Anda di halaman 1dari 11

PRODI TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

KULIAH REKAYASA GEOTEK


TUGAS NO 2

STABILITAS LERENG

Dibuat Oleh :

Muhamad Surya Awaludin


100.701.18.058
Kelas C

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
1442 H / 2020 M
PRODI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

Perkuliahan dan Tugas 2 Rekayasa Geoteknik


Ketentuan :

- Tugas dikumpulkan sebagai bukti absensi dan nilai mingguan


- Format pengiriman tugas dalam bentuk word
- Format pengiriman : SG_RG_Tugas1_kelas_ NPM _Nama
- Tugas dikerjakan secara mandiri, tidak bekerja sama dengan teman lainnya.
- Tugas dikumpulkan 3 hari setelah tugas diberikan

Tugas
Jelaskan secara rinci (Sadur), tambahkan beberapa tambahan seperti gambar atau tabel yang
mendukung penjelasan yang terkait sebagai berikut;

- Stabilitas lereng (Pengertian, Faktor yang mempengaruhi, dll) sesuai poin-poin dalam
modul, serta tambahkan dari berbagai literatur lainnya.

JAWABAN
A. Definisi Umum
Pada umumnya lereng dibagi menjadi dua macam yaitu lereng alam dan lereng buatan.
Kestabilan dari suatu lereng pada kegiatan penambangan dipengaruhi oleh kondisi geologi
daerah setempat, bentuk keseluruhan lereng pada lokasi tersebut, kondisi air tanah setempat,
faktor luar seperti getaran akibat peledakan ataupun alat mekanis yang beroperasi dan juga dari
teknik penggalian yang digunakan dalam pembuatan lereng. Faktor pengontrol ini jelas sangat
berbeda untuk situasi penambangan yang berbeda dan sangat penting untuk memberikan
aturan yang umum untuk menentukan seberapa tinggi atau seberapa landai suatu lereng untuk
memastikan lereng itu akan tetap stabil.
Lereng adalah suatu bidang di permukaan tanah yang menghubungkan permukaan tanah
yang lebih tinggi dengan permukaan tanah yang lebih rendah. Lereng dapat terbentuk secara
alami dan dapat juga dibuat oleh manusia. Dalam bidang Teknik Sipil, ada tiga jenis lereng
yaitu: 1. Lereng alam, yaitu lereng yang terbentuk karena proses-proses alam, misalnya lereng
suatu bukit. 2. Lereng yang dibuat dengan tanah asli, misalnya apabila tanah dipotong untuk
pembuatan jalan atau saluran air untuk keperluan irigasi. 3. Lereng yang dibuat dari tanah yang
dipadatkan, sebagai tanggul untuk jalan atau bendungan tanah. Pada ketiga jenis lereng ini
kemungkinan untuk terjadi longsor selalu ada, karena dalam setiap kasus tanah yang tidak rata
akan menyebabkan komponen gravitasi dari berat memiliki kecenderungan untuk
PRODI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

menggerakkan massa tanah dari elevasi lebih tinggi ke elevasi yang lebih rendah. Pada tempat
dimana terdapat dua permukaan tanah yang berbeda ketinggiannya, maka akan ada gaya-gaya
yang bekerja mendorong sehingga tanah yang lebih tinggi kedudukannya cenderung bergerak
kearah bawah. Disamping gaya yang mendorong ke bawah terdapat pula gaya-gaya dalam
tanah yang bekerja menahan/melawan sehingga kedudukan tanah tersebut tetap stabil.
Gayagaya pendorong berupa gaya berat, gaya tiris/muatan dan gaya-gaya inilah yang
menyebabkan kelongsoran. Gaya-gaya penahan berupa gaya gesekan/geseran, lekatan (dari
kohesi), kekuatan geser tanah. Jika gaya-gaya pendorong lebih besar dari gaya-gaya penahan,
maka tanah akan mulai runtuh dan akhirnya terjadi keruntuhan tanah sepanjang bidang yang
menerus dan massa tanah diatas bidang yang menerus ini akan longsor. Peristiwa ini disebut
sebagai keruntuhan lereng dan bidang yang menerus ini disebut bidang gelincir.

Gambar 1.
Kemantapan Lereng

B. Faktor Keamanan Lereng


Faktor keamanan lereng secara sederhana adalah perbandingan antara gaya penahan
terhadap gaya penggerak, kestabilan dari suatu lereng pada kegiatan penambangan
dipengaruhi oleh kondisi geologi daerah ketempat, bentuk keseluruhan lereng pada lokasi
tersebut, kondisi air tanah setempat, faktor luar seperti getaran akibat peledakan ataupun alat
mekanis yang beroperasi dan juga dari teknik penggalian yang digunakan dalam pembuatan
lereng. Faktor pengontrol ini jelas sangat berbeda untuk situasi penambangan yang berbeda
dan sangat penting untuk memberikan aturan yang umum untuk menentukan seberapa tinggi
atau seberapa landai suatu lereng untuk memastikan lereng itu akan tetap stabil.
Apabila kestabilan dari suatu lereng dalam operasi penambangan meragukan, maka
analisa terhadap kestabilannya harus dinilai berdasarkan dari struktur geologi, kondisi air tanah
dan faktor pengontrol lainnya yang terdapat pada suatu lereng.
PRODI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

Kestabilan lereng penambangan dipengaruhi oleh geometri lereng, struktur batuan, sifat
fisik dan mekanik batuan serta gaya luar yang bekerja pada lereng tersebut. Suatu cara yang
umum untuk menyatakan kestabilan suatu lereng penambangan adalah dengan faktor
keamanan. Faktor ini merupakan perbandingan antara gaya penahan yang membuat lereng
tetap stabil, dengan gaya penggerak yang menyebabkan terjadinya longsor.
Faktor keamanan (FK) lereng tanah dapat dihitung dengan berbagai metode. Longsoran
dengan bidang gelincir (slip Surface), F dapat dihitung dengan metode sayatan (slice method)
menurut Fellinius atau Bishop. Untuk suatu lereng dengan penampang yang sama, cara
Fellinius dapat dibandingkan nilai faktor keamanannya dengan cara Bishop.
Data yang diperlukan dalam suatu perhitungan sederhana untuk mencari nilai FK
(Faktor keamanan lereng) adalah sebagai berikut :
1. Data lereng atau geometri lereng (terutama diperlukan untuk membuat penampang lereng).
Meliputi : sudut Kemiringan lereng, tinggi lereng dan lebar jalan angkut atau berm pada
lereng tersebut.
2. Data mekanika tanah
a. Sudut geser dalam (ɸ)
b. Bobot isi tanah atau batuan (γ)
c. Kohesi (c)
d. Kadar air tanah (ω)
3. Faktor Luar
a. Getaran akibat kegiatan peledakan,
b. Beban alat mekanis yang beroperasi, dll.

Gambar 2.
Nilai Kestabilan Lereng
C. Faktor yang Mempengaruhi Kestabilan Lereng
PRODI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam menganalisa kestabilan lereng


penambangan adalah sebagai berikut : (Ir. Karyono M.T, Diklat Perencanaan Tambang
Terbuka, Unisba).
1. Kuat Geser Tanah atau Batuan
Kekuatan yang sangat berperan dalam analisa kestabilan lereng terdiri dari sifat fisik dan
sifat mekanik dari batuan tersebut. Sifat fisik batuan yang digunakan dalam menganalisa
kemantapan lereng adalah bobot isi tanah (g), sedangkan sifat mekaniknya adalah kuat geser
batuan yang dinyatakan dengan parameter kohesi (c) dan sudut geser dalam (f). Kekuatan
geser batuan ini adalah kekuatan yang berfungsi sebagai gaya untuk melawan atau menahan
gaya penyebab kelongsoran.
a. Bobot isi tanah atau batuan
Nilai bobot isi tanah atau batuan akan menentukan besarnya beban yang diterima
pada permukaan bidang longsor, dinyatakan dalam satuan berat per volume. Bobot isi
batuan juga dipengaruhi oleh jumlah kandungan air dalam batuan tersebut. Semakin
besar bobot isi pada suatu lereng tambang maka gaya geser penyebab kelongsoran
akan semakin besar. Bobot isi diketahui dari pengujian laboratorium. Nilai bobot isi
batuan untuk analisa kestabilan lereng terdiri dari 3 parameter yaitu nilai Bobot isi
batuan pada kondisi asli (gn), kondisi kering (gd) dan Bobot isi pada kondisi basah
(gw).
b. Kohesi
Kohesi adalah gaya tarik menarik antara partikel dalam batuan, dinyatakan dalam
satuan berat per satuan luas. Kohesi batuan akan semakin besar jika kekuatan
gesernya makin besar. Nilai kohesi (c) diperoleh dari pengujian laboratorium yaitu
pengujian kuat geser langsung (direct shear strength test) dan pengujian triaxial
(triaxial test).
c. Sudut geser dalam (f)
Sudut geser dalam merupakan sudut yang dibentuk dari hubungan antara tegangan
normal dan tegangan geser di dalam material tanah atau batuan. Sudut geser dalam
adalah sudut rekahan yang dibentuk jika suatu material dikenai tegangan atau gaya
terhadapnya yang melebihi tegangan gesernya. Semakin besar sudut geser dalam
suatu material maka material tersebut akan lebih tahan menerima tegangan luar yang
dikenakan terhadapnya.
PRODI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

Untuk mengetahui nilai kohesi dan sudut geser dalam, dinyatakan dalam persamaan
berikut :
τnt = σn tan f + c
Dimana :
τnt = tegangan geser
σn = tegangan normal
f = sudut geser dalam
c = kohesi
Prinsip pengujian direct shear strength test atau juga dikenal dengan shear box test
adalah menggeser langsung contoh tanah atau batuan di bawah kondisi beban normal tertentu.
Pergeseran diberikan terhadap bidang pecahnya, sementara untuk tanah dapat dilakukan
pergeseran secara langsung pada conto tanah tersebut. Beban normal yang diberikan
diupayakan mendekati kondisi sebenarnya di lapangan.
2. Struktur geologi
Keadaan struktur geologi yang harus diperhatikan pada analisa kestabilan lereng
penambangan adalah bidang-bidang lemah dalam hal ini bidang ketidakselarasan
(discontinuity).
Ada dua macam bidang ketidakselarasan yaitu :
a. Mayor discontinuity, seperti kekar dan patahan.
b. Minor discontinuity, seperti kekar dan bidang-bidang perlapisan.
Struktur geologi ini merupakan hal yang penting di dalam analisa kemantapan lereng
karena struktur geologi merupakan bidang lemah di dalam suatu masa batuan dan dapat
menurunkan atau memperkecil kestabilan lereng.
3. Geometri lereng
Description: aGeometri lereng yang dapat mempengaruhi kestabilan lereng meliputi tinggi
lereng, kemiringan lereng dan lebar berm (b), baik itu lereng tunggal (Single slope) maupun
lereng keseluruhan (overall slope). Suatu lereng disebut lereng tunggal (Single slope) jika
dibentuk oleh satu jenjang saja dan disebut keseluruhan (overall slope) jika dibentuk oleh
beberapa jenjang.
Lereng yang terlalu tinggi akan cenderung untuk lebih mudah longsor dibanding dengan
lereng yang tidak terlalu tinggi dan dengan jenis batuan penyusun yang sama atau homogen.
Demikian pula dengan sudut lereng, semakin besar sudut kemiringan lereng, maka lereng
PRODI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

tersebut akan semakin tidak stabil. Sedangkan semakin besar lebar berm maka lereng tersebut
akan semakin stabil.
4. Tinggi muka air tanah
Muka air tanah yang dangkal menjadikan lereng sebagian besar basah dan batuannya
mempunyai kandungan air yang tinggi, kondisi ini menjadikan kekuatan batuan menjadi rendah
dan batuan juga akan menerima tambahan beban air yang dikandung, sehingga menjadikan
lereng lebih mudah longsor.
5. Iklim
Iklim berpengaruh terhadap kestabilan lereng karena iklim mempengaruhi perubahan
temperatur. Temperatur yang cepat sekali berubah dalam waktu yang singkat akan
mempercepat proses pelapukan batuan. Untuk daerah tropis pelapukan lebih cepat
dibandingkan dengan daerah dingin, oleh karena itu singkapan batuan pada lereng di daerah
tropis akan lebih cepat lapuk dan ini akan mengakibatkan lereng mudah tererosi dan terjadi
kelongsoran.
6. Gaya luar
Gaya luar yang mempengaruhi kestabilan lereng penambangan adalah beban alat
mekanis yang beroperasi diatas lereng, getaran yang diakibatkan oleh kegiatan peledakan, dll.

D. Data yang Diperlukan untuk Merancang Lereng


Data yang diperlukan pada saat merancang kestabilan lereng pada suatu daerah harus
mengacu pada faktor-faktor yang akan mempengaruhi kestabilan lereng tersebut yang telah
dijelaskan, yaitu sebagai berikut:
1. Struktur geologi lereng
2. Parameter kuat geser
3. Beban dinamis
4. Macam material pembentuk lereng
5. Distribusi air pada lereng
6. Gempa bumi

E. Metode Analisis Kestabilan Lereng


1. Metode Fellenius Ada beberapa metode untuk menganalisis kestabilan lereng, yang
paling umum digunakan ialah metode irisan yang dicetuskan oleh Fellenius (1939). Metode ini
PRODI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

banyak digunakan untuk menganalisis kestabilan lereng yang tersusun oleh tanah, dan bidang
gelincirnya berbentuk busur (arc-failure). Menurut Sowers (1975), tipe longsorang terbagi
kedalam 3 bagian berdasarkan kepada posisi bidang gelincirnya, yaitu longsorang kaki lereng
(toe failure), longsorang muka lereng (face failure), dan longsoran dasar lereng (base failure).
Longsoran kaki lereng umumnya terjadi pada lereng yang relatif agak curam (>450) dan tanah
penyusunnya relatif mempunyai nilai sudut geser dalam yang besar (>300). Longsoran muka
lereng biasa terjadi pada lereng yang mempunyai lapisan keras (hard layer), dimana ketinggian
lapisan keras ini melebihi ketinggian kaki lerengnya, sehingga lapisan lunak yang berada diatas
lapisan keras berbahaya untuk longsor. Longsoran dasar lereng biasa terjadi pada lereng yang
tersusun oleh tanah lempung, atau bisa juga terjadi pada lereng yang tersusun oleh beberapa
lapisan lunak (soft seams).
2. Metode Bishop
a. Metode ini pada dasarnya sama dengan metode swedia, tetapi dengan
memperhitungkan gaya-gaya antar irisan yang ada. Metode Bishop mengasumsikan
bidang longsor berbentuk busur lingkaran
b. Pertama yang harus diketahui adalah geometri dari lereng dan juga titik pusat busur
lingkaran bidang luncur, serta letak rekahan
c. Untuk menentukan titik pusat busur lingkaran bidang luncur dan letak rekahan pada
longsoran busur dipergunakan grafik.
Metode Bishop yang disederhanakan merupakan metode sangat populer dalam analisis
kestabilan lereng dikarenakan perhitungannya yang sederhana, cepat dan memberikan hasil
perhitungan faktor keamanan yang cukup teliti. Kesalahan metode ini apabila dibandingkan
dengan metode lainnya yang memenuhi semua kondisi kesetimbangan seperti Metode Spencer
atau Metode Kesetimbangan Batas Umum, jarang lebih besar dari 5%. Metode ini sangat cocok
digunakan untuk pencarian secara otomatis bidang runtuh kritis yang berbentuk busur lingkaran
untuk mencari faktor keamanan minimum.
3. Metode Janbu
a. Metode ini digunakan untuk menganalisis lereng yang bidang longsornya tidak
berbentuk busur lingkaran.
b. Bidang longsor pada analisa metode janbu ditentukan berdasarkan zona lemah yang
terdapat pada massa batuan atau tanah.
PRODI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

Cara lain yaitu dengan mengasumsikan suatu faktor keamanan tertentu yang tidak terlalu
rendah. Kemudian melakukan perhitungan beberapa kali untuk mendapatkan bidang longsor
yang memiliki faktor keamanan terendah.
Metode Janbu, untuk tanah berbutir kasar : Qp = Ap (c · Nc’+ q’· Nq’) Dimana : c = Kohesi
tanah (kN/m2) Nc’, Nq’ = Faktor daya dukung ujung tiang berdasarkan tabel Janbu . Faktor
Daya Dukung Ijin Dengan Sudut Geser Dalam Janbu (1954) mengembangkan suatu cara
analisa kemantapan lereng yang dapat diterapkan untuk semua bentuk bidang longsor.
PRODI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim. 2013. ”Kestabilan Lereng Tambang”. http://lerengtambang.blogspot.com/

2. Buku Petunjuk Teknis Perencanaan dan Penanganan Longsoran, Direktorat Jenderal Bina
Marga Direktorat Bina Teknik.

3. Irwandy, Arif. 2000. “Tambang Terbuka”. Buku Ajar. Jurusan Teknik Pertambangan ITB.

4. Prof. Ir. Partanto P., Ir. Zaenal, MT. 2006. “Tambang Terbuka” Universitas Islam Bandung
PRODI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

Anda mungkin juga menyukai