Anda di halaman 1dari 26

UNIVERSITAS TARUMANAGARA

Teknik Sipil
TS24611
Perancangan Perkerasan Jalan Lanjut
Hokbyan R.S Angkat

1
METODE DESAIN
PERKERASAN LAPANGAN TERBANG

 METODE CBR OLEH US CORPORATION OF


ENGINEERS
 METODE FAA
o METODE LCN DARI INGGRIS
o METODE ASPHALT INSTITUTE
o METODE CANADIAN DEPARTEMEN OF
TRANSPORTATION

2
METODE FAA
Federal
Aviation
Administration

3
PERENCANAAN PERKERASAN LENTUR METODE FAA

1) Perhitungan Tebal Tipa Lapisan Perkerasan Menggunakan Grafik


Yang Telah Disiapkan Oleh FAA
2) Katagori are perkerasan meliputi Area Kritis dan Area Tidak Kritis
3) Area Kritis meliouti: TAXIWAY, RW 300 m DARI UJUNG
THRESHOLD, APRON
4) Tebal Area Tidak Kritis ≈ 0.9 x Ketebalan Area Kritis
5) Harus ditentukan pesawat rencana untuk perhitungan tebal
perkerasan
6) Karen tipe roda pendaratan pesawat berbeda-beda maka harus
dikonversi ke dalam pesawat rencana menggunakan Equivalent
Annual Departure pesawat campuran

4
RUMUS KONVERSI ADALAH:
1/ 2
W 2 
Log R1   Log R 2 .  
 W 1 
R1 = EQUIVALENT ANNUAL DEPARTURE PESAWAT RENCANA
R2 = ANNUAL DEPARTURE PESAWAT PESAWAT CAMPURAN
DINYATAKAN DALAM RODA PENDARATAN PESAWAT RENC.
W1 = BEBAN RODA DARI PESAWAT RENCANA
W2 = BEBAN RODA DARI PESAWAT YANG DITANYAKAN

5
RUMUS KONVERSI TIPE RODA PENDARATAN
KONVERSI DARI KE FAKTOR PENGALI
SINGLE WHEEL DUAL WHEEL 0,8
SINGLE WHEEL DUAL TANDEM 0,5
DUAL WHEEL DUAL TANDEM 0,6
DOUBLE DUAL TANDEM DUAL TANDEM 1,0
DUAL TANDEM SINGLE WHEEL 2,0
DUAL TANDEM DUAL WHEEL 1,7
DUAL WHEEL SINGLE WHEEL 1,3
DOUBLE DUAL TANDEM DUAL WHEEL 1,7

PARAMETER DALAM MENENTUKAN TEBAL PERKERASAN


METODE FAA
• NILAI CBR TANAH DASAR
• NILAI CBR SUB BASE (PONDASI BAWAH)
• BERAT TOTAL/BERAT LEPAS LANDAS PESAWAT RENCANA

6
Kurva Rencana
Perkerasan Flexible
Daerah Kritis
Single Wheel Gear

7
Kurva Rencana
Perkerasan Flexible
Daerah Kritis
Dual Wheel Gear

8
Kurva Rencana
Perkerasan Flexible
Daerah Kritis
Dual Tandem Wheel Gear

9
Tebal Minimum
Lapis Pondasi Atas
(Base Coarse)

10
Stabilisasi Material Subbase dan Base Course

Untuk mendapatkan lapisan yang lebih baik, maka lapisan subbase dan base
course dapat distabilisasi. Bahan stabilisasi yang digunakan akan
mempengruhi ketebalan lapisan rencana. Tabel berikut digunakan sebagai
pembagi pada tebal lapisan yang diperoleh sesui dengan jenis bahan yang
digunakan.
Faktor equivalen untuk subbase yang distabilisasi Faktor equivalen untuk base yang distabilisasi

11
Koreksi Untuk Tingkat Keberangkatan> 25.000 pertahun

1) Jika tingkat keberangkatan rencana bandara lebih 25.000 pertahun,


maka tebal hasil perhitungan diberi faktor pengali yaitu dengan
mengalikan faktor koreksi sesuai tingkat keberangkatan pada tebal
hasil perhitungan.
2) Faktor pengali berdasarkan tingkat keberangkatan > 25.000
pertahun:

12
CONTOH 1 PERENCANAAN METODE FAA

Rencanakan Tebal Lapis Perkerasan Flexible Bandara Pada


Daerah Kritis dan Tidak Kritis.
Bandara direncanakan melayani pesawat rencana dengan
tipe roda pendaratan Dual Gear, berat lepas lasnda 75000
lbs (34000 kg), equivalent annual departure adalah 6000
pesawat rencana. Nilai CBR Subbase dan CBR Subgrade
adalah 20% dan 6%

13
Langkah 1: Tentukan tebal total perkerasan lentur Langkah 2: Tentukan tebal lapis pondasi bawah subbase
1. Menggunakan grafik Dual Whee Gear 1. Menggunakan grafik Dual Whee Gear
2. CBR subgrade = 6% 2. CBR subbase = 20%
3. Berat pesawat rencana = 75.000 lbs 3. Berat pesawat rencana = 75.000 lbs
4. Ekivalen keberangkatan tahunan = 4. Ekivalen keberangkatan tahunan = 6.000
6.000 5. Bacaan angka ketebalan = 9.5 in
5. Maka tebal perkerasan total = 23 in → merupakan ketebalan surface (lapis permukaan) dan base (lapis
pondasi atas) di atas lapisan subbase (lapis bawah)
6. Tebal Lapis Bawah (subbase) = tebal total – 9.5 = 23-9.5 = 13.5 in

23 in 9.5 in 14
Langkah 3: Tentukan tebal Lapis Permukaan ( Asphalt Surfaces)
1. Menggunakan grafik Dual Whee Gear
2. Berdasarkan grafik tersebut, maka Tebal Lapis Permukaan
a) Daerah kritis = 4 in
b) Daerah non kritis = 3 in

Langkah 4: Tentukan tebal Lapis Pondasi Atas (Base Coarse)


Telah diperoleh dari Langkah 3 bahwa ketebalan surface (lapis permukaan) dan base (lapis pondasi atas) adalah 9.5 in
Maka tebal Lapis Pondasi Atas (base coarse) hitung = 9.5 – Lapis Permukaan = 9.5 – 4 = 5.5 in ≈ 6 in
Tebal lapis pondasi harus dibandingkan dengan tebal minimum.
Periksa tebal lapis pondasi minimum
1. Tebal perkerasan total = 23 in
2. CBR subgrage = 6%
3. Bacaan tebal lapis pondasi minimum = 7 in
4. Karena tebal lapis pondasi minimum (7 in) > tebal
lapis pondasi atas hitung (6 in), maka digunakan
tebal lapis pondasi atas = 7 in
Tebal perkerasan akhir
1. Tebal Lapis Pondasi Atas (base coarse) akhir = 7 in
2. Selisih base coarse = 7 – 6 = 1 in 23 in
3. Tebal Lapis Bawah (subbase) akhir = subbase lama –selisih base coarse
= 13.5 – 1 = 12.5 in
Langkah 5: Ketebalan Daerah Tidak Kritis
Untuk menghitung ketebalan daerah tidak kritis gunakan
pengali 0.9 kali base dan subbase daerah kritis 15
Kesimpulan

Wheel Load

Area of Tire Contact

Wearing Surface

Base Course

Subbase

Subgrade

Approximate Line of
Wheel-Load Distribution
Subgrade Support
CONTOH 2 PERENCANAAN METODE FAA

Rencanakan tebal lapis perkerasan flexible pada contoh 1 jika subbase coarse
distabilisasi dengan P216 mix in place dan base coarsenya ditabilisasi dengan P 201
bituminous base course
Jawab
Dari Soal 1 diketahui tebal lapisan-lapisan yang belum distabilisasi adalah sebagai berikut
Lapis Permukaan (surface course) T= 4.0 in
Lapis Pondasi Atas (base coarse) TBC= 7.0 in
Lapis Pondasi Bawah (subbase coarse) TSB= 12.5 in

Nilai equivalent bahan stabilisasi


Lapisas Stabbilisasi Equivalent
Tabel Pilih
Lapis Pondasi Atas (base coarse) P 201 bituminous base course 1.2 -1.6 1.4
Lapis Pondasi Bawah (subbase coarse) P 216mix in place base course 1.5 – 1.7 1.6

Tebal setelah stabilisasi


Stabilisasi
Lapisan Tebal Awal angka equivalent
hitung pakai
Lapis Permukaan (surface course) T= 4 - 4 4
Lapis Pondasi Atas (base coarse) TBC= 7 1.4 5.0 7.0
Lapis Pondasi Bawah (subbase coarse) TSB= 12.5 1.6 7.8 8.0
T TOTAL = 23.5 16.81 19.00 17
PERENCANAAN METODE FAA
Contoh 3 : Menentukan Pesawat Rencana

Data Pergerakan Pesawat

Tentukan pesawat mana yang menjadi pesawat rencana!

18
Contoh 3 : Menentukan Pesawat Rencana
PENYELESAIAN 3

Caranya?
Tentukan tebal total perkerasan untuk masing-masing jenis pesawat
menggunakan kurva rencana yang sesuai dengan konfigurasi roda nya.

Dari hasil plotting diperoleh bahwa pesawat jenis B-727-200


adalah jenis yang memberikan tebal terbesar sehingga kita
tetapkan menjadi pesawat rencana. Untuk itu jenis pesawat yang
lain harus diekivalenkan ke pesawat ini.
Periksa menggunakan tabel !

19
PERENCANAAN METODE FAA
Contoh 4 : Menentukan Ekivalen Annual Departure dan Tebal Perkerasan
Diberikan daftar pesawat yang diperkirakan harus dilayani oleh Bandara yang
direncanakan.
1) Hitunglah equivalent annual departurenya.
2) Hitung tebal perkerasan daerah kritis dan tidak kritis jik nilai CBR Subbase 20% dan
CBR Subgrade 6%

TIPE PESAWAT FORECAST ANNUAL DEPARTURE TIPE RODA PENDARATAN MTOW (lbs)
MTWO =
Maximum Take Off Weight 727-100 3760 DUAL 160.000
727-200 9080 DUAL 190.000
707-320 B 3050 DUAL TANDEM 327.000
DC 9-30 5800 DUAL 108.000
CV-880 400 DUAL TANDEM 184.500
737-200 2650 DUAL 115.500
L-1011-100 1710 DUAL TANDEM 450.000
747-100 85 DOUBLE DUAL TANDEM 700.000

20
Contoh 4 : Menentukan Ekivalen Annual Departure dan Tebal Perkerasan

PENYELESAIAN 4
1) Lakukan perhitungan pendahuluan untuk menentukan pesawat rencana.
 Misal, hasil perhitungan pendahuluan menghasilkan Pesawat Rencana adalah Boing
727 – 200
2) Kemudian pesawat lain dikonversi ke pesawat rencana dengan menggunakan persamaan:
1/ 2 R1 = Equivalent Annual Departure Pesawat Rencana
W 2 
Log R1  Log R 2.   R2 = Equivalent Annual Departure Pesawat Yang Dikonversi,
dinyatakan dalam roda pendaratan pesawat rencana
 W1  W1 = Beban roda pesawat rencana
W2 = Bebab roda pesawat yang dikonversi

3) Untuk faktor konversi gunakan tabel konversi roda pendaratan pesawat rencana

KONVERSI DARI KE FAKTOR PENGALI


SINGLE WHEEL DUAL WHEEL 0,8
SINGLE WHEEL DUAL TANDEM 0,5
DUAL WHEEL DUAL TANDEM 0,6
DOUBLE DUAL TANDEM DUAL TANDEM 1,0
DUAL TANDEM SINGLE WHEEL 2,0
DUAL TANDEM DUAL WHEEL 1,7
DUAL WHEEL SINGLE WHEEL 1,3
DOUBLE DUAL TANDEM DUAL WHEEL 1,7
21
PENYELESAIAN 4

5) Hitung R2
 R2= forecast annual departure * faktor konversi roda ke Dual Wheel
 Pesawat 727-100, dual wheel → R2 = 3760 * 1 =3760
 Pesawat 727-200, dual wheel → R2 = 9080 * 1 =9080
 Pesawat 707-320 B, dual tandem → R2 = 3050 *1.7 = 5185
Selanjutnya di tabel
6) Hitung berat wheel load pesawat W2:
 Wheel load pesawat dihitung dengan asumsi bahwa 95% beban bertumpu pada roda roda
pendaratan utama.
 Wheel load pesawat juga dipengaruhi oleh tipe roda pendaratan, yaitu jumlah rodanya menjadi
pembagi
 Contoh tipe roda pendaratan utama pesawat rencana adalah Dual Wheel, yang berate memilik 4
roda, sehingga berat wheel load pesawat rencana W2 adalah = (MTOW*0.95)/4=
(190.000*0.95)/4= 45.240 lbs
 Pesawat 727-100, dual wheel , 160.000lbs→ W2 = 160.000 * 0.95)/4 =380.000 lbs
 Untuk pesawat berbadan lebar dianggap mempunyai MTOW 300.000 lbs. Hal ini
disebabkan konfiguasi roda pesawat berbadan lebar sudah diatur, sehingga
pengaruh berat pesawat berbadan lebar akan seperti pada 300.000 lbs.
Selanjutnya di tabel
7) Hitung equivalen annual departure terhadap pesawat rencana R1
 Pesawat 727-100 → logR1 = log R1 * (W1/W2)^0.5 =log (3760)*(38.000/45.240)^0.5 = 3,281
R1 = 10^(3,281) = 1909

22
PENYELESAIAN 4

Berbadan lebar, R2= forecast annual departure * faktor konversi roda ke Dual Wheel
MTOW = 300.000 lbs
 Pesawat 707-320 B, dual tandem → R2 = 3050 *1.7 = 5185

W2 = (MTOW*0.95)/jlhroda
Pesawat 727-100, dual wheel , 160.000lbs→ W2 = 160.000 * 0.95)/4 =380.000 lbs

logR1 = log R1 * (W1/W2)^0.5


 Pesawat 727-100 → =log (3760)*(38.000/45.240)^0.5 = 3,281
R1 = 10^(3,281) = 1909

Maka equivalent annual departure = 16.308

23
Langkah 1 Langkah 2
Tentukan tebal total perkerasan lentur Tentukan tebal lapis pondasi bawah subbase

1. Menggunakan grafik Dual Whee Gear


1. Menggunakan grafik Dual Whee Gear
2. CBR subgrade = 6%
2. CBR subbase = 20%
3. Berat pesawat rencana = 190.000 lbs
3. Berat pesawat rencana = 190.000 lbs
4. Ekivalen keberangkatan tahunan = 16308
4. Ekivalen keberangkatan tahunan = 16.308
5. Maka tebal perkerasan total = 38 in
5. Bacaan angka ketebalan = 18 in
→ tebal surface (permukaan) dan base (lapis pondasi)
6. Tebal Lapis Bawah (subbase) = tebal total – 9.5 = 38-18 = 20 in

23 in 9.5 in 24
Langkah 3: Tentukan tebal Lapis Permukaan ( Asphalt Surfaces)
1. Menggunakan grafik Dual Whee Gear
2. Berdasarkan grafik tersebut, maka Tebal Lapis Permukaan
a) Daerah kritis = 4 in
b) Daerah non kritis = 3 in

Langkah 4: Tentukan tebal Lapis Pondasi Atas (Base Coarse)


Telah diperoleh dari Langkah 3 bahwa ketebalan surface (lapis permukaan) dan base (lapis pondasi atas) = 18 in
Maka tebal Lapis Pondasi Atas (base coarse) hitung = 18 – Lapis Permukaan = 18 – 4 = 14 in
Tebal lapis pondasi harus dibandingkan dengan tebal minimum.
Periksa tebal lapis pondasi minimum
1. Tebal perkerasan total = 38 in
2. CBR subgrage = 6%
3. Bacaan tebal lapis pondasi minimum = 13 in
4. Karena tebal lapis pondasi minimum (13 in) < tebal
lapis pondasi atas hitung (14 in), maka digunakan
tebal lapis pondasi atas = 14 in 38 in
Tebal perkerasan akhir
1. Tebal Lapis Pondasi Atas (base coarse) akhir = 14 in
2. Tebal Lapis Bawah (subbase) akhir = 20 in

Langkah 5: Ketebalan Daerah Tidak Kritis


Untuk menghitung ketebalan daerah tidak kritis gunakan
pengali 0.9 kali base dan subbase daerah kritis 25
Kesimpulan
W heel Load

SURFACE COURSE, T = 4 Inc Area of Tire Contact

W earing Surface
BASE COURSE, TBC= 14 in
Base Course

SUB BASE COURSE, TSB= 20 in Subbase

Subgrade
TANAH DASAR, CBR = 6%
Approximate Line of
W heel-Load Distribution
Subgrade Support

Anda mungkin juga menyukai