Anda di halaman 1dari 29

PERENCANAAN PERKUATAN GEOSINTETIK SEBAGAI

ALTERNATIF DINDING PENAHAN TANAH PADA STA 10+150


RUAS JALAN BYPASS BIL – MANDALIKA

NAMA : BAIQ TIAS SYAHRANI RAHAYU


NIM : F1A019031

DOSEN PEMBIMBING: DOSEN PENGUJI:

UTAMA : Ir. Ismail Hoesain M., MT. PERTAMA : Prof. Ir. Didi S. Agustawijaya, M.Eng.,

PENDAMPING : Tri Sulistyowati, ST., MT. Ph.D.


KEDUA : Dr. Muhajirah, ST., MT.
BAB
I
PENDAHULUA
N
Latar Belakang

Jalan ByPass BIL – Mandalika merupakan jalan yang dibangun untuk mendukung event ajang balap
MotoGP, jalan ini memiliki panjang 17,36 kilometer yang menghubungkan antara Bandara International
Lombok (BIL) dengan kawasan wisata Kuta Mandalika. Pada ruas jalan ini terdapat banyak lereng dari bukit
maupun lereng yang terbentuk akibat galian dan timbunan pada saat pengerjaan jalan. Oleh karena itu,
dibutuhkan dinding penahan tanah sebagai penahan dari lereng yang ada untuk mencegah terjadinya
kelongsoran.
Seiring dengan perkembangan rekayasa bangunan sipil, geosintetik banyak digunakan sebagai
alternatif dari dinding penahan tanah. Geosintetik adalah suatu produk buatan pabrik dari bahan polymer yang
digunakan dalam sistem atau struktur yang berhubungan dengan tanah, batuan, atau bahan rekayasa
geoteknik lainnya (Hardiyatmo, 2013). Penggunaan geosintetik sebagai dinding penahan tanah merupakan
pengembangan dari konsep tanah bertulang (reinforced earth) yang ditemukan oleh Vidal di Perancis pada
pertengahan tahun 1960. Geosintetik sebagai alternatif memiliki kekuatan dan kekakuan yang cukup baik.
Dengan fungsi yang sama, dibandingkan dinding penahan tanah geosintetik lebih mudah untuk dipasang di
lapangan, dan dapat mengurangi biaya konstruksi juga material. Hingga saat ini, dinding penahan dengan
sistem penulangan tanah banyak digunakan untuk pembangunan.
Bijatri (2020) melakukan penelitian mengenai analisis stabilitas timbunan pada tanah lempung
ekspansif dengan perkuatan geosintetik pada ruas jalan BIL – Mandalika dengan memperhitungkan gaya ke
atas.
Kebaruan dalam perencanaan ini adalah menghitung stabilitas ekstern dan stabilitas intern perkuatan
lereng dengan geosintetik dengan memperhitungkan beban gempa, sehingga topik ini menarik untuk diangkat
sebagai tugas akhir dengan judul “Perencanaan Perkuatan Geosintetik Sebagai Alternatif Dinding Penahan
Tanah Pada STA 10+150 Ruas Jalan ByPass BIL - Mandalika”.
Batasan
Rumusan Masalah
Masalah 1. Kawasan perencanaan adalah ruas Jalan ByPass
BIL – Mandalika (STA 10+150).

2. Data yang digunakan merupakan data sekunder


Proyek Jalan BIL – Mandalika.
1. Berapa jarak spasi antar lapisan geotekstil,
panjang penjangkaran ditambah panjang 3. Perencanaan perkuatan geosintetik menghitung
nonacting, dan panjang overlap dari faktor keamanan terhadap stabilitas ekstern dan
perencanaan geosintetik ? intern.

4. Hanya memperhitungkan beban gempa, beban lalu


2. Berapa besar faktor keamanan terhadap lintas dan beban perkerasan jalan.
stabilitas ekstern dan stabilitas intern
perkuatan geosintetik ? 5. Perhitungan dilakukan secara manual dan
menggunakan software plaxis 8.6.
3. Berapa perbedaan hasil perhitungan secara
manual dengan perhitungan menggunakan 6. Geosintetik yang digunakan adalah jenis
software plaxis 8.6 ? geotekstil.

7. Perencanaan menggunakan konsep desain


Rankine.
Tujuan Penelitian
1. Mengetahui jarak spasi antar lapisan geotekstil,
panjang penjangkaran ditambah panjang nonacting,
dan panjang overlap dari perencanaan geosintetik.

2. Mendapatkan hasil faktor keamanan terhadap


stabilitas ekstern dan stabilitas intern dari perkuatan
geosintetik.

3. Mengetahui perbedaan hasil perhitungan secara


manual dengan perhitungan menggunakan software
plaxis 8.6.
Manfaat Penelitian
1. Memberikan informasi terkait perkuatan
geosintetik sebagai alternatif dinding penahan
tanah.

2. Meningkatkan wawasan atas perencanaan dan


perhitungan perkuatan geosintetik sebagai
alternatif dinding penahan tanah.
BAB
II
DASAR TEORI
Tinjauan Pustaka

Melakukan penelitian mengenai pemodelan perilaku dan kinerja tanah merah


Arifin (2019) dengan perkuatan geogrid pada dinding MSE menggunakan (plaxis 2D) pada ruas
jalan Kebon Jeruk – Ulujami. Didapatkan hasil pemantauan lapangan nilai
deformasi maksimum yang terjadi pada dinding MSE sebesar 40 milimeter. Sedang
hasil permodelan plaxis 2D menunjukan hasil deformasi maksimal sebesar 14mm
dengan nilai SF sebesar 1,916. Dapat disimpulkan bahwa deformasi di lapangan
lebih besar 26 mm atau 65% dari hasil permodelan plaxis 2D.

Melakukan penelitian mengenai analisis stabilitas lereng dengan perkuatan geocell


Pramulandani menggunakan metode elemen hingga (plaxis 2D). Dengan tinggi penimbunan
(2000) mencapai 10 meter, tinggi timbunan lereng 4 m, lebar pada kaki lereng 25 m, lebar
pada bagian atas lereng 8 m, serta kedalaman tanah kaki lereng setinggi 6 meter.
Hasil analisa didapatkan pemasangan jarak vertikal geocell yang paling efektif
adalah 1 meter dari panjang geocell 6 m, dengan kemiringan lereng 1:1, kuat tarik
14,5 MPa dan nilai SF lebih besar dari batas minimum, semakin rapat pemasangan
geocell mampu meningkatkan nilai SF dengan rata-rata sebesar 7%.
Landasan Teori Geosintetik

Geosintetik adalah suatu produk buatan pabrik


dari bahan polymer yang digunakan dalam sistem atau
struktur yang berhubungan dengan tanah, batuan, atau
bahan rekayasa geoteknik lainnya (Hardiyatmo, 2013).
Menurut Hardiyatmo (2013) geosintetik dalam
lingkup pekerjaan bangunan sipil mempunyai beberapa
fungsi utama, seperti:
● Pemisah atau separasi (separation)
● Filtrasi (filtration)
● Drainase
● Tulangan atau perkuatan
● Fungsi proteksi
● Gabungan fungsi-fungsi.
Fungsi tersebut bisa bersifat tunggal atau
gabungan dari beberapa fungsi yang bergantung
penggunaannya.

Fungsi utama dari berbagai macam


geosintetik. (Sumber: Hardiyatmo, 2013)
Landasan Teori Dinding Penahan

Struktur tanah bertulang untuk dinding


penahan tanah yang relatif tegak sering disebut tanah
distabilisasi secara mekanis (Mechanically Stabilized
Earth, MSE). Struktur ini pada dasarnya adalah suatu
perkuatan tanah yang berfungsi untuk membantu
menahan gaya lateral yang bekerja.
Sistem penulangan tanah untuk dinding
penahan mempunyai tiga komponen utama, yaitu:
● Tulangan-tulangan (reinforcement) atau
perkuatan.
● Tanah urug atau tanah asli lapangan.
● Elemen-elemen permukaan (facing element)
yang merupakan elemen-elemen penutup dinding
bagian depan.

Tipe-tipe penutup permukaan dinding MSE


bertulangan geosintetik. (Sumber:
Hardiyatmo, 2013)
Landasan Teori Teori Rankine

Teori Rankine (1857) menurut Hardiyatmo (2014),


perhitungan tekanan tanah lateral dihitung dengan asumsi-
asumsi sebagai berikut:
● Tanah dalam kedudukan keseimbangan plastis, yaitu
sembarang elemen tanah dalam kondisi tepat akan
runtuh.
● Tanah urug tidak berkohesi (c = 0).
● Gesekan antara dinding dan tanah urug diabaikan atau
permukaan dinding dianggap licin sempurna ( ẟ = 0).
Menurut Rankine (1897) pada Hardiyatmo (2010),
koefisien tanah aktif (Ka), bila dinyatakan dalam persamaan
umum seperti pada persamaan 2.1
Ka = =
Karena:
v = z , maka:
Ka = = ( (2.1)

Bentuk bidang longsor Rankine. (Sumber:


Hardiyatmo, 2013)
Landasan Teori
Mekanisme Keruntuhan dan Lokasi Bidang Longsor
Massa tanah dalam zona tanah bertulang ditahan oleh aksi perkuatan dari lembaran geotekstil dan
erosi tanah di permukaan ditahan oleh geotekstil yang ditekuk di ujung luarnya. Tanah urug yang diperkuat
sekaligus merupakan material penahan beban dan media yang membebani di dalam sistem dinding
penahan. Ketika dinding mengalami deformasi, tekanan tanah lateral di dalam tanah diteruskan melalui
geotekstil ke zona pasif (yaitu tanah urug yang berada di belakang zona aktif yang berdeformasi) melalui
gesekan antara tanah dan geotekstil.

Lokasi bidang longsor pada dinding tanah Lokasi bidang longsor pada dinding tanah
bertulangan lajur metal (Sumber: bertulangan geotekstil (Sumber: Hardiyatmo,
Hardiyatmo, 2013) 2013)
Distribusi Tegangan
Landasan Teori pada Tulangan
3. Tegangan vertikal dianggap mengikuti distribusi
Tegangan Verikal trapesium. Pada cara ini tanah bertulang dianggap
Dalam hitungan tegangan vertikal untuk sebagai struktur yang kaku. Tekanan tanah yang bekerja
perancangan dinding tanah bertulang, terdapat 3 anggapan, di belakang tanah bertulang cenderung menggulingkan
sebagai berikut (Mitchel dan Villet, 1987). struktur sehingga akan terjadi tegangan vertikal
1. Tegangan vertikal pada sembarang kedalaman maksimum di bawah dinding depan dan minimum di
dianggap terbagi rata sama, yaitu sama dengan bagian belakang (Gambar c). Persamaan tegangan
overburden (Gambar a): vertikal untuk distribusi tegangan trapesium adalah:
v= (2.2a) v= (2.2c)
Dengan: Dalam persamaan-persamaan (2.2a), (2.2b), dan
: berat volume tanah (kN/ (2.2c), tanah urug dianggap tanah granuler dengan kohesi c
z : kedalaman yang ditinjau (m) = 0 dan struktur tidak dibebani dengan beban terbagi rata di
2. Tegangan vertikal dihitung berdasarkan metode atasnya.
Mayehof (Gambar b):
v= (2.2b)
Dengan:
Ka : koefisisen tekanan tanah aktif
z : kedalaman yang ditinjau (m)
: berat volume tanah (kN/)
: lebar dinding (m)

Distribusi tegangan vertikal di dasar dinding (Mitchel dan Villet,


1987). (a) Distribusi uniform, (b) Distribusi Mayerhof, (c)
Distribusi trapesium. (Sumber: Hardiyatmo, 2013)
Landasan Teori
Distribusi Tegangan pada Tulangan
Tegangan Horisontal

Hitungan tegangan horisontal dikaitkan dengan anggapan-anggapan yang telah digunakan dalam
menghitung tegangan vertikal. Terdapat tiga asumsi:
1. Tegangan horisontal dihitung menurut hitungan tekanan aktif Rankine:

(2.3a)

2. Tegangan horisontal dihitung dengan metode yang diberikan Mayerhof:

(2.3b)

3. Tegangan horisontal sama dengan koefisien tekanan tanah lateral (Ka) dikalikan dengan tegangan vertikal
maksimum tepat di belakang elemen permukaaan (penutup depan):

(2.3c)
Landasan Teori
Distribusi Tegangan pada Tulangan
Juran dan Schlosser (1978) menyatakan bahwa tegangan-tegangan vertikal
dan horisontal pada bidang simetri yang berada di antara dua tulangan merupakan
tegangan-tegangan utama, oleh sebab itu tegangan geser pada bidang ini dianggap
sama dengan nol.
Gaya tarik maksimum dalam tulangan dihitung dengan meninjau
keseimbangan horisontal pada tiap-tiap pias, yaitu dengan menganggap setiap
tulangan harus menahan gaya horisontal sebesar setengah tebal tanah di bawah dan
setengah tebal tanah di atasnya. Dengan anggapan tersebut, setiap tulangan harus
menahan gaya horisontal sebesar:
= = = (2.4)
Dengan:
: gaya horisontal per meter lebar pada dinding setinggi (kN/) Gaya horisontal yang harus
: berat volume tanah (kN/) didukung tiap tulangan (Juran dan
: jumlah dari jarak setengah tebal tanah bagian atas dan setengah Schlosser, 1978). (Sumber:
Hardiyatmo, 2013)
tebal bagian bawah (m)
K : koefisien tekanan tanah lateral
: tegangan vertikal pada kedalaman yang ditinjau (kN/)
Jika jarak vertikal tulangan geosintetik yang sama, maka = . Jadi, gaya
horisontal yang harus didukung tulangan adalah:
= = (2.5)
Landasan Teori Tekanan Tanah Lateral
Tekanan tanah lateral merupakan gaya yang disebabkan oleh
dorongan tanah di belakang struktur penahan tanah. Analisis dinding tanah
bertulang geotekstil, menganggap bahwa tekanan tanah lateral dianggap
bervariasi secara linier, yaitu mengikuti distribusi Rankine. Karena itu,
distribusi gaya tarik tulangan juga akan bervariasi secara linier dengan nilai
maksimum pada tulangan yang paling bawah.
Pada gambar memperlihatkan distribusi tekanan tanah lateral
Rankine untuk dinding yang dipengaruhi beban terbagi rata di atasnya.
Bidang longsor memisahkan zona aktif yang berada tepat di belakang
permukaan dinding, dan zona penahan atau zona angker atau zona pasif
yang letaknya berada di belakang garis longsor. Di dalam zona aktif, tanah
diasumsikan dalam kondisi aktif dari keseimbangan plastis, sehingga teori
Rankine dapat diaplikasikan.
Tekanan Lateral akibat Beban Merata
(2.6)
Tekanan Lateral akibat Beban Tanah di Atas Muka Air
= Ka z (2.7)
Tekanan Lateral akibat Beban di Atasnya
= Ka z (2.8)
Tekanan Lateral akibat Beban Tanah di Bawah Muka Air
= ( – w) Ka z (2.9)
Tekanan Lateral akibat Pengaruh Air Tanah Distribusi tekanan Rankine pada dinding
=z w (2.10) yang dipengaruhi beban terbagi rata.
(Sumber: Hardiyatmo, 2013)
Landasan Teori Pengaruh Beban di Atas
Tanah Urug

● Beban Terbagi Rata

(2.12)

● Beban Titik

untuk m > 0,4 (2.13a)

untuk m 0,4 (2.13b)

● Beban Garis

untuk m > 0,4 (2.14a)

untuk m 0,4 (2.14b)

● Beban Terbagi Rata Memanjang

(2.15)
Landasan Teori
Pengaruh Beban Gempa
Perhitungan tegangan lateral tanah akibat gempa teori Persamaan koefisien percepatan horizontal adalah sebagai berikut:
Mononobe-Okabe adalah sebagai berikut:
= (2.18)

Persamaan percepatan tanah puncak ) adalah:


= (2.16)
= x (2.19)
= (2.17)
Dengan:
= percepatan tanah puncak.
= koefisien situs.
Dengan:
: koefisien tekanan tanah akibat gempa
: tegangan lateral tanah akibat gempa (kN/m)
: sudut gesek dalam tanah ()
: sudut gesek antara tanah dengan permukaan dinding ()
: ()
: sudut kemiringan timbunan ()
: kemiringan bagian atas dinding terhadap bidang vertikal ()
: koefisien percepatan horizontal
: koefisien percepatan vertikal (umumnya diambil 0)
Landasan Teori
• Perhitungan panjang penjangkaran ditambah panjang nonacting
Perancangan Perkuatan Tanah dengan (L)
Perkuatan Geotekstil

Penentuan spasi antar perkuatan geotekstil ditentukan dengan (2.21)

cara coba-coba (trial and error), kemudian dilanjutkan dengan Dengan:


perhitungan panjang penjangkaran ditambah panjang nonacting, : panjang penjangkaran (m)
: panjang nonacting (m)
sampai dengan menghitung panjang overlap. Beberapa hasil percobaan
perhitungan tersebut akan dipilih yang paling cocok dan memenuhi
syarat stabilitasnya. • Perhitungan spasi antar lapisan geosintetik

(2.22)
• Perhitungan spasi antar lapisan geosintetik
Dengan:
(2.20) : spasi antara lapisan geosintetik (m)
h : tekanan lateral tanah pada kedalaman tertentu (kN/
Dengan: z : kedalaman titik yang ditinjau dari permukaan tanah (m)
: spasi antara lapisan geosintetik (m) FS : faktor keamanan (1,3 – 1,5)
: tegangan izin (MPa) ẟ : sudut friksi antara tanah dan geosintetik ()
h : tekanan lateral tanah pada kedalaman tertentu (kN/
FS : faktor keamanan (1,3 – 1,5)
Landasan Teori
• Faktor keamanan terhadap gaya geser
Stabilitas Ekstern
(2.23)

Dalam hitungan stabilitas ekstern, struktur dinding tanah Dengan:


bertulang dianggap sebagai blok padat dan keruntuhan dinding tanah Q : gaya karena beban tanah sendiri
bertulang ditinjau terhadap mekanisme-mekanisme berikut ini: (Q = H ) (kN/m)
• Pergeseran terhadap dasar dinding Pa : tekanan aktif tanah (kN/m)
• Penggulingan terhadap kaki depan dinding ẟ : sudut friksi antara tanah dan geosintetik ( (
• Keruntuhan kapasitas dukung tanah dasar
• Keruntuhan akibat kelongsoran lereng global
• Faktor keamanan terhadap gaya guling

(2.24)

Dengan:
Q : gaya karena beban tanah sendiri
(Q = H ) (kN/m)
ar : 0,5 L (m)
Pa : tekanan aktif tanah (kN/m)
ad : ⅓ H (m)
Landasan Teori • Faktor keamanan terhadap kelongsoran lereng
Stabilitas Ekstern
• Faktor keamanan terhadap daya dukung tanah dasar Dinding tanah bertulang harus aman terhadap keruntuhan
lereng menyeluruh. Analisis stabilitas dilakukan dengan
SF = ≥ 3 (2.25) menggunakan program plaxis. Plaxis adalah program elemen
hingga untuk aplikasi geoteknik dimana dignakan model-model
= c+ q.+ 0,5.B.γ. (2.26) tanah untuk melakukan simulasi terhadap periilaku dari tanah.
Dengan:
: daya dukung tanah (kN/ Suatu analisis keamanan dalam plaxis dapat dilakukan
q : berat tanah (kN/m)
B : lebar dasar pondasi yang kontak dengan tanah (m) dengan mereduksi parameter kekuatan dari tanah. Proses ini
: koefisien daya dukung untuk kohesi disebut sebagaiReduksi Phi-c dan merupakan jenis perhitungan
: koefisien daya dukung untuk berat tanah (beban)
: koefisien daya dukung untuk berat jenis tanah tersendiri. Reduksi Phi-c merupakan pilihan yang tersedia dalam
plaxis untuk menghitung faktor keamanan. Dalam pendekatan
Phi-c parameter kekuatan tan ϕ dan c dari tanah selanjutnya akan
direduksi hingga keruntuhan tercapai.
Landasan Teori • Faktor aman terhadap putus tulangan

Faktor aman terhadap putus tulangan geosintetik dinyatakan


Stabilitas Intern oleh persamaan-persamaan:

Stabilitas intern adalah stabilitas massa tanah bertulang (2.29)


pembentuk dinding penahan tanah terhadap pengaruh gaya-gaya
Dengan:
yang bekerja. Hitungan stabilitas intern dilakukan untuk Ta : kuat tarik ijin tulangan (kN/)
mengevaluasi jarak dan panjang tulangan yang memenuhi syarat : luas tampang tulangan ()
: gaya horisontal yang dihitung dari persamaan-
stabilitas dan keamanan struktur. Hitungan stabilitas intern menurut persamaan (2.5) (kN/).
teori tekanan tanah lateral sering digunakan untuk perancangan
dinding-dinding dengan permukaan vertikal atau yang mendekati • Faktor aman terhadap putus tulangan
vertikal.
Analisis stabilitas intern meliputi analisis struktur tanah = ’ (2.30)

bertulang terhadap risisk-risiko sebagai berikut: Dengan:


: panjang tulangan yang berada di zona pasif (m)
: faktor skala (untuk geotekstil dapat diambil 0,6)
: faktor tahanan cabut (untuk geotekstil dapat diambil
0,67 tg )

(2.31)
BAB
III
METODE
PENELITIAN
Lokasi Penelitian
Penelitian ini bertempat di ruas jalan ByPass
BIL – Mandalika, tepatnya pada STA 10 +150 seperti
yang ditunjukkan pada gambar.
Data Penelitian

Data penelitian ini adalah data sekunder


Proyek Jalan BIL – Mandalika. Data sekunder yang
diperlukan meliputi:

• Data properties tanah dan perkerasan jalan

• Data lapisan tanah

• Data beban struktur perkerasan jalan

• Gambar penampang melintang jalan

• Data geosintetik
Bagan Alir Penelitian
Bagan Alir Analisis dengan Software Plaxis
Jadwal Penelitian

Anda mungkin juga menyukai