Anda di halaman 1dari 18

TUGAS MAKALAH

METODE PERBAIKAN TANAH MENGGUNAKAN


GEOSINTETIK

Disusun Oleh :
MUHAMMAD LUTHFI
NIT. 30719015

PROGRAM STUDI DIII TEKNIK BANGUNAN DAN LANDASAN


POLITEKNIK PENERBANGAN SURABAYA
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................1
1.3 Tujuan........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................2
2.1 Jenis konstruksi perkerasan jalan dan komponen penyusunnya...............2
2.2 Kelebihan dan kekurangan konstruksi perkerasan jalan...........................5
2.3 Perbedaan jalan dengan Flexible Pavement dan Rigid Pavement.............6
BAB III PENUTUP.................................................................................................9
3.1 Kesimpulan................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanah lunak merupakan tanah kohesif yang terdiri dari sebagian besar butir-
butir yang sangat kecil seperti lempung atau lanau. Tanah lunak dalam konstruksi
seringkali menjadi permasalahan. Hal ini disebabkan oleh rendahnya daya dukung
tanah tersebut. Daya dukung yang rendah dapat menyebabkan kerugian, mulai
dari kerugian dari sisi biaya konstruksi yang semakin mahal, hingga terancamnya
keselamatan konstruksi, yaitu struktur yang dibuat tidak mampu berdiri secara
stabil dan bisa roboh. Permasalahan utama bila suatu pembangunan dibangun
diatas tanah lunak adalah daya dukung dan penurunan (Bowles, 1979). Dalam
menanggulangi permasalahan tersebut, maka diperlukan pekerjaan perbaikan
tanah. Salah satu perbaikan tanah yaitu menggunakan geosintetik, oleh karena itu
pada makalah ini akan membahas perbaikan tanah menggunakan geosintetik.
1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah geosintetik dapat memperbaiki kondisi tanah?


2. Apa saja jenis-jenis metode perbaikan geosintetik?
3. Apa fungsi dari geosintetik?
1.3 Tujuan

1. Mengetahui dan memahami perbaikan tanah menggunakan geosintetik


2. Memahami komponen penyusun geosintetik sebagai perbaikan tanah.

iii
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Geosintetik
Metode perbaikan dengan cara ini adalah metode perbaikan tanah
dengan menggunakan material buatan berupa polymer sintesis jenis-
jenisnya adalah sebagai berikut :
2.1.1 Geotextile

(Sumber: https://geomaxreka.co.id)
Geotextile adalah lembaran sintetik yang berpori sehingga
memiliki sifat tembus air dan fleksibel, biasanya digunakan sebagai
stablisasi tanah dasar dalam pekerjaan Teknik sipil. Geotextile sendiri
terbagi dalam dua jenis yaitu:
1) Geotextile woven
Geotextile woven atau geotextile anyam ini berupa lebaran
yang dihasilkan dari anyaman material yang berbahan dasar
Polypropylene (PP) atau Polyester (PET). Bentuknya seperti
anyaman karung beras namun geotextile woven ini memiliki kuat
tarik, kuat tusuk, dan kuat sobek yang tinggi.
Fungsi geotextile woven adalah:
a) Sebagai Perkuatan Tanah Dasar
Untuk perkuatan tanah dasar yang lunak biasanya
digunakan material woven geotextile sebagai lapisan yang
kemudian dilakukan penimbunan diatasnya dimana geotextile
woven ini dapat mengalirkan beban diatasnya secara merata
sehingga dapat mencegah terjadinya penurunan tanah dasar,

iv
Untuk metode pemasangannya ada beberapa macam, tergantung
dari kondisi tanah dan tujuan yang ingin dicapai.
b) Sebagai Pemisah
Seperti dijelaskan pada poin sebelumnya bahwa
penempatan geotextile woven di antara tanah lunak dan tanah
timbunan sebagai separator dan filter. Kita tahu bahwa
geotekstil memiliki sifat permeabilitas yang tinggi sehingga
udara dapat menembus melalui pori-pori geotekstil namun
dalam hal ini geotekstil mampu menahan butiran tanah
diatasnya untuk tidak terbawa oleh udara sehingga mencegah
butiran tanah timbunan dengan tanah lunak yang dapat
mengakibatkan runtuhnya struktur perkuatan tanah .
2) Geotextile non woven .
Geotextile ini tidak dibuat melalui proses apapun melainkan
melalui proses termal, kimia, mekanis Teknik atau kombinasi
mekanis Teknik menggunakan mesin berteknologi tinggi. Bahan
dasar pembuatnya adalah Polyester fiber dan ada juga dari
polypropylene, bentuk fisiknya berbeda dari woven geotextile lebih
mirip karpet oleh karena itu banyak yang menyebut geotextile non
woven ini sebagai karpet jalan.
Fungsi Geotextile Non Woven adalah:
a) Sebagai Pemisah
Sekilas fungsinya sama seperti jenis woven sebagai
separator namun geotextile non woven ini tidak mendukung
perkuatan tanah lunak, biasanya kondisi tanah dasar yang cukup
baik sehingga dipilih jenis non woven sebagai pemisah antara
tanah dasar dan tanah timbunan.
b) Sebagai Filtrasi
Sebagai pemisah geotekstil non woven juga sekaligus
sebagai filtrasi mana tujuan mengalirkan udara di bawah tanah
tanpa membawa partikel timbunan sehingga tidak tercampur
dengan tanah dasar.

v
Selain itu pada pembuatan saluran dainase juga
menggunakan non woven geotextile sebagai pembungkus dari
pipa saluran air yang umumnya menggunakan pipa berlubang
atau pipa berlubang, agar tanah tidak masuk ke dalam pipa dan
udara tetap dapat mengalir.
2.1.2 Geomembrane

(Sumber: https://geostar-tm.com)
Geomembrane adalah lembaran plastik berbahan baku HDPE /
LLDPE / PVC, dll. Lembaran ini dibuat menggunakan mesin canggih
dan modern sehingga berat jenis dan ketebalannya terjaga.
Geomembrane mempunyai karakteristik yang kedap terhadap cairan.
Geomembrane dapat dengan mudah dibentuk, disambung,
digabungkan dengan mesin hot wedge maupun extruder.
Geomembrane juga mudah dan cepat untuk diperbaiki (repair).
Fungsi geomembrane yaitu digunakan untuk lapisan tanah dasar
yang berair (memiliki mata air) yang sulit kering. Geomembrane
berfungsi sebagai separator dan juga lapis kedap sehingga timbunan
tanah bagus / timbunan perkerasan diatasnya menjadi terjaga dan
tidak terganggu dari air maupun tanah lunak.
2.1.3 Geogrid
Geogrid dibuat dari material dasar berupa Polyphropylene,
Polyethilene dan Polyesther, geogrid memiliki sifat kaku yang lebih
besar dibandingkan dengan geotextile. Sifat kekakuan ini merupakan
faktor penting dalam suatu struktur perkerasan, karena tanah yang
lunak akan menerima tekanan atau gaya tekan dari beban yang ada di
atasnya. Mekanisme kerja geogrid bisa dilihat dari terjadinya saling

vi
mengunci (interlocking mechanism) antara timbunan berbutir/granular
dengan geogrid.
Jenis – jenis geogrid yaitu:
1) Geogrid Uniaxial

(Sumber: https://news.indotrading.com/ini-dia-fungsi-aplikasi-dan-
jenis-jenis-geogrid-untuk-konstruksi/)
Geogrid uniaxial merupakan geogrid yang memiliki bentuk
bukaan tunggal dalam satu ruas atau segmen. Jenis geogrid yang
satu ini memiliki bentik garis memanjang yang ideal digunakan
untuk material penahan tahan (soil reinforcement) yang baik.
Kebanyakan uniaxial dipakai untuk perkuatan lereng, tebing dan
dinding penahan tanah.
2) Geogrid Biaxial

(Sumber: https://news.indotrading.com/ini-dia-fungsi-aplikasi-dan-
jenis-jenis-geogrid-untuk-konstruksi/)
Jenis geogrid yang kedua adalah geogrid biaxial yang
memiliki bukaan berbentuk persegi. Pada umumnya, geogrid jenis
ini digunakan sebagai material stabilisasi tanah dasar seperti pada
tanah dasar lunak (soft clay), maupun tanah gambut.
Sama halnya dengan geogrid uniaxial, metode kerja geogrid
jenis ini adalah melalui interlocking dengan mengunci agregat

vii
yang ada di atas geogrid sehingga lapisan agregat tersebut lebih
kaku dan mudah untuk dilakukan pemadatan. Maka tak heran jika
geogrid jenis ini digunakan sebagai material perkuatan pada
konstruksi jalan. Meskipun begitu, geogrid biaxial juga sering
dipakai untuk memperkuat lereng atau tebing.
3) Geogrid Triaxial

(Sumber: https://news.indotrading.com/ini-dia-fungsi-aplikasi-dan-
jenis-jenis-geogrid-untuk-konstruksi/)
Geogrid jenis ini merupakan pengembangan dari geogrid
biaxial. Dilihat dari performance-nya, geogrid jenis ini memang lebih
unggul karena geogrid triaxial berbentuk segitiga dan memiliki kontur
yang lebih kaku sehingga penyebaran bebannya lebih merata.
Sedangkan, dilihat dari fungsinya, geogrid triaxial kerap digunakan
sebagai material stabiliasasi tanah dasar lunak (soft clay).
2.1.4 Geonet

(Sumber: www.geoforce-indonesia.com)

Geonet adalah bahan drainase sintetis yang dibuat dari resin


polyethylene (HDPE) berdensitas tinggi berkualitas tinggi untuk
mentransmisikan cairan dan gas secara seragam dalam berbagai
kondisi lapangan. Geonets dapat digunakan dalam aplikasi landfill di
dalamnya lapisan drainase untuk mengalirkan air air infiltrasi dan

viii
lindi, dan di dalam gas lapisan koleksi, untuk mengirimkan gas ke
titik pengumpulan. Geonets juga dapat digunakan sebagai drainase
dinding, kemiringan atau atap sistem, di bawah struktur seperti
tanggul dan jalan untuk mengalirkan air tanah dan berkontribusi
stabilitas struktur.
2.1.5 Geomat

(Sumber: www.geoforce-indonesia.com)

Geomat diterapkan untuk menciptakan vegetasi yang stabil di


sepanjang sungai, tepi kolam dan lereng untuk mencegah proses erosi
permukaan. Geomat dalam konstruksi sarang lebah stereoskopis yang
digunakan dalam kombinasi dengan geotekstil untuk memperkuat
fondasi dan meningkatkan ketahanan bantalan.
2.1.6 Geosynthetic Clay Liner Atau GCL

(Sumber: www.geoforce-indonesia.com)
Bahan GCL yaitu tanah liat bentonit, perekat, geotekstil dan
geomembrane, dengan ketebalan 6 mm. GCL memiliki fungsi utama
sebagai pemisah antara lapisan tanah dan air. Adapun pun fungsi yang
lain yaitu:

ix
a) Lapis kedap yang berguna untuk kebutuhan benda vertikal,
biasanya beberapa konstruksi menggunakan material ini untuk
lapis kedap.
b) Waterproofing yang berguna untuk keperluan seperti anti bocor
pada resapan jalan raya.
c) Landfill – yang memudahkan dalam proses pemasangan benda
lapisan tanah.
d) Perlindungan air tanah dalam pembangunan jalan dan rel kereta api
yang jauh lebih baik dibandingkan dengan material lainnya.
e) Penghalang air di timbunan dan tanggul untuk mengatasi terjadnya
abrasi ataupun beberapa hal lain yang tidak di inginkan.
f) Sebagai lapisan sungai dengan tujuan tertentu.
g) Banyak dipakai juga untuk keperluan seperti menampung air
limbah dan hujan.
h) Banyak dipakai untuk proteksi lapis HDPE.
2.1.7 Geopipe

(Sumber: https://geosintetik-indonesia.com/geopipe/)
Geopipe adalah pipa untuk resapan atau pipa drainase yang
terbuat dari bahan HDPE, memiliki karekteristik bergelombang
(corrugated) dan berlubang (perforated) diseluruh badan pipa, datang
dalam bentuk gulungan flexibel dan batangan, Pipa ini dapat
mencegah terjadinya genangan air pada area terbuka pada saat dan
setelah hujan. Berikut pengaplikasian geopipe:
a) Pekerjaan sistem drainase dibawah konstruksi jalan raya, jalan tol.
b) Pekerjaan sistem drainase pada kosntruksi perumahan dan
komersial.

x
c) Pekerjaan drainase pada lapangan bola, golf, taman bermain dan
tempat rekreasi.
d) Pekerjaan drainase pada agriculture, farming dan irigasi.
e) Pekerjaan sistem drainase switch yard, tambang, coal disposal
2.1.8 Geocomposit

(Sumber: https://geosintetik-indonesia.com/geocomposite/)
Geocomposite adalah salah satu produk geosynthetics berupa
lembaran gabungan antara Non Woven Geotextile polypropylene
yang digabungkan dengan benang-benang polyster berkekuatan
tinggi, sehingga terbentuk satu kesatuan sehingga akan tersusun
material komposit dengan mengandalkan dua fungsi sekaligus yaitu
sebagai separator / pemisah dan perkuatan yang bagus. Berikut
pengaplikasian geocomposit:
a) Pekerjaan konstruksi perkuatan lereng dan sistem dinding untuk
penahan tanah.
b) Pekerjaan timbunan untuk jalan raya dan konstruksi untuk jalan rel
kereta api.
c) Pekerjaan abutment jembatan.
d) Pekerjaan pembangunan jalan kereta api, bandara, lahan
penumpukan container.
e) Pekerjaan perkuatan untuk dasar timbunan yang sangat lunak, rawa
dan gambut.
f) Pekerjaan untuk perkuatan landfill, perkuatan bendungan.
g) Bantalan untuk pondasi.
h) Konstruksi untuk landfill dan tempat pembuangan sampah.
i) Reklamasi dan pemecah gelombang.

xi
j) Bendungan dan tanggul tanah.
2.1.9 Geocell

(Sumber: www.pandu-equator.com.com)
Geocell ini digunakan dalam teknik perkuatan tanah pertama
kali oleh Insinyur Korps Angkatan Darat Amerika Serikat pada
September 1975 (Bathurst & Knight, 1998) (Webster, 1979) untuk
mendekati pendekatan pembangunan jalan ke jembatan di atas tanah
lunak. Saat ini perkuatan tanah dengan menggunakan geocell bukan
hanya untuk perkuatan pada jalan saja tetapi dapat digunakan untuk
struktur geoteknik yang berbeda seperti lereng, tanggul, dinding
penahan tanah, dll.
Material utamanya adalah High-Density Polyethylene (HDPE)
strip yang dengan cara ultrasonik sehingga menghasilkan konfigurasi
yang kuat. Berdasarkan permukaannya terdapat dua tipe Geocell yaitu
halus (halus) dan kasar (bertekstur).

(Sumber: www.pandu-equator.com.com)

xii
(Sumber: www.pandu-equator.com.com)
Berikut pengaplikasian geocell:
a) Timbunan

(Sumber: www.pandu-equator.com.com)
Penggunaan Geocell di atas tanah lunak dapat mengurangi
penurunan dan peningkatan daya dukung tanah (Zhang, dkk, 2010).
Johson (1982) dalam Yadav, dkk.(2014) melaporkan penggunaan
Geocell di Greatham Creek Bridge, Inggris. Geocell ditempatkan
dibawah tanggul setinggi 5 meter di atas tanah lunak dengan
kedalaman 7m. memperkecil tegangan lateral yang kecil serta
ditemukan penurunan yang berkurang hingga 50%.
b) Konstruksi jalan

(Sumber: www.pandu-equator.com.com)
Perkuatan dengan menggunakan geocell mengurangi tekanan
vertikal yang ditransfer ke tanah dasar dengan mendistribusikan
beban ke area yang lebih luas (Thakur & Han, 2012). Geocell yang

xiii
ditempatkan di bawah lapisan kerikil pada konstruksi jalan yang
diaspal dapat mengurangi tekanan vertikal pada tanah dasar sebesar
30% dan meningkatkan modulus lapisan kerikil (Emersleben &
Meyer, 2008).
c) Pondasi
Geocell pada Pondasi dapat meningkatkan daya dukung
tanah pondasi dan mengurangi penurunan tanah (Sireesh, dkk.,
2009).
d) Jalan kereta api

(Sumber: Leshchinsky & Ling, 2013)

Penahanan pada ballast jalan kereta api dengan menggunakan


Geocell cukup efektif dalam mengurangi deformasi vertikal
meskipun penggunaan timbunan dengan kualitas yang rendah.
(Leshchinsky & Ling, 2013).
e) Dinding penahan tanah

xiv
(Sumber: www.pandu-equator.com.com)
Geocell pada dinding penahan tanah digunakan untuk
membatasi tanah yang meningkatkan kekuatan geser tanah dan
mencegah kegagalan struktur.
f) Proteksi lereng dan pengendalian erosi

(Sumber: www.pandu-equator.com.com)
Geocell dapat melindungi lereng dari erosi dan memberikan
pengurugan pada bahan pengisi. Geocell juga digunakan pada
permukaan lereng yang penyebab erosi utamanya adalah limpasan
air hujan.

xv
xvi
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa setiap

produk perkerasan jalan memeliki kelebihan dan kekurangannya. Semua di

sesuaikan oleh biaya dan media yang akan di kerjakan baik yang berplatfom

maupun memiliki media yang sesuai. Pengerjaan yang baik maka akan baik

pula hasilnya, yang jelas sesuai dengan rencana desain yang di buat.

3.2 Saran

Perlunya pemilihan produk perkerasan jalan sesuai dengan karakteristik

tanah dan faktor-faktor disekitar yang mempengaruhi agar hasil yang didapat

sesuai dengen rencana dan memuaskan.

xvii
DAFTAR PUSTAKA

1. Direktorat Pembinaan Jalan Kota.1990. Tata Cara Penyusunan


Pemeliharaan Jalan Kota (No. 018/T/BNKT/1990), Direktorat Jendral Bina
Marga Departemen PU. Jakarta.
2. Direktorat Bina Teknik.2002. Survai Kondisi Jalan Beraspal di Perkotaan.
Direktorat Jenderal Tata Perkotaan dan Tata Pedesaan Departemen
Permukiman dan Prasarana Wilayah, Jakarta.
3. Direktorat Jenderal Bina Marga.1995. Petunjuk Pelaksanaan Pemeliharaan
Jalan Kabupaten. Petunjuk Teknis No. 024/T/Bt/1995, Departemen
Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Bina Marga.
4. Hardiyatmo, H.C. 2007. Pemeliharaan Jalan Raya, Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta.
5. J.S, Pah, Jusuf. 2014. Analisa Faktor Penyebab Kerusakan Jalan, Undana
Press, Kupang.
6. Silvia, Sukirman. Perkerasan Lentur Jalan Raya, Nova, Bandung 1999.

xviii

Anda mungkin juga menyukai