Anda di halaman 1dari 21

ANALISIS KEMANTAPAN LERENG PADA PENAMBANGAN

BATUBARA
PT. BUKIT ASAM TANJUNG ENIM MUARA ENIM

PROPOSAL TUGAS AKHIR


Dibuat untuk memenuhi persyaratan dalam pelaksanaan
kerja praktek lapangan

OLEH :
HERY KURNIAWAN
97.046/TA

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN
YOGYAKARTA
1998

A. JUDUL
Analisis Kemantapan Lereng Pada Penambangan Batubara PT
Bukit Asam Tanjung Enim Muara Enim
B. ALASAN PEMILIHAN JUDUL
P.T. Bukit Asam Tanjung Enim Muara Enim dalam melakukan
aktifitas

penambangannya

salah

satunya

menggunakan

sistem

Surface Mining yang mempunyai pola penambangan berjenjang. Pola


yang demikian ini dapat mengakibatkan suatu masalah yaitu
keruntuhan pada jenjang itu sendiri.
Pembuatan jenjang dapat menimbulkan masalah terutama pada
batuan yang tidak kompak. Perubahan tegangan batuan yang besar
dapat mengakibatkan longsoran. Hal ini akan berbahaya bagi pekerja
yang

berada

dilokasi

penambangan

dan

juga

mengakibatkan

kerusakan pada alat-alat yang sedang beroperasi.


Pemilihan judul ini didasarkan pada jenis batuan yang ada di lokasi
penambangan

yang

merupakan

Batubara

yang

kemungkinan

terjadinya longsoran bisa saja terjadi dikarenakan adanya gaya-gaya


yang terjadi atau timbul baik dari dalam maupun dari luar.
Untuk mengatasi masalah ini perlu kita melakukan analisis
kemantapan lereng untuk rancangan geometris lereng agar dapat
memperkecil bahaya longsoran yang terjadi.

C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui apakah lereng hasil
proses penambangan itu aman / stabil dan menganalisa jenis
kelongsoran yang mungkin akan terjadi serta memberikan gambaran
seberapa jauh perubahan geometri lereng dapat dilakukan. Hal ini bisa
diketahui setelah data-data yang dibutuhkan untuk perhitungan
diperoleh,

yaitu

berupa

data-data

yang

akan

diperoleh

dari

penyelidikan maupun data penunjang lain sehingga angka faktor


keamanan lereng dapat ditentukan, data-data tersebut antara lain :
-

Data litologi

Peta topografi

Peta Geologi

Data-data Geoteknik.

Data-data penunjang lainnya .

D. PERUMUSAN MASALAH
Sistem penambangan terbuka yang berjenjang biasanya akan
menimbulkan masalah yaitu pada jenjangnya. Keruntuhan pada jenjang
dapat disebabkan oleh tidak sesuainya parameter geometri lereng
terhadap kekuatan batuan itu sendiri. Sehingga parameter-parameter
dan faktor lain yang mempengaruhi kemantapan lereng perlu diketahui
dan disesuaikan dengan kekuatan batuan, sehingga rancangan
geometris lereng penambangan dapat dibuat.

1. Mengetahui langkah-langkah penyelesaian masalah kestabilan


lereng,

mulai

dari

tahap

pekerjaan

persiapan,

penelitian

pendahuluan dan penyelidikan terinci sampai penentuan faktor


keamanan lereng sebagai tujuan akhir.
2. Dengan mengetahui urutan pekerjaan penelitian, didukung dengan
teori dasar yang baik serta data pendukung yang memadai maka
dapat dilakukan penyelidikan di lapangan maupun di laboratorium
untuk mendapatkan sejumlah data utama yang merupakan datadata parameter geomekanika untuk perhitungan dan analisa
kestabilan lereng.
3.

Faktor keamanan/ kemantapan lereng yang telah diperoleh dari


perhitungan dibandingkan dengan faktor keamanan lereng standar,
maka akan dapat diketahui apakah lereng tersebut aman atau
tidak.

E. PENYELESAIAN MASALAH
1. Dasar Teori
Dengan adanya pembuatan jenjang akan mempengaruhi
kemantapan lereng dan tegangan dipermukaan. Pada batuan yang
tidak kompak dengan adanya perubahan tegangan yang besar
dapat mengakibatkan kelongsoran. Tetapi apabila keadaan tidak
terganggu umumnya punya keseimbangan terhadap gaya gaya
yang timbul dari dalam dan apabila sebab yang diakibatkan adanya
pengangkutan, penurunan, penggalian, penimbunan erosi atau

aktivitas lainya, sehingga mengalami perubahan keseimbangan


maka massa batuan tersebut akan berusaha untuk mencapai suatu
keadaan keseimbangan yang baru dan alamiah.
Gaya yang bekerja pada bidang miring dengan sudut
maka berdasarkan hukum kuat geser Mohr~Coloumb :

= C + n tan

= W cos / A

= C + ( W cos / A ) tan

Kekuatan geser ( R ) yang bekerja untuk menahan geseran


pada dasar blok dinotasikan sebagai ( R = A )
R

= CA + W cos tan

Dalam keadaan seimbang / dalam keadaan kritis persamaan


diatas dapat digambarkan sebagai :
W sin

= CA + W cos tan

Dan apabila kohesi = 0, maka persamaan dapat menjadi :


W sin

= CA + W cos tan
=

dimana :

= Kekuatan Geser

( KN / M )

= Tegangan Normal

( KN / M )

= Berat Blok

( KN )

= Sudut Geser Dalam

( )

= Kohesi

( KN / M )

= Luas Area

( M )

Bila blok pada bidang miring sebesar dalam kondisi kering


dan nilai kohesi = 0, maka blok dalam kondisi seimbang, dimana
= .
Apabila blok dalam kondisi terdapat air, dimana kemiringan = ,
dan kohesi = , maka air dapat menimbulkan gaya tekan ke atas
sebesar
U

:
= uA

Sehingga dapat memperkecil tegangan normal yang bekerja pada


blok yang besarnya = n = W cos / A
Faktor faktor yang perlu diperhatikan dalam menganalisis
kemantapan suatu lereng adalah:
a. Geometri Lereng
Geometri lereng yang perlu diketahui adalah :

Orientasi (jurus dan kemiringan) lereng

Tinggi dan kemiringan (tiap-tiap jenjang).

Lebar jenjang (Berm).


Apabila suatu lereng mempunyai kemiringan yang tetap,

maka perubahan ketinggian akan mengakibatkan perubahan


kestabilan dari lereng yang bersangkutan karena berat material

lereng yang harus ditahan oleh kekuatan geser tanah / batuan


semakin besar , sehingga semakin tinggi lereng maka sudut
kemiringan lereng yang diperlukan akan semakin kecil.
b. Penyebaran Batuan
Macam penyebaran dan hubungan antar batuan yang
terdapat didaerah penyelidikan harus diketahui. Hal ini perlu
dilakukan karena sifat fisis dan mekanis batuan berbeda
sehingga kekuatan batuan dalam menahan bebannya sendiri
juga berbeda.
c. Relief Permukaan Bumi
Faktor

ini

mempengaruhi

laju

erosi,

pengendapan,

menentukan arah aliran air permukaan lebih besar dan


mengakibatkan pengikisan yang lebih banyak. Akibatnya adalah
banyak dijumpai singkapan-singkapan yang mempercepat
proses

pelapukan.

Batuan

akan

mudah

lapuk

dan

mempengaruhi kekuatan batuan. Pada akhirnya kekuatan


batuan menjadi kecil sehingga kemantapan lereng berkurang.
d. Struktur Geologi Regional Dan Lokal
Struktur geologi yang
diskontinuitas

atau

bidang

perlu diketahui adalah bidang


lemah

seperti

sesar,

kekar,

perlapisan, bidang ketidakselarasan dan sebagainya. Struktur


geologi ini merupakan bidang lemah dalam massa batuan dan
dapat menurunkan kemantapan lereng.

Struktur Geologi ini juga mempengaruhi kekuatan batuan


atau paling tidak merupakan tempat rembesan air sehingga
akan mempengaruhi cepat lambatnya pelapukan dimana
penentuan

arah

jurus

dan

kemiringan

bidang

tersebut

merupakan bagian yang sangat penting dalam melengkapi data


analisis.
e. Iklim dan curah hujan
Iklim berpengaruh terhadap kemantapan lereng karena iklim
mempengaruhi perubahan temperatur. Temperatur yang cepat
berubah akan mempercepat proses pelapukan batuan, yang
jelas mengurangi gaya tahan dari lereng tersebut . Untuk
daerah

tropis

pelapukan

berlangsung

lebih

cepat

dan

kelongsoran pada lereng lebih cepat berlangsung. Degan


kandungan

air pada pori batuan yang lebih besar dapat

menyebakan bertambahnya gaya penggerak untuk terjadinya


kelongsoran.
Untuk masalah curah hujan diman air mempunyai fungsi
sebagai pelarut dan sebagai media transportasi material pengisi
celah rekahan dimana akibat adanya kehadiran air tersebut
dapat menimbulkan tegangan air yang akan mengurangi
tegangan normal sehingga akan memperkecil kekuatan geser.
Adapun persamaan tegangan normal yang diakibatkan oleh
adanya air

n = ( W cos - U ) / A

Dimana :
n

= Tegangan Normal

= Gaya Angkat Air

= Area Pada Dasar Blok

= Sudut kemiringan Bidang Luncur

= Berat Blok yang meluncur

Faktor Keamanan :
Fk = ( CA + ( W cos - U ) tan ) / W sin + V
f. Sifat Fisis dan Mekanis Batuan
Sifat fisis dan mekanis batuan yang diperlukan sebagai data
menganalisis kemantapan lereng adalah :

Bobot isi

Porositas

Kandungan air

Kuat geser batuan dan bidang lemah

Kuat tekan uniaksial, kuat tarik, modulus deformasi, poison


ratio
Analisis kemantapan lereng untuk mengetahui sifat fisik dan

mekanik biasanya menggunakan metode numeriik.

Suatu istilah umum yang digunakan untuk menyatakan suatu


kemantapan

lereng

adalah

faktor

keamanan

atau

faktor

kemantapan. Faktor ini merupakan perbandingan antara gaya


penahan yang membuat lereng tetap mantap dengan gaya
penggerak yang menyebabkan lereng longsor. Secara matematis
rumus faktor keamanan lereng dapat dinyatakan sebagai berikut :

Fk =
Fp
Dimana :

Fk

=Faktor keamanan lereng

=Gaya penahan, berupa resultan gaya-gaya


yang membuat lereng tetap mantap.

Fp

=Gaya penggerak, berupa resultan gaya-gaya


yang menyebabkan lereng longsor

Pada keadaan,

F > 1 = Lereng dalam keadaan mantap/stabil


F = 1 = Lereng dalam keadaan seimbang
F < 1 = Lereng dalam keadaan tidak mantap

Dalam keadaan proses longsoran pada batuan dibedakan menjadi


4, yaitu :

Longsoran Bidang (Plane Failure)

Longsoran Baji (Wedge Failure)

Longsoran Busur (Circulair Failure)

Longsoran Guling (Toppling Failure)

Longsoran Bidang (Plane Failure)


Longsoran bidang merupakan suatu longsoran batuan yang
terjadi sepanjang bidang luncur yang dianggap rata. Bidang luncur
tersebut dapat berupa bidang sesar, rekahan maupun bidang
perlapisan. Syarat-syarat terjadinya longsoran adalah :
1. Terdapatnya bidang luncur bebas, berarti kemiringan bidang
luncur harus lebih kecil dari kemiringan lereng.
2. Arah bidang luncur searah atau mendekati sejajar dengan arah
lereng.
3. Kemiringan bidang luncur lebih besar dari pada sudut geser
dalam batuan.
4. Terdapatnya bidang bebas (tidak terdapat gaya penahan) pada
kedua sisi longsoran.

Longsoran Baji (Wedge Failure)


Longsoran baji dapat terjadi pada suatu batuan jika terdapat
lebih dari satu bidang lemah yang bebas saling berpotongan. Sudut
perpotongan antara bidang lemah tersebut harus lebih besar dari
sudut geser dalam batuan. Bidang lemah ini dapat berupa bidang
sesar, rekahan maupun bidang perlapisan. Cara longsoran baji

dapat melalui salah satu beberapa bidang lemahnya, atau melalui


garis perpotongan kedua bidang lemahnya.

Longsoran Busur (Circulair Failure)


Longsoran batuan yang terjadi sepanjang bidang luncur
disebut dengan busur. Longsoran busur akan terjadi pada tanah
atau material yang bersifat seperti tanah, yang diantara partikel
tanah tidak saling terikat satu sama lain. Dengan demikian
longsoran busur juga dapat terjadi pada batuan yang sudah lapuk
dan banyak terdapat bidang-bidang lemah maupun tumpukan
batuan hancur.

Longsoran guling (Toppling Failure)


Longsoran guling akan terjadi pada suatu lereng batuan
yang arah kemiringannya berlawanan dengan kemiringan bidangbidang lemahnya. Keadaan tersebut dapat digambarkan dengan
balok-balok yang diletakkan diatas sebuah bidang miring sebagai
berikut :
Jika > dan X/Yn < tan, maka balok akan meluncur kemudian
mengguling.
Jika < dan
mengguling.

X/Yn < tan,

maka balok akan langsung

Berdasarkan bentuk dan poros menggulingnya, maka


longsoran guling dibedakan menjadi tiga, yaitu :

Longsoran

guling

setelah

mengalami

lenturan

(Flexural

Toppling)

Longsoran guling yang beruupa balok (Block Toppling)

Longsoran gabungan dari kedua longsoran diatas (Block


Flexural Toppling)

2. Pengamatan Lapangan
Sebelum melakukan pengamamatan dan pengukuran tentang
analisis kemantapan, maka perlu diketahui beberapa hal terlebih
dahulu, yaitu :
a. Relief permukaan bumi
b. Penyebaran batuan
c. Iklim dan curah hujan
d. Gaya-gaya luar yang mempengaruhi
Kemudian

kita

melakukan

pengamatan

dan

pengukuran

terhadap kemantapan lereng, yaitu:


a. Pengukuran struktur geologi

Orientasi jurus dan kemiringan kekar

Orientasi jurus dan kemiringan bidang perlapisan

Orientasi jurus dan kemiringan bidang sesar


Hal ini dilakukan untuk arah dan jenis longsoran yang akan

terjadi bila jenis longsoran sudah diketahui maka akan lebih

mudah untuk menetukan kemantapan lereng dan metode analis


kemantapan lereng.

b. Pemboran
Pemboran dilakukan untuk memenuhi muka air tanah dan
data litologi batuan serta contoh batuan.
c. Pengukuran geometri lereng
Pengukuran geometri lereng dilakukan untuk mengetahui
jurus dan kemiringan lereng, ketinggian lereng, dan lebar
jenjang.
d. Pengamatan sifat fisik dan mekanik batuan
Pengamatan sifat fisik dan mekanik ini dilakukan di
laboratorium, meliputi bobot isi batuan, porositas, kandungan air
atau bobot isi air, kohesi batuan, sudut geser dalam, tegangan
normal, tegangan geser dan lain-lain.
Kemudian data hasil pengamatan dan pengukuran serta analisis
dilapangan dibandingkan dengan perhitungan secara teoritis.
3. Data Yang Diambil
Data-data yang diperlukan adalah :
a. Data

utama

yaitu

data

penting

yang

digunakan

untuk

membahas masalah-masalah yang dihadapi. Data utama yang


perlu diambil adalah data yang mempengaruhi kelongsoran.

b. Data pendukung yaitu data yang dapat mendukung data-data


dari lapangan guna menganalisis permasalahan yang ada untuk
mencari alternatif penyelesaian masalah. Data pendukung
dapat diambil dari laporan penelitian terdahulu dari perusahaan,
brosur perusahaan, dari data instansi yang terkait dan juga dari
literatur-literatur, seperti :
-

Data litologi

Peta topografi

Peta geologi

Curah hujan

4. Analisis Penyelesaian Masalah


Dalam menganalisa penyelesaian masalah sebelumnya
beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah :
a. Pengukuran struktur geologi regional yang ada
Adanya struktur kekar, sesar, atau patahan pada daerah
tersebut.
Alat yang dipakai adalah kompas geologi.
b. Pengukuran kondisi air tanah
Alat yang dipakai adalah alat bor.
c. Pengukuran geometri lereng
Alat yang dipakai dalah kompas geologi dan alat ukur.
d. Pengamatan sifat fisik dan mekanik batuan

Alat yang dipakai adalah sarana laboratorium seperti neraca


listrik, eskilator, pompa vacum, oven, alat bor inti, alat pemotong
batu, gerenda, jangka sorong, dial gauge, dan mesin kuat tekan
uniaksial.
Kemudian setelah hasilnya dicapai dan permasalahan dapat
diketahui dengan ditentukannya jenis longsoran kemudian
permasalahan yang timbul kita analisa. Metode yang sesuai
untuk

menganalisisdalam

penelitian

ini

penyusun

akan

menggunakan metode Hoek dan Bray, karena metode ini


merupakan

metode

yang

baik

dan

hasilnya

dapat

skripsi

ini

penyusun

akan

dipertanggungjawabkan.

F. METODOLOGI PENELITIAN
Dalam

menyusun

rencana

menggabungkan antara teori yang telah ada dengan keadaan yang


ada dilapangan, sehingga dari keduanya akan didapatkan pendekatan
masalah yang baik.
Adapun aturan penelitiannya adalah sebagai berikut :
1. Studi literatur
Studi ini dilakukan dengan mencari bahan-bahan pustaka yang
menunjang diperoleh dari :

Instansi yang terkait

Perpustakaan

Brosur-brosur, buletin

Informasi-informasi

Peta, grafik dan tabel

2. Penelitian di lapangan
Dalam

melaksanakan

penelitian

dilapangan

akan

dilakukan

beberapa tahap, yaitu :

Observasi lapangan dengan melakukan pengamatan secara


langsung dilapangan yang akan dibahas yang terjadi dan
mencari informasi-informasi pendukung yang berkaitan dengan
masalah.

Penentuan batas lokasi pengamatan.

Mencocokkan dengan perumusan masalah, yang bertujuan


agar penelitian yang dilakukan tidak meluas, data yang diambil
dapat digunakan secara efektif.

3. Pengambilan data

Mencatat keadaan yang terjadi, melakukan wawancara dan


pemotretan.

Melakukan pengukuran-pengukuran

4. Akuisisi data
Akuisisi data bertujuan untuk :

Mengumpulkan

data

dan

mengelompokkan

data

untuk

memudahkan analisa nantinya.

Mengolah nilai karateristik data-data yang mewakili obyek


pengamatan.

Mengetahui keakuratan data, sehingga kerja menjadi lebih


efisien.

5. Pengolahan data
Pengolahan

data

dengan

beberapa

perhitungan

dan

penggambaran, selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel-tabel,


grafik atau rangkaian perhitungan dalam menyelesaikan suatu
proses tertentu.
6. Analisis pengolahan data
Analisis

hasil

memperoleh

pengolahan

kesimpulan

data

dilakukan

sementara.

dengan

Selanjutnya

tujuan

kesimpulan

sementara tersebut akan diolah lebih lanjut dalam bagian


pembahasan.
7. Kesimpulan
Kesimpulan diperoleh setelah dilakukan korelasi antara hasil
pengolahan data yang telah dilakukan dengan permasalahan yang
teliti. Kesimpulan ini merupakansuatu hasil akhir dari semua aspek
yang telah dibahas.

G. JADWAL KEGIATAN PENELITIAN

No.

BulanI

BulanII

BulanIII

1 2 3 4

1 2 3 4

1 2 3 4

Jenis Waktu Kegiatan

Pengenalan lapangan

Pengambilan data

Pengolahan data

Analisis data

H. RENCANA DAFTAR PUSTAKA


1. Bowless, Sifat Fisis dan Geoteknis Tanah, Edisi Kedua, Penerbit
Erlangga, Jakarta, 1989.
2. Hoek E. Brown E.T, Underground Excavation in Rock, The
Institution of Mining and Metallurgy, London, 1980.
3. Hok, Ever and Bray, J.W, Rock Slope Engineering, Revised Third
Edition, Institution of Mining and Metallurgy, London, 1980.
4. Lambe. William T, and Whitman, Robert V, Soil Mechanics, John
Willey And Sons inc, New york,1969.

5. Soejoedi Soerachmad dan Mohammad Alam Hakim, Informasi


Teknologi, Majalah Persatuan Insinyur Indonesia (PII) no.
5/xxxiii/1985.
6. Soedarto Notosiswojo dan Partanto Prodjosumarto, Pengantar
Analisis
Kemantapan
Lereng,
Jurusan
Teknik
Pertambangan, Bandung,1985.

RENCANA DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I. PENDAHULUAN
II. TINJAUAN UMUM
A. Geografi
B. Geologi
C. Iklim
D. Genesa
E. Penambangan
F. Keadaan air tanah
G. Keadaan lereng
III. TEORI KEMANTAPAN LERENG
A. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemantapan Lereng.
B. Mekanika Dasar Longsoran Lereng Batuan.
C. Macam-Macam Kelongsoran Batuan.
D. Metode Analisis kemantapan Lereng
E. Penentuan Nilai Faktor Keamanan Lereng
IV. PENGAMATAN DAN LABORATORIUM
A. Pemboran Inti Dan Penampungan Lubang Bor
B. Pengambilan Contoh Batuan
C. Pengukuran Struktur Geologi
D. Pengukuran Geometri Lereng

E. Pengamatan Laboratorium
V. ANALISIS KEMANTAPAN LERENG
A. Kondisi Lapangan
B. Analisis Kemantapan Lereng
1. Metode Bishop
2. Metode Hoek dan Bray
C. Langkah Untuk Pencegahan Kelongsoran

VI. PEMBAHASAN
VII.

KESIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai