UTAMA : Ir. Ismail Hoesain M., MT. PERTAMA : Prof. Ir. Didi S. Agustawijaya, M.Eng.,
Jalan ByPass BIL – Mandalika merupakan jalan yang dibangun untuk mendukung event ajang balap
MotoGP, jalan ini memiliki panjang 17,36 kilometer yang menghubungkan antara Bandara International
Lombok (BIL) dengan kawasan wisata Kuta Mandalika. Pada ruas jalan ini terdapat banyak lereng dari bukit
maupun lereng yang terbentuk akibat galian dan timbunan pada saat pengerjaan jalan. Oleh karena itu,
dibutuhkan dinding penahan tanah sebagai penahan dari lereng yang ada untuk mencegah terjadinya
kelongsoran.
Seiring dengan perkembangan rekayasa bangunan sipil, geosintetik banyak digunakan sebagai
alternatif dari dinding penahan tanah. Geosintetik adalah suatu produk buatan pabrik dari bahan polymer yang
digunakan dalam sistem atau struktur yang berhubungan dengan tanah, batuan, atau bahan rekayasa
geoteknik lainnya (Hardiyatmo, 2013). Penggunaan geosintetik sebagai dinding penahan tanah merupakan
pengembangan dari konsep tanah bertulang (reinforced earth) yang ditemukan oleh Vidal di Perancis pada
pertengahan tahun 1960. Geosintetik sebagai alternatif memiliki kekuatan dan kekakuan yang cukup baik.
Dengan fungsi yang sama, dibandingkan dinding penahan tanah geosintetik lebih mudah untuk dipasang di
lapangan, dan dapat mengurangi biaya konstruksi juga material. Hingga saat ini, dinding penahan dengan
sistem penulangan tanah banyak digunakan untuk pembangunan.
Bijatri (2020) melakukan penelitian mengenai analisis stabilitas timbunan pada tanah lempung
ekspansif dengan perkuatan geosintetik pada ruas jalan BIL – Mandalika dengan memperhitungkan gaya ke
atas.
Kebaruan dalam perencanaan ini adalah menghitung stabilitas ekstern dan stabilitas intern perkuatan
lereng dengan geosintetik dengan memperhitungkan beban gempa, sehingga topik ini menarik untuk diangkat
sebagai tugas akhir dengan judul “Perencanaan Perkuatan Geosintetik Sebagai Alternatif Dinding Penahan
Tanah Pada STA 10+150 Ruas Jalan ByPass BIL - Mandalika”.
Batasan
Rumusan Masalah
Masalah 1. Kawasan perencanaan adalah ruas Jalan ByPass
BIL – Mandalika (STA 10+150).
Lokasi bidang longsor pada dinding tanah Lokasi bidang longsor pada dinding tanah
bertulangan lajur metal (Sumber: bertulangan geotekstil (Sumber: Hardiyatmo,
Hardiyatmo, 2013) 2013)
Distribusi Tegangan
Landasan Teori pada Tulangan
3. Tegangan vertikal dianggap mengikuti distribusi
Tegangan Verikal trapesium. Pada cara ini tanah bertulang dianggap
Dalam hitungan tegangan vertikal untuk sebagai struktur yang kaku. Tekanan tanah yang bekerja
perancangan dinding tanah bertulang, terdapat 3 anggapan, di belakang tanah bertulang cenderung menggulingkan
sebagai berikut (Mitchel dan Villet, 1987). struktur sehingga akan terjadi tegangan vertikal
1. Tegangan vertikal pada sembarang kedalaman maksimum di bawah dinding depan dan minimum di
dianggap terbagi rata sama, yaitu sama dengan bagian belakang (Gambar c). Persamaan tegangan
overburden (Gambar a): vertikal untuk distribusi tegangan trapesium adalah:
v= (2.2a) v= (2.2c)
Dengan: Dalam persamaan-persamaan (2.2a), (2.2b), dan
: berat volume tanah (kN/ (2.2c), tanah urug dianggap tanah granuler dengan kohesi c
z : kedalaman yang ditinjau (m) = 0 dan struktur tidak dibebani dengan beban terbagi rata di
2. Tegangan vertikal dihitung berdasarkan metode atasnya.
Mayehof (Gambar b):
v= (2.2b)
Dengan:
Ka : koefisisen tekanan tanah aktif
z : kedalaman yang ditinjau (m)
: berat volume tanah (kN/)
: lebar dinding (m)
Hitungan tegangan horisontal dikaitkan dengan anggapan-anggapan yang telah digunakan dalam
menghitung tegangan vertikal. Terdapat tiga asumsi:
1. Tegangan horisontal dihitung menurut hitungan tekanan aktif Rankine:
(2.3a)
(2.3b)
3. Tegangan horisontal sama dengan koefisien tekanan tanah lateral (Ka) dikalikan dengan tegangan vertikal
maksimum tepat di belakang elemen permukaaan (penutup depan):
(2.3c)
Landasan Teori
Distribusi Tegangan pada Tulangan
Juran dan Schlosser (1978) menyatakan bahwa tegangan-tegangan vertikal
dan horisontal pada bidang simetri yang berada di antara dua tulangan merupakan
tegangan-tegangan utama, oleh sebab itu tegangan geser pada bidang ini dianggap
sama dengan nol.
Gaya tarik maksimum dalam tulangan dihitung dengan meninjau
keseimbangan horisontal pada tiap-tiap pias, yaitu dengan menganggap setiap
tulangan harus menahan gaya horisontal sebesar setengah tebal tanah di bawah dan
setengah tebal tanah di atasnya. Dengan anggapan tersebut, setiap tulangan harus
menahan gaya horisontal sebesar:
= = = (2.4)
Dengan:
: gaya horisontal per meter lebar pada dinding setinggi (kN/) Gaya horisontal yang harus
: berat volume tanah (kN/) didukung tiap tulangan (Juran dan
: jumlah dari jarak setengah tebal tanah bagian atas dan setengah Schlosser, 1978). (Sumber:
Hardiyatmo, 2013)
tebal bagian bawah (m)
K : koefisien tekanan tanah lateral
: tegangan vertikal pada kedalaman yang ditinjau (kN/)
Jika jarak vertikal tulangan geosintetik yang sama, maka = . Jadi, gaya
horisontal yang harus didukung tulangan adalah:
= = (2.5)
Landasan Teori Tekanan Tanah Lateral
Tekanan tanah lateral merupakan gaya yang disebabkan oleh
dorongan tanah di belakang struktur penahan tanah. Analisis dinding tanah
bertulang geotekstil, menganggap bahwa tekanan tanah lateral dianggap
bervariasi secara linier, yaitu mengikuti distribusi Rankine. Karena itu,
distribusi gaya tarik tulangan juga akan bervariasi secara linier dengan nilai
maksimum pada tulangan yang paling bawah.
Pada gambar memperlihatkan distribusi tekanan tanah lateral
Rankine untuk dinding yang dipengaruhi beban terbagi rata di atasnya.
Bidang longsor memisahkan zona aktif yang berada tepat di belakang
permukaan dinding, dan zona penahan atau zona angker atau zona pasif
yang letaknya berada di belakang garis longsor. Di dalam zona aktif, tanah
diasumsikan dalam kondisi aktif dari keseimbangan plastis, sehingga teori
Rankine dapat diaplikasikan.
Tekanan Lateral akibat Beban Merata
(2.6)
Tekanan Lateral akibat Beban Tanah di Atas Muka Air
= Ka z (2.7)
Tekanan Lateral akibat Beban di Atasnya
= Ka z (2.8)
Tekanan Lateral akibat Beban Tanah di Bawah Muka Air
= ( – w) Ka z (2.9)
Tekanan Lateral akibat Pengaruh Air Tanah Distribusi tekanan Rankine pada dinding
=z w (2.10) yang dipengaruhi beban terbagi rata.
(Sumber: Hardiyatmo, 2013)
Landasan Teori Pengaruh Beban di Atas
Tanah Urug
(2.12)
● Beban Titik
● Beban Garis
(2.15)
Landasan Teori
Pengaruh Beban Gempa
Perhitungan tegangan lateral tanah akibat gempa teori Persamaan koefisien percepatan horizontal adalah sebagai berikut:
Mononobe-Okabe adalah sebagai berikut:
= (2.18)
(2.22)
• Perhitungan spasi antar lapisan geosintetik
Dengan:
(2.20) : spasi antara lapisan geosintetik (m)
h : tekanan lateral tanah pada kedalaman tertentu (kN/
Dengan: z : kedalaman titik yang ditinjau dari permukaan tanah (m)
: spasi antara lapisan geosintetik (m) FS : faktor keamanan (1,3 – 1,5)
: tegangan izin (MPa) ẟ : sudut friksi antara tanah dan geosintetik ()
h : tekanan lateral tanah pada kedalaman tertentu (kN/
FS : faktor keamanan (1,3 – 1,5)
Landasan Teori
• Faktor keamanan terhadap gaya geser
Stabilitas Ekstern
(2.23)
(2.24)
Dengan:
Q : gaya karena beban tanah sendiri
(Q = H ) (kN/m)
ar : 0,5 L (m)
Pa : tekanan aktif tanah (kN/m)
ad : ⅓ H (m)
Landasan Teori • Faktor keamanan terhadap kelongsoran lereng
Stabilitas Ekstern
• Faktor keamanan terhadap daya dukung tanah dasar Dinding tanah bertulang harus aman terhadap keruntuhan
lereng menyeluruh. Analisis stabilitas dilakukan dengan
SF = ≥ 3 (2.25) menggunakan program plaxis. Plaxis adalah program elemen
hingga untuk aplikasi geoteknik dimana dignakan model-model
= c+ q.+ 0,5.B.γ. (2.26) tanah untuk melakukan simulasi terhadap periilaku dari tanah.
Dengan:
: daya dukung tanah (kN/ Suatu analisis keamanan dalam plaxis dapat dilakukan
q : berat tanah (kN/m)
B : lebar dasar pondasi yang kontak dengan tanah (m) dengan mereduksi parameter kekuatan dari tanah. Proses ini
: koefisien daya dukung untuk kohesi disebut sebagaiReduksi Phi-c dan merupakan jenis perhitungan
: koefisien daya dukung untuk berat tanah (beban)
: koefisien daya dukung untuk berat jenis tanah tersendiri. Reduksi Phi-c merupakan pilihan yang tersedia dalam
plaxis untuk menghitung faktor keamanan. Dalam pendekatan
Phi-c parameter kekuatan tan ϕ dan c dari tanah selanjutnya akan
direduksi hingga keruntuhan tercapai.
Landasan Teori • Faktor aman terhadap putus tulangan
(2.31)
BAB
III
METODE
PENELITIAN
Lokasi Penelitian
Penelitian ini bertempat di ruas jalan ByPass
BIL – Mandalika, tepatnya pada STA 10 +150 seperti
yang ditunjukkan pada gambar.
Data Penelitian
• Data geosintetik
Bagan Alir Penelitian
Bagan Alir Analisis dengan Software Plaxis
Jadwal Penelitian