
189
a. Momen
b. Gaya geser
190
191
0.1 H
(Min 20 cm)
2%
1
0.15 H
(Min 50 cm)
0.5 s/d 0.7 H
Gambar 10.4. Dimensi penampang dinding graviti
192
0.1 H
(Min 20 cm)
min
2%
0.1 H
0.15 H
(Min 50 cm)
0.1 H
(Min 30 cm)
0.1 H
(Min 30 cm)
193
194
12 D
48 D
D
Gambar 10.6. Detail sambungan baja tulangan
195
Pg
W
Qe
Pa
Pp
Qb
Gambar 10.7. Beban kerja pada dinding penahan tanah
196
Lf
Mf
Mb
Mh
Lb
Lh
Mt
Lt
197
Kasus 10.1
Sebuah dinding kantilever dari beton bertulang dibuat dengan tujuan
untuk manahan tanah timbunan seperti terlihat pada Gambar K10.1.
Tentukan nilai-nilai gaya dalam momen dan geser pada titik-titik
penting di struktur dinding penahan tanah tersebut.
Tanah dasar/asli:
c2= 0.1 kg/cm2, 2 = 25o, 2 = 1.5 t/m3
T2 = 0.5m
198
P1
h = 2.5m
x1
x2
Pa
W
Q
Gambar K10.1.a. Gaya-gaya kerja pada dinding
Gaya-gaya yang bekerja pada dinding dihitung sebagai berikut:
1. Gaya tekanan aktif tanah timbunan, P:
Untuk tanah pasir (non-kohesif, c = 0), resultan gaya tekan aktif
hingga kedalaman z =H akibat berat tanah sendiri adalah:
P a, = H2 K a
9.12a
dengan K a = tan2 ( 45 P1
/2 )
199
9.10
30
/ 2 )]
30
/ 2 )]
= W c +W s = 1.2 t + 3.75 t
= 4.95 t (/m')
200
201
9.17
= 107.7 t (/m')
4. Momen pada dinding:
M f = P (y 1 )
= 0.39 t (/m') . (0.42 m)
= 0.1638 t.m (/m' )
M b = Pa y a
= 1.5625 t (/m') (0.83m)
= 1.3 t.m (/m' )
Mh = W x1
= 4.95 t (/m') (0.5m)
= 2.47 t.m (/m' )
atau M t = Q B 2
Mt = W x2 + Wt xt
= 4.95(0.8)+1.8(0.15) atau
= 107.7t/m( 1.2m)
'
atau
= 64.62 t.m (/m' )
= 4.23 t.m (/m )
5. Gaya geser pada dinding:
Tf = P1
= 0.39 t (/m')
T b = Pa
= 1.5625 t (/m')
Th = W
= 4.95 t (/m')
Tt
= W + Wt
= 6.65 t (/m')
atau
atau
202
= Q
= 107.7t/m
Tulangan
lentur utama
Tulangan pembagi
Tulangan
lentur utama
Tulangan tekan
203
10.1
Momen lentur, M
Tulangan tekan
Penampang tertekan
Garis
netral
Penampang tertarik
Tulangan tarik
c
s
Regangan
a
d1
Cs
Cc
d2
Ts
Gaya-gaya
204
dimana: M
Cc
Cs
d1
d2
Ts
10.2a
Cs = As s E
10.2b
Ts = As s E
10.2c
dimana: A s
As
s
s
E
/6 fc '
bd
(MPa)
10.2a
205
Vs = Av fy
dimana: f y
Av
ds
S
ds
S
(MPa)
10.2a
Gaya geser, V
ds
S
Tulangan geser
206
10000
20 cm
25 cm
30 cm
40 cm
50 cm
1000
60 cm
70 cm
80 cm
90 cm
100 cm
100
1
10
100
Momen pada dinding (t.m)
Gambar 10.12. Kebutuhan tulangan tarik terhadap momen lentur per meter
untuk mutu beton K-225 s/d K-300 (tebal dinding 20100 cm)
207
1000
60
50
40
30
20
K-225
10
K-250
K-300
0
0
20
40
60
80
100
120
208
209
Kasus 10.2
Sebuah dinding kantilever dari beton dengan mutu beton K-225, seperti
pada kasus 10.1 seperti terlihat pada Gambar K10.2a. Berdasarkan hasil
perhitungan nilai-nilai gaya dalam momen dan geser pada titik-titik
penting di struktur dinding penahan tanah tersebut (solusi kasus 10.1),
rencanakan perkuatan/penulangan dari dinding penahan tanah tersebut.
Tanah dasar/asli:
c2= 0.1 kg/cm2, 2 = 25o, 2 = 1.5 t/m3
T2 = 0.5m
210
Mf
Lf
Mb
Lb
Mt Mh
Lt
Lh
50
Th
Tb
Tt
40
30
20
K-225
10
K-250
K-300
0
0
20
40
60
80
100
211
120
10000
20 cm
25 cm
30 cm
40 cm
50 cm
1000
60 cm
70 cm
80 cm
90 cm
100 cm
100
1
10
100
1000
Mb Mh Mt
Gambar K10.2c. Menentukan jumlah tulangan lentur
Dengan memasukkan nilai-nilai momen kedalam Gambar 10.1 untuk
ketebalan dinding yang bersesuaian, diperoleh jumlah luas tulangan per
meter lebar dinding adalah:
Untuk momen (per meter dinding):
M f diperlukan luas tulangan 1100 (mm2) -->tulangan minimum.
M b diperlukan luas tulangan 1100 (mm2) -->tulangan minimum.
M h diperlukan luas tulangan 2000 (mm2) -->tulangan minimum.
M t diperlukan luas tulangan 2000 (mm2) -->tulangan minimum.
212
D22 300
D22 250
D22 150
213
BAB XI
ANALISIS DINAMIS
STABILITAS LERENG
214
215
(a / g )
(a / g )
h
11.1a
11.1b
( /)
Fh =W
(a /g)
W
Gambar 11.1. Gaya aksi pada bidang kemiringan
216
T
a. Gaya statis
WN = W cos
WT = W sin
W
FN =Fh sin
Fh
b. Gaya dinamis
FT = Fh cos
217
11.2a
- Arah normal
W N = W cos ( )
11.2b
Gaya dinamis:
- Arah tangensial:
F T = F h cos ( )
11.3a
- Arah normal
F N = F h sin ( )
11.3b
(a / g ) cos
11.4a
(a / g ) sin
11.4b
dan
- Arah normal
N = W cos W
218
Tmax
/T
11.5
dimana:
c
A
T
N
T max = N tg + c A
11.6
T
= sudut geser dalam tanah
= kohesi
= area atau luas dari bidang geser
= (panjang bidang longsor x 1 satuan)
= gaya tangensial yang meruntuhkan (persamaan 11.4a)
= gaya normal yang bekerja (persamaan 11.4b)
T
Tmax
219
11.7a
dimana adalah luas bidang yang longsor (luas abc pada Gambar 11.4)
lalu hitung gaya-gaya sejajar dan tegak lurus bidang keruntuhan:
F h =W
(a / g )
h
11.7b
(a / g ) cos
h
11.4a
(a / g) sin ]
h
tg + c L
c
b
Fh
T
Tmax
W
L
ah
a
Gambar 11.4. Stabilitas bidang datar
220
11.8
SF =
Tmax
/T
11.5
5m
c
b
= 1.4 t/m3
c = 0.2 kg/cm2
= 250
H=6m
L
a
ah = 0.25g
221
Solusi:
Menentukan berat bagian longsoran:
W=.
11.5a
(a / g )
h
= 21 t/m
11.7b
(0.25g/ g)
(a / g ) sin
h
(a / g) sin
h
222
11.4b
(a / g ) cos
h
11.4a
(a / g) cos
h
(a / g) sin ]
h
tg + c L
11.8
atau
T max = N tg + c A
11.6
Tmax
/T
(26.3609t/m)
11.5
/ ( 16.8 t/m)
= 1.57
223
Fh
T
W
Tmax
L=~
ah
224
W=.D.1
11.9
(a / g )
h
11.7b
11.4a
11.8
N = W cos F h sin
11.4b
dengan
Perlu diingat bahwa untuk lereng dengan kelongsoran tipe ini, sudut
bidang longsor, adalah sama dengan sudut kemiringan lereng, .
Panjang bidang longsor L = 1 / (cos )
Faktor Keamanan (Safety Factor = SF) adalah:
SF=
Tmax
/T
11.5
225
c
= 1.4 t/m3
c = 0.2 kg/cm2
= 250
6m
ah = 0.25g
11.9
226
(a / g )
h
= 1.4 t/m
11.7b
(0.25g/ g)
11.4b
11.4a
(a / g) sin ]
h
tg + c L
11.8
atau
T max = N tg + c / cos
227
11.8
Tmax
/T
(4.663 t/m)
11.5
/ ( 1.36782 t/m)
= 3.41
228
Fh
H
i=n
n-1
Tmax
n-2
3
i=1
ah
11.10
229
(a / g )
h
11.7b
11.4a
11.8
N = W cos F h sin
11.4b
dengan
11.8
SF=
Tmax
/ T
11.11
230
(c
SF=
i =1
a
Ai + Wi cos i W h sin i tan i )
g
n
a
Wi sin i + W h cos i
i =1
g
11.12
(c
SF =
i =1
A i + N i tan i )
11.13
T
i =1
231
5m
= 1.4 t/m3
c = 0.2 kg/cm2
= 250
H=6m
ah = 0.25g
Gambar K11.3. Data lereng metoda potongan
Solusi:
Untuk melakukan analisis dengan metoda potongan, maka harus dibuat
data geometrik dengan skala yang baik dari masing-masing potongan
pada bidang longsor seperti pada Gambar K.11.3.a. Perhitungan
selanjutnya dicantumkan dalam tabel dengan menggunakan persamaanpersamaan berikut:
W= L H
ah
F h =W
g
A = L/cos
N = W cos F h sin
T = W sin + F h cos
( /)
232
1.5 m
1.5 m
1.5 m
1.5 m
2.0 m
5
4
590
3
6.0 m
2
390
260
1
180
Skala : 1 m =
Data tanah:
= 1.4 t/m3, c = 2 t/m2 dan = 250.
Faktor Keamanan (Safety Factor = SF)
n
(c
SF =
i =1
A i + N i tan i )
6.15
T
i =1
233
i
1
2
3
4
n=5
L i
(m)
1.5
1.5
1.5
1.5
2
7
18
26
39
59
H i
(m)
1.4
4.1
4.9
3.9
1.7
Wi
(ton)
2.96
8.55
10.31
8.27
4.66
Ni
(ton)
2.84
7.47
8.14
5.12
1.40
T i =
SF =
32.79
/24.01
= 1.37
234
Ti
(ton)
1.09
4.68
6.84
6.81
4.59
24.01
A i
(m)
1.51
1.58
1.67
1.93
3.88
T max =
T max
(ton)
4.39
6.95
7.66
6.86
8.89
32.79
BAB XII
ANALISIS DINAMIS
DINDING PENAHAN TANAH
235
236
237
Fe2
Tv,2
T2
T1
Fe1
Th,2
W2
W1
SF =
MR
dan SF =
MO
T
H
R
s
238
239
Fe3
Fe2
Tv,1
W2
Fe1
W1
W3
T1
Th,1
240
SF =
MR
MO
dan SF =
T
H
R
s
241
B1 = 0.3 m
= 1.7 t/m3
cu = 1.75 t/m2
=0o
2.5 m
0.5 m
1.3 m
= 1.7 t/m3
cu = 3.5 t/m2
=0o
0.4g
242
Solusi
Data:
- timbunan : 1 = 1.7 t/m3
c 2 = 1.75 t/m2
1 = 0o
B1 = 0.3 m
H=3.0 m
= 1.7 t/m3
cu = 1.75 t/m2
=0o
x1
x2
Pa
Wa
ya
Wb
B2=1.0 m
Gambar K12.1.a. Gaya bekerja dan jaraknya
243
1 H
1 H -2c1Ka0.5
-2cKa0.5
Pa = luas segitiga
Pa = H (1 H - 2c1Ka0.5)
Gambar K12.1.b. Penyederhanaan gaya aktif
Tekanan Aktif :
P a, = H ( H K a - 2c Ka0.5)
Garis kerja
Ka =
Pa =
2.40
ya =
ya =
1.00
t/m
/3 H
244
1.00
Wa =
=
x1 =
Segitiga
( B1 H ) c
2.31
1.15
y1 =
1.50
=
x2 =
=
y1 =
B2 + B1
Wb =
t/m
m
m
( B2 H ) c
3.85
t/m
/3 B2
0.67
/3 H
1.00
T=
4.55
t/m
Tahanan Geser:
T = W tot tg + c B
1
MR = W1 x1 + W2 x2
(gaya
MR =
M 0 = Pa ya
4.48
(gaya
M0 =
2.40
penahan)
t/m
pengguling)
t/m
245
W tot =
5.28 t/(m)
Q = 5.80 t/(m)
inclinasi 24.444 derajat
1.30 m
B=
Kp
1.00
Nc
5.70
Qu =
Nq
1.00
148.96
Panjang=
N
0.00
50 m
sc sq=s
1.01 1.00
t/m
dc
1.08
D=
0.50 m
dq=d
1.04
ic=iq
i
0.53 0.00
Terhadap geser =
Terhadap guling =
=
=
3
Dukung pondasi =
=
T / Pa
1.90
M R /M o
1.87
Qu / Q
25.68
OK
OK
OK
Wa + Wb
5.28
x w1 =
=
W2 =
=
x w2 =
=
t/m
(x 1 .W a + x 2 .W b )/(W a + W b )
0.85
(H * H) untuk lempung
7.65
t/m
1
(B 1 + B 2 ) + / 3 H
2.30
246
F e1 = W 1 (a max /g)
1
=
2.11
t/m
y e1 = (y 1 .W a + y 2 .W b )/(W a + W b )
=
1.19
m
F e2 = W 2 (a max /g)
=
3.06
2
y e2 = / 3 H
=
2.00
T 1 diabaikan
t/m
T 2 dabaikan
Tahanan Geser:
T R = W tot tg + c B
TR =
4.55
t/m
5.17
t/m
T o = F e1 + F e2
To =
T R = W tot tg + c B
TR =
11.76
t/m
MR = W1 x1 + W2 x2
penahan
MR =
22.07
M 0 = F 1e y 1e + F 2e y 2e
t/m
pengguling
M0 =
247
8.63
t/m
B=
Nc
Kp
1.00 5.70
1.30 m
Nq
1.00
Qu =
Meyerhof (1965)
W tot =
5.28
t/(m)
Q=
7.39
t/(m)
inclinasi
44.41
Panjang=
N
0.00
derajat
50 m
D=
sc sq=s
dc dq=d
1.01 1.00 1.08 1.04
1
73.0 t/m
Terhadap geser =
(tanpa pasif) =
(dengan pasif) =
Terhadap guling =
Dukung pondasi =
T/
Pa
0.88
2.27
NotOK
OK
M R /M o
=
=
2.56
Qu / Q
9.75
248
OK
OK
0.50 m
ic=iq
0.26
i
0.00
0.3 m
1 = 1.7 t/m3
c1 = 0 t/m2
1 = 30o
3m
1m
0.5 m
0.4g
0.4 m
2 = 1.7 t/m3
c2 = 1 t/m2
2 = 20o
2.4 m
249
Data:
Timbunan:
Tanah Asli:
Dinding:
Konstanta:
1=
1.70
t/m
c1 =
0.00
t/m
1=
30.00
2=
1.70
t/m
c2 =
2.00
t/m
2=
20.00
c=
2.40
t/m
H=
3.00
Ta=
0.30
Tb=
0.40
D=
0.50
B=
2.50
Bt=
1.00
Ka =
0.33
(backfill)
Kp =
2.04
(depan)
P a, = H2 K a - 2c Ka0.5
Garis kerja
Pa =
3.47
t/m
ya =
1.17
W2 =
5.10
t/m
x2 =
1.90
y2 =
2.00
250
Wa
Pa
W2
Wb
Bawah
Wa =
2.94
t/m
x1 =
1.35
y1 =
2.00
Wb =
2.88
t/m
x2 =
1.20
y1 =
0.25
(diambil rata-rata)
Tahanan Geser:
T = W tot tg + c B
T=
6.37
t/m
M R = Wa xa + W b xb + W2 x2
MR =
251
17.12
penahan
t/m
M 0 = Pa ya
---> pengguling
M0 =
B=
2.40 m
Nc
Kp
2.04 14.83
Nq
6.40
Panjan
N
2.87
4.05
t/m
50 m
D=
dc dq=d
1.06 1.03
sc sq=s
1.02 1.01
1
Qu = 256.3 t/m
1.84
4.23
22.37
OK
OK
OK
b. Dinamis
Data:
Gaya dinamis:
1
W1 =
5.82
t/m
x1 =
1.28
W2 =
5.10
t/m
x2 =
1.90
W3 =
10.41
t/m
x3 =
3.57
F e1 =
y e1 =
2.33 t/m1
1.13
252
0.50 m
ic=iq
0.65
i
0.01
2.04 t/m1
F e2 =
y e2 =
2.00
4.17 t/m1
F e3 =
y e3 =
2.33
T 1 diabaikan
T 2 dabaikan
Untuk melihat letak gaya-gaya dinamis yang bekerja, perhatikan
kembali Gambar 12.4
Tahanan Geser:
Tanpa Tahanan pasif
T R = W tot tg + c B
TR =
6.37
t/m
T R = W tot tg + c B
TR =
9.66
t/m
T o = F e1 + F e2 + F e2
To =
8.53
t/m
M R = W a xa + Wb x b + W 2 x 2
MR =
penahan
54.25
t/m
t/m
M 0 = F 1e y 1e + F 2e y 2e + F 3e y 3e
M0 =
16.44
253
pengguling
B=
Nc
Kp
2.04 14.83
Meyerhof (1965)
W tot =
Q=
10.92
13.86
t/(m)
t/(m)
inclinasi
38.00
derajat
2.40 m
Nq
6.40
N
2.87
Panjan
50 m
sc sq=s
1.02 1.01
D=
dc dq=d
1.06 1.03
1
Qu = 144.0 t/m
Dukung pondasi =
0.75
1.13
3.30
NotOK
OK
OK
10.39
OK
254
0.50 m
ic=iq
0.33
i
0.81
12. 5. Diskusi
Dari hasil analisis dinamis terhadap kasus dinding penahan
tanah graviti maupun kantilever, manunjukkan bahwa dinding penahan
mempunyai faktor keamanan dinamis yang lebih kecil dibanding
kondisis statis. Perbedaan besarnya nilai faktor keamanan antara kondisi
statis dan dinamis tersebut sangat ditentukan oleh hal-hal pokok berikut:
1. Akselerasi yang diberikan.
2. Asumsi keruntuhan tanah.
3. Geometrik dari dinding.
4. Data tanah.
Sebagai contoh untuk kasus pada dinding graviti, bila akselerasi
maksimum yang diberikan sebesar 0.2g, maka faktor keamanan dinamis
adalah:
Terhadap geser = 2.35
Terhadap guling = 6.82
Dukung pondasi = 30.05
Nilai tersebut menjadi lebih besar dibanding faktor keamanan kondisi
statis yaitu:
Terhadap geser = 1.90
Terhadap guling = 1.87
Dukung pondasi = 25.68
Selanjutnya untuk kasus dinding penahan kantilever, apabila bidang
keruntuhan diasumsikan sama dengan bidang keruntuhan statis (kondisi
aktif) yakni sebesar 60o terhadap sumbu hirizontal, maka faktor
keamanan menjadi:
Terhadap geser = 0.94 (dengan pasif = 1.43)
Terhadap guling = 2.89
Dukung pondasi = 13.28
255
256
DAFTAR REFERENSI
1. Bowles, J (1988), Foundation Analysis and Design,
MsGraww-Hill, Singapore
2. Hakam, A (2004)a, Penstabilan Lereng,
Diktat
257
258
GLOSARIUM
259
260