Geotekstil adalah lembaran sintesis yang tipis, fleksibel,
permeable yang digunakan untuk stabilisasi dan perbaikan tanah dikaitkan dengan pekerjaan teknik sipil. Pemanfaatan geotekstil merupakan cara moderen dalam usaha untuk perkuatan tanah lunak Tanah lunak didefinisikan sebagai tanah lempung atau gambut dengan kuat geser kurang dari 25 kN/m2 berdasarkan Panduan Geoteknik 1 No. Pt T-08-2002-B (DPU,2002a). Jika menggunakan korelasi dari AASHTO M288-06 (CBR≈30 cu), maka nilai kuat geser ini setara dengan nilai CBR lapangan kurang dari 1. • untuk perkuatan tanah lunak • untuk konstruksi teknik sipil yang mempunyai umur rencana cukup lama dan mendukung beban yang besar seperti jalan rel dan dinding penahan tanah. • sebagai lapangan pemisah, penyaring, drainase dan sebagai lapisan pelindung. • Geotextile dapat digunakan sebagai perkuatan timbunan tanah pada kasus: • Timbunan tanah diatas tanah lunak • Timbunan diatas pondasi tiang • Timbunan diatas tanah yang rawan subsidence Penggunaan konstruksi perkuatan pada lahan basah pertama kali dilaporkan dengan menggunakan steel mseh di bawah konstruksi timbunan pada daerah pasang surut di Perancis. Perbandingan antara timbunan di atas tanah gambut di Afrika dengan dan tanpa perkuatan dilaporkan. Dinyatakan bahwa selain woven polypropylene fabric, tegangan tarik semua jenis geotextile yang diambil contohnya dari pemasangan setahun sebelumnya berkurang antara 25% sampai 36% dari tegangan tarik awalnya, meskipun tidak berpengaruh banyak pada fungsinya Pelaksanaan konstruksi jalan di atas lahan basah dengan perkuatan geotextile dapat menghindarkan terjadinya keruntuhan lokal pada tanah lunak karena rendahnya daya dukung tanah. Keuntungan pemasangan geotextile pada pelaksanaan jalan di atas tanah lunak adalah kecepatan dalam pelaksanaan dan biaya yang relatif lebih murah di bandingkan dengan metoda penimbunan konvensional Geotekstil pada jalan berfungsi sebagai lapis perkuatan sekaligus sebagai lapis pemisah (separator) antara material timbunan dengan tanah dasar sehingga konstruksi jalan menjadi stabil, tidak bergelombang dan rata pada permukaannya geotextile dapat digunakan pula sebagai perkuatan timbunan pada kasus antara lain : timbunan tanah di atas tanah lunak, timbunan di atas pondasi tiang, dan timbunan di atas tanah yang rawan ambles (subsidence) - Faktor internal dan eksternal
Faktor internal terdiri dari kuat tarik geotextile, sifat
perpanjangan (creep), struktur geotextile, dan daya tahan terhadap faktor lingkungan. Faktor eksternal terdiri dari jenis bahan timbunan yang berinteraksi dengan geotextile. Struktur geotextile, yaitu jenis anyam atau niranyam juga mempengaruhi pada pemilihan geotextile untuk perkuatan Kondisi lingkungan juga memberikan reduksi terhadap kuat tarik geotextile, karena reaksi kimia antar geotextile dan lingkungan di sekitarnya. Sinar ultraviolet, air laut, kondisi asam atau basa serta mikro-organisme seperti bakteri dapat mengurangi kekuatan geotextile. Waktu pembebanan juga mempengaruhi, karena akan terjadi degradasi oleh faktor fatigue dan aging. Fungsi dan Aplikasi Perkuatan Timbunan Fungsi perkuatan pada konstruksi timbunan adalah sebagai berikut: A. Meningkatkan faktor keamanan rencana; B. Menambah tinggi timbunan; C. Mencegah pergeseran timbunan selama pelaksanaan; D. Memperbaiki kinerja timbunan karena penurunan pasca konstruksi yang seragam. Perkuatan timbunan yang dibangun di atas tanah lunak umumnya akan berada dalam dua kondisi, yaitu:
A. Timbunan dibangun di atas deposit yang seragam;
B. Timbunan dibangun di atas zona lemah lokal.
Aplikasi perkuatan timbunan yang paling umum untuk
kondisi pertama adalah timbunan jalan, tanggul, atau bendungan yang dibangun di atas lapisan lanau, lempung atau gambut jenuh air yang sangat lunak (lihat Gambar 3.1a). Pada kondisi ini, arah terkuat dari geosintetik biasanya ditempatkan tegak lurus terhadap garis tengah timbunan. Perkuatan tambahan dengan arah terkuat yang ditempatkan sejajar dengan garis tengah timbunan dapat juga dibutuhkan pada ujung timbunan. Aplikasi kedua adalah konstruksi timbunan yang berada di atas tanah yang mempunyai zona lemah lokal atau tanah berongga. Zona atau rongga ini dapat diakibatkan oleh lubang amblasan (sink hole), aliran sungai tua, atau kantung lanau, lempung atau gambut (lihat Gambar 3.1b). Untuk aplikasi ini, fungsi perkuatan adalah sebagai jembatan di atas zona lemah lokal atau rongga, dan perkuatan tarik yang dibutuhkan dapat lebih dari satu arah. Oleh karena itu, arah terkuat dari geosintetik harus ditempatkan dengan arah yang benar terhadap garis tengah timbunan. Perkuatan geotekstil atau geogrid dapat dipasang satu lapis atau lebih tergantung besarnya gaya geser yang akan ditahan. Kekakuan Geosintetik dan Kemampuan Kerja (Workability)
Untuk tanah dasar yang sangat lunak, kekakuan geosintetik
atau kemampuan kerja (workability) merupakan pertimbangan yang sangat penting. Kemampuan kerja merupakan kemampuan geosintetik untuk menahan pekerja selama penggelaran dan penjahitan geosintetik serta untuk menahan alat berat saat penghamparan timbunan lapis pertama. Kemampuan kerja umumnya berhubungan dengan kekakuan geosintetik, akan tetapi, teknik evaluasi kekakuan dan korelasi dengan kemampuan kerja di lapangan masih belum memadai. Apabila tidak ada informasi lainnya tentang kekakuan, direkomendasikan untuk menggunakan pengujian menurut ASTM D 1388, Option A dengan menggunakan benda uji 50 mm x 300 mm. Nilai yang diperoleh harus dibandingkan dengan kinerja lapangan aktual untuk menetapkan kriteria perencanaan. Aspek-aspek lapangan lainnya seperti absorpsi air dan berat isi juga harus dipertimbangkan khususnya pada lokasi dengan tanah dasar yang sangat lunak. Landasan pendekatan perencanaan timbunan yang diperkuat adalah perencanaan untuk mencegah keruntuhan Ketiga kemungkinan keruntuhan tersebut memberikan indikasi jenis analisis stabilitas yang dibutuhkan. Selain itu, penurunan timbunan dan potensi rangkak pada perkuatan juga harus dipertimbangkan. a. Keruntuhan daya dukung b. Keruntuhan rotasional
c. Keruntuhan akibat pergerakan lateral
(Sumber: Hotlz dkk, 1998)
Stabilitas timbunan di atas tanah lunak lazimnya dihitung dengan menggunakan metode analisis tegangan total. Analisis ini cukup konservatif karena pada analisis ini diasumsikan tidak terjadi peningkatan kekuatan pada tanah dasar. Metode analisis tegangan efektif dengan menggunakan parameter efektif juga dapat dilakukan, akan tetapi dibutuhkan estimasi tekanan air pori lapangan yang akurat. Selain itu dibutuhkan pula pengujian triaksial terkonsolidasi-tak terdrainse (CU) untuk mendapatkan parameter efektif untuk analisis. Karena estimasi tekanan air pori lapangan tidak mudah dilakukan, maka selama konstruksi harus dipasang pisometer untuk menghitung kecepatan penimbunan. Dengan demikian prosedur perencanaan yang digunakan pada pedoman ini menggunakan analisis tegangan total, karena dianggap lebih sesuai dan lebih sederhana untuk perencanaan perkuatan timbunan.