Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Dalam berbagai pekerjaan bidang teknik sipil baik konstruksi bangunan maupun
bangunan sipil seperti, jalan dan sebagainya, tanah mempunyai peran sangat penting,yaitu
sebagai bahan bangunan itu sendiri dan juga tanah berfungsi sebagai tanah dasar
pendukung pondasi dari bangunan maupun jalan raya. Banyak jenis tanah yang
terhampar di permukaan bumi ini,salah satunya berjenis tanah lempung, umumnya
wilayah indonesia sebagian besar diliputi oleh tanah lempung dengan pengembangan
yang besar dan volume berubah apabila kadar air mengalami perubahan. Volume akan
membesar apabila tanah dalam keadaan basah dan menyusut ketika kadar air dalam
keadaan kering. Tanah ini dikenal dengan sebutan tanah ekspansif.Sifat yang mudah
mengembang dan menyusut ini yang menyebabkan kerusakan pada konstruksi-
konstruksi, khususnya pada bagian pondasi yang merupakan konstruksi yang
menghubungkan antara bangunan dengan tanah. Kerusakan tersebut disebabkan oleh
adanya penambahan volume tanah yang diakibatkan adanya penambahan kadar air pada
tanah yang biasanya terjadi pada titik bagian pondasi.

Apabila suatu timbunan tinggi dibangun di atas tanah dasar yang relative lunak seperti
tanah lempung dan memiliki daya dukung yang rendah maka akan mempengaruhi
kestabilan timbunan di atasnya. kelongsoran maupun kerusakan jalan (jalan menjadi
bergelombang) akibat terjadinya differential settlement. Sehingga, perlu dilakukan
perbaikan tanah dasar dan perkuatan stabilitas timbunan. Untuk mengatasi kerusakan
yang disebabkan oleh tanah ekspansif salah satunya dengan dilakukannya stabilisasi
tanah. Stabilitas tanah merupakan usaha perbaikan tanah yang memungkinkan untuk
memperbaiki tanah yang mempunyai daya dukung rendah menjadi lebih baik. Salah satu
metode untuk stabilitas tanah adalah menggunakan geotextile, Kenapa menggunakan
metode Prefabricated Vertical Drain (PVD) dan PRELOADING, karena metode ini
mempercepat waktu konsolidasi dan memapatkan tanah dasar.

1.1. RUMUSAN MASALAH


a) Metode apa yang akan digunakan untuk perbaikan tanah dasar ?
b) Kenapa menggunakan Geotextile Encased Stone Column ?
1.2. BATASAN MASALAH
Hanya meninjau perbaikan tanah dasar dan juga perkuatan untuk stabilitas timbunan tidak
meninjau metode konstruksi yang digunakan, Perkerasan jalan dan drainase jalan
1.3. TUJUAN
1. Memahami metode yang akan digunakan yaitu metode Prefabricated Vertical Drain
(PVD) & Preloading
2. Mengetahui alasan penggunaan geotextile encased stone column
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. GEOTEXTILE
2.1.1. PENGERTIAN GEOTEXTILE
Secara umum pengertian geotekstil adalah lembaran sintesis yang tipis, fleksibel,
permeable yang digunakan untuk stabilisasi dan perbaikan tanah dikaitkan dengan
pekerjaan teknik sipil. Pemanfaatan geotekstil merupakan cara moderen dalam usaha
untuk perkuatan tanah lunak. Adapun fungsi dari geotextile yaitu sabagai berikut:
a. untuk perkuatan tanah lunak.
b. untuk konstruksi teknik sipil yang mempunyai umur rencana cukup lama dan
mendukung beban yang besar seperti jalan rel dan dinding penahan tanah.
c. sebagai lapangan pemisah, penyaring, drainase dan sebagai lapisan pelindung.
Penggunaan konstruksi perkuatan pada lahan basah pertama kali dilaporkan dengan
menggunakan steel mseh di bawah konstruksi timbunan pada daerah pasang surut di
Perancis. Perbandingan antara timbunan di atas tanah gambut di Afrika dengan dan tanpa
perkuatan dilaporkan. Dinyatakan bahwa selain woven polypropylene fabric, tegangan tarik
semua jenis geotextile yang diambil contohnya dari pemasangan setahun sebelumnya
berkurang antara 25% sampai 36% dari tegangan tarik awalnya, meskipun tidak berpengaruh
banyak pada fungsinya.
Pelaksanaan konstruksi jalan di atas lahan basah dengan perkuatan geotextile dapat
menghindarkan terjadinya keruntuhan lokal pada tanah lunak karena rendahnya daya dukung
tanah. Keuntungan pemasangan geotextile pada pelaksanaan jalan di atas tanah lunak
adalah kecepatan dalam pelaksanaan dan biaya yang relatif lebih murah di bandingkan
dengan metoda penimbunan konvensional, mencegah kontaminasi agregat subbase dan base
oleh tanah dasar lunak dan mendistribusikan beban lalulintas yang efektif melalui lapisan-
lapisan timbunan, meniadakan kehilangan agregat timbunan ke dalam tanah dasar yang
lunak dan memperkecil biaya dan kebutuhan tambahan lapisan agregat terbuang,
Mengurangi tebal galian stripping dan meminimalkan pekerjaan persiapan, Meningkatkan
ketahanan agregat timbunan terhadap keruntuhan setempat pada lokasi beban dengan
memperkuat tanah timbunan, mengurangi penurunan dan deformasi yang tidak merata serta
deformasi dari struktur jadi.
Adapun metode untuk pemasangan geotextile yang benar, sebagai berikut Geotextile
harus digelar di atas tanah dalam keadaan terhampar tanpa gelombang atau
kerutan.Sambungan geotekstil tiap lembarannya dipasang overlapping terhadap lembaran
berikutnya.Pada daerah pemasangan yang berbentuk kurva (misalnya tikungan jalan),
geotekstil dipasang mengikuti arah kurva.Jangan membuat overlapping atau jahitan pada
daerah yang searah dengan beban roda (beban lalu-lintas).Jika Geotextile dipasang untuk
terkena langsung sinar matahari maka digunakan geotekstil yang berwarna hitam.
2.1.2. JENIS – JENIS GEOTEXTILE
1. Woven Geotextile (Anyaman)
Pengertian geotextile woven adalah salah satu jenis Geotextile teranyam. yang
terbuat dari bahan dasar Polypropilene. agar mempermudah pengaplikasiannya,
Geotextile Woven seperti karung beras tapi bukan yang terbuat dari bahan goni tetapi
berwarna hitam dari bahan sintetik. Geotextile Woven memiliki fungsi sebagai bahan
stabilisasi tanah dasar terutama tanah dasar lunak agar tanah tersebut bisa terlapisi dan
tidak mudah turun permukaannya karena dilapisi geotextile woven, karena Geotextile
jenis ini mempunyai tensile strength (kuat tarik) yang lebih tinggi dibandingkan dengan
Geotextile Non Woven sekitar 2 kali lipat untuk gramasi atau berat per m2 yang sama.

2. Non-Woven Geotextile (Nir-Anyam)


Geotextile Non Woven, adalah Filter Fabric yang jenisnya tidak teranyam, berbentuknya
seperti karpet kain, Umumnya bahan dasarnya terbuat dari bahan polimer Polyesther
atau Polypropylene. Adapun kegunaan nya sebagai berikut:

Geotextile Non Woven digunakan sebagai :


 Penyaring (Filter)
Penyaring Geotextile Non Woven bermanfaat untuk mencegah terbawanya partikel tanah
pada aliran air. Geotextile Non Woven bersifat permeable (tembus air) oleh karena itu air
dapat melewati Geotextile dan partikel tanah dapat tersaring,. Aplikasi Geotextile Non
Woven biasanya digunakan sebagai aplikasi filtrasi pada proyek drainase bawah tanah.

 Aplikasi Separator / Pemisah


Bahan geotextile non woven digunakan sebagai aplikasi pemisah agar mencegah
tercampurnya material yang satu dengan material yang lain. Seperti penggunaan
Geotextile pada proyek pembangunan jalan di atas tanah yang dasarnya lunak. Pada
proyek tersebut, Geotextile berguna untuk mencegah naiknya lumpur ke sistem
perkerasan, Supaya tidak terjadi pumping effect yang akan merusak perkerasan jalan yang
sudah terbentuk. Keberadaan Geotextile dapat mempermudah proses pemadatan sistem
pengerasan.

 Aplikasi Stabilisator
Manfaat Geotextile biasa disebut sebagai Reinforcement / Perkuatan. Contohnya dipakai
untuk proyek timbunan tanah, penguatan lereng agar tidak longsor dll. Fungsi tersebut
masih dijadikan perdebatan dikalangan ahli geoteknik, karena Geotextile metode kerjanya
menggunakan membrane effect yang hanya mengandalkan tensile strength (kuat tarik)
sehingga kemungkinan terjadinya penurunan pada timbunan setempat masih besar, dan
geotextile kekuatannya kurang karena bahan geotextile memiliki sifat mudah mulur bila
terkena air (terjadi reaksi hidrolisis) hal tersebut rawan untuk bahan penguatan lereng.
Adapun jenis Geotextile Encased Stone Column, Dalam tanah yang sangat lembek dengan
kekuatan gaya geser undrained yang rendah, kolom batu konvensional tidak dianjurkan
karena batas tegangan efektif dari tanah tidak akan tercapai. Masalah penggunaan
penggunaan kolom batu di tanah lunak tersebut dapat diselesaikan dengan membungkus
kolom dengan perkuatan geotextile. Sistem ini diperkenalkan dengan nama Geotextile
Encased Stone Columns (GESC) yang telah digunakan dan berhasil dalam praktek rekayasa
dalam beberapa tahun terakhir.Perencanaan geotextile encased stone column sebagai
perkuatan stabilitas timbunan menggunakan perhitungan sama seperti stone column. Jenis
batu yang digunakan adalah batu pecah. Aditya Daniar Wicaksono, DKK(2017) menjelaskan
“Agar stone column tidak merambat ke dalam tanah maka stone column dibungkus dengan
geotextile untuk menjaga kekuatan dari stone column agar tidak merambat ke tanah
dikarenakan stone column tidak bisa dipakai di tanah yang lunak”. Jumlah stone column yang
diperlukan akan dihitung berdasarkan kebutuhan momen penahan tambahan hingga memiliki
nilai SF≥ 1,5 yang merupakan angka keamanan terhadap bearing capacity failure.

2.2. Prefabricated Vertical Drain (PVD) dan PRELOADING


2.2.1. Pengertian Prefabricated Vertical Drain (PVD) dan PRELOADING

Prefabricated Vertical Drain (PVD) adalah material geokomposit yang terdiri dari lapisan inti
yang terbuat dari polypropylene / polyethylene dan lapisan filter yang terbuat dari bahan
geotekstil spunbond. Fungsi utama dari Prefabricated Vertical Drain (PVD) adalah
mempercepat proses pengaliran air pori sehingga proses konsolidasi tanah menjadi lebih
cepat), dapat mempercepat waktu konsolidasi hingga 20 kali lebih cepat dibandingkan
dengan tanpa PVD atau vertical drain. Dengan demikian, settlement tanah eksisting sudah
selesai (90 % – 95 %) selama masa layan bangunan berlangsung.Prefabricated Vertical
Drain (PVD) cocok digunakan untuk mengatasi masalah konsolidasi yang besar dan
memakan waktu lama, terutama pada tanah lempung jenuh kompresibel. Biasanya kondisi
seperti ini banyak dijumpai pada lahan reklamasi, timbunan diatas tanah lunak, pembukaan
lahan baru untuk lapangan penumpukan dan jalan raya.

material Prefabricated Vertical Drain (PVD) memiliki keunggulan sebagai berikut,


Fleksibel dan memiliki kekuatan serta tensile strength yang tinggiMemiliki kapasitas
pengaliran air yang tinggiTahan terhadap zat kimia yang berpotensi merusak material PVD
Tahan terhadap perubahan temperaturRamah lingkungan Diproduksi di Indonesia. Athaya
Zhafirah dan Dewi Amalia (2019), menjelasakan bahwa “ preloading adalah beban sementara
yang diletakan di suatu lahan kontruksi fungsinya untuk mengoptimalakan kinerja PVD dan
untuk memperbaiki kondisi tanah dasar”. Preloading yang paling sederhana adalah dengan
menggunakan tanah timbunan. Metode perbaikan tanah dengan preloading yang
dikombinasikan dengan PVD akan mempercepat waktu penurunan konsolidasi dan
memampatkan tanah dasar. Preloading yang dilakukan dengan penimbunan secara bertahap
mengakibatkan kenaikan tegangan air pori pada tanah lunak yang secara perlahan-lahan akan
berkurang diikuti dengan meningkatknya tegangan efektif yang mengakibatkan daya dukung
tanah tersebut meningkat. Besarnya kenaikan daya dukung tanah dapat dihitung dengan
menghitung kenaikan kekuatan geser undrained dengan menggunakan Persamaan, Untuk
harga plastisitas indeks, PI tanah < 120%: Cu = 0,0737 + (0,1899 – 0,0016 PI) σp′ (16 Untuk
harga plastisitas indeks, PI tanah > 1 (Mochtar, 2000)
BAB III
METODOLOGI
3.1. Umum

Apabila suatu timbunan tinggi dibangun di atas tanah dasar yang relative lunak dan
memiliki daya dukung yang rendah maka akan mempengaruhi kestabilan timbunan di
atasnya. Ketidakstabilan timbunan yang dapat terjadi adalah berupa kelongsoran
maupun kerusakan jalan (jalan menjadi bergelombang) akibat terjadinya differential
settlement. Sehingga, perlu dilakukan perbaikan tanah dasar dan perkuatan stabilitas
timbunan

Perbaikan tanah dasar akan dilakukan menggunakan metode Prefabricated


Vertical Drain (PVD) & Preloading. Pada pemasangan PVD akan direncanakan
menggunakan kedalaman yang bervariasi untuk mendapatkan panjang kedalaman
PVD yang paling efektif. Pemampatan sisa yang terjadi setelah pemasangan PVD
juga akan diperhitungkan, karena pada saat terjadi penerunan sisa diperlukan
pemasangan overlay agar tinggi timbunan tetap seperti tinggi rencana. Sedangkan
untuk perkuatan stabilitas timbunan akan dilakukan 2 alternatif, yaitu menggunakan
Geotextile dan Geotextile-Encahased Stone Columns (GESC). Dari 2 alternatif ini
akan dipilih dengan memperhatikan alternatif yang paling optimum dari segi biaya
material. Oleh karena itu, pada Studi ini penulis akan merencanakan perbaikan tanah
dasar dan perkuatan stabilitas timbunan.

3.2.TINJAUAN PUSTAKA

3.3.2. Indikator-Indikator yang Digunakan

a. Daya Dukung
Daya dukung adalah kemampuan tanah menahan beban, seperti beban
timbunan, beban perkerasan, beban timbunan, dan beban lalu lintas. Analisis
daya dukung menggunakan analisis stabilitas terhadap puncture yang pada
prinsipnya sama dengan perhitungan daya dukung pondasi dangkal di kondisi
yang paling kritis (short term). Untuk menganalisis daya dukung tanah
menggunakan Persamaan 1 (Wahyudi, 1997).

FK = π+2 x Cu γtimb x Htimb(1)

Cu : kohesi (t/m2)

γtimb : berat isi timbunan (t/m3)

Htimb : tinggi timbunan (m)


b. Penurunan Seketika
Penurunan seketika terjadi seketika saat beban diletakkan di atas tanah,
penambahan beban tersebut menimbulkan tegangan tekan yang menyebabkan
tanah terkompresi ke arah vertikal dan penurunan yang terjadi akan diikuti
oleh pergerakan tanah ke arah lateral dan secara keseluruhan tidak akan
mengalami perubahan volume tanah. Untuk menghitung penurunan seketika
menggunakan Persamaan
Si = q i h E′(2)

Si : penurunan seketika (m)

q : tegangan permukaan (t/m2)

h : tebal lapisan tanah i (m)

E’ : modulus oedometrik

E = E 1−2μ2 1−μ

E : modulus elastisitas

μ : koefisien poisson

c. Penurunan Konsolidasi
Penurunan konsolidasi merupakan keadaan apabila lapisan tanah mengalami
penambahan beban, tekanan air pori akan naik secara mendadak Keluarnya
air pori disertai dengan berkurangnya volume tanah yang menyebabkan
penurunan lapisan tanah. Pada tanah lempung yang berpemeabilitas rendah,
tegangan air pori berlebih memerlukan waktu yang lama untuk terdisipasi,
dengan demikian penurunan konsolidasi membutuhkan waktu yang sangat
lama. Untuk menghitung penurunan konsolidasi menggunakan Persamaan

Sc= Cc x h 1+ exlog σo + ∆σ σo (3)

Sc : penurunan konsolidasi (m)

Cc : indeks pemampatan

h : tebal lapisan tanah (m)

e : angka pori

σ o : tekanan tanah efektif (t/m2)

∆σ : tambahan tekanan efektif (t/m2)


d. Waktu Penurunan Konsolidasi
Waktu penurunan merupakan parameter penting dalam memprediksi
penurunan konsolidasi dan yang mempengaruhi waktu penurunan adalah
panjang aliran yang dilalui air pori untuk terdisipasi, Dikarenakan
permeabilitas tanah lunak kecil, penurunan konsolidasi akan selesai dalam
jangka waktu yang lama dan bisa lebih lama dari umur rencana konstruksi.
Untuk menghitung waktu penurunan menggunakan Persamaan

t = Tv x Hdr2Cv(4)

t : waktu (tahun)

Tv : faktor waktu

Hdr : panjang aliran (m)

Cv : koef. konsolidasi (m2/thn)

CVRata-rata = Z2 h1 Cv1 + h2 Cv2 +⋯+ hi Cvi 2 (5)

Z : tebal tanah (m)

hi : tebal lapisan (m)

Cvi : Cv lapisan-i (m2/thn)

e. Tinggi Timbunan Pelaksanaan


Timbunan adalah pekerjaan yang tujuannya untuk memindahkan
tanah (padas, merah atau semi padas) dari satu tempat lokasi (sumber
pengambilan tanah) ke tempat lokasi lain yang di inginkan sebanyak yang
dibutuhkan agar tercapai bentuk dan ketinggian tanah yang di inginkan,
antara lain sektor pertanian (sawah, ladang dan perkebunan), infrastruktur
pembangunan (pondasi bangunan) dan kerajinan (gerabah, tembikar, pot,
genteng dan batu bata). Tinggi timbunan pada saat pelaksanaan di lapangan
tidak akan sama dengan tinggi timbunan rencana. Untuk muka air tanah
(MAT) yang berada di elevasi ±0.00 tanah dasar, timbunan yang mengalami
penurunan akan mengalami perubahan berat karena selama terjadi penurunan
sebagian tanah timbunan berada di bawah muka air tanah, dapat dilihat pada
Gambar 2.

Gambar 2. Tinggi Timbunan Pelaksanaan


Untuk menghitung tinggi timbunan pelaksanaan menggunakan Persamaan 6 (Mochtar, 2000).

HInisial = qTimbunan + Sc x γTimb +(Sc x γ′) γTimb (6)

Hinisial : tinggi timbunan pelaksanaan (m)

qfinal : beban timbunan (t/m2)

Sc : penurunan (m)

γTimb : berat isi timbunan (t/m3)

γ’ : berat isi efektif (t/m3)

γ′ = γTimbunan − γw (t/m3)

γw = berat isi air = 1 t/m3

Perhitungan penentuan waktu penurunan tanah dasar dengan PVD menggunakan Persamaan

t = D2 8 x Chx Fn x ln 1 1−Uh(7)

t : waktu (tahun)

D : diameter daerah pengaruh PVD (m)

D = 1,13 x jarak PVD (pola segiempat)

D = 1,05 x jarak PVD (pola segitiga)

Ch : koef. konsolidasi horisontal (m2/thn)

Ch = 2,5 x Cv (8)

Uh : derajat konsolidasi horisontal (%)

Fn : fungsi hambatan akibat jarak PVD

Fn = ln D dw − 3 4 (9)
dw : diameter ekivalen PVD

dw = 2 .(a+b) π(10)

Derajat konsolidasi digunakan sebagai salah satu kriteria dalam menilai keefektifan
pekerjaan perbaikan tanah dengan menggunakan timbunan. Terdapat dua jenis derajat
konsolidasi, yaitu derajat konsolidasi tanah arah vertikal (Uv) dan derajat konsolidasi tanah
arah horisontal (Uh). Untuk menghitung nilai derajat konsolidasi tanah arah vertikal (Uv)
dengan menggunakan Persamaan :

Uv 0%–60% = 2 x Cv x t L2 πx 100% (11)

Uv>60% = 100 − 10 1,781 −t 0,933 x 100% (12)

Tv : faktor waktu vertikal

L : panjang PVD (m)

t : waktu (tahun)

CV : koef. konsolidasi vertikal (m2/thn)

Untuk menghitung nilai derajat konsolidasi tanah arah horisontal (Uh) dapat menggunakan
Persamaan13.

Uh = 1 – 1 exp 8 x Ch x t D2 x Fn(13)

Untuk menghitung nilai dari derajat konsolidasi rata-rata (Ur)menggunakan Persamaan 14


(Mochtar, 2000).

Ur = 1 − 1 − Uh x(1 − Uv) x 100% (14)

Pemasangan PVD di lapangan tidak sampai sedalam lapisan compressible dengan syarat
kecepatan penurunan (rate of settlement) lapisan tanah di bawah PVD ≤ 1,50 cm/tahun.
Untuk menghitung nilai Rate of Settlement (RoS) menggunakan Persamaan 15 (Mochtar,
2000).

RoS = Sc u−PVD t(15)

Scu-PVD : penurunan di bawah PVD (cm)

Scu-PVD= sisa Sc x Uv (cm)


t : waktu umur rencana jalan (tahun)

3.3. PENGOLAHAN DATA

A. Analisis Data Perencanaan

Data tanah menggunakan data sekunder, maksud dari data sekunder disini adalah sumber data
penelitian yang diperoleh melalui media perantara atau secara tidak langsung yang berupa
buku, catatan, bukti yang telah ada, atau arsip baik yang dipublikasikan maupun yang tidak
dipublikasikan secara umum. Dari data tanah yang didapat hanya memiliki nilai N-SPT.PVD
menggunakan tipe CT-D812 dan Geotextile menggunakan tipe UW-250. Oleh karena itu
untuk parameter lain dicari menggunakan statistik distribusi. Rekapitulasi data tanah dapat
dilihat pada Tabel 1 Tabel. Besar pemampatan (Sc) dihitung menggunakan rumus Terzaghi
(1942)]. Perhitungan besar pemampatan dilakukan untuk mencari tinggi timbunan awal
(Hinisial) yang dibutuhkan untuk mencapai tinggi rencana (Hfinal). Dalam Studi ini
perencanaan Hinisial memperhitungkan beban timbunan, beban lalu lintas dan beban
perkerasan. Rekapitulasi dari perhitungan Sc, Hinisial, dan Hfinal dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Rekapitulasi perhitungan Hinisial, Hfinal, dan Sc.

B. Perencanaan Perbaikan Tanah


Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan konsolidasi cukup lama disetiap
STA, sehingga direncanakan perbaikan tanah menggunakan metode Preloading dan
Prefabricated Vertical Drain (PVD) untuk mempercepat waktu konsolidasi. PVD
yang digunakan akan menggunakan variasi kedalaman yang berbeda tiap STA
diambil berdasarkan kedalaman optimum. Perbedaan PVD akan menghasilkan
Hinisial dan besar pemampatan yang berbeda juga. Pemampatan terjadi akibat adanya
beban timbunan yang akan dipasang bertahap. Berikut adalah besar nilai pemampatan
yang terjadi akibat beban bertahap yang ditunjukan pada Tabel 3.

Tabel 3 Rekapitulasi pemampatan bertahap


PVD yang digunakan dalam perencanaan adalah menggunakan pola segitiga
dengan jarak antar PVD adalah 1,6 m dan 1,8 m dengan pertimbangan waktu tunggu
4-6 bulan dan kemudahan pelaksanaan pemasangan. Pemampatan sisa yang terjadi
pada saat kedalaman PVD tidak penuh akan dihitung sebagai parameter jumlah
kebutuhan overlay yang diperlukan di masa yang akan datang. Rekapitulasi
perhitungan PVD dan kebutuhan Overlay disetiap STA dan seluruh variasi kedalaman
PVD dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Rekapitulasi perhitungan PVD dan kebutuhan Overlay


Setelah menghitung perbaikan tanah menggunakan 3 variasi PVD akan dilakukan analisa
dengan menggunakan progam bantu XSTABLE untuk mengetahui nilai Safety Factor (SF)
pada setiap STA yang akan ditinjau. Nilai SF digunakan sebagai parameter untuk menghitung
kebutuhan perkuatan stabilitas timbunan. Dalam perencanaan akan digunakan 2 alternatif
metode yaitu:

1. Geotextile

Geotextile digunakan sebagai material perkuatan stabilitas timbunan untuk mencegah


terjadinya longsor. Dari hasil analisis dengan menggunakan progam bantu XSTABLE
akan didapatkan nilai Safety Factor (SF) dari masing-masing alternatif PVD setiap
STA yang akan ditinjau, jika nilai dari SF ≤ 1,5 diperlukan penggunaan material
geotextile untuk meningkatkan nilai SF. Perbedaan besarnya momen pada SF hasil
analisa XSTABLE dengan SF yang direncanakan digunakan sebagai parameter untuk
menentukan banyaknya jumlah geotextile yang diperlukan. Disetiap lapisan juga akan
dihitung kebutuhan panjang geotextile minimal di depan bidang longsor (Ld), di
belakang bidang longsor (Le), serta panjang lipatan geotextile (Lo). Ilustrasi
kebutuhan panjang geotextile dapat dilihat pada.

2. Geotextile Encased Stone Column

Dalam tanah yang sangat lembek dengan kekuatan gaya geser undrained yang rendah,
kolom batu konvensional tidak dianjurkan karena batas tegangan efektif dari tanah
tidak akan tercapai. Masalah penggunaan penggunaan kolom batu di tanah lunak
tersebut dapat diselesaikan dengan membungkus kolom dengan perkuatan geotextile.
Sistem ini diperkenalkan dengan nama Geotextile Encased Stone Columns (GESC)
yang telah digunakan dan berhasil dalam praktek rekayasa dalam beberapa tahun
terakhir. Perencanaan geotextile encased stone column sebagai perkuatan stabilitas
timbunan menggunakan perhitungan sama seperti stone column. Jenis batu yang
digunakan adalah batu pecah. Fungsi geotextile yaitu sebagai pembungkus agar
mencegah stone column yang pada dasarnya tidak bisa dipakai untuk perkuatan
stabilitas timbunan di tanah yang lunak supaya tidak merambat ke dalam tanah.
Tegangan yang besar dari beban timbunan yang disalurkan ke stone column akan
ditahan menggunakan geotextile untuk menjaga kekuatan dari stone column agar
tidak merambat ke tanah. Jumlah stone column yang diperlukan akan dihitung
berdasarkan kebutuhan momen penahan tambahan hingga memiliki nilai SF≥ 1,5
yang merupakan angka keamanan terhadap bearing capacity failure.
DAFTAR PUSTAKA

Kanal Informasi. Pengertian Data Primer dan Data Sekunder.


https://www.kanalinfo.web.id/pengertian-data-primer-dan-data-sekunder .(dikases pada
tanggal 7 desember 2019. Jam 12.00 )

Megantara ,Indra Gilang. 2014.Pencampuran Serbuk Limbah Pecahan Genteng (Limbah


Puing) Untuk Stabilitas Lempung Ekspansif.Universitas Pendidikan Indonesia.

Mochtar. B, Indrasurya, 2000. Teknik Perbaikan Tanah dan Alternatif Perencanaan pada
Tanah Bermasalah (Problematic Soils). Surabaya: Jurusan Teknik Sipil – FTSP, ITS.

Wahyudi, Herman. 1999. Teknik Reklamasi. Surabaya: Jurusan Teknik Sipil – FTSP, ITS

Wicaksono, Aditya Daniar dkk.2017. Perencanaan Perbaikan Tanah Dasar dan Perkuatan
Stabilitas Timbunan Jalan Tol Pasuruan-Grati STA 30+100 s.d STA 31+500. JURNAL
TEKNIK ITS.

Wikipedia. Urugan Tanah. https://id.wikipedia.org/wiki/Urugan_tanah.( dikase pada tanggal


7 desember 2019 jam 13.00 )

Zhafirah, Athaya dan Dewi Amalia.2019. Perencanaan Preloading dengan Penggunaan


Prefabricated Vertical Drain untuk Perbaikan Tanah Lunak Pada Jalan Tol Pejagan-
Pemalang.Politeknik Negeri Bandung.

Anda mungkin juga menyukai