Anda di halaman 1dari 10

EVALUASI STABILITAS LERENG YANG TELAH DIPERKUAT PADA JALAN TOL SEMARANG –

SOLO SEKSI V UNGARAN BAWEN


Evaluation of the Stability of the Strengthened Slope of Ungaran Bawen Section of Semarang – Solo Toll Road

Rama Harya Khrisna, Indrastono DA, Hardi Wibowo


Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Semarang

ABSTRAKSI ABSTRACT
Jalan tol Semarang – Solo Seksi V Semarang – Solo toll roads, Ungaran
Ungaran Bawen dibangun untuk mendukung Bawen Section was built to support economic
pertumbuhan ekonomi di daerah Semarang – Solo growth in Semarang – Solo and its surroundings.
dan sekitarnya. Jalan ini melintasi bukit dan lembah The road across the hills and valleys that contain
yang mengandung lapisan lanau dan lempung. clay shale. Catastrophic landslide and slope occurs
Kelongsoran lereng terjadi di ruas jalan tol in toll roads at Semarang – Solo STA 19+525. This
Semarang – Solo STA 19+525. Tugas Akhir ini undergraduate thesis is about the stability of slopes
berisi tentang stabilitas tanah pada ruas jalan tol, on toll roads, mechanisms and mitigation
mekanisme dan penanggulangannya The analysis involves conditions which the
Analisa meliputi kondisi dimana terjadi motions of the soil on the slope because of slope
pergerakan tanah pada lereng diakibatkan tidak unstability, manual calculation slope stability with
stabilnya lereng, perhitungan manual stabilitas Fellenius methods, geotechnical analysis and the
lereng dengan menggunakan metode Fellenius, use of retaining wall as an alternative method of
analisis geoteknik dan perkuatan dengan dinding reinforcement.
penahan tanah sebagai pilihan alternatif metode Geotechnical analysis using Plaxis finite
perkuatan. element software. Plastic and elastic model of
Analisis geoteknik menggunakan software Mohr-Coulomb failure criterion was chosen as a
finite element Plaxis. Model elastis plastis dan model soil. Analysis showed that the most optimum
kriteria keruntuhan Mohr-Coulomb dipilih sebagai avalanche mitigation is to install a retaining. By
model tanah. Analisis menunjukkan bahwa using retaining wall combine, minimum slope
penanggulangan paling optimum kelongsoran ini safety factor be increased and reached 1,541.
adalah memasang perkuatan dinding penahan
tanah. Dengan menggunakan dinding penahan Key words : landslides, slope stability, fellenius,
tanah, Faktor Keamanan lereng minimum menjadi Plaxis, retaining wall.
meningkat dan mencapai 1,541.

Kata kunci : longsoran, stabilitas lereng,


fellenius, Plaxis, dinding penahan
tanah.
PENDAHULUAN Diperkuat Pada Jalan Tol Semarang – Solo,
Dalam pelaksanaan pembangunan jalan tol Seksi V Ungaran Bawen” adalah :
Semarang - Solo ini mempunyai medan topografi 1. Menganalisa nilai faktor keamanan lereng (SF,
yang cukup terjal di mana terdiri dari bukit-bukit Safety Factor) pada lokasi penelitian.
yang cukup landai serta jurang-jurang yang cukup 2. Pemanfaatan software Plaxis sebagai salah satu
curam, sehingga dalam pelaksanaannya banyak cara untuk menganalisa stabilitas lereng.
sekali pekerjaan tanah yang berupa galian dan Ruang lingkup yang akan dibahas dalam
timbunan. Di beberapa titik dilakukan pengeprasan penulisan Tugas Akhir ini mencakup Analisa dan
(cutting) bukit sehingga memunculkan tebing- evaluasi stabilitas lereng :
tebing baru, selain itu juga dilakukan pengurangan 1. Melakukan analisis dari bidang lereng yang
(filling) di titik-titik lain. Sementara itu ada teramati di lapangan untuk mendapatkan
pemukiman yang berada di bawah badan jalan parameter tanah.
dengan ketinggian bisa sampai 30 meter lebih, 2. Melakukan analisa menggunakan software
sehingga jika hujan turun air dapat mengalir deras Plaxis dari hasil lapangan dan data penunjang
dari tempat yang lebih tinggi dan dikhawatirkan lainnya.
bisa terjadi longsor. Ruang lingkup dari penelitian ini adalah studi
Evaluasi potensi longsoran serta penanganan kasus stabilitas lereng pada proyek Pembangunan
longsor pada ruas jalan tol Semarang - Solo yaitu Jalan Tol Semarang - Solo, Seksi V Ungaran
tepatnya pada STA 19+525, meliputi evaluasi dan Bawen (STA. 19+525).
analisis masalah penaganan longsoran sangat
menarik untuk dikaji. Oleh karena itu perlu
dilakukan identifikasi dan penangan yang tepat
guna sesuai dengan permasalahan yang dihadapi di
lapangan untuk menghindari kemungkinan-
kemungkinan yang tidak diinginkan. Tugas akhir
ini berisi tentang kajian evaluasi dan analisa
potensi longsor tersebut.
Maksud penulisan Tugas Akhir dengan
judul “Evaluasi Stabilitas Lereng Yang Telah Lokasi STA 19+525

Diperkuat Pada Jalan Tol Semarang – Solo,


Seksi V Ungaran Bawen” adalah:
1. Memberikan solusi penanganan perkuatan
lereng yang sesuai dengan kondisi di lapangan.
2. Mengevaluasi faktor keamanan (FK) pada
kondisi eksisting serta faktor keamanan setelah
dilakukan penanganan.
3. Mengevaluasi stabilitas lereng dan bidang
longsornya.
Tujuan penulisan Tugas Akhir dengan judul
“Evaluasi Stabilitas Lereng Yang Telah
Gambar Lokasi Penelitian
STUDI PUSTAKA σ = tegangan total pada bidang geser
PERSOALAN TANAH μ = tegangan air pori = γw . h
θ = sudut geser dalam efektif
Secara garis besar beberapa persoalan tanah
diklasifikasikan sebagai berikut :
A. Hal keseimbangan atau stabilitas.
B. Deformasi, dalam keadaan plastis atau elastis.
C. Drainase, menyangkut hal deformasi dan
stabilitas
SIFAT PENTING TANAH
Sifat tanah yang perlu diperhatikan untuk
sebuah proyek tergantung pada jenis/fungsi proyek.
Sesuai dengan sifat-sifatnya, penting diketahui tipe
proyek yang dilaksanakan.
Adapun sifat-sifatnya antara lain : Gambar Hubungan Kuat Geser Tanah dengan
1. Permeabilitas (Permeability) Kemantapan Lereng (Sumber : Hardiyatmo, Hary
2. Konsolidasi (Consolidation) C. 1992)
3. Tegangan geser (Shear Strength)
4. Sifat-sifat fisik lainnya DAYA DUKUNG TANAH
Dalam perencanaan konstruksi bangunan
KLASIFIKASI TANAH
sipil, daya dukung tanah mempunyai peranan yang
Klasifikasi tanah yang ada mempunyai sangat penting, daya dukung tanah merupakan
beberapa versi, hal ini disebabkan karena tanah kemampuan tanah untuk menahan beban pondasi
memiliki sifat-sifat yang bervariasi. Adapun tanpa mengalami keruntuhan akibat geser yang
beberapa metode klasifikasi tanah yang ada antara juga ditentukan oleh kekuatan geser tanah. Tanah
lain : mempunyai sifat untuk meningkatkan kepadatan
1. Klasifikasi Tanah Berdasarkan Tekstur dan kekutan gesernya apabila menerima tekanan.
2. Klasifikasi Tanah Berdasarkan Pemakaian Apabila beban yang bekerja pada tanah pondasi
a. Sistem klasifikasi AASHTO telah melampaui daya dukung batasnya, tegangan
b. Sistem klasifikasi Unified geser yang ditimbulkan dalam tanah pondasi
KEKUATAN GESER TANAH melampaui kekuatan geser tanah maka akan
mengakibatkan keruntuhan geser tanah tersebut.
Kekuatan geser tanah diperlukan untuk Perhitungan daya dukung tanah dapat dihitung
menghitung daya dukung tanah (bearing capasity), berdasarkan teori Terzaghi, 1991:
tegangan tanah terhadap dinding penahan (earth  Daya dukung tanah untuk pondasi lajur
pressure) dan kestabilan lereng. Kekuatan geser qult = c × Nc + γ × D × Nq + ½ × γ × B × Nγ
tanah terdiri dari dua parameter yaitu :  Daya dukung tanah untuk pundasi bujur
1. Bagian yang bersifat kohesi c yang tergantung sangkar
dari macam tanah. qult = 1.3 × c × Nc + γ × D × Nq
2. Bagian yang mempunyai sifat di mana :
gesekan/frictional yang sebanding dengan D = kedalaman pondasi
tegangan efektif (σ) yang bekerja pada bidang B = lebar pondasi
geser. γ = berat isi tanah
Menurut Hvorslev (1937), hubungan antar Nc, Nq, N γ = faktor daya dukung yang tergantung
kekuatan geser tanah dengan kemantapan lereng pada sudut geser
dapat dinyatakan dengan rumus persamaan sebagai
berikut: TEORI KELONGSORAN
S = c’ + (σ-μ) tan θ Gerakan tanah merupakan proses
di mana : perpindahan massa tanah atau batuan dengan arah
S = kekuatan geser tegak, mendatar atau miring terhadap kedudukan
C = kohesi tanah efektif semula karena pengaruh air, gravitasi dan beban
σ’ = tegangan normal efektif luar.
Untuk mempermudah pengenalan tipe gerak Pada Gambar menjelaskan bahwa gaya geser
tanah dan membantu dalam menentukan penyebab sepanjang bidang gelincir akan berlawanan arah
serta cara penanggulangannya maka perlu adanya dengan arah gerak masa tanah.
pengklasifikasian tanah berdasarkan material yang O X
bergerak, jenis gerakan dan mekanismenya.
Adapun macam-macam gerakan tanah yaitu : B C
R
1. Aliran cepat (Rapid Flowage)
w
2. Amblesan (subsidence)
3. Runtuhan
4. Longsoran A

Kelongsoran (land slide) khususnya untuk T


tanah merupakan perpindahan massa tanah dari
kedudukan semula akibat pengaruh gravitasi
sehingga terpisah dari massa yang mantap, di mana Mekanika pada sebuah bidang longsoran rotasi
perpindahan ini bisa diakibatkan oleh liquefaksi R .T
FK =
dari pengaruh gempa bumi. Penyebab lain adalah X w
sifat tanah yang mengandung mineral yang mampu di mana:
kembang susut seperti lempung dan lanau yang R = jari- jari lingkaran kelongsoran
sering kali dalam keadaan retak-retak atau bercelah, T = jumlah gaya geser dari bidang
sehingga tekanan air pori dapat membahayakan longsoran
stabilitasnya. Selain itu bisa diakibatkan oleh X = jarak titik berat massa ke titik pusat
pengaruh tipe perlapisan khusus misalnya antara lingkaran
pasir dan lempung, tekanan beban yang berlebihan w = berat massa di atas lingkaran longsoran
pada kepala lereng atau pemotongan kaki lereng Pada dasarnya untuk meningkatkan
dan dalam beberapa kasus struktur tanah umumnya stabilitas lereng ada dua pendekatan yang biasa
diperlemah oleh proses fisika dan kimia. diterapkan dalam penanganan longsoran, dengan
menaikkan angka keamanan, di antaranya yaitu:
STABILITAS LERENG (Slope Stability) 1. Memperkecil gaya penggerak / momen
penggerak
Analisa stabilitas lereng meliputi konsep
2. Memperbesar gaya penahan / momen penahan
kemantapan lereng yaitu penerapan pengetahuan
Dalam bidang teknik sipil, kita mengenal 3
mengenai kekuatan geser tanah. Keruntuhan geser
jenis lereng yang perlu diperhatikan :
pada tanah dapat terjadi akibat gerak relatif antar
a. Lereng alam, yaitu lereng yang terbentuk oleh
butirnya. Karena itu kekuatannya tergantung pada
proses alamiah seperti lereng perbukitan.
gaya yang bekerja antar butirnya, sehingga dapat
b. Lereng yang dibuat dalam tanah asli, misalnya
disimpulkan bahwa kekuatan geser terdiri atas:
pengeprasan tanah untuk keperluan pembuatan
1. Bagian yang bersifat kohesif, tergantung pada
jalan maupun saluran untuk irigasi.
macam tanah dan ikatan butirnya.
c. Lereng yang dibuat dari tanah yang dipadatkan
2. Bagian yang bersifat gesekan, yang sebanding
misalnya pembuatan tanggul untuk jalan atau
dengan tegangan efektif yang bekerja pada
bendungan urugan.
bidang geser.
Dalam laporan tugas akhir ini, dasar-dasar
Dalam menganalisa stabilitas lereng harus
teori yang dipakai untuk menyelesaikan masalah
ditentukan terlebih dahulu faktor keamanan (FK)
tentang stabilitas lereng dan daya dukung tanah
dari lereng tersebut. Secara umum faktor keamanan
menggunakan metode Fellinius.
didefinisikan sebagai perbandingan antara gaya
penahan dan gaya penggerak longsoran. Metode Fellenius
Gaya Penahan Analisa stabilitas lereng dengan cara
FK =
Gaya Penggerak Fellenius (1927) menganggap gaya-gaya yang
Analisa kestabilan lereng dapat dihitung bekerja pada sisi kanan kiri dari sembarang irisan
dengan menghitung momen penahan dan momen mempunyai resultan nol pada arah tegak lurus
penggerak pada lingkaran longsoran. bidang longsornya.
Metode Fellenius ini yang menjadi dasar
yang digunakan dalam program Plaxis. Faktor
keamanan didefinisikan sebagai lihat persamaan. maka momen akibat beban ini diperhitungkan
Jumlah Momen dari Tahanan Geser Sepanjang Bidang Longsor sebagai Md.
Fk 
Jumlah Momen dari Berat Massa Tanah yang Longsor Metode Fellenius memberikan faktor aman
yang lebih rendah dari cara yang lebih teliti. Batas-
Lengan momen dari berat massa tanah tiap irisan batas nilai kesalahan dapat mencapai kira-kira 5% -
adalah R Sin , maka lihat persamaan. 40% tergantung dari faktor aman, sudut pusat
lingkaran yang dipilih, dan besar tekanan air pori,
di mana : walaupun analisis ditinjau dalam tinjauan tegangan
R = Jari-jari bidang longsor total, kesalahan masih merupakan fungsi dari faktor
N = Jumlah irisan aman dan sudut pusat dari lingkarannya (Whitman
Wi = Berat massa tanah irisan ke-i dan Baily, 1967). Cara ini telah banyak digunakan
= Sudut yang didefinisikan pada prakteknya karena cara hitungan yang sederhana
gambar di atas dan kesalahan yang terjadi pada sisi yang aman.
Dengan cara yang sama, momen yang menahan
FAKTOR PENYEBAB KELONGSORAN
tanah akan longsor adalah lihat persamaan.
Faktor-faktor penyebab kelongsoran secara
Karena itu, faktor keamanannya menjadi lihat garis besar dibagi menjadi dua, yaitu akibat
persamaan. pengaruh dalam (Internal Effect) dan akibat
pengaruh dari luar (External Effect). Penjelasan
mengenai dua hal tersebut dipaparkan sebagai
Gaya-gaya dan asumsi bidang pada tiap pias bidang berikut:
longsor seperti terdapat pada Gambar. Faktor Penyebab dari Dalam
Faktor penyebab terjadi longsoran yang
o x berasal dari dalam adalah pengaruh karakteristik
i b tanah itu sendiri yang dapat menyebabkan
R
 X i X terjadinya longsoran. Faktor-faktor itu antara lain
.
R
5
6 Ui rU adalah :
i 4 i W
H 3 1. Penambahan kadar air dalam tanah
2   c  Ni tg  T
2. Pelarutan bahan perekat
1
 i
3. Kondisi batuan
 i
(Sumber : Mekanika Tanah 2, Hary Chistady 4. Kondisi struktur geologi
Hardiyatmo) Faktor Penyebab dari Luar
Gaya Bidang Longsor Pada Tiap Pias Bidang Faktor penyebab terjadinya longsoran yang
Longsor berasal dari luar adalah faktor-faktor yang berasal
Bila terdapat air pada lerengnya, tekanan air dari luar struktur tanah tersebut namun secara
pori pada bidang longsor tidak berpengaruh pada langsung dapat mempengaruhi stabilitas tanah
Md, karena resultan gaya akibat tekanan air pori sehingga dapat menimbulkan terjadinya longsor.
lewat titik pusat lingkaran (Das, Braja M. 1998). 1. Adanya getaran
Substitusi antara persamaan yang sudah ada. 2. Curah hujan
3. Adanya pembebanan tambahan
4. Hilangnya penguat lereng
di mana : 5. Hilangnya tumbuhan penutup
F = Faktor keamanan 6. Penataan lahan yang kurang tepat
c = Kohesi tanah PENANGGULANGAN KELONGSORAN
= Sudut geser dalam tanah Penanggulangan longsor tergantung pada
ai = panjang bagian lingkaran pada irisan ke-i tipe dan sifat longsoran tersebut, serta kondisi
Wi = Berat irisan tanah ke-i lapangan dan geologi yang terdapat pada daerah
Ui = Tekanan air pori pada irisan ke-i longsoran. Cara penanggulangan longsor dapat
= Sudut yang didefinisikan pada gambar dilakukan dengan cara:
Jika terdapat gaya-gaya selain berat lereng Stabilisasi Tanah (Soil Stabilization)
sendiri, seperti beban bangunan di atas lereng, Stabilisasi tanah adalah suatu cara yang
ditempuh untuk memperbaiki mutu tanah yang
tidak baik atau dapat juga untuk meningkatkan dan interpretasi hasil N-SPT. Tujuan dilakukan
mutu tanah yang sebenarnya sudah tergolong baik. stratigafi yaitu untuk mengetahui perkiraan
Tujuan dari stabilisasi tanah adalah untuk pelapisan tanah yang berguna untuk keperluan
meningkatkan kemampuan daya dukung tanah desain, selain itu dapat diketahui lokasi yang
dalam menahan beban serta untuk meningkatkan memiliki nilai kekuatan terendah dan digunakan
kestabilan tanah. sebagai perencanaan konservatif desain profil tanah
Dalam merencanakan suatu konstruksi yang mewakili.
bangunan perlu diperhatikan sifat-sifat fisik dan Stratigrafi dilakukan dengan melakukan
mekanik tanah. Adapun sifat-sifat fisik dan penggambaran lapisan tanah berdasarkan kesamaan
mekanik tanah yang berkaitan dengan konstruksi data pada lapisan tertentu yang mengacu pada data
adalah sebagai berikut : N-SPT.
1. Kestabilan Volume (Volume Stabilty)
2. Tegangan (Strength)
3. Permeabilitas (Permeability)
4. Durabilitas (Durability)
Dinding Penahan Tanah (Retaining Wall)
Dinding penahan tanah mempunyai fungsi
untuk menahan longsornya tanah. Untuk mengatasi
tekanan tanah aktif dari tanah. Untuk mengatasi
tekanan aktif dari tanah, maka dinding penahan Gambar Stratigafi Tanah dan Potongan Melintang
harus dibuat cukup berat, sehingga dapat stabil. Jalan STA. 19+525
Dinding penahan tanah dikatakan stabil apabila : PENENTUAN PARAMETER TANAH
a. Dinding penahan tanah tidak terguling f. aman
terhadap Hcr. Perilaku tanah dan batuan di bawah beban
b. Dinding penahan tanah tidak tergeser. umumnya bersifat non-linier. Perilaku ini dapat
c. Konstruksi dinding penahan tidak pecah. dimodelkan dengan berbagai persamaan, yaitu
d. Tekanan pada tanah tidak melampaui Tegangan model Mohr Coulomb, Hardening Soil Model, Soft
Ijin. Soil Model, dan Soft Soil Creep Model. Pada
e. Aman terhadap bahaya Sliding. analisis ini digunakan model Mohr-Coulomb yang
memerlukan 5 buah parameter :
ANALISA DATA  Kohesi (c)
Penyelidikan tanah dilakukan dengan  Sudut geser dalam (∅)
menggunakan bor mesin (coring) dan bor log  Modulus Young (Eref )
dengan kedalaman 30 meter. Pemilihan lokasi  Poisson Ratio (v)
penyelidikan tanah didasarkan pada lokasi yang  Berat isi tanah kering (γdry)
memiliki lereng yang relatif tinggi dan rawan  Berat isi tanah jenuh air (γsat)
terjadi kelongsoran. Untuk lokasi titik-titik tes  Permeabilitas (k)
pengeboran dapat dilihat pada bagian lampiran. Nilai nilai kohesi (c) dan sudut geser dalam
(∅) didapat dari hasil pengujian tanah direct shear
(geser langsung), dikarenakan elemen tanah telah
mengalami deformasi jauh melewati tegangan
puncak sehingga tegangan yang tersisa adalah
tegangan sisa (residual strength). Dalam hal ini
kuat geser yang representatif adalah kuat geser
residual. Sedangkan modulus Young (Eref) didapat
dari pengujian Unconfined Compression Test. Nilai
Poisson’s ratio untuk tanah lempung adalah
berkisar antara 0,25-0,3. Sedangkan nilai sudut
Lokasi Penyelidikan Tanah
dilatansi (ψ) = 0°, untuk nilai sudut geser kurang
Stratigrafi dan Profil Tanah yang Mewakili dari 30°. Pada Table diberikan penjelasan
Stratigrafi tanah yaitu penggambaran lapisan mengenai parameter-parameter tanah yang
tanah yang dibuat berdasarkan hasil pengeboran digunakan pada analisa stabilitas lereng.
Tabel Parameter Desain Potongan Melintang
Tabel Material Sets longsor STA 19+525, maka dipilih sesuai denga
Propertie Lapisa Lempun tinjauan angka keamanan (Safety Factor)  1. Pada
Lanau Pasir Unit
s n g lokasi STA+525 dipilih R = 12,97 m dengan angka
Kedalama
- 0-3 3 - 15 15- 40 m
keamanan (SF) = 0,922.
n ANALISA KELONGSORAN MENGGUNAKAN
Mohr- Mohr- Mohr-
Material PROGRAM PLAXIS
Model Coloum Colou Colou -
model
b mb mb
Dari analisa secara manual dengan analisa
Type of menggunakan program komputer yang telah
Undrain Draine Draine
material Type -
ed d d dilakukan, hasilnya dapat dibandingkan pada Tabel
behaviour
Soil unit sebagai berikut :
weight
kN/ Tabel Hasil Perbandingan Analisa Kelongsoran
above unsat 15,40 15,60 18,00
m3 Lokasi STA 19+525
phreatic
SF 2
level
SF 1 (Berat
Soil unit (Berat Sendiri +
Identifikasi
below kN/
phreatic
sat 18,64 20,78 26,63
m3
Sendiri) Beban
Vertikal)
level
Manual 1,004 0,922
Permeabil m/da Plaxis –
K 10-6 10-5 10-3
ity y Faktor Coarse 1,069 1,041
Young’s Keamanan Mesh
kN/
modulus Eref 9000 20000 50000 (SF) Plaxis –
m2
(constant) Very Fine 0,968 0,942
Mesh
Poisson’s
v 0.30 0.30 0.25 - Plaxis –
ratio
Coarse 7,089 1,069
Cohession kN/ Displacemen Mesh
(constant)
cref 14,15 20,05 23,27
m2 (cm) Plaxis –
Very Fine 5,157 1,053
Mesh
Friction
Φ 19,60 26,60 28,00 o
angle
Dilatancy PENANGANAN KELONGSORAN
Ψ 0 0 0 o
angle
Alternatif penanganan bertujuan untuk
memberikan solusi terhadap permasalahan yang
ANALISIS KELONGSORAN SECARA diangkat, yaitu stabilitas lereng pada jalan tol
MANUAL Semarang – Solo, Seksi V Ungaran Bawen (STA
19+525). Solusi yang diberikan bukan merupakan
Dalam analisis kestabilan lereng secara
solusi mutlak dari permasalahan yang diangkat,
manual digunakan metode Fellenius.
oleh karena itu disebut alternatif penanganan.
Tabel Rekapitulasi Data Tanah STA 19+525 Berdasarkan hasil analisa data berupa faktor
Berat keamanan (SF) dengan menggunakan metode
Berat Isi manual dan komputer, didapat nilai safety factor
Isi
Celup
Tanah
Kohesi yaitu SF < 1,3. Tetapi hasil SF tersebut tidak sesuai
Jenis Tanah Sudut
(γsub) = dengan yang disyaratkan menurut panduan
No. Lapisan Geser
Tanah (γb) = (°) geoteknik Indonesia yaitu SF minimum = 1,3. Oleh
karena itu, lereng dianggap kurang aman dan
(1+w)*γd γw*(Gs-
1)/(1+e) (kN/m2)
diperlukan langkah nyata untuk meningkatkan
(kN/m ) 3
(kN/m3) safety factornya. Alternatif penanganan yang
direncanakan adalah dengan menggunakan dinding
Lemp
1
ung
15.4 9.421 0.142 19.6 penahan tanah. Untuk mendapatkan perkuatan
lereng yang efektif dan efisien, maka ketiga
2 Lanau 15.6 9.976 0.201 26.6 alternatif di atas perlu dicoba dan dianalisis pada
3 Pasir 18.0 14.829 0.233 28.0 penampang lereng yang mengalami kelongsoran.
PEMODELAN MATERIAL
Berdasarkan hasil analisa kelongsoran di titik Tabel Parameter Desain Dinding Penahan Tanah
lokasi penelitian pada kondisi awal terjadinya
Parameter Simbol Nilai Satuan
Material Model - Linear elastic - PERHITUNGAN PENANGANAN
Material Type - Non-poros - KELONGSORAN DENGAN PERKUATAN
Dry Soil Weight γunsat 24,000 kN/m3
DINDING PENAHAN TANAH + BOR PILE
Young’s Modulus Ereff 2,35x107 kN/m2
SECARA PLAXIS
Poisson’s Ratio v 0,150 -
Tahap Dinding Penahan Tanah
Tabel Parameter Desain Bor Pile
Pada tahap ini menunjukkan hasil bahwa
Parameter Simbol Nilai Satuan
dengan berat sendiri tanah dan penambahan beban
Material Type - Elastic -
vertikal (traction) dan pemasangan Dinding
Kekakuan Normal
EA 2,355 x107 kN/m
(Normal Stiffness) Penahan Tanah Beton, pada lereng sebelah kanan
Kekakuan Lentur
(Flexural Rigidity)
EI 1,472x106 kNm2/m badan jalan, pada bagian tebing jalan mengalami
Tebal Ekivalen pergerakan sebesar 1,306 cm dan dengan faktor
d 0,860 m
(Equivalent Tickness)
keamanan sebesar 1,568.
Weight w 7,700 kN/m2
Poisson’s Ratio v 0,150 -

Dari hasil analisa kelongsoran dengan


perkuatan Dinding Penahan Tanah pada saat
terjadinya longsor secara manual (Trial Error)
menggunakan metode Fellenius didapat Nilai
Faktor Keamanan (Safety Factor) seperti tercantum
pada Tabel di bawah ini :
Tabel Rekapitulasi Hasil Analisa Kelongsoran
dengan DPT secara Manual (Trial Error)
Gambar Total Displacement Tahap DPT
Jari-jari Angka Tahap DPT + Bor Pile
Lokasi Ketera-
No. Bidang Keamanan
Penelitian ngan Pada tahap ini menunjukkan hasil bahwa
Longsor (R) (SF)
dengan berat sendiri tanah dan penambahan beban
vertikal (traction) dan pemasangan Dinding
STA. R = 13,97 M FK = 1,004 Labil
19+525 R = 13,30 M FK = 1,230 Labil
Penahan Tanah dengan perkuatan bor pile pada
1 (akibat
berat
R = 12,97 M FK = 1,317 Aman lereng di sisi sebelah kanan badan jalan, pada
sendiri) R = 14,77 M FK = 1,326 Aman bagian tebing jalan mengalami pergerakan sebesar
0,187 cm dan dengan faktor keamanan sebesar
2,303.
STA. R = 13,97 M FK = 0,948 Longsor
19+525 R = 13,30 M FK = 1,150 Labil
2 (akibat
R = 12,97 M FK = 1,232 Labil
beban
merata) R = 14,77 M FK = 1,261 Labil

Berdasarkan hasil analisa kelongsoran di


titik lokasi penelitian pada kondisi awal terjadinya
longsor pada STA 19+525 seperti terlampir pada
Tabel 5.15 di atas, maka sesuai dengan tinjauan
pada analisis data dengan R = 12,97 m didapat
angka keamanan (Safety Factor) = 1,317 akibat Gambar Total Displacement Tahap DPT + Bor Pile
berat sendiri dan SF = 1,232 akibat beban merata.

KESIMPULAN
Melalui analisa data tanah serta analisa n (dengan (cm)
kestabilan lereng yang terjadi di jalan tol Semarang beban
– Solo, Seksi V Ungaran Bawen (STA 19+525) lalu
dengan Metode Fellenius secara manual dan lintas)
program PLAXIS v8.5 serta dengan pengamatan di Pemasangan
lapangan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai Dinding Penahan
berikut : Tanah pada
1 1,541 2,289
1. Jenis tanah pada lokasi kajian (STA 19+525) lereng sisi
adalah Lempung (lapisan 1), Lanau (lapisan 2), sebelah kanan
dan Pasir (lapisan 3). badan jalan
2. Ditemukan muka air tanah pada kedalaman
11,00 meter. SARAN
3. Kelongsoran disebabkan karena kurang kuatnya 1. Perlu dilakukan pengambilan sample tanah
lapisan tanah pada badan jalan dengan beban yang lebih banyak (kanan, kiri ruas jalan, dan
lalu-lintas yang ada, yang disertai dengan tidak juga di luar badan jalan) untuk mendapatkan
kuatnya perkuatan pada lereng jalan di mana kontur lapisan tanah sekitar yang membantu
geometri lereng yang cukup curam pada lokasi keakuratan model struktur dalam pemodelan
longsor dan drainase untuk air hujan yang program komputer (PLAXIS Version 8.2).
menjenuhkan permukan lereng. 2. Pengambilan sample tanah tambahan untuk
4. Hasil analisa secara manual dengan metode pengujian laboratorium perlu dilakukan untuk
Fellenius didapat nilai keamanan (SF) longsor mendapatkan data yang lebih representatif.
lereng yaitu sebesar 1,004 akibat berat sendiri 3. Analisa dengan program komputer (PLAXIS
dan 0,922 akibat penambahan beban vertikal Version 8.2) masih memiliki kelemahan,
merata yang menunjukan nilai keamanan sehingga untuk mendapatkan hasil yang lebih
dibawah 1 dengan kriteria lereng tidak stabil. akurat terlebih dahulu harus dibandingkan
5. Hasil analisa dengan program komputer dengan metode yang lain terutama secara
(PLAXIS v8.5) untuk penanganan longsoran manual. Ataupun dengan program lain seperti
yaitu didapat nilai keamanan sebesar 1,069 SAGE CRISP, ROC SCIENCE, Z SOIL, GEO-
akibat berat sendiri dan 1,041 akibat SLOPE, dan lain sebagainya.
penambahan beban vertikal merata yang mana 4. Diperlukan ketelitian dalam memasukkan
masih dibawah nilai keamanan yang data-data input karena kesalahan dalam input
disyaratkan dalam program komputer (FK > data akan berakibat fatal.
1,5). 5. Penggunaan material konstruksi harus sesuai
6. Untuk membantu penanganan longsor yang ada, yang disyaratkan dan pelaksanaanya harus
direkomendasikan dengan penanganan sesuai dengan bestek.
berdasarkan nilai keamanan dari program
komputer (PLAXIS v8.5) yaitu : DAFTAR PUSTAKA
Tabel Alternatif Penanganan
Bahan-bahan Mata Kuliah atau Buku Ajar
Alternatif Safety Displace
Kontruksi Mekanika Tanah 1 dan 2, UNDIP.
Penangana Factor ment
Bahan-bahan Mata Kuliah atau Buku Ajar Terzaghi, Karl, Peck, B., Ralph. 1991. Mekanika
Rekayasa Pondasi 1 dan 2, UNDIP. Tanah Dalam Praktek Rekayasa Jilid-2.
Bahan-bahan Mata Kuliah atau Buku Ajar Penerbit Erlangga, Jakarta.
Stabilisasi Tanah, UNDIP.
Brinkgreve, R.B.J. and Vermeer, P.A. 1998.
PLAXIS 2D Version 8.5. PLAXIS b.v and
University Of Stutgart, A.A. Balkema /
Rotterdam / Brookfield.
Kh, V Sunggono. 1995. Buku Teknik Sipil. Nova,
Bandung.
Das, Braja M. 1998. Mekanika Tanah (Prinsip-
prinsip Rekayasa Geoteknis) Jilid 1.
Erlangga, Jakarta.
Das, Braja M. 1995. Mekanika Tanah (Prinsip-
prinsip Rekayasa Geoteknis) Jilid 2.
Erlangga, Jakarta.
Hardiyatmo, Hary Christady. 2006. Teknik Pondasi
1. Beta Offset, Yogyakarta.
Hardiyatmo, Hary Christady. 2007. Mekanika
Tanah 2. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Djojonegoro, Wardiman. 1997. Rekayasa Pondasi I
(Konstruksi Penahan Tanah). Gunadarma,
Jakarta.
Djojonegoro, Wardiman. 1997. Rekayasa Fundasi
II (Fundasi Dangkal dan Fundasi Dalam).
Gunadarma, Jakarta.
Departemen Pekerjaan Umum. 1987. Petunjuk
Perencanaan Penanggulangan Longsoran.
Yayasan Badan Penerbit PU, Jakarta.
Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah.
2002. Panduan Geoteknik 3: Timbunan
Jalan pada Tanah Lunak: Penyelidikan
Tanah Lunak dan Pengujian
Laboratorium.
Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah.
2002. Panduan Geoteknik 4: Timbunan
Jalan pada Tanah Lunak: Desain dan
Konstruksi.

Anda mungkin juga menyukai