Anda di halaman 1dari 9

PERALATAN DAN METODE KONSTRUKSI – RC 184505

GEOTEXTILE

GIRI DANUARTO
03 111 745 000 008

DOSEN MATA KULIAH


MUSTA’IN ARIF, ST., MT.
197003272005011001

PROGRAM STUDI SARJANA


DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL LINGKUNGAN DAN KEBUMIAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2019
PENDAHULUAN

Geotextile ( Geotekstil / Filter Fabrics ) adalah salah satu bahan Geosynthetics ( Geosintetik ) yang
tembus air, yang dapat digunakan / berfungsi sebagai separator, filter, proteksi, dan perkuatan.
Bahan dasar pembuatannya adalah Polyesther atau Polyprophilene. Secara umum terbagi menjadi
dua jenis : Non-Woven dan Woven.

Geotextile meliputi woven ( tenun ) dan non-woven ( tanpa tenun ). Tenun dihasilkan dari “
interlaying “ antara benang - benang melalui proses tenun, sedangkan non-woven dihasilkan dari
beberapa proses seperti,
a. Heat Bonded ( dengan panas )
b. Needle Punched ( dengan jarum )
c. Chemical Bonded ( denggunakan bahan kimia )

Baik woven maupun non woven dihasilkan dari benang dan serat polimer terutama,
a. Polypropelene
b. Polyester
c. Polyethylene
d. Polyamide

Sebenarnya geotekstil pada awalnya dibuat dari berbagai bahan seperti serat-asli ( kertas, filter,
papan kayu, bamboo ). Misalnya penggunaan jute untuk percepatan konsolidasi sebagi pengganti
pasir sebagai bahan drainase ( vertical drain ) yang banyak dilakukan di India atau dilakukan di
Belanda dengan menggunakan serat filter.

Perkuatan tanah lunak juga menggunakan papan-papan kayu atau anyaman bambu yang
ditempatkan di atas di atas tanah lunak ( zaman Romawi kuno dan juga di Kalimantan Indonesia
). Hanya bahan organik tersebut mudah lapuk sehingga umur konstruksi tidak dapat lama kecuali
bahan dari bambu atau kayu yang apabila berada dalam air secara terus menerus akan bersifat
permanen.

APLIKASI GEOTEXTILE WOVEN

a. Konstruksi Jalan
Sebagai separator, menahan beban antara lapisan perkerasan dan lapisan tanah yang
lunak, dengan cara menerima dan menyebarkan tegangan lebih luas.
b. Rel Kereta Api
Woven Geotextile menjadi lapisan pemisah antara tanah dasar dengan lapisan batu
pecah (balast) sehingga jalur rel kereta dapat lebih stabil.
c. Dinding Penahan Tanah
Dengan desain perhitungan yang tepat kita dapat menggunakan Woven Geotextile
sebagai dinding penahan tanah (DPT) yang ekonomis, stabil dan kuat.
d. Penahan Erosi Pantai
Woven Geotextile yang dikombinasikan dengan batu / tetrapod dapat digunakan sebagai
penahan erosi, sehingga pasir tidak terbawa arus / ombak. Dan dapat juga dipasang dibawah
tetrapod pada pemecah gelombang.

APLIKASI GETEXTILE NON-WOVEN

a. Separator
Sebagai separator geotextile mencegah hilangnya agregat sekaligus mengurangi jumlah
material pengisi (urugan) yang pada akhirnya akan menghemat biaya pelaksanaan danjuga
pemeliharaan.
b. Erosion Kontrol
Penggunaan material ini sebagai erosion control dibawah struktur revetment, riprap pantai,
coastal breakwater, jetty, konstruksi dibelakang bronjong. Merupakan alternatif yang terbaik
guna mencegah tergerusnya tanah melalui celah-celah granular matrial akibat hempasan air
atau ombak.
c. Filter dan Drainase
Material ini memiliki permeabilitas yang cukup bagus sehingga sangat efektif untuk filtrasi.
dimana memungkinkan air bisa melewati atau melalui pori-pori material ini, dan tetap bisa
mencegah berpindahnya partikel-partikel tanah.
d. Protection
Dibeberapa konstruksi, penggunaan material geomembrane untuk impermeable liner, non
woven geotextile ini disarankan dipakai sebagai pelindung untuk mencegah terjadinya
kerusakan pada material yang dilindungi yaitu geomembrane.

GEOTEXTILE SEBAGAI PENANGANAN LONGSORAN

Salah satu aplikasi geotekstil adalah untuk penanganan longsoran, beberapa penelitian
menunjukkan bahwa penanggulangan longsoran dengan bahan geosintetik atau geotekstil pada
ruas jalan sebagai perkuatan timbunan jalan mempunyai fungsi sebagai berikut,

1. Geosintetik atau geotekstil sebagai separator, yaitu mencegah bercampurnya agregat


pilihan dengan lapisan asli tanah lunak
2. Geosintetik atau geotekstil sebagai perkuatan tanah dasar, yang mana material geosintetik
atau geotekstil memiliki properties kekuatan tarik yang melawan pergerakan tanah dasar
baik mengembang ataupun menyusut.
3. Geosintetik atau geotekstil sebagai perkuatan lereng jalan sementara atau permanen
4. Geomembrane sebagai perkuatan pada bahu jalan, yang berfungsi untuk mencegah
perubahan kadar air pada tanah dasar karena geomembran mempunyai sifat kedap air,
tahan pelapukan terhadap zat kimia tanah, dan organisme pembusukan dalam tanah, selain
itu mempunyai tahanan terhadap kekuatan tarik terhadap longsoran , daya tahan terhadap
sobek, dan daya tahan coblos yang tinggi.
5. Geotekstil non woven atau tanpa tenunan yang terbuat dari serat polyprophylene melalui
proses needle punched adalah cocok untuk apliaksi pada tanah dasar yang banyak
mengandung sisa-sisa tanaman karena mempunayi daya tahan coblos yang lebih tinggi
dibandingkan dengan bahan lainnya. Disamping itu geotekstil non woven memiliki sifat
hidrolik propertis yang lebih bagus shingga bisa sekaligus berfunsi sebagai filter yang
hanya melarutkan air tanpa membawa agregat tanah .

Langkah-langkah perhitungan adalah :

1. Penentuan beban yang bekerja di ruas jalan


2. Analisa stabilitas internal dengan menghitung : tebal lapis perkuatan tanah, panjang
geotekstil di depan dan di belakang bidang longsor, panjang total geotekstil bidang
longsor, panjang overlap bahan perkuatan, panjang overlap bahan perkuatan, analisis
stabilitas lereng, stabilitas terhadap kuat dukung tanah.

GEOTEXTILE/GEOGRID PADA TIMBUNAN TANAH

Geotekstil adalah lembaran sintesis yang tipis, fleksibel, permeable yang digunakan untuk
stabilisasi dan perbaikan tanah dikaitkan dengan pekerjaan teknik sipil. Pemanfaatan geotekstil
merupakan cara moderen dalam usaha untuk perkuatan tanah lunak.

Beberapa fungsi dari geotekstil yaitu,Untuk perkuatan tanah lunak,


1. Untuk konstruksi teknik sipil yang mempunyai umur rencana cukup lama dan
mendukung beban yang besar seperti jalan rel dan dinding penahan tanah.
2. Sebagai lapangan pemisah, penyaring, drainase dan sebagai lapisan pelindung.

Geotextile dapat digunakan sebagai perkuatan timbunan tanah pada kasus,


1. Timbunan tanah diatas tanah lunak
2. Timbunan diatas pondasi tiang
3. Timbunan diatas tanah yang rawan subsidence

Timbunan Tanah Diatas Tanah Lunak

Pada hakekatnya, timbunan diatas tanah lunak merupakan masalah daya dukung. Pertimbangan
lain adalah bahwa stabilitas timbunan kritis pada akhir konstruksi. Hal ini dikarenakan
permeabilitas tanah lempung lunak yang tidak memungkinkan pengaliran dan konsolidasi pada
masa konstruksi. Pada akhir konstruksi, beban telah diterapkan, tetapi tidak ada peningkatan kuat
geser tanah akibat konsolidasi.

Sesudah konsolidasi terjadi, peningkatan kuat geser umumnya menghilangkan perlunya perkuatan
geotextile untuk menambah stabilitas. Untuk memperoleh peningkatan kuat geser, tinggi timbunan
harus sedemikian sehingga pada awal kosntruksi mengakibatkan tegangan vertikal yang melewati
tegangan pra-konsolidasinya.

Jadi peranan geotextile adalah mempertahankan stabilitas sampai tanah lunak terkonsolidasi ( kuat
geser meningkat berarti ) sampai saat dapat memikul beban timbunan itu sendiri.

Keuntungan yang dapat diambil dari penggunaan geotekstil perkuatan tanah lunak adalah
Konstruksi sederhana sehingga mudah untuk dilaksanakan, menghemat waktu pelaksanaan,
menghemat biaya konstruksi. Sedangkan kerugian dari penggunaan geotekstil adalah bahwa
geotekstil tidak tahan terhadap sinar ultra violet. Tetapi hal ini dapat diatasi dengan penutupan
berupa pasangan batu kali ataupun dengan bahan lainya.

GEOTEXTILE PADA STRUKTUR DINDING PENAHAN TANAH

Penambahan lapis geotekstil pada lapisan tanah sirtu sering dipergunakan


untuk mengatasi permasalahan pada struktur penahan tanah. Cara ini mampu
memberikan peningkatan kemampuan rnenerima beban yang cukup besar.
Suatu model penelitian dibuat di laboratorium untuk mempelajari
seberapa besar peningkatan beban yang dapat dipikul oleh model struktur penahan
tanah. Model percobaan berupa bak uji berukuran 100 x 50 x 60 cm3. Pengamatan
dilakukan dengan membandingkan lateral displacement pada model struktur
penahan tanah tanpa geotekstil maupun dengan penambahan lapis geotekstil.
Dilakukan tes pembebanan dengan mengamati peningkatan beban yang dapat
dipikul model struktur penahan tanah.

Hasil percobaan menunjukkan bahwa peningkatan beban terbesar yang


dapat dipikul oleh model struktur penahan tanah dengan lapisan geotekstil
dibandingkan dengan tanpa lapisan geotekstil adalah sebesar 824%, yaitu pada
percobaan dengan menggunakan geotekstil type HATE Reinfox sebanyak 7 lapis
(sejarak 7.5 cm). Peningkatan beban yang terjadi dengan pemakaian 5 lapis HATE
Reinfox (sejarak 10 cm) adalah sebesar 684%, sedangkan pada pemakaian 3 lapis
HATE Reinfox adalah sebesar 586% bila dibandingkan dengan tanpa pemakaian
geotekstil.
Sedangkan dan type HDPE G-Line, peningkatan beban terbesar yang
dapat dipikul oleh model struktur penahan tanah dengan lapisan geotekstil
dibandingkan dengan tanpa lapisan geotekstil adalah sebesar 683%, yaitu pada
percobaan dengan menggunakan 7 lapis HDPE G-Line (sejarak 7.5 cm).
Peningkatan beban yang terjadi dengan penambahan 5 lapis HDPE G-Line
(sejarak 10 cm) adalah sebesar 519%, sedangkan pada pemakaian 3 lapis HDPE
G-Line adalah sebesar 142% bila dibandingkan dengan tanpa pemakaian lapisan
geotekstil.

GEOGRID

Geogrid adalah perkuatan sistem anyaman. Geogrid berupa lembaran berongga dari bahan
polymer. Pada umumnya sistem serat tikar banyak digunakan untuk memperkuat badan timbunan
pada jalan, lereng atau tanggul dan dinding tegak. Mekanisme kekuatan perkuatan dapat
meningkatkan kuat geser.

Pembangunan jalan diatas tanah lunak dengan metode:


1. Penggunaan cerucuk kayu yang berfungsi sebagai settlement reducer, yang walaupun memiliki
kelemahan keterbatasan umur material namun telah terbukti dan diterima sebagai suatu sistem.
2. Penggunaan sistem Corduroy/geotextile bagian dari tanah soil reinforcement untuk
menaklukkan kuat geser.
3. Penggunaan sistem Cakar ayam yang dikombinasikan dengan geotextile diatas tanah lunak.
4. Menggunakan cerucuk matras beton dengan komponen cerucuk dan matras dimana setiap unit
pelat matras masing-masing berada disebuat titik/cerucut.
5. Penggunaan bahan expandsed Polysstyrene yang yang mempunyai berat jenis sangat rendah
untuk konstruksi timbunan jalan raya, maupun sebagai lapisan pendukung fondasi diatas tanah
lunak sehingga memperkecil tegangan yang bekerja.

VERTIKAL DRAIN

Umumnya jenis tanah yang mengalami konsolidasi berlebihan adalah lempung lunak jenuh.
Terdapat beberapa metode yang bisa dilakukan guna perbaikan tanah lunak terhadap penurunan
yang berlebihan (settlemen) dan secara garis besar dapat dikelompokan dalam tiga kategori :
pertama dapat dilakukan dengan memasang vertical drain, kedua dengan menggunakan cerucuk
atau corduroy serta yang ketiga dengan menggunakan pondasi tiang.

Pertama memasang vertical drain, tanah lempung lunak jenuh adalah tanah dengan rongga
kapiler yang sangat kecil sehingga proses konsolidasi saat tanah dibebani memerlukan waktu
cukup lama, sehingga untuk mengeluarkan air dari tanah secara cepat adalah dengan mebuat
vertical drain pada radius tertentu sehingga air yang terkandung dalam tanah akan termobilisasi
keluar melalui vertical drain yang telah terpasang. Vertical drain ini dapat berupa stone column
atau menggunakan material fabricated yang diproduk oleh geosinindo atau pabrik yang lainnya.
Pekerjaan vertical drain ini biasanya dikombinasikan dengan pekerjaan pre-load berupa timbunan
tanah, dengan maksud memberikan beban pada tanah sehingga air yang terkandung dalam tanah
bisa termobilisasi dengan lebih cepat.

Kedua dengan menggunakan cerucuk bamboo atau corduroy, prinsip kerjanya sebelum
dilakukan penimbunan terlebih dahulu memasang bantalan baik yang terbuat dari bamboo
(cerucuk) atau dari kayu gelondongan (corduroy) sehingga saat tanah dihampar tidak bercampur
dengan tanah asli dibawahnya dan tanah timbunan tersebut membentuk satu kesatuan yang
mengapung diatas tanah aslinya semacam pontoon yang mengapung diatas air. Terdapat pondasi
cerucuk bamboo yang telah dimodifikasi dan dipatentkan oleh Pak Mansyur Irsyam (dosen ITB)
yang telah diaplikasikan pada bebepara daerah di indonesia serta telah terbukti manfaatnya.

Ketiga dengan menggunakan taing pancang, bisa berupa bore pile atau PC spun pile, sehingga
struktur yang akan kita bangun diatas tanah tersebut tidak lagi menumpuh pada tanah lunak
tersebut akan tetap menumpu pada lapisan tanah keras dibawahnya. Satu hal yang perlu
diperhatikan saat merencanakan pondasi tiang pancang pada tanah lunak adalah negative skin
friction. Dua metode perbaikan tanah lunak yang saya sebutkan pertama cocok diaplikasikan pada
pekerjaan jalan, yard penumpukan barang pada dermaga dll. Sementara untuk untuk pondasi dari
struktur atau proses equipment yang tepat diguanakan adalah menggunakan pondasi tiang
pancang.

Metode/cara Pemasangan Geotekstil


1. Geotextile harus digelar di atas tanah dalam keadaan terhampar tanpa gelombang atau kerutan.
2. Sambungan geotekstil tiap lembarannya dipasang overlapping terhadap lembaran berikutnya.
3. Pada daerah pemasangan yang berbentuk kurva (misalnya tikungan jalan), geotekstil dipasang
mengikuti arah kurva.
4. Jangan membuat overlapping atau jahitan pada daerah yang searah dengan beban roda (beban
lalu-lintas).
5. Jika Geotextile dipasang untuk terkena langsung sinar matahari maka digunakan geotekstil
yang berwarna hitam.

TEKNIK PENJAHITAN UNTUK GEOTEKSTIL

Teknik penjahitan menjadi alternatif yang lebih praktis dan ekonomis apabila lebar tumpang tindih
geotekstil yang dibutuhkan sangat besar (1,0 m atau lebih). Penjahitan dapat dilakukan di pabrik
maupun di lapangan. Variabel-variabel berikut perlu diperhatikan jika ingin memperoleh kualitas
jahitan yang baik dan efektif,
a. Jenis benang
Bahan dasar benang berdasarkan urutan kekuatan dan harga tertinggi adalah polietilena,
poliester, atau polipropilena. Durabilitas benang harus sesuai dengan persyaratan proyek.
b. Tegangan benang;
Pada aplikasi di lapangan, benang sebaiknya ditegangkan dengan cukup kencang tetapi tidak
sampai merobek geotekstil.
c. Kerapatan jahitan;
Biasanya digunakan 200 jahitan sampai dengan 400 jahitan per meter untuk jenisngeotekstil
ringan, dan hanya 150 jahitan sampai dengan 200 jahitan yang diperbolehkan untuk geotekstil
yang lebih berat.
d. Jenis jahitan:
1) Tipe 101, dengan rantai jahitan tali tunggal
2) Tipe 401, dengan rantai jahitan tali rangkap atau terkunci, untuk menghindari lepasnya
jahitan

Tipe 101: Tipe 401:

Rantai jahitan dengan benang tunggal Rantai jahitan dengan benang rangkap atau
jahitan terkunci
Gambar jenis jahitan
e. Jumlah baris;
Dua baris atau lebih dan sejajar untuk meningkatkan keamanan.
f. Jenis penyambungan.

Sambungan jenis datar Tipe SS

Sambungan J Tipe SSn-2


Sambungan kupu-kupu Tipe SSd-2

Hal-hal yang perlu diperhatikan mengenai kekuatan jahitan:


a. Akibat kerusakan jarum dan konsentrasi tegangan pada jahitan, lokasi sambungan terjahit
akan lebih lemah daripada geotekstilnya;
b. Kekuatan maksimum penyambungan di lapangan yang pernah dicapai adalah 200 kN/m
(berdasarkan pabrik pembuatnya) dengan menggunakan geotekstil 330 kN/m;
c. Kekuatan penyambungan di lapangan akan lebih rendah daripada kekuatan penyambungan di
laboratorium atau pabrik;
d. Semua jahitan berpotensi untuk terlepas, bahkan jahitan yang terkunci sekalipun;
e. Penjahitan harus diawasi. Untuk mempermudah pengawasan maka gunakan benang yang
berwarna kontras untuk mempermudah pengawasan.

Anda mungkin juga menyukai