Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dinding penahan (retaining wall) pa da badan jalan merupakan suatu struktur
konstruksi yang dibangun untuk menstabilkan tekanan pada badan jalan maupun
kondisi tanah tertentu. Pada umumnya dinding penahan digunakan diarea lereng alam
maupun area lereng buatan serta daerah-daerah yang rawan akan terjadinya longsor.
Ruas jalan Desa Haruku adalah salah satu ruas jalan di Kecamatan Pulau Haruku,
Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku. Kondisi ruas jalan bagian kiri pada
Desa Haruku menuju Desa Oma mengalami kelongsoran sepanjang 15 meter dan
tinggi lereng yang mengalami longsor yaitu 5 meter. Terjadinya longsor pada ruas
jalan tersebut dipicu oleh air hujan yang menyebabkan lereng menjadi tidak stabil
karena melalui tanah yang menyerap air akan masuk dan berkumpul dibagian dasar
lereng sehingga dapat menimbulkan sebuah gerakan lateral dan kondisi jalan yang
berada pada lahan yang miring dan tidak rata juga berpotensi menyebabkan
kelongsoran, terlebih bila kemiringan lahan cukup curam. Oleh karena itu perlu
dilakukan upaya penanggulangan untuk mengatasi permasalahan tersebut, salah
satunya dengan cara membuat talud dinding penahan jalan. Sistem Dinding
Penahan Gravitasi (Gravity Wall), hal tersebut dapat menjadi salah satu cara untuk
mengurangi kecuraman sudut lereng sehingga meminimalisir terjadinya longsor.

Dinding penahan badan jalan merupakan komponen struktur bangunan penting utama
untuk jalan raya dan bangunan lingkungan lain nya yang berhubungan dengan tanah
berkontur atau tanah yang memiliki elevasi berbeda. Menurut Setiawan (2011),
dinding penahan tanah atau juga biasa disebut tembok penahan tanah adalah suatu
konstruksi yang dibangun untuk menahan tanah atau mencegah keruntuhan tanah
yang curam atau lereng yang dibangun di tempat yang kemantapannya tidak dapat
dijamin oleh lereng itu sendiri, serta untuk mendapatkan bidang yang tegak. Dinding
penahan badan jalan berfungsi sebagai penahan gaya tekanan lateral yakni pergerakan

1
dari jalan, tanah ataupun air. Adapun tujuan dari dibangunnya dinding penahan badan
jalan ini yang utama ialah untuk menahan badan jalan agar terhindar dari timbulnya
bahaya tanah longsor saat musim hujan. Pembuatan dinding penahan badan jalan ini
direncanakan sekuat mungkin agar jalan yang dibangun diatasnya awet dan kuat.

Kestabilan dinding penahan badan jalan diperoleh terutama dari berat struktur itu
sendiri. Ketika kondisi tanah terganggu akibat beberapa hal tertentu, seperti beban
gempa, mesin yang menghasilkan getaran, peledakan, air tanah dan lain-lain yang
dapat menurunkan sifat fisik dan sifat mekanik dari parameter tanah, akan terjadi
kerusakan struktur dan membahayakan jiwa manusia. Perlu dihitung dan
direncanakan kestabilan dari struktur pada dinding penahan tanah agar mampu
menahan beban dari tanah dan pengaruh beban luar (Wagola & Rasyid, 2020).
Perancangan pembangunan konstruksi Dinding penahan badan jalan haruslah benar-
benar sesuai perhitungan kestabilan serta faktor keselamatan, supaya dinding penahan
badan jalan aman terhadap kerusakan yang di akibatkan oleh gaya-gaya yang bekerja.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat ditarik rumusan masalahnya yaitu :
1. Berapa besar distribusi tekanan lateral yang bekerja pada dinding penahan
badan jalan Desa Haruku?
2. Bagaimana stabilitas dinding penahan badan jalan yang aman terhadap gaya
geser, gaya guling dan keruntuhan kapasitas dukung badan jalan Desa
Haruku?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari perencanaan ini adalah sebagai berikut :
1. Mendapatkan distribusi tekanan lateral yang bekerja pada dinding
penahan badan jalan Desa Haruku.

2
2. Menentukan stabilitas dinding penahan badan jalan yang aman terhadap gaya
geser, gaya guling dan keruntuhan kapasitas dukung badan jalan Desa
Haruku.

D. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan ini adalah:
1. Untuk mengetahui distribusi tekanan tanah lateral yang bekerja pada dinding
penahan badan jalan Desa Haruku.
2. Dapat membantu pihak terkait dalam mendesain dinding penahan badan jalan
yang aman terhadap gaya geser, gaya guling, dan keruntuhan kapasitas
dukung badan Desa Haruku.

E. Ruang Lingkup
Dari latar belakang yang disampaikan maka penulisan ini dibatasi oleh :
1. Objek yang diteliti adalah dinding penahan badan jalan tipe gravitasi
(gravity wall).
2. Pengambilan data yang dilakukan pada lokasi ruas jalan Desa Haruku
dengan STA 0+821 sampai STA 0+836.
3. Pengambilan sampel parameter tanah yaitu berat volume (γ), sudut geser (φ),
kohesi (C), kemiringan permukaan tanah (β) pada lokasi ruas jalan Desa
Haruku.
4. Penelitian ini memfokuskan pada perencanan yang mencangkup distribusi
lateral badan jalan, dan desain keamanan terhadap gaya geser, gaya guling
dan keruntuhan kapasitas dukung badan jalan saja dan tidak membahas
detail teknik khusus dalam perencanaan dan penanganan.

F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan ini bertujuan untuk memberikan gambaran secara garis besar
isi setiap bab yang akan dibahas. Adapun sistematikan penulisan ini sebagai berikut:

3
BAB I Pendahuluan, bab ini berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup yang membatasi permasalahan dan
sistematika penulisan mengenai perencanaan dinding penahan badan jalan tipe
gravitasi.

BAB II Tinjauan Pustaka, bab ini berisikan landasan teori, rumus, gambar dan table
yang diperoleh dari sumber referensi yang mendukung besar distribusi tekanan lateral
yang bekerja dan stabilitas dinding penahan badan jalan yang aman terhadap gaya
geres, gaya guling dan keruntuhan kapasitas dukung badan jalan.

BAB III Metodologi Penelitian, bab ini membahas mengenai lokasi penelitian, jenis
data, Teknik pengumpulan data, sumber data, dan diagram alir penelitian. Pada bab
ini ditampilkan sistematika penelitian berupa bagan alir mulai dari awal sampai akhir
untuk mendapatkan besar distribusi tekanan lateral yang bekerja dan stabilitas
dinding penahan badan jalan yang aman terhadap gaya geser, gaya guling dan
keruntuhan kapasitas dukung badan jalan.

BAB IV Analisis dan Pembahasan, bab ini berisi hasil perhitungan besar distribusi
tekanan lateral yang bekerja dan stabilitas dinding penahan badan jalan yang aman
terhadap gaya geres, gaya guling dan keruntuhan kapasitas dukung badan jalan,
metode yang digunakan yaitu metode Rankine dan metode Terzaghi.

BAB V Kesimpulan dan Saran, bab ini berisikan kesimpulan dan saran yang
diambil dari hasil perhitungan besar distribusi tekanan lateral yang bekerja dan
stabilitas dinding penahan badan jalan yang aman terhadap gaya geres, gaya guling
dan keruntuhan kapasitas dukung pada dinding penahan badan jalan.

4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu
Pada penelitian ini penulis mencantumkan 3 hasil penelitian terhadap yang memiliki
relevansi serta keterkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan berikut:
1. Sriyanti Ramadhani (2010)
Dengan judul penelitian : Perencanaan Dinding Penahan Tipe Gravitasi pada lokasi
Bukit Btn Teluk Palu Permai. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk perencanaan
dimensi dinding penahan tanah yang stabil terhadap stabilitas gaya geser, gaya
guling, daya dukung serta penurunannya. Hasil yang diterima ialah dimensi tipe
gravitasi: lebar atas (a) = 0,3 meter, tinggi tembok = 4,5 meter, lebar dasar fondasi
(B)= 2,363 meter dan tebal dasar fondasi (d)= 0,563 meter. Dengan dimensi tersebut
perencanaan dinding penahan tipe gravitasi aman terhadap stabilitas penggulingan
(Fgl), stabilitas penggeseran (Fgs) dan stabilitas terhadap daya dukung.

2. Riska Rahma (2020)


Dengan Judul Penelitian : Perencanaan Dinding Penahan Tanah Tipe Gravitasi (Studi
Kasus : Sdn Lio, Kecamatan Cireunghas). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
kstabilan lereng yang dilakukan untuk menentukan faktor aman dari bidang longsor
potensial dengan menggunakan metode fellenius. Dari analisis yang dilakukan SDN
Lio didapat nilai faktor keamanan stabilitas lereng dengan pengaruh muka air tanah
yaitu 0,70 dan nilai faktor keamanan stabilitas lereng tanpa pengaruh muka air tanah
yaitu 0,93 yang menunjukkan bahwa keadaan lereng tersebut tidak aman. Faktor
keamanan stabilitas dinding penahan tanah terhadap geser, guling, dan kapasitas daya
dukung masing – masing nilainya 4.78, 3.91, dan 7,78.

5
3. Agus Dermawan (2022)
Dengan Judul Penelitian : Analisis Stabilitas Dinding Penahan Tanah (Studi Kasus:
Desa Mekarjaya, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor). Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis kondisi dinding penahan tanah terhadap stabilitas guling, gese
dan kapasitas daya dukung tanah dan merencanakan desain dinding penahan tanah.
Metode yang digunakan adalah Metode Rankine, Schmertmann dan Nottinghan.
Hasil analisis menunjukan stabilitas terhadap guling Fs = 1,55 ¿ 1,5 (aman) stabilitas
terhadap terhadap geser Fs = 2,51 ¿ 1,5 (aman), dan analisis stabilitas daya dukung
tanah didapat qtoe = 31,3953 kN/m2 ¿ Qall 2501,3841 kN/m2 (aman) untuk tegangan
q hell 1,43 kN/m2 >¿ 0 (lebih dari 0,hasil aman). Rencana desain dinding penaha
tanah yang direncanakan dengan keterangan:
Tinggi (H) = 4,3 meter
Lebar atas (ba) = 0,4 meter
Lebar Bawah (bb) = 3,5 meter
Lebar kaki tumit (D) = 0,8 meter .

B. Dinding Penahan Tanah


Dinding penahan tanah merupakan suatu konstruksi yang dibangun untuk menahan
tanah atau mencegah keruntuhan tanah yang curam atau lereng yang dibangun
ditempat, kemantapannya tidak dapat dijamin oleh lereng tanah itu sendiri, serta
untuk mendapatkan bidang yang tegak. Bangunan dinding penahan tanah digunakan
untuk menahan tekanan tanah lateral yang ditimbulkan oleh tanah urug atau tanah asli
yang labil (Hardiyatmo, 2002). Hal ini dipengaruhi oleh kondisi gambaran topografi
tempat itu bila dilakukan pekerjaan tanah seperti penanggulan atau pemotongan tanah
yang berfungsi untuk menahan tanah normal dan mencegah runtuhnya tanah miring
itu sendiri.

Stabilisasi tanah merupakan usaha untuk memperbaiki sifat tanah secara teknis
dengan menggunakan bahan-bahan tertentu. Pekerjaan ini umumnya dilakukan
dengan mencampur tanah dengan jenis tanah lain sehingga gradasi yang diinginkan

6
bias didapatkan. Selain itu, pencampuran tanah juga dapat dilakukan dengan
menggunakan bahan-bahan buatan pabrik agar sifat-sifat teknis dari tanah bisa lebih
baik. Tanah didefinisikan sebagai material yang yang terdiri dari agregat (butiran)
mineral-mineralpadat yang tidak tersementasi (terikat secara kimia) satu sama lain
dan dari bahan-bahan organik yang telah melapuk (yang berpartikel padat) disertai
dengan zat cair dan gas yang mengisi ruang-ruang kosong di antara partikel-partikel
padat. Menurut (Terzaghi,1993) Dalam perencanaan konstruksi dinding penahan
tanah (retaining wall) perlu diperhatikan beberapa faktor agar konstruksi tersebut
tetap aman. Berdasarkan SNI 8460:2017, dinding penahan tanah (retaining wall)
harus dirancang untuk tetap aman terhadap, stabilitas terhadap pergeseran, stabilitas
terhadap penggulingan, dan stabilitas terhadap keruntuhan kapasitas daya dukung
tanah.

C. Jenis Dinding Penahan Tanah


Berdasarkan cara untuk mencapai stabilitasnya, maka dinding penahan tanah dapat
digolongkan dalam beberapa jenis yaitu dinding gravitasi, dinding kantilever, dinding
counterfort, dinding buttress. Beberapa jenis dinding penahan tanah yaitu:
1. Dinding Penahan Tanah Tipe Gravitasi (gravity wall)
Dinding ini dibuat dari beton tidak bertulang atau pasangan batu, terkadang pada
dinding jenis ini dipasang tulangan pada permukaan dinding untuk mencegah retakan
permukaan akibat perubahan temperature (Tanjung, 2016).

Gambar 2.1 Dinding penahan tanah tipe gravitasi (gravity wall)

7
(Sumber: Hardiyanmo, 2014)

2. Dinding Penahan Tanah Tipe Kantilever (cantilever retaining wall)


Dinding ini terdiri dari kombinasi dinding dengan beton bertulang yang berbentuk
huruf T. Stabilitas konstruksinya diperoleh dari berat sendiri dinding penahan dan
berat tanah di atas tumit tapak (hell). Terdapat 3 bagian struktur yang berfungsi
sebagai kantiliver, yaitu bagian dinding vertikal (steem), tumit tapak dan ujung kaki
tapak (toe). Biasanya ketinggian dinding ini tidak lebih dari 6 – 7 meter (Tanjung,
2016).

Gambar 2.2 Dinding penahan tanah tipe kantilever (cantilever retaining)


(Sumber: Hardiyatmo, 2014).

3. Dinding Penahan Tanah Tipe Counterfort


Dinding ini terdiri dari dinding beton bertulang tipis yang di bagian dalam dinding
pada jarak tertentu didukung oleh pelat/dinding vertikal yang disebut counterfort
(dinding penguat). Ruang di atas pelat pondasi diisi dengan tanah urug. Apabila
tekanan tanah aktif pada dinding vertikal cukup besar, maka bagian dinding vertikal
dan tumit perlu disatukan. Counterfort berfungsi sebagai pengikat tarik dinding
vertikal dan ditempatkan pada bagian timbunan dengan interfal jarak tertentu.

8
Dinding counterfort akan lebih ekonomis digunakan bila ketinggian dinding lebih
dari 7 meter (Tanjung, 2016)

Gambar 2.3 Dinding penahan tanah tipe counterfort.


(Sumber: Hardiyatmo, 2014)

4. Dinding Penahan Tanah Tipe Buttress


Dinding buttress hampir sama dengan dinding counterfort, hanya bedanya bagian
counterfort diletakkan di depan dinding. Dalam hal ini, struktur counterfort berfungsi
memikul tegangan tekan. Pada dinding ini, bagian tumit lebih pendek dari pada
bagian kaki. Stabilitas konstruksinya diperoleh dari berat sendiri dinding penahan dan
berat tanah di atas tumit tapak. Dinding ini dibangun pada sisi dinding di bawah
tertekan untuk memperkecil gaya irisan yang bekerja pada dinding memanjang dan
pelat lantai. Dinding ini lebih ekonomis untuk ketinggian lebih dari 7 meter.
Kelemahan dari dinding ini adalah penahannya yang lebih sulit daripada jenis lainnya
dan pemadatan dengan cara rolling pada tanah di bagian belakang adalah jauh lebih
sulit (Tanjung, 2016).

9
Gambar 2.4 Dinding penahan tanah tipe buttress
(Sumber: Maulana, 2019)
D. Tekanan Tanah Lateral
Tekanan tanah lateral merupakan parameter utama dalam perancangan dinding
penahan tanah. Oleh karena itu diperlukan perkiraan tentang tanah lateral secara
kuantitatif pada pekerjaan konstruksi, baik untuk analisis perencanaan maupun
analisis stabilitas.

Gambar 2.5 Tekanan Lateral Tanah


(Sumber : rumaheris.blogspot.com)

Dalam perencanaan dinding penahan tanah diperlukan pengetahuan mengenai


tekanan lateral. Besar dan distribusi tekanan tanah pada dinding penahan sangat
bergantung pada regangan lateral relative terhadap dinding. Dalam beberapa hal,
hitungan tekanan tanah lateral ini berdasarkan pada kondisi regangannya. Jika
analisis tidak sesuai dengan apa yang sebenarnya terjadi, maka dapat mengakibatkan
kesalahan perancangan. Maka dari itu pengertian tentang hubungan regangan lateral
dengan tekanan tanah pada dinding sangat dibutuhkan.

Agar dapat merencanakan konstruksi dinding penahan tanah dengan benar, maka kita
perlu mengetahui gaya horizontal yang bekerja antara konstruksi penahan tanah dan

10
massa tanah yang ditahan. Tekanan lateral tanah dapat dibagi menjadi 3 kategori,
yaitu:
1. Jika dinding tidak bergerak K menjadi koefisien tekanan tanah diam (Ko)
2. Jika dinding bergerak menekan ke arah tanah hingga runtuh, koefisien K
mencapai nilai maksimum yang dinamakan tekanan tanah pasif (Kp)
3. Jika dinding menjauhi tanah, hingga terjadi keruntuhan, nilai K mencapai
minimum yang dinamakan tekanan tanah aktif (Ka).

1. Tekanan Tanah dalam Keadaan Diam


Tekanan vertikal menimbulkan perubahan bentuk kearah lateral oleh pengaruh rasio
paisson. Tanah di sekitarnya menahan perubahan kearah lateral ini dengan
mengembangkan tekanan tanah lateral sebesar σ h . Setelah waktu yang lama,
konsolidasi dan rangkak (creep) arah vertikal dan lateral menjadi nol. Pada keadaan
ini telah terjadi kedudukan tegangan-tegangan yang telah stabil, dengan σ v dan σ h
menjadi tegangan-tegangan efektif utamanya. Karena tidak ada perubahan letak
(dispocement), maka tidak ada tegangan geser yang terjadi pada bagian vertikal dan
horizonal di sembarang titik pada lapisan tanah. Kondisi kesembangan di tempat yang
dihasilkan dari kedudukan tegangan-tegangan dengan tanpa terjadinya tegangan geser
didefinisikan sebagai tegangan Ko (Hardiyatmo, 2010).

Pada gambar di bawah tanah dibatasi oleh dinding dengan permukaan licin AB yang
dipasang sampai kedalaman tak terhingga. Suatu elemen tanah yang terletak pada
kedalaman z akan mendapat tekanan arah vertikal σv dan tekanan arah horisontal σh ,
dimana σv dan σh merupakan tekanan efektif dan tekanan total tanah. Apabila
dinding AB dalam keadaan diam, maka tanah akan berada dalam keadaan
keseimbangan statis (static equilibrium). Rasio tekanan arah horisontal dan vertikal
disebut koefisien tekanan tanah dalam keadaan diam (coefficient of earth preassure at
rest) K0 (Hardiyatmo, 2020).

11
Gambar 2.5 Tekanan tanah dalam keadaan diam
Sumber: Hardiyatmo, 2020
σh
Ko= ……………………………………………………………………..…...(2.1)
σv
Sumber: Hardiyatmo, 2020
Nilai gaya total per satuan lebar dinding Po sama dengan luas dari diagram tekanan
tanah. Diagram tekanan tanah dalam keadaan diam yang bekerja pada dinding
setinggi H dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.6 Distribusi tekanan tanah dalam keadaan diam


Sumber: Hardiyatmo, 2020
Dengan persamaan:
1 2
PO = Ko × γ × H ……………………………………………………………….(2.2)
2
Sumber: Hardiyatmo, 2020

12
Pada posisi ini tekanan tanah pada dinding akan berupa tekanan tanah saat diam
(earth pressure at rest) dan tekanan tanah lateral horisontal pada dinding, pada
kedalaman tertentu (z), dinyatakan oleh Persamaan 2.3.
σ h=K O × σ V =K O × γ × z……………………………………………………...(2.3)
Sumber: Hardiyatmo, 2020
Keterangan:
σh = tekanan tanah horisontal saat diam (kN/m),
σv = tekanan tanah vertikal saat diam (kN/m),
Ko = koefisien tekanan tanah saat diam,
𝛾 = berat volume tanah (kN/m3),
H = tinggi dinding (m),
z = kedalaman dinding (m).

2. Tekanan Tanah Aktif


Menurut Hardiyatmo, (2003) Tekanan tanah aktif adalah tekanan yang terjadi pada
dinding penahan yang mengalami keluluhan atau bergerak ke arah luar dari tanah di
belakangnya, sehingga menyebabkan tanah akan bergerak longsor ke bawah dan
menekan dinding penahannya. Kondisi tekanan tanah aktif merupakan kondisi
dimana dinding bergerak menjauhi bagian tanah timbunan atau timbul apabila
dinding penahan tanah bagian atas bergerak relatif ke depan terhadap dasarnya. Hal
ini disebabkan oleh adanya momen yang terjadi atau bekerja pada dinding tersebut.
Sedangkan nilai banding tekanan horisontal dan tekanan vertikal terjadi, didefinisikan
sebagai koefisien tekanan tanah aktif (Ka).

Gambar 2.7 Distibusi tekanan tanah aktif pada dinding penahan tanah

13
Sumber: Sugianti, 2013

Nilai tekanan tanah aktif untuk tanah lateral dihitung dengan menggunakan teori
Rankine yang dibagi menjadi nilai tekanan tanah aktif untuk tanah datar dan nilai
tekanan tanah aktif untuk tanah miring. Untuk menghitung nilai koefisien tanah datar
dan tanah miring pada tanah aktif digunakan rumus seperti dibawah ini :
Nilai Ka untuk tanah datar dinyatakan dalam Persamaan sebagai berikut :
1−sin φ φ
Ka = = 𝑡𝑎𝑛2 . (45° − ) …………………………………………………………………..
1+sin φ 2
(2.4)
Sumber: Sugianti, 2013
Keterangan :
φ = Sudut geser tanah ( ֯ ),
Ka = Koefisien tanah aktif.

1. Menghitung tekanan tanah aktif untuk tanah non kohesif


Nilai Pa untuk tanah non kohesif dinyatakan dalam persamaan berikut :
1
Pa = γ . H2 . Kɑ ……………………...….……………………………..……………………………..(2.5)
2
Sumber: Sugianti, 2013
2. Menghitung tekanan tanah aktif untuk tanah kohesif
Nilai Pa untuk tanah kohesif dinyatakan dalam persamaan berikut:
1
Pa =
2
γ . H2 . Kɑ - 2c √k ɑ
…………………………………………………………………………...2.6)
Sumber: Sugianti, 2013
Momen pada tanah aktif
M a=P a × H ⧸ 3 …………………………………………………………………...(2.7)
Sumber: Sugianti, 2013
Keterangan :
Pa = tekanan tanah aktif (kN/m),

14
γ = berat isi tanah (kN/m3),
H = tinggi dinding (m),
c = kohesi (kN/m2),
Kɑ = koefisien tanah aktif,
Ma = momen tanah aktif (kNm).
 Tekanan akibat kohesi
Pada tanah urugan yang memiliki nilai kohesi, tekanan yang terjadi akibat adanya
nilai kohesi di dalam tanah disekitar dinding penahan tanah akan mengurangi
besarnya tekanan tanah aktif. Hitungan berdasarkan pada persamaan Rankine dengan
mempertimbangkan kondisi-kondisi tegangan lingkaran mohr, dengan menggunakan
lingkaran mohr dapat diperoleh persamaan untuk tekanan arah horizontal σh = Pa
(Hardiyatmo, 2010).
2
Pa=γ × z ×tg (45− ∅ /2)−2e tg(45−∅ /2)……………………………….(2.8)

Berdasarkan Persamaan (2.6), terdapat kemungkinan yang menyatakan bahwa galian


tanah pada tanah kohesif dapat dibuat dengan tebing atau lereng galian yang vertikal
dengan permukaan tanah atau z = 0. Besarnya tekanan tanah aktif pada dinding
penahan tanah setinggi H, dengan tanah urugan yang memiliki nilai kohesi,
dinyatakan oleh:
2
Pa=−2 c × √ K a × H ……………………………………………………………(2.9)
Sumber: Sugianti, 2013

Momen tanah aktif akibat kohesi


M a=P a × H /2 ………………………………………………………………….(2.10)
Sumber: Sugianti, 2013
Keterangan:
Ma = momen tanah aktif (kNm),
Pa = tekanan tanah aktif (kN/m),
c = kohesi tanah (kN/m2 ),
Ka = koefisien tekanan tanah aktif,

15
H = tinggi dinding penahan tanah (m),
γ = berat volume tanah (kN/m3 ),
∅ = sudut gesek tanah (°).

Gambar 2.8 Tekanan tanah aktif akibat kohesi


Sumber: Hardiyatmo, 2020

 Tekanan akibat beban merata


Pada biasanya tanah urugan di belakang dinding penahan tanah dipengaruhi oleh
beban merata atau beban yang terbagi merata. Berdasarkan anggapan beban merata q
sebagai beban tanah setebal hs dengan berat volume (γ) tertentu, maka tinggi lapisan
tanah hs = q/γ. Besar tekanan tanah lateral pada kedalaman hs dari tinggi tanah
asumsi atau di permukaan tanah urugan akan sebesar (Hardiyatmo, 2010):

Gambar 2.9 Tekanan tanah aktif akibat beban merata


(Hardiyatmo, 2020)
Pa=ha ×γ × K a=q × K a ……………………………….…………….…….(2.11)

16
Sumber: Hardiyatmo, 2020
Maka akibat adanya beban merata ini, bertambahnya tekanan tanah aktif total pada
dinding penahan tanah setinggi H dapat dinyatakan oleh persamaan:
Pa=q × K a × H ………………………………………………………………..(2.12)
Sumber: Hardiyatmo, 2020
Momen tanah aktif akibat adanya beban merata
M a=P a × H /2 ……………………..…….…………………….…..…………..(2.13)
Sumber: Hardiyatmo, 2020
Keterangan:
Ma = momen tanah aktif (kNm),
Pa = tekanan aktif akibat beban merata,
γ = berat volume tanah (kN/m3 ),
q = beban merata (kN/m3 ),
H = tinggi dinding penahan tanah (m),
Ka = koefisien tekanan tanah aktif.

Gambar 2.10 Tekanan tanah aktif total


Sumber: Hardiyatmo, 2020

2. Tekanan Tanah Pasif


Tekanan tanah pasif adalah tekanan tanah yang terjadi saat gaya mendorong dinding
penahan tanah kearah tanah urungan, sedangakan nilai banding tekan horizontal dan
vertical yang terjadi didefinisikan sebagai koefisien tekanan tanah pasif atau kp. Nilai

17
tekanan pasif lebih besar dari nilai tekanan tanah saat diam dan nilai tekanan aktif,
tekanan tanah pasif menunjukan nilai maksimum dari gaya yang dapat dikembangkan
oleh tanah pada gerakan struktur panahan terhadap tanah urungannya, yaitu tanah
harus menahan gerakan dinding penahan tanah sebelum mengalami keruntuhan.

Gambar 2.11 Tekanan tanah pasif


Sumber: Hardiyatmo, 2020
Untuk nilai tekanan tanah pasif untuk tanah lateral dihitung dengan cara yang sama
pada tekanan tanah aktif menggunakan teori Rankine yang dibagi menjadi nilai
tekanan tanah pasif untuk tanah datar dan nilai tekanan pasif untuk tanah miring.
Prosedur perhitungannya digunakan metode Rankine Seperti rumus di bawah ini.

Nilai Kp untuk tanah datar dinyatakan dalam Persamaan sebagai berikut :


1−sin φ 2
Kp ¿ =tan .¿ ) ……………………………….………...……..(2.14)
1+sinφ
Sumber: Hardiyatmo, 2020
Keterangan :
φ = Sudut geser tanah (° )
Kp = Koefisien tanah pasif
Perhitungan tekanan tanah pasif dihitung menggunakan persamaan dibawah ini :
1. Menghitung tekanan tanah pasif untuk tanah non kohesif
Nilai Pp untuk tanah non kohesif dinyatakan dalam persamaan berikut ini:
1
P p= × γ ×H2 ×Kp……………………………………………………….……..(2.15)
2

18
Sumber: Hardiyatmo, 2020

2. Menghitung tekanan tanah pasif untuk tanah kohesif


Nilai P puntuk kohesif dinyatakan dalam persamaan berikut ini :
P p=2c √ K p × H ………………………………………………..……………...…
(2.16)
Sumber: Hardiyatmo, 2020
Momen tanah pasif akibat tekanan dari tanah yaitu:
M p=P p × H /3 ……………………………….…………………..…………….(2.17)
Sumber: Hardiyatmo, 2020
Momen tanah pasif akibat adanya kohesi yaitu:
M p=P p × H /2 …………………………………….…………………………...(2.18)
Sumber: Hardiyatmo, 2020
Keterangan :
Mp = momen tanah pasif (kNm),
Pp = tekanan tanah pasif (kN/m),
Kp = koefisien tekanan tanah pasif,
𝛾 = berat volume tanah (kN/m3 ),
H = tinggi dinding (m),
c = kohesi tanah (kN/m2 ),
∅ = sudut geser internal tanah (°).

E. Stabilitas Dinding Penahan Tanah


Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan terjadinya keruntuhan pada dinding
penahan tanah, antara lain oleh faktor penggulingan, penggeseran dan keruntuhan
pada daya dukung tanah. Maka dari itu, dalam merencanakan dinding penahan tanah
langkah pertama yang harus dilakukan adalah menetapkan ukuran dari dinding
penahan untuk menjamin stabilitas dinding penahan tanah aman. Untuk mengetahui

19
stabilitas dinding penahan tanah tipe gravity, perlu dilakukan pengecekan terhadap
dinding gravity tersebut. Pengecekan tersebut diantaranya:

1. Stabilitas Terhadap Guling


Tekanan tanah lateral yang diakibatkan oleh tanah urug di belakang dinding penahan,
cenderung menggulingkan dinding dengan pusat rotasi pada ujung kaki depan pelat
fondasi. Momen penggulingan ini, dilawan oleh momen akibat berat sendiri dinding
penahan dan momen akibat berat tanah di atas pelat fondasi. Untuk contoh keadaan
guling yang kemungkinan terjadi dapat dilihat di gambar dibawah ini:

Gambar 6. Stabilitas Terhadap Gaya Guling


(Sumber : blog.nobelconsultant.com)

Faktor aman akibat penggulingan (Fgl), didefinisikan pada Persamaan


∑ Mw W .b 1
FS guling= = ………………………………………
∑ Mguling ∑ Pah . h1+ ∑ Pav . B
(2.19)
Sumber: Hardiyatmo, 2020
Keterangan :

20
∑Mw = jumlah momen melawan guling (kNm),
∑ M gl = jumlah momen menahan guling (kNm),
W = berat tanah + berat sendiri dinding penahan (kN),
B = lebar kaki dinding penahan (m),
∑ Pah = jumlah gaya horizontal (kN),
∑ Pav = jumlah gaya vertical (kN).

Faktor aman terhadap penggulingan (Fgl) bergantung pada jenis tanah sebagai berikut
 Fgl ≥ 1,5 untuk tanah dasar granuler
 Fgl ≥ 2 untuk tanah dasar kohesif

2. Stabilitas Terhadap Geser


Gaya-gaya yang menggeser dinding penahan tanah akan ditahan oleh sebagai berikut.
a. Gesekan antara tanah dengan dasar fondasi.
b. Tekanan tanah pasif bila di depan dinding penahan terdapat tanah
timbunan.
Untuk contoh keadaan geser yang kemungkinan terjadi dapat dilihat di gambar
dibawah ini :

Gambar 7 : Stabilitas terhadap gaya geser

21
(Sumber: blog.nobelconsultant.com)

Nilai kestabilan struktur terhadap kemungkinan bergeser dihitung dengan persamaan


berikut:
∑ Rh
FS geser= ≥ 1 , 5 ………………………….………..………………….…(2.20)
∑ P ah
Sumber: Hardiyatmo, 2020
Untuk tanah granular (c=0)
∑ Rh =W . F ……………..…….…………………………………………….…...(2.21)
= W . tan δ h dengan δ b ≤ θ
Sumber: Hardiyatmo, 2020
Untuk tan kohesif (θ =0)
∑ Rh =Ca . B ………….…………….………………………………………..….(2.22)
Sumber: Hardiyatmo, 2020
Untuktanah c=θ ¿
∑ Rh =Ca . B+W . tan δ b …………………………………..…………………...(2.23)
Sumber: Hardiyatmo, 2020
Keterangan :
∑ Rh = tahanan dinding penahan tanah terhadap penggeseran,
W = berat total dinding penahan dan tanah di atas pelat fondasi (kN),
Δb = sudut gesek antara tanah dan dasar fondasi, biasanya di ambil 1/3 –
2/3 φ ,
Ca = ad x c = adhesi antara tanah dan dasar dinding (kN/m2),
C = kohesi tanah dasar (kN/m2),
ad = faktor adhesi,
B = lebar fondasi (m),
∑Ph = jumlah gaya-gaya horisontal (kN),
F = tan δ b = koefisien gesek antara tanah dasar dan dasar fondasi
∅ = sudut gesek internal tanah (°).

22
Faktor aman terhadap gaya geser dasar fondasi (Fgs) minimum di ambil 1,5. Bowles
(1997) dalam Hardiyatmo (2014) menyarankan:
 Fgs ≥ 1,5 untuk tanah dasar granuler
 Fgs ≥ 2 untuk tanah dasar kohesif

3. Stabilitas Terhadap Daya Dukung


Beberapa persamaan kapasitas dukung tanah telah digunakan untuk menghitung
stabilitas dinding penahan tanah, seperti persamaan kapasitas dukung Terzaghi (1943)
dalam Hardiyatmo (2014). Untuk contoh keadaan keruntuhan daya dukung tanah
yang kemungkinan terjadi dapat dilihat di Gambar dibawah ini :

Gambar 8 . Stabilitas terhadap daya dukung tanah


(Sumber : blog.nobelconsultant.com)

Kapasitas tersebut adalah kapasitas dukung ultimit (qu) untuk fondasi memanjang
dinyatakan pada Persamaan .
q u=c N c + Df γ N q +0 , 5 B γ N γ ……………………………………..……….(2.24)
Sumber: Hardiyatmo, 2020

23
Keterangan :
c = kohesi tanah (kN/m2),
Df = kedalaman fondasi (m),
γ = berat volume tanah (kN/m3),
B = lebar fondasi dinding penahan tanah (m),
Nc, Nq, dan N γ = faktor-faktor kapasitas dukung Terzaghi (Tabel 1).

Faktor aman terhadap keruntuhan kapasitas dukung didefinisikan pada persamaan


qu
SF= ≥ 3 ………………………………………………………….…….……(2.25)
q
Sumber: Hardiyatmo, 2020
Dengan q adalah tekanan akibat beban struktur. Umumnya factor aman (SF) terhadap
keruntuhan tanah dasar minimum diambil sama dengan 3.
Tekanan struktur pada tanah dasar fondasi dapat dihitung seperti persamaan (2.26),
Persamaan (2.27) dan Persamaan (2.28).
a. Bila lebar dipakai cara lebar efektif fondasi (asumsi Mayerhorf):
v
q= ' ……………………..………………….………………………………….(2.26)
B
Sumber: Hardiyatmo, 2020
dengan V = beban vertikal total dan B’ = B – 2e
b. Bila distribusi tekanan kontak antara tanah dasar fondasi dianggap linier.

q=
V
B( )
'
1+
6e
B
B
bila e ≤ …………………………..…..……………………...(2.27)
6
Sumber: Hardiyatmo, 2020
2V B
q= bila e ≤ …………..………………..………………………....…(2.28)
3(B−2 e) 6
Sumber: Hardiyatmo, 2020

24
Nilai-nilai faktor daya dukung Terzaghi (Nc, Nq, Nγ) dapat dilihat pada Tabel 2.1.
∅ Nc Nq Nγ N’c N’q N’γ
0° 5,71 1,00 0 3,81 1,00 0
5° 7,32 1,64 0 4,48 1,39 0
10° 9,61 2,70 1,2 5,34 1,94 0
15° 12,8 4,44 2,4 6,46 1,73 1,2
20° 17,7 7,43 4,6 7,90 3,88 2,0
25° 25,1 12,7 9,2 9,86 5,60 3,3
30° 37,2 22,5 20,0 12,7 8,32 5,4
35° 57,8 41,4 44,0 16,8 12,8 9,6
40° 95,6 81,2 144,0 23,2 20,5 19,1
45° 172 173 320 34,1 35,1 27,0
Tabel 2.1 Nilai faktor daya dukung Terzaghi (Lebao dan Sulistyan, 2016).
Sumber : Braja M. Das, 1980

Setelah mendapatkan nilai daya dukung ultimit tanah (qult), langkah selanjutnya
menghitung kapasitas dukung ultimit neto (net ultimate bearing capacity). Kapasitas
dukung ultimit neto (qun) merupakan nilai intensitas dari beban fondasi neto, tanah
akan mengalami keruntuhan geser, apabila:
q un=qult −γ × Df ………………………………………………………..…..(2.29)
Keterangan:

25
q un = kapasitas dukung ultimit neto (kN/m2),
q ult = nilai daya dukung ultimit tanah (kN/m2),
Df = kedalaman dasar pondasi (m),
γ = berat volume tanah (kN/m3 ).
Tekanan pondasi total (total foundation total pressure) (q) adalah intensitas tekanan
total pada tanah di dasar Pondasi, setelah struktur bangunan selesai dibangun dengan
pembebanan penuh. Pembebanan total pada pondasi termasuk berat struktur dari
dinding penahan tanah itu sendiri dan berat dari tanah disekitar dinding penahan.
Tekanan pondasi neto (net foundation pressure) untuk suatu fondasi pada kondisi
tertentu ialah tambahan tekanan pada dasar pondasi, akibat adanya beban mati dan
beban hidup dari struktur. Dinyatakan dalam persamaan:
q n=q−γ × D f ………………………………………………………………..(2.30)
Keterangan:
q = tekanan total pada pondasi (kN/m),
Df = kedalaman dasar pondasi (m),
γ = berat volume tanah (kN/m3 ).
Faktor aman (SF) terhadap keruntuhan kapasitas dukung didefinisikan sebagai:
qun q ult −γ × Df
SF= = …………………………………………………………...
qn q−γ × Df
(2.31)
Keterangan:
q ult = nilai daya dukung ultimit tanah (kN/m2 ),
q = tekanan total pondasi (kN/m),
Df = kedalaman dasar pondasi (m),
γ = berat volume tanah (kN/m3 ).

26
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi penelitian
Dalam penelitian proposal ini penulis melakukan penelitian yang berlokasi di Desa
Haruku, Kecamatan Pulau Haruku, Kabupaten Maluku Tengah.

Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian


Sumber : Google Maps, 2023

B. Jenis data
Adapun jenis data yang dipakai dalam penulisan adalah:

27
1. Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil pengamatan yang dilakukan
dengan cara melakukan observasi situasi eksisting dilapangan, dokumentasi dan
mengambil sampel parameter tanah pada lokasi tersebut.
2. Data sekunder adalah data yang penulis dapat dari pihak yang bersangkutan
seperti AS Buld / shop drawing dan spesifikasi teknis.

C. Teknik Pengumpulan data


1. Field Research
Penelitian lapangan atau field research adalah penelitian yang objeknya mengenai
gejala-gejala atau peristiwa-peristiwa-peristiwa yang terjadi pada kelompok
masyarakat sehingga penelitian ini juga bisa disebut penelitian kasus atau studi
kasus (case study) dengan pendekatan deskriptif kualitatif.
2. Library Research
Penelitian pustaka atau library research adala penelitian yang objeknya dicari
dengan berbagai informasi pustaka seperti buku, jurnal ilmiah, majalah, korandan
dokumen.
3. Eksperimen
Penelitian ekperimen adalah penelitian yang dilakukan dengan pendekatan
saintifik dengan menggunakan dua set variable. Set variable pertama bertindak
sebagai konstanta yang digunakan untuk mengukur perbedaan dari set kedua.

D. Sumber Data
Dalam penelitian ini dibutuhkan dua sumber data, yaitu:
1. Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian, dalam hal
ini peneliti memperoleh data atau informasi langsung dari hasil pengamatan di
lapangan.
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang telah tersedia dalam bentuk. Biasanya sumber
data ini lebih banyak sebagai data statistik atau data yang sudah diolah

28
sedemikian rupa sehingga siap digunakan dalam statistik biasanya tersedia pada
kantor-kantor pemerintah, biro jasa data, perusahaan swasta atau badan lain yang
berhubungan dengan penggunakan data.

E. Analisa data
Analisa data dalam penelitian ini adalah dengan menunggunakan teori dan juga
rumus-rumus empiris menurut Rankine tentang tekanan tanah aktif dan tekanan tanah
pasif pada dinding penahan badan jalan serta metode Terzaghi mengenai daya dukung
tanah.

F. Bagan alir penelitian

Mulai

Rumusan Masalah

Survey Lokasi

Pengumpulan Data :

Data Primer : Data Sekunder :


5.
1. Dokumentasi 1. Shop Drawing
6.
2. Sampel Parameter Tanah 2. Spesifikasi Teknis
3. Situasi Eksisting
7.

Analisis Data
1. Perhitung tekanan tanah aktif
dan pasif.
2. Perhitung kestabilan geser,
guling dan daya dukung.

29
Hasil dan Pembahasan
1. Metode Rankine
2. Metode Terzaghi
2

Kesimpulan

Selesai

Gambar 11. Diagram Alir Penelitian

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengumpulan Data


Dari data primer yang diperoleh, data yang diketahui yaitu:
1. Data tanah
Berat volume tanah (γ t ) = 17.1616 kN/m3
Berat volume tanah basah (γ b) = 19.6133 kN/m3
Berat jenis (Gs) = 2.68
Sudut geser dalam (δ) = 30°
Kohesi tanah (c) =
Sumber : Hendrik Dahoklory, 2023
2. Data air
Berat volume air (γ w ) = 1 t/m3
Sumber : Hendrik Dahoklory, 2023
3. Data pasangan batu
Berat volume pasangan batu = 2200 kg/m3 = 22 kN/m3
Mutu Beton = 20 Mpa
Berat volume material (γ b eton) = 22 kN/m3

30
4. Dimensi dinding penahan badan jalan
H=m h2 = m
B= m A=m
b= m C=m
h1 = m D=m

31
32
DAFTAR PUSTAKA

Djunaedi, R. R. (2020). Perencanaan Dinding Penahan Tanah Tipe Gravitasi


(Studi Kasus: Sdn Lio, Kecamatan Cireunghas). Jurnal Student Teknik Sipil,
2(1), 55-64.

Ramadhani, Sriyati. "Perencanaan Dinding Penahan Tipe Gravitasi Pada Lokasi


Bukit BTN Teluk Palu Permai." SMARTek 8.1 (2010).

Setiawan, H. (2011). Perbandingan penggunaan dinding penahan tanah tipe


kantilever dan gravitasi dengan variasi ketinggian lereng. Journal Teknik
Sipil Dan Infrastruktur, 1(2).
Dermawan, A., Syaiful, S., Alimuddin, A., & Fachruddin, F. (2022). Analisis
Stabilitas Dinding Penahan Tanah (Studi Kasus: Desa Mekarjaya,
Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor). Rona Teknik Pertanian, 15(2), 67-
81.

Apriyono, A., Sumiyanto, S., & Wariyatno, N. G. (2016). Analisis Penanggulangan


Kelongsoran Tanah Pada Ruas Jalan Gunung Tugel Patikraja Banyumas.
Jurnal Teknik Sipil, 14(1), 53-61.

Situmorang, K. (2022). Analisis Stabilitas Dinding Penahan Tanah Type Gravity


Wall Pada Area Inlet Proyek Bendungan Lau Simeme (Doctoral
dissertation, Universitas Medan Area).

SAPUTRA, Septian Adi. Analisis Stabilitas Lereng Dengan Perkuatan Dinding


Penahan Tanah Kantilever Dan Geotekstil Pada Ruas Jalan Lintas Liwa–
Simpang Gunung Kemala Km. 268+ 550. 2017.

Situmorang, K. (2022). Analisis Stabilitas Dinding Penahan Tanah Type Gravity


Wall Pada Area Inlet Proyek Bendungan Lau Simeme (Doctoral
dissertation, Universitas Medan Area).

Zulfendri, Z. (2022). Perencanaan Dinding Penahan Tanah Retaining Wall Dam


Katapiang Jorong Binu Nagari Kamang Hilia Kecamatan Kamang Magek
(Doctoral dissertation, UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA
BARAT).

Titaley, H. D. (2022). Tinjauan Stabilitas Dinding Penahan Tanah Tipe Gravitasi


Pada Ruas Jalan Desa Hatu. Syntax Literate; Jurnal Ilmiah Indonesia,
7(11),17016-170

33
Bowles, J. E., & Silaban, P. (1999). Analisa dan Disain Fondasi Jilid 2.
Bowles, J. (1999). Analisis dan Disain Fondasi” edisi ketiga jilid 2. Jakarta.
Penerbit Erlangga.
Analisis dan perancangan FONDASI I EDISI KETIGA, Gadja Mada University
Press “Hary Christady Hardiyatmo”
Das, B., & Sivakugan, N. (2007). Settlements of shallow foundations on granular
soil—an overview. International journal of geotechnical engineering, 1(1),
19-29.
Ramadhan, M. S. (2021). Perencanaan Dinding Penahan Tanah Tipe Cantilever
Wall Pada Akses Jalan Pulau Balang‐Penajam Paser Utara‐Kota
Balikpapan Provinsi Kalimantan Timur (Doctoral Dissertation, Universitas
Islam Kalimantan Mab).

34
LAMPIRAN

Gambar 13. Kondisi ruas jalan yang longsor, 2023

Gambar 14. Tampak longsor

35
Gambar 15. Pengukuran ketinggian longsor

Gambar 16. Tampak dari bawah

36
PROPOSAL TUGAS AKHIR

PERENCANAAN DINDING PENAHAN BADAN JALAN TIPE


GRAVITASI (Studi Kasus : Peningkatan Jalan Haruku-Oma Ruas
Jalan Aboru-Haruku)

Disusun Oleh :

DENSYA YUSUF
NIM. 1320013018

PRODI D -III
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI AMBON
2023
LEMBARAN PENGESAHAN

37
USULAN TUGAS AKHIR

“PERENCANAAN DINDING PENAHAN BADAN JALAN TIPE

GRAVITASI (Studi Kasus : Peningkatan Jalan Haruku-Oma Ruas


Jalan Aboru-Haruku)”
Disusun oleh :
Densya Yusuf
NIM: 1320013018

Program Studi D-III Teknik Sipil

1. Vector R. R. Hutubessy, ST., M.Eng ………………………....


NIP. 19740205 200604 1 002 Pembimbing Utama

2. Ir. Hadi Purwanto, MT ………………………....


NIP. 19600508 199203 1 002 Pembahas 1

3. Musper David Soumokil, ST., MT ………………………....


NIP. 19780323 200501 1 001 Pembahas 2

Ketua Jurusan Koordinator Prodi


Teknik Sipil D-III Teknik Sipil

Renny James Betaubun, S.ST., MT Herry Henry Robeth, ST,.MT


NIP. 19640710 199010 1 001 NIP. 19650704 199903 1 001

38

Anda mungkin juga menyukai