DAFTAR ISI
Daftar Isi........................................................................................ii
BAB I : Perkuatan Timbunan di Atas Tanah Lunak.................1
1.1 Pendahuluan..............................................................1
1.2 Fungsi dan Aplikasi Perkuatan Timbunan.............1
1.3 Pemilihan Sifat-sifat Teknis.....................................3
BAB II : Jenis-jenis Geotekstil dan Geogrid..............................7
2.1 Geotekstil...................................................................7
2.1.1 Penggunaan Geotekstil....................................7
2.1.2 Jenis-jenis Geotekstil.......................................11
2.2 Geogrid.......................................................................14
2.2.1 Jenis-jenis Geogrid...........................................14
BAB III : Metode Pemasangan....................................................16
BAB IV : Kesimpulan dan Saran.................................................20
Daftar Pustaka...............................................................................21
BAB I
PERKUATAN TIMBUNAN DI ATAS TANAH LUNAK
1.1.
Pendahuluan
Tanah lunak di defenisikan sebagai tanah lempung atau gambut dengan kuat geser
Perkuatan timbunan yang dibangun di atas tanah lunak umumnya akan berada dalam dua
kondisi, yaitu:
A. Timbunan dibangun di atas deposit yang seragam
1.3
Sifat-sifat Elektrokimia
Sebagian besar kondisi perkuatan timbunan, geotekstikl dan geogrid memiliki daya
tahan tinggi terhadap serangan kimiawi maupun biologis, sehingga kompatibilitas terhadap
kondisi kimiawi maupun biologi tidak perlu dipertimbangkan. Meskipun demikian, pada
kondisi pH tanah yang sangat rendah (pH < 3) atau sangat tinggi (pH > 9), serta lingkungan
kimia yang tidak umum (daerah industry, tambang atau tempat pembuangan limbah),
kompatibilitas kimiawi polimer di dalam geotekstil dan geogrid harus mampu menahan
kekuatan rencana setidaknya sampai tanah dasar cukup kuat menahan struktur tanpa
perkuatan.
1.3.3
Sifat-sifat Geosintetik
Sifat yang sangat penting adalah kuat tarik, modulus tarik perkuatan, kekuatan sambungan,
tahanan rangkak, serta gesekan antara tanah dan geosintetik.
1.3.3.1 Kuat Tarik dan Modulus Tarik
Diantara beberapa alternatif pengujian yang tersedia, uji tarik lebar yang mengacu
kepada ASTM D 4595 atau RSNI M-05-2005 dapat digunakan untuk menghitung kekuatan
di dalam tanah yang merupakan standar pengujian untuk kuat tarik dan modulus tarik.
kriteria minimum kuat tarik adalah sebagai berikut:
a. Kuat tarik rencana Td adalah nilai terbesar dari Tg dan Tls dengan modulus sekan yang
dibutuhkan berada pada regangan 2% sampai dengan 5%. Tg adalah gaya perkuatan
yang dibutuhkan untuk stabilitas geser rotasional, sedangkan Tls kekuatan untuk
mencegah penyebaran lateral. Tg harus dinaikkan untuk memperhitungkan kerusakaan
saat pemasangan dan durabilitas. Tls harus dinaikkan untuk memperhitungkan rangkak,
kerusakan saat pemasangan dan durabilitas.
b. Kuat tarik puncak Tult harus lebih besar dari kuat tarik rencana Td.
c. Regangan perkuatan pada saat terjadi keruntuhan sekurang-kurangnya 1.5 kali
regangan modulus sekan guna mencegah keruntuhan getas (brittle failure). Untuk
pondasi yang sangat lunak dimana perkuatan akan mendapatkan tegangan tarik yang
sangat besar saat konstruksi, geosintetik harus mempunyai kekuatan yang cukup untuk
mendukung timbunan itu sendiri, atau perkuatan dan timbunan harus diijinkan untuk
berdeformasi. Untuk kasus kedua, elongasi saat putus sampai 50% dapat diterima.
Pada kedua kasus tersebut, diperlukan geosintetik dengan kekuatan tinggi dan
prosedur konstruksi khusus.
d. Jika terdapat kemungkinan terjadinya retak tarik pada timbunan atau munculnya
tingkat regangan yang tinggi selama konstruksi (contohnya pada timbunan tanah
kohesif), maka dibutuhkan kekuatan terhadap penyebaran lateral Tls pada kondisi
regangan sebesar 2%.
e. Persyaratan kekuatan geosintetik harus dievaluasi dan ditentukan untuk arah mesin dan
arah melintang mesin. Biasanya kekuatan jahitan menentukan persyaratan kekuatan
geosintetik dalam arah melintang mesin.
1.3.3.2 Penggunaan Beberapa Lapis Perkuatan
Bergantung pada syarat perkuatan, ketersediaan geosintetik dan efisiensi
sambungan, beberapa lapis perkuatan dapat digunakan untuk memperoleh kuat tarik yang
dibutuhkan. Jika digunakan beberapa lapis perkuatan, maka suatu lapisan berbutir setebal
200 mm sampai dengan 300 mm harus ditempatkan di antara setiap lapisan geosintetik
tersebut atau lapis-lapis perkuatan tersebut harus digabungkan secara mekanis (misalnya
dijahit). Geosintetik yang digunakan di tiap lapisan juga harus memiliki sifat regangan
yang sesuai, atau dengan kata lain gunakan jenis geosintetik yang sama untuk seluruh
lapisan.
1.3.3.3 Tahanan Rangkak
Untuk kepentingan perencanaan, usahakan agar tegangan yang bekerja lebih rendah
daripada batasan rangkaknya. Nilai tegangan batas yang digunakan adalah 40-60% dari
tegangan yang bekerja. Sebaiknya dipertimbangkan pula kombinasi beban hidup terhadap
beban mati. Aplikasi beban hidup jangka pendek hanya memberikan sedikit pengaruh
terhadap rangkak dibandingkan dengan aplikasi beban mati jangka panjang.
1.3.4
gesekan antara tanah dan geosintetik, sg. Jika hasil pengujian tidak tersedia, maka nilai
yang disarankan untuk timbunan pasir adalah 2/3 sampai dengan pasir ( adalah sudut
geser tanah). Untuk tanah lempung, pengajian ini, harus dilakukan pada situasi apapun
1.3.5 Persyaratan Pengaliran Air
Geosintetik harus dapat menjamin terjadinya pengaliran air vertikal dari tanah
pondasi secara bebas untuk mengurangi peningkatan tekanan pori di bawah timbunan.
Disarankan permeabilitas geosintetik sekurang-kurangnya 10 kali lipat dari permeabilitas
tanah di bawahnya.
1.3.6
BAB II
JENIS-JENIS GEOTEKSTIL DAN GEOGRID
2.1
Geotekstil
Geotekstil merupakan salah satu bahan dari geosintetik yang paling luas
penggunaannya dalam bidang teknik sipil. Geotekstil sendiri adalah setiap bahan tekstil
yang umumnya lolos air yang dipasang bersama pondasi,tanah, batuan,atau material
geoteknik lainnya sebagai suatu kesatuan dari system struktur, atau suatu produk buatan
manusia.
2.1.1
Penggunaan Geotekstil
pekerjaan pengurugan diperlukan alat-alat berat. Problema yang timbul dengan tanah
lunak ialah bahwa alat-alat berat tersebut biasanya tidak dapat beroperasi di atas tanah
yang lunak dan berlumpur karena roda-roda kendaraan mudah ter "jeblos" dalam lumpur.
Disamping itu, pada pengurugan tanah sepotong demi sepotong biasanya sukar
dilaksanakan karena urugan tersebut mudah "ambles" kedalam tanah dasar akibat daya
dukung tanah dasar yang sangat kecil. Biasanya di tepi-tepi urugan, tanah dasar tersebul
keluar akibat adanya "bearing-capacity failure". Penghamparan lapisan geotextile di atas
tanah dasar umumnya menyebabkan alat-alat berat dapat berjalan di atasnya tanpa
terperosok. Selain itu sistem pengurugan juga dapat diatur sehingga tidak terjadi bearing
capacity failure sebagaimana terlihat pada gambar dibawah. Disini geotextile berfungsi
sebagai reinforcer dan separator.
Bahan geotextile dapat dipakai sebagai reinforcer pada tanah di talud yang relatip
curam sehingga talud tersebut tidak dapat runtuh sebagaimana terlihat pada Gambar 5.
Bilamana bahan geotextile tersebut cukup tebal, masing-masing lembaran geotextile
tersebut juga dapat berfungsi sebagai pengalir air tanah (drainage) arah horizontal. Akan
tetapi fungsi geotextile sebagai drainage murni seperti ini praktis sudah tidak diabaikan
orang lagi karena sudah ada jenis-jenis geocomposite yang jauh lebih effective sebagai
drainage.
2.1.1.8 Pada Pencegahan/ Penahan Erosi
Disini geotextile bukan benar-benar sebagai pencegah erosi langsung tetapi
geotextile lebih berfungsi sebagai filter atau juga sebagai pembungkus. Contohnya seperti
terlihat pada gambar berikut
2.1.2
Jenis-jenis Geotekstil
Geotekstil Woven
2.2
Geogrid
Geogrid adalah salah satu jenis material Geosintetik (Geosynthetic) yang
mempunyai bukaan yang cukup besar, dan kekakuan badan yang lebih baik dibanding
Geotextile. Material dasar Geogrid bisa berupa : Polyphropylene, Polyethilene dan
Polyesther atau material polymer yang lain
2.2.1
Jenis-Jenis Geogrid
Geogrid Uniaxial
2.2.1.2 Geogrid Biaxial
Adalah Geogrid yang mempunyai bukaan berbentuk persegi. Berfungsi sebagai
stabilisasi tanah dasar. Seperti pada tanah dasar lunak (soft clay maupun tanah gambut).
Metode kerjanya adalah interlocking, artinya mengunci agregat yang ada di atas Geogrid
sehingga lapisan agregat tersebut lebih kaku, dan mudah dilakukan pemadatan.
Geogrid Biaxial
2.2.1.2 Geogrid Triax
Adalah Geogrid yang mempunyai bukaan berbentuk segitiga. Fungsinya sama
dengan Biaxial sebagai material stabilisasi tanah dasar lunak, hanya saja performance nya
lebih baik. Hal ini disebabkan bentuk bukaan segitiga lebih kaku sehingga penyebaran
beban menjadi lebih merata.
Geogrid Triax
BAB III
METODE PEMASANGAN
3.1
3.2
Penggleran Geotextile
Dalam tahap penggelaran yang harus dilakukan adalah geotextile harus digelar
secara melintang dijalan
Sesudah itu Geotextile harus digelar di atas tanah dalam keadaan terhampar
tanpa gelombang atau kerutan. Dan pada lahan yang luas pemasangan
geotextile dapat dil lakukan secara flesibel (melintang atau memanjang)
Geotextile dapat dipotong terlebih dahulu ditempat yang memungkinkan. Hal
ini bertujuan untuk lokasi yang sulit untuk dilakukan pemotongan dan
penyambungan.
3.2
Penggleran Geotextile
Penyambungan Geo Textile yang satu ke lainnya dapat dilakukan dengan cara
saling melewati (overlapp) atau dengan cara dijahit (Sewn).
Dengan metode overlap, jarak minimal yang overlapnya adalah 30 cm 100
cm, langkah ini tergantung dengan kondisi subgrade dan teknik pelaksanaan
Penjahitan panel geotextile dapat dilakukan di lapangan menggunakan mesin
jahit portable atau menggunakan tenaga generator
Penjahitan di lapangan biasanya memerlukan tiga sampai empat pekerja. Panel
yang belum di jahit dapat disiapkan di gudang (workshop) dalam berbagai
macam panjang dan lebar yang diperlukan.
3.3
Pemadatan Agregat
Setelah agregat diratakan, agregat tersebut dipadatkan, dapat menggunakan alat
berat, mesin giling, vibrator roller, dll.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1
KESIMPULAN
Pelaksanaan konstruksi jalan di atas lahan basah dengan perkuatan geotextile
dapat menghindarkan terjadinya keruntuhan lokal pada tanah lunak karena
rendahnya daya dukung tanah. Keuntungan pemasangan geotextile pada
pelaksanaan jalan di atas tanah lunak adalah kecepatan dalam pelaksanaan dan
biaya yang relative lebih murah di bandingkan dengan metode penimbunan
konvensional.
Geosintetik banyak jenisnya dalam bahan yang digunakannya diantaranya
Geogrid dan Geotekstil
Geotekstil adalah bahan tekstil yang umumnya lolos air yang dipasang bersama
pondasi,tanah, batuan,atau material geoteknik lainnya sebagai suatu kesatuan
dari system struktur, atau suatu produk buatan manusia.
Geogrid adalah salah satu jenis material Geosintetik (Geosynthetic) yang
mempunyai bukaan yang cukup besar, dan kekakuan badan yang lebih baik
dibanding Geotextile. Material dasar Geogrid bisa berupa : Polyphropylene,
Polyethilene dan Polyesther atau material polymer yang lain
4.2
SARAN
Pemasangan geotextile harus sesuai dengan gambar .kerja.serta memperhatikan
agar geotextile yang telah terhampar tidak merosot terlipat atau sobek pada saat
ditimbuni material lain di atasnya,maka dari itu sebelum penghamparan
geotextile disusun kayu terlebih dahulu karena kondisi tanah yang lunak dan
basah harus berhati hati dalam penghamparan geotextile ini
DAFTAR PUSTAKA
Departamen Pekerjaan Umum, 2009, Perencanaan dan Pelaksanaan Perkuatan Tanah
dengan Geosintetik. No.003/BM/2009
Blog.geotekstil
non
woven
apakah
itu
dan
apakah
fungsinya.
http://www.hiloninside.com/blog/geo-textile-non-woven-apakah-itu-dan-apakah-fungsinya/
geosintetik. November 2015. http://www.ilmukonstruksi.com/2015/11/geosintetik.html
Blog.Mengenal
langkah
sederhana
pemasangan
geotekstil.
http://www.hiloninside.com/blog/mengenal-4-langkah-sederhan-pemasangan-geo-textile/
Makalah
Perbaikan
tanah
geotekstil
non
woven.
https://www.academia.edu/10247323/Makalah_Perbaikan_Tanah_Geotextile_non_Woven