Anda di halaman 1dari 18

1.

Dalam analisa geoteknik konsep Mohr Coulomb memegang peranan penting,


beri penjelasan pengertian Mohr Coulomb dan bagaimana aplikasi dari
Mohr Coulomb tersebut?

Kriteria plastis Mohr-Coulomb


Untuk menginterpretasi hasil yang didapat dari uji triaksial, pada umumnya
digunakan model elastik Mohr-Coulomb.
Padahal diluar sana ada puluhan (bahkan ratusan) model tanah yang bisa
digunakan.
Model elastik Mohr-Coulomb digunakan karena simplisitasnya, dimana pada
model ini:

Tanah diasumsikan sebagai material elastik

Setelah

tanah

mencapai

tegangan

lelehnya,

tanah tidak

memiliki plastic

flow (artinya tidak ada hardening/softening) alias perfectly plastic

Characteristic state (titik perubahan dari kondisi kompresi ke dilasi) terjadi


bersamaan dengan yield dari tanah
Batas plastis dari kriteria Mohr-Coulomb dengan persamaan berikut

Persamaan ini sesungguhnya ingin menyatakan bahwa kapasitas tahanan geser


tanah ( ), sama dengan tahanan geser intrinsik di tanah (kohesi) plus tahanan
geser hasil gesekan antara partikel tanah
Dimana

adalah kohesi tanah, yang merupakan tahanan geser intrinsik yang

dimiliki tanah.
Kohesi dapat dirasakan saat kita meremas lempung yang basah, lempung tersebut
tidak kembali ke bentuk asalnya karena kohesi lempung merekatkan lempung
tersebut

Kohesi lempung (sumber)

Sedangkan

adalah sudut geser tanah.

Apa makna sudut geser tanah? Pada kondisi tanpa tegangan pengekang, sudut geser
tanah ini dapat kita lihat saat kita ambil sejumlah pasir dan kita tuang diatas
permukaan, pasir tersebut akan membentuk sudut tertentu dengan permukaan. Inilah
makna fisik dari sudut geser tanah pada kondisi tanpa tegangan pengekang (dalam
bahasa inggris: natural angle of repose)

Sudut geser pasir (sumber disini)

Dua parameter inilah yang menentukan letak permukaan plastis dari kriteria plastis
Mohr-Coulomb
Pada buku-buku mekanika tanah yang umum dijumpai, gambar permukaan runtuh
(plastis) Mohr-Coulomb digambarkan dalam sumbu Mohr sebagai berikut :

Mohr-Coulomb 2D

Sesungguhnya persamaan tersebut dapat juga dibuat dalam 3D (dengan sumbu

permukaan bidang runtuhnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini (seperti cone es krim).
Jadi saat dikatakan failure/rupture surface, memang faktanya bidang keruntuhan itu memang
merupakan suatu permukaan

Mohr-Coulomb 3D

Pada model elastik-plastik sempurna seperti model Mohr-Coulomb, permukaan ini tidak
berevolusi (tidak membesar/mengecil dan tidak berpindah).
Tanah hanya mampu menahan kombinasi tegangan yang tidak melampaui permukaan MohrCoulomb tersebut.
Dengan melakukan uji triaksial, kita dapat mengakses 2 properti tanah yang didasari pada
model keruntuhan Mohr-Coulomb, yang pertama adalah kohesi tanah , sedangkan yang
kedua adalah sudut geser tanah

2. Pada analisa stabilitas tidak akan lepas dari nilai factor keamanan lereng
(FK). Beri penjelasan tentang pengertian factor kemanan lereng ini ?
Faktor Kestabilan Lereng Dalam menentukan kestabilan atau kemantapan
lereng dikenal istilah faktor keamanan (safety factor) yang merupakan
perbandingan antara gaya- gaya yang menahan gerakan terhadap gaya-gaya yang
menggerakkan tanah tersebut dianggap stabil, bila dirumuskan sebagai berikut :
Faktor kemanan (F) = gaya penahan / gaya penggerak Dimana untuk keadaan :
F > 1,0 : lereng dalam keadaan mantap
F = 1,0 : lereng dalam keadaan seimbnag, dan siap untuk longsor
F < 1,0 : lereng tidak mantap Jadi dalam menganalisis kemantapan lereng
akan selalu berkaitan dengan perhitungan untuk mengetahui angka faktor
keamanan dari lereng tersebut. Data yang diperlukan dalam suatu perhitungan
sederhana untuk mencari nilai FK (Faktor keamanan lereng) adalah sebagai
berikut :
1. Data lereng atau geometri lereng (terutama diperlukan untuk membuat
penampang lereng). Meliputi : sudut Kemiringan lereng, tinggi lereng dan lebar
jalan angkut atau berm pada lereng tersebut.
2. Data mekanika tanah a. Sudut geser dalam () b. Bobot isi tanah atau
batuan () c. Kohesi (c) d. Kadar air tanah ()
3. Faktor Luar a. Getaran akibat kegiatan peledakan, b. Beban alat mekanis
yang beroperasi, dll.
Dalam menentukan kestabilan atau kemantapan lereng dikenal istilah faktor
keamanan (safety factor) yang merupakan perbandingan antara gaya-gaya yang
menahan gerakan terhadap gaya-gaya yang menggerakkan tanah tersebut dianggap
stabil, bila dirumuskan sebagai berikut :
Faktor kemanan (F) = gaya penahan / gaya penggerak
Dimana untuk keadaan :
F > 1,0 : lereng dalam keadaan mantap
F = 1,0 : lereng dalam keadaan seimbnag, dan siap untuk longsor

1.

2.

3.

4.

5.

6.

F < 1,0 : lereng tidak mantap


Jadi dalam menganalisis kemantapan lereng akan selalu berkaitan dengan perhitungan
untuk mengetahui angka faktor keamanan dari lereng tersebut. Ada beberapa faktor
yang mempengaruhi kemantapan lereng, antara lain :
Penyebaran batuan
Penyebaran dan keragaman jenis batuan sangat berkaitan dengan kemantapan lereng,
ini karena kekuatan, sifat fisik dan teknis suatu jenis batuan berbeda dengan batuan
lainnya. Penyamarataan jenis batuan akan mengakibatkan kesalahan hasil analisis.
Misalnya : kemiringan lereng yang terdiri dari pasir tentu akan berbeda dengan lereng
yang terdiri dari lempung atau campurannya.
Struktur geologi Struktur geologi yang mempengaruhi kemantapan lereng dan perlu
diperhatikan dalam analisis adalah struktur regional dan lokal. Struktur ini mencakup
sesar, kekar, bidang perlapisan, sinklin dan antiklin, ketidakselarasan, liniasi, dll.
Struktur ini sangat mempengaruhi kekuatan batuan karena umumnya merupakan
bidang lemah pada batuan tersebut, dan merupakan tempat rembesan air yang
mempercepat proses pelapukan.
Morfologi
Keadaan morfologi suatu daerah akan sangat mempengaruhi kemantapan lereng
didaerah tersebut. Morfologi yang terdiri dari keadaan fisik, karakteristik dan bentuk
permukaan bumi, sangat menentukan laju erosi dan pengendapan yang terjadi,
menent ukan arah aliran air permukaan maupun air tanah dan proses pelapukan
batuan.
Iklim
Iklim mempengaruhi temperatur dan jumlah hujan, sehingga berpengaruh pula pada
proses pelapukan. Daerah tropis yang panas, lembab dengan curah hujan tinggi akan
menyebabkan proses pelapukan batuan jauh lebih cepat daripada daerah sub-tropis.
Karena itu ketebalan tanah di daerah tropis lebih tebal dan kekuatannya lebih rendah
dari batuan segarnya.
Tingkat pelapukan
Tingkat pelapukan mempengaruhi sifat-sifat asli dari batuan, misalnya angka kohesi,
besarnya sudut geser dalam, bobot isi, dll. Semakin tinggi tingkat pelapukan, maka
kekuatan batuan akan menurun.
Hasil kerja manusia
Selain faktor alamiah, manusia juga memberikan andil yang tidak kecil. Misalnya,
suatu lereng yang awalnya mantap, karena manusia menebangi pohon pelindung,
pengolahan tanah yang tidak baik, saluran air yang tidak baik, penggalian / tambang,

dan lainnya menyebabkan lereng tersebut menjadi tidak mantap, sehingga erosi dan
longsoran mudah terjadi.

3.

Beri penjelasan arti penting slope monitoring system dalam kegiatan


penambangan dan bagaimana menentukan penentuan slope monitoring
untuk sebuah tambang ?
Keterbatasan practikal dapat menyebabkan pembentukan dinding tambang untuk
membentuk lereng interim dan final dan dinding akhir tambang dengan informasi
yang tidak lengkap. Pada waktu yang sama potensi kestabilan pada dinding
tambang yang tinggi sulit untuk diprediksi dengan ketertersediaan data hasil
investigasi dan analisis, terutama pada tahap design . Hasilnya adalah
ketergantungan yang kuat pada sistem manajemen lereng dimana bagian
utamanya adalah sistem pemantauan yang komprehensif .

Longsoran di tambang
Monitoring merupakan alat yang sangat berharga untuk menilai kinerja desain
tambang dan potensi resiko longsor yang akan terjadi dan membantu
meminimalisir resiko. Hari ini di lingkungan tambang perusahaan memiliki moral
dan kewajiban untuk menghilangkan potensi terjadinya kecelakaan dan kewajiban
legal untuk mencegah lingkungan kerja dari potensi tersebut.

Bahaya terjadinya wall collapse


Kegagalan untuk mengidentifikasi potensi bahaya dan mengelola risiko yang terkait
bisa mengakibatkan denda atau penjara atau keduanya. kehadiran instrumentasi
pemantauan tidak hanya membantu identifikasi bahaya dan risiko, tetapi mengurangi
kecemasan setiap tenaga kerja dengan mengkonfirmasi bahwa kondisi tanah sedang
dipantau oleh personil yang berpengalaman dan kompeten. ketika kebutuhan untuk
sistem pemantauan dilakukan dengan benar dan direncanakan dengan baik,
penghematan biaya mungkin adalah akibat langsungnya. Namun, justifikasi untuk
pemantauan tidak hanya untuk pengurangan biaya. Di beberapa kasus, program
monitoring lereng dapat sangat bernilai dan membuktikan bahwa design tambang
benar dan berkelanjutan. Pada kasus yang lain instrument monitoring lereng mungkin
memperlihatkan bahwa design tidak dapat dibentuk dan hasilnya adalah design lereng
harus dimodifikasi dan menimbulkan peningkatan biaya tambang. Di semua kasus,
keuntungan tidak langsung dari penambahan nilai safety dan pencegahan dari longsor
dan penambahan biaya akan membuat biaya program monitoring efektif.

Management lereng

Tujuan utama dari program monitoring lereng adalah sebagai berikut:


1. Memelihara kondisi operasional yang aman untuk melindungi personil dan
peralatan

2. Memberikan pemberitahuan terlebih dahulu dari area yang berpotensi tidak stabil
sehingga rencana tambang dapat dimodifikasi untuk meminimalkan dampak dari
ketidakstabilan lereng.
3. Memberikan informasi geoteknik untuk menganalisis mekanisme ketidakstabilan
lereng yang berkembang, merancang tindakan rencana perbaikan yang tepat dan
melakukan desain lereng selanjutnya.
4. Menilai kinerja dari implementasi desain lereng.

Contoh penerapan management lereng di Tambang Batubara


Sistem monitoring lereng harus segera dibentuk sesegera mungkin selama
permulaan tahap penambangan dan dipertahankan selama masa operasi tambang
terbuka, dalam banyak kasus sistem pemantauan lereng mungkin diperlukan setelah
penutupan tambang.
Unsur program harus diarahkan pada tujuan dasar berikut:
1. Mendeteksi dan merekam setiap gerakan lereng sebagai dasar untuk:

1. menjamin keselamatan operasional


2. Penetapan batas pergerakan (tipe longsoran)
3. mengelola ketidakstabilan
2. Penyelidikan longsor dan ketidakstabilan. Pemantauan ketidakstabilan membantu
dalam mengidentifikasi mekanisme longsor, menyediakan data penting untuk
analisis kembali dan mendefinisikan pekerjaan perbaikan yang tepat
3. Mengkonfirmasikan model desain untuk menyediakan dasar untuk menilai dan
memodifikasi desain, termasuk unsur-unsur tertentu.

Geologi, termasuk tipe distribusi batuan dan alterasi

Model struktur, dengan mempertimbangkan major dan minor struktur

Properti batuan

Tekanan air tanah

Tingkat in situ stress, khususnya untuk lereng yang tinggi

4. Memastikan bahwa kriteria lereng desain dicapai dengan prosedur operasional


yang sesuai.

Sistem monitoring dan prosedur dapat dirancang untuk memenuhi tujuan tersebut.
instalasi instrumen dapat menyediakan data patokan penting untuk pemantauan
berikutnya selama penambangan, untuk memvalidasi asumsi
desain dan memodifikasi desain selanjutnya seperti yang
diperlukan. Dalam prakteknya, seperti program jangka panjang
instrumentasi harus berasosiasi dan berhubungan dengan
pertambangan produksi skala besar. Kekuatan dari program
pemantauan tergantung pada kemampuan peralatan dan teknik
pada pada orang-orang melakukan program. keberhasilan
pemantauan juga tergantung pada dukungan dari tingkat yang lebih tinggi dari
manajemen tambang.

Sistem monitoring lereng


Di dekat permukaan, stres lingkungan yang rendah (lereng pit) di mana didominasi
oleh longsor akibat pengaruh, gerakan besar yang terkait dengan ketidakstabilan
batuan hampir selalu didahului oleh yang lebih kecil yang dapat dideteksi oleh
instrumen sensitif. dengan demikian, pemantauan gerakan memberikan pengukuran
yang langsung dan mendeteksi ketidakstabilan yang akan datang. Namun di tanah
yang sangat stres, besar dan rapuh, perpindahan sampai ke titik longsor bisa menjadi
kecil dan sulit untuk dideteksi. Delay interval antara kejadian dan deteksi gerakan dan
antara deteksi dan longsor, tergantung pada karakteristik tanah dan pada kepekaan
instrumen pemantauan. Dalam kebanyakan kasus masa peringatan dari beberapa jam
dan minggu dapat dicapai.
Golden rule untuk instalasi program pemantauan gerakan geoteknik adalah bahwa
setiap instrumen diinstal pada sebuah proyek harus dipilih dan ditempatkan untuk
membantu dalam menjawab pertanyaan tertentu. Mengikuti aturan sederhana ini
adalah kunci untuk bidang instrumentasi menjadi sukses.
Pendekatan untuk merencanakan program pemantauan gerakan harus melibatkan
langkah-langkah berikut:
1. Definisi kondisi project
2. Prediksi dari semua mekanisme potensial yang dapat mengendalikan
ketidakstabilan
3. Penentuan parameter yang akan dipantau dan besarnya potensi
4. Pembentukan sistem pemantauan yang sesuai, termasuk instrumentasi dan
lokasi
5. Formulasi prosedur pengukuran, termasuk frekuensi, pengumpulan data,
prosessing, interpretasi dan pelaporan
6. Penugasan tugas untuk desain, konstruksi dan operasi dari sistem
7. Perencanaan kalibrasi rutin dan pemeliharaan
8. Pembentukan rencana tanggap pemicu (TARPs) dan akuntabilitas terkait
tindakan untuk meminimalkan dampak ketidakstabilan.

Figure 1. Visual Inspeksi lereng


Pemantauan metode untuk lereng tambang terbuka dapat dibagi menjadi permukaan
dan bawah permukaan, dengan subdivisi lebih lanjut ke sistem kualitatif dan
kuantitatif. semua menjadi lebih spesifik ditambang terbuka dan sering berhubungan
dengan ukuran potensi longsor.
Sistem kualitatif dapat mencakup inspeksi visual pengamatan manusia yang bersifat
subyektif tetapi terbuktikan. Dengan visual inspeksi dapat menjadi gambaran umum
untuk mendeteksi terjadinya ketidakstabilan (retakan,rockfall) atau menjadi bagian
dari aspek keselamatan di area pertambangan yang sulit (spotting ke rock fall).
Pelatihan staf operasional dalam identifikasi bahaya sangat penting dalam deteksi
lereng longsor dan manajemen lereng.
Penilaian kualitatif oleh supervisor produksi dari sangat dibutuhkan untuk menilai
kondisi kerja (contoh check list) dalam bentuk inspeksi shift sebelum pekerjaaan
dilakukan. Pengamatan inspeksi harus didokumentasikan dan diteruskan ke shift

berikutnya dengan menggunakan sebuah buku merah atau metode dokumentasi yang
serupa.
Sistem kwantitatif biasanya melibatkan alat ukur permukaan perpindahan bawah
permukaan. komponen komponen tercantum di bawah ini tergantung kompleksitas
dari instrument tersebut.
Monitoring lereng diarea diarea permukaan;
1. visual yang inspeksi
2. Crackmeter, baik manual atau dengan extensometer wireline
3. survei pemantauan - RTS
4. GPS
5. fotogrametri
6. laser scanning
7. radar, baik darat berbasis satelit dan berbasis (InSaR)
8. tiltmeters dan electrolevels
Monitoring lereng bawah permukaan (instrumen biasanya dipasang di lubang
bor) meliputi:
1. inclinometers
2. geser strip dan domain waktu reflectometer (TDR) kabel
3. extensometers
4. termistor
5. mikro seismik
6. Piezometers

Crack meter

Slope stability radar dan Robotic Total Station

Robotic Total Station

Vibrating Wireline Piezometer

Wireline Extensometer
Pemantauan lereng sistem untuk tambang besar terbuka biasanya mencakup
kombinasi dari salah satunya. Perusahaan kemudian menyediakan system
pemantauan lereng utama yang membentuk dasar untuk manajemen lereng. Untuk
sistem apapun, pengukuran percepatan perpindahan umumnya merupakan kunci
untuk mengetahui keruntuhan lereng.
Di Indonesia hari ini dengan semakin tingginya komitmen perusahaan dengan
keselamatan kerja, kepedulian dan investasi besar telah dilakukan untuk melakukan
dan membuat sistem manajemen lereng yang komperhensif dan berkesinambungan.
Pengelolan resiko dan sistem manajemen lereng wajib diikuti dengan perubahan
paradigma bahwa setiap resiko longsor dapat dikelola dengan baik dengan dukungan

personel yang kompeten dan dukungan dari manajemen perusahaan. Keuntungan


utama dari adanya sistem monitoring lereng di tambang-tambang Indonesia adalah :

1. Adanya peringatan deteksi longsor dini yang memungkinkan evakuasi peralatan


dan orang-orang dari daerah berisiko longsor, sehingga pengurangan risiko
cedera dari manusia atau kerusakan peralatan dapat dilakukan.
2. Mengurangi kecemasan setiap operasional tambang dengan mengkonfirmasi
bahwa kondisi lereng sedang dipantau oleh personil yang berpengalaman dan
kompeten.
3.

Dengan adanya system monitoring yang menyediakan informasi akurat


memungkinkan geoteknik, mineplan, produksi untuk membuat keputusan dalam
meningkatkan produktivitas tambang yang lebih optimal.

4.

Produksi di daerah berisiko geoteknik dapat ditingkatkan karena system


monitoring yang menyediakan informasi real time dari percepatan massa batuan
dengan akurasi yang tinggi.

5. Dapat memantau stabilitas lereng ketika terjadi peledakan dan memungkinkan


produksi peralatan ke zona ledakan lebih cepat.
6. Memungkinkan pemantauan terus-menerus dan update pada gerakan massa
batuan yang berhubungan dengan kondisi cuaca, sehingga produksi dapat terus
dilakukan didasarkan pada real-time analisis dan reaksi informasi terhadap risiko
geoteknik.
7. Peningkatan

umur

tambang,

dengan

adanya

monitoring lereng dalam

hubungannya dengan prosedur manajemen risiko. Area pit sebelumnya yang


dianggap terlalu berbahaya untuk dilakukan penambangan, dengan adanya
informasi yang akurat dan presisi operasional dapat dilakukan dengan aman dan
dinding tambang dapat dibuat lebih curam.
8. Peningkatkan pemahaman tentang kinerja massa batuan dan dampak terhadap
stabilitas

struktur

lereng.

Beberapa

tambang

secara

signifikan

dapat

meningkatkan laba atas investasi dengan meningkatkan sudut desain pit.

Peningkatan sudut desain dimungkinkan oleh peningkatan pemahaman akan


monitoring lereng dan manajemen resiko geoteknik yang baik.
4. Slope stabilisasi dalam beberapa hal harus dilakukan. Jelaskan bagaimana
konsep stabilisasi yang harus dilakukan ?
Kemantapan (stabilitas) lereng merupakan suatu faktor yang sangat
penting dalam pekerjaan yang berhubungan dengan penggalian dan penimbunan
tanah, batuan dan bahan galian, karena menyangkut persoalan keselamatan
manusia (pekerja), keamanan peralatan serta kelancaran produksi. Keadaan ini
berhubungan dengan terdapat dalam bermacam-macam jenis pekerjaan, misalnya
pada pembuatan jalan, bendungan, penggalian kanal, penggalian untuk konstruksi,
penambangan dan lain -lain.
Dalam operasi penambangan masalah kemantapan lereng ini akan
diketemukan pada penggalian tambang terbuka, bendungan untuk cadangan air
kerja, tempat penimbunan limbah buangan (tailing disposal) dan penimbunan bijih
(stockyard). Apabila lereng-lereng yang terbentuk sebagai akibat dari proses
penambangan (pit slope) maupun yang merupakan sarana penunjang operasi
penambangan (seperti bendungan dan jalan) tidak stabil, maka akan mengganggu
kegiatan produksi.
Dari keterangan diatas, dapat dipahami bahwa analisis kemantapan lereng
merupakan suatu bagian yang penting untuk mencegah terjadinya gangguan
terhadap kelancaran produksi maupun terjadinya bencana yang fatal. Dalam
keadaan tidak terganggu (alamiah), tanah atau batuan umumnya berada dalam
keadaan seimbang terhadap gaya-gaya yang timbul dari dalam. Kalau misalnya
karena sesuatu sebab mengalami perubahan keseimbangan akibat pengangkatan,
penurunan, penggalian, penimbunan, erosi atau aktivitas lain, maka tanah atau
batuan itu akan berusaha untuk mencapai keadaaan yang baru secara alamiah. Cara
ini biasanya berupa proses degradasi atau pengurangan beban, terutama dalam
bentuk longsoran-longsoran atau gerakan-gerakan lain sampai tercapai keadaaan
keseimbangan yang baru. Pada tanah atau batuan dalam keadaan tidak terganggu
(alamiah) telah bekerja tegangan-tegangan vertikal, horisontal dan tekanan air dari
pori. Ketiga hal di atas mempunyai peranan penting dalam membentuk kestabilan
lereng.

5. Peranan air tanah sangat penting terhadap kestabilan lereng. Beri penjelasan
?
Air tanah adalah salah satu faktor penting yang berpengaruh dan harus
diperhatikan dalam keberlangsungan operasi penambangan. Selain mempengaruhi
kondisi kerja akibat masuknya air kedalam lubang bukaan tambang air tanah juga
menyebabkan adanya tekanan air pori dalam massa batuan sehingga akan
berpengaruh terhadap besarnya kekuatan geser batuan, hal ini dapat menurunkan
stabilitas suatu lereng.

Arah tegangan air tanah

Pada batuan sangat berpengaruh jika ada bidang lemah yang terisi oleh air
karena akan menyebabkan meningkatkan tegangan terhadap bidang lemah
tersebut. Selain itu air dapat mengikis pengisi ruang antar bidang lemah,
melapukan sisi bidang lemah dan melarutkan mineral - mineral sulfida. Pada
beberapa kasus, air dapat menjadi faktor utama ketidakstabilan lereng terutama
pada lereng tanah.

Anda mungkin juga menyukai