Anda di halaman 1dari 8

Definisi Geosynthetics (Geosintetik)

Secara bahasa, Geosynthetics (Geosintetik) terdiri dari kata Geo, yang artinya bumi, dan
Sintetik, yang artinya buatan. Sehingga Geosintetik adalah material buatan manusia yang
digunakan untuk pekerjaan yang berhubungan dengan bumi atau tanah.
Secara istilah, Geosintetik artinya material buatan manusia, terutama polymer (sejenis
plastik), yang digunakan pada pekerjaan-pekerjaan ketekniksipilan yang berhubungan/kontak
dengan tanah dan batuan.
Yang termasuk ke dalam golongan Geosintetik ini antara lain : Geotextile, Geomembrane,
Geogrid, Geonet, Geomat, Geosynthetic Clay Liner (GCL), Geopipe, Geocomposit, Geocell
dan Geofoam.

Secara garis besar, fungsi Geosintetik dapat digolongkan menjadi :

Separator (Separation)

Filtrasi (Filtration)

Drainase (Drainage)

Perkuatan (Reinforcement)

Penahan Cairan (Containment)

Contoh penggunaannya adalah pada proyek-proyek :

Stabilisasi tanah dasar menggunakan Geogrid Biaxial

Perkuatan lereng menggunakan Geogrid Uniaxial

Perkuatan tanah dasar untuk timbunan tanah menggunakan Geotextile high strength
atau Geocell

Pelapisan kolam limbah menggunakan Geomembrane, dll.

Keunggulan menggunakan Geosintetik :

Karena terbuat dari polimer maka bahan ini tidak terdegradasi/rusak oleh mikroba

Relatif lebih ekonomis dibandingkan menggunakan metode konvensional (seperti


beton bertulang dll)

Telah diakui secara international melalui ASTM, ISO, dan GSI

Penjelasan mengenai masing-masing material Geosintetik akan diberikan pada postingposting selanjutnya.
Ditulis oleh : Isparmo pada :January 18, 2010.
Geosintetik Untuk Perbaikan Tanah

Satu lagi dari tugas-tugas gue yang telah dengan sukses gue selesaikan, akan gue bagibagikan bagi teman-teman di manapun berada. Karena berbagi ilmu itu sangatlah indah (so
sweet... bleh!).
Jika kemarin gue membahas mengenai RAB (Rencana Anggaran Biaya), di post kali ini gue
akan berbicara mengenai jenis-jenis Geosintetik yang mana sudah familiar sekali di dunia
Teknik Sipil sebagai bahan untuk perbaikan tanah.

Apa itu Geosintetik? Ditinjau secara etimologi, geosintetik terdiri dari dua kata (biasanya
diambil dari bahasa Yunani, mengapa Yunani? karena tidak ada Masnani...) yaitu Geo atau
tanah dan Sintetik yang berarti bahan tiruan atau buatan. Dapat diartikan tanah tiruan, namun
yang dimaksud lebih tepatnya adalah bahan sintetis yang digunakan dalam hal rekayasa
tanah. Istilah geosintetik mengacu pada material sintetik yang digunakan dalam permasalahan
geoteknik. Material sintetik merupakan hasil polimerisasi dari industri-industri kimia atau
minyak bumi. . Penggunaan bahan sintetik ini berkaitan dengan sifat ketahanan (durabilitity)
material sintetik terhadap senyawa-senyawa kimia, pelapukan, keausan, sinar ultra violet dan
mikroorganisme. Polimer utama yang digunakan untuk pembuatan geosintetik adalah
Polyester (PET), Polyamide (PM), Polypropylene (PP), dan Polyethylene (PE).
Ada empat jenis geosintetik yang umum digunakan dalam bidang teknik sipil, yaitu :
1. Geotekstil
Adalah bahan lulus air dari anyaman (woven) atau tanpa anyaman (non-woven) dari benangbenang atau serat- serat sintetik. Tenun dihasilkan dari 'interlaying' antara benang-benang
melalui proses tenun, sedangkan non woven dihasilkan dari beberapa proses seperti : heat
bonded (dengan panas), needle punched (dengan jarum), dan chemical bonded (enggunakan
bahan kimia). Baik woven maupun non woven dihasilkan dari benang dan serat polimer
terutama : polypropelene, poliester, polyethilene dan polyamide.

2. Geogrid

Produk geotekstil yang berupa lubang-lubang berbentuk segi empat (geotextile grid) atau
lubang berbentuk jaring (geotextile net) , biasanya terbuat dari bahan Polyester (PET) atau
High Density Polyethylene (HDPE).
GeoGrid (Enkagrid) merupakan bahan Geosynthetics yang berfungsi sebagai lapisan
perkuatan (reinforcenent) untuk lereng jalan dan lain2, enkagrid mempunyai kuat tarik yang
besar sampai 180 kN, untuk itu product jenis ini sangat sesuai untuk di pakai pada konstruksi
jalan baru yang lapisan tanah dasarnya ber CBR rendah dibawah 2 %. GeoGrid sangat baik
digunakan pada jalan raya yang berada pada struktur tanah yang kurang labil, sehingga jalan
raya yang berlubang akan dapat teratasi.

3. Geomembrane
Geosintetik yang bersifat impermeable atau tidak tembus air, biasanya dibuat dari bahan high
density polyethylene (HDPE).
Geomembranes adalah jenis geosynthetic bahan. Mereka kedap membranes digunakan secara
luas sebagai cut-offs dan liners. Sampai beberapa tahun terakhir, kebanyakan geomembranes
digunakan sebagai kanal dan kolam liners.

4. Geocomposite
Geocomposites adalah produk polymer, yang dibuat dengan menghubungkan dua atau lebih
jenis geosintetik, misalnya geogrid dengan non-wovens. Digunakan baik untuk tanah (untuk
separasi dan perkuatan) maupun untuk perkerasana jalan atau pengaspalan (perkuatan dan
perbaikan tanah pondasinya).
Perkuatan menggunakan geocomposite memanfaatkan keunggulan non-woven geotextile
yang dikombinasikan dengan perkuatan woven geotextile yang dirajut atau disebut geogrid,
yang merupakan unit yang dibentuk oleh jahitan atau melalui thermal bonding.

Disamping keempat jenis Geosintetik konvensional di atas, masih ada banyak jenis-jenis
geosintetik yang juga digunakan dalam bidang Teknik Sipil. Hal ini tergantung dari keperluan
pemakaian dari Geosintetik itu sendiri, sehingga memunculkan jenis Geosintetik yang
bervariasi. Diantara jenis-jenis tersebut yaitu :
1. geoarmour
2. geobar
3. geoblanket
4. geocell
5. geofoam
6. geoform
7. geomat
8. geomattress
9. geonet
10. geospacer
11. geostrip

Stabilisasi Lereng Insitu dengan Menggunakan Sistem Geosintetik Diangkur


Stabilisasi lereng asih merupakan bidang telaah yang cukup luas, mengingat dari beberapa
jenis kegagalan konstruksi geoteknik, yang terbesar ialah kegagalan stabilitas lereng. Dari beberapa
jenis bencana alam yang terjadi di Indonesia, banjir dan longsor merupakan urutan teratas dalam
jumlah korban. Frekuensi kelongsoran di Indonesia selam 10 tahun terakhir cukup tinggi, rata-rata 3040 kali terjadi per-tahun, dengan jumlah korban jiwa rata-rata 70-80 orang setiap tahun. Solusi
stabilisasi lereng yang dilakukan sampai saat ini antara lain dengan mengubah geometri lereng,
menambah struktur penahan tanah dengan pasangan, beton maupun geosintetik. Semua sistem ini
mempunyai kelemahan terutama dalam hal mobilisasi peralatan, waktu pelaksanaan dan kebutuhan
lahan yang cukup besar.

Usaha untuk mengatasi kelongsoran permanen secara in situ sampai saat ini belum
pernah dilakukan di Indonesia, masih terbatas pada usaha stabilisasi lereng konvensional
yang mengandung banyak kelemahan. Dengan dasar tersebut maka penelitian tentang
stabilisasi lereng secara in situ dengan menggunakan Sistem Geosintetik Diangkur (SGD)
dilakukan. Dengan sistem ini pelaksanaan stabilisasi lereng akan lebih cepat tanpa mengubah
konfigurasi lereng, komponen penunjang stabilitas lebih lengkap dan biaya pelaksanaan lebih
murah karena tanpa alat berat. Tujuan penelitian ini ialah mengetahui mekanisme transfer
beban antara angkur dengan tanah, angkur dengan geosintetik dan geosintetik dengan tanah.

Sesuai dengan tujuan penelitian, maka hasil penelitian yang didapatkan meliputi mekanisme
transfer beban antara angkur dan tanah, dalam micro- mechanistic approach maupun macromechanistic approach, mekanisme transfer beban antara geosintetik dengan angkur dan
tanah. Meanisme transfer beban antara angkur (bersirip) dengan tanah ditinjau dalam 2 tahap
dengan alat dan model uji yang berbeda, yaitu prilaku gerakan partikel pasir di sekitar angkur
bersirip dan tahanan angkur pada sistem pembebanan siklik.
Perilaku gerakan partikel pasir diamati secara optis pada lintasan gerakan partikel
pasir di sekitar angkur bersirip saat pergeseran angkur, pada beban tekan dengan kondisi
pembebanan pra-puncak, puncak dan pasca puncak dan pada beban tarik. Dari pengamatan
optik dihasilkan vektor perpindahan tiap partikel pasir yang dapat menunjukkan besarnya
perpindahan normal dan tangensial serta perubahan volume tiap rayapan (increment) waktu,
selanjutnya dapat diketahui pola keruntuhan yang terjadi. Parameter yang diuji ialah jarak
sirip, yang sangat mempengaruhi mobilisasi tahanan pasif dan peningkatan tahanan geser,
dan kepadatan pasir. Analisis terhadap pola keruntuhan dilakukan dengan teori plastisitas
metode Cox et al dan metode elemen hingga. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai sudut
gesek dalam () sangat menentukan besarnya tahanan angkur.
Pada uji tahanan angkur digunakan tabung besar dengan semua sistem pembebanan
dan LVDT yang digunakan, dihubungkan langsung dengan analog digital converter dan
komputer. Hasil yang langsung didapat berupa hubungan antara load-displacement angkur
untuk angkur bersirip dengan jarak sirip 0, 6, 12, dan 20 mm serta angkur dengan permukaan
kasar. Tinjauan terhadap penurunan tahanan angkur akibat beban siklik menunjukkan bahwa
pada pasir padat akan terjadi penurunan mencolok dari siklus pertama ke siklus kedua,
selanjutnya tahanan angkur akan menurun sampai siklus ketiga, sedangkan pada siklus
keempat dan kelima, tahanan sudah menunjukkan nilai yang mendekati tetap. Tinjauan
terhadap nilai ko (lateral earth pressure coefficient) menunjukkan bahwa nilai ko 1
menghasilkan tahanan angkur yang besar dibanding dengan nilai ko<1. Pada umumnya
tahanan angkur mencapai maksimum pada angkur dengan jarak sirip optimum 12 mm.
Hasil penelitian mengenai mekanism transfer beban antara geosintetik dengan angkur
dan tanah menunjukkan kuatnya koneksi antara angkur dan geosintetik/geotekstil untuk
berbagai jenis geotekstil. Sementara itu, mekanisme interaksi antara geotekstil dengan pasir
menunjukkan adanya distribusi tegangan pada geotekstil dan bentuk kurvatur yang berbeda
antara arah warp, weft, dan diagonal.

Anda mungkin juga menyukai