Anda di halaman 1dari 16

MATA KULIAH

BAHAN BANGUNAN

NAMA DOSEN

Robi Fernando, ST, MT.

JUDUL TUGAS

BAHAN GEOTEXTILE DAN SERAT

Oleh:

Fairuz Salma Nabila

NIM: 193026

PROGRAM STUDI BANGUNAN GEDUNG

POLITEKNIK PEKERJAAN UMUM

TAHUN 2019
DAFTAR ISI

Kata pengantar .................................................................................................................. 3

Daftar isi............................................................................................................................ 2

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 4

 Latar belakang ....................................................................................................... 4


 Rumusan masalah ................................................................................................. 5
 Tujuan penulisan ................................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 6

 Pengertian bahan geotextile dan fungsinya........................................................... 6


 Aplikasi geotextile ................................................................................................ 8
 Karakteristik geotextile ......................................................................................... 9
 Tipe geotextile .................................................................................................... 13

BAB III PENUTUP ........................................................................................................ 15

 Kesimpulan ......................................................................................................... 15

Daftar pustaka ................................................................................................................. 16

2
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang bahan
geotextile.

Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah bahan bangunan.
Hasil yang ingin dicapai agar dapat mengetahui serta memahami tentang bahan geotextile.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah bahan geotextile ini dapat memberikan manfaat
bagi pembaca.

Semarang, 07 Desember 2019

Penyusun

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Geosintetik yakni material yg sekarang ini disukai beberapa orang dalam project konstruksi di
Indonesia terutama dalam pembangunan jalan di atas tanah lunak seperti di pulau Sumatera serta
Kalimantan yg terdapat banyak tanah gambut.

Kecuali itugeosintetik juga diterapkan jadi filter pada konstruksi penahan gelombang baik di
tepian pantai maupun terlepas pantai. Arti geosintetik merujuk pada material sintetik yg
difungsikan dalam masalah geoteknik. Material sintetik merupakan hasil polimerisasi dari
industri-industri kimia atau minyak bumi.

Penggunaan bahan sintetik ini berkaitan dengan sifat ketahanan (durabilitity) material sintetik
pada senyawa-senyawa kimia, pelapukan, keausan, sinar ultra violet dan mikroorganisme.
Polimer terpenting yg difungsikan untuk pembuatan geosintetik adalah Polyester (PET),
Polyamide (PM), Polypropylene (PP), dan Polyethylene (PE).

Geosintetik yg ada terdiri dari bermacam tipe dan diklasifikasikan dalam beberapa bentuk sebagai
berikut :

Geotekstil, bahan lulus air dari anyaman (woven) atau tidak ada anyaman (non woven) dari
benang-benang atau serat- serat sintetik yg difungsikan dalam pekerjaan tanah.

Geogrid, product geotekstil yg berupa lubang-lubang berbentuk segi empat (geotextile grid) atau
lubang berbentuk jaring (geotextile net) , biasanya terbuat bahannya Polyester (PET) atau High
Density Polyethylene (HDPE)

Geofabric, seluruhnya product geosintetik yg berbentuk lembaran

Geocoposite, paduan dua atau lebih tipe geosintetik

Geomembrane, geosintetik yg berupa impermeable atau tidak tembus air, biasanya di buat
bahannya high density polyethylene (HDPE).

Geocell, berbentuk berapa sel jadi bahan penahan erosi atau perkuatan, terbuat bahannya High
Density Polyethylene (HDPE)

Geotube, berbentuk tabung memanjang yg difungsikan di daerah pantai

Geobag, berbentuk karung jadi perkuatan di aliran sungai atau pantai.

Geocontainer, jadi bahan pembuat pulau atau konstruksi ditengah laut dan diturunkan dari kapal.

4
Vertical drain, jadi bahan pemercepat aliran disipasi air pori sampai percepat system settlement.

Concrete matras, berbentuk matras atau kasur yg diisi beton untuk penahan dinding sungai
pencegah erosi

Geojute, terbuat dari jaring-jaring atau bahan serat alami seperti dari serat kelapa sawit untuk
penahan erosi. Product ini mempunyai aplikasi yg demikian luas pada sisi geoteknik & teknik
sipil dari mulai konstruksi jalan raya, embankmen, perkuatan tanah lunak, jalan kereta api,
jembatan, perkuatan lereng dan dinding, waduk, reklamasi pantai dan yg beda.

Dalam makalah ini, saya akan membahas salah satu dari macam-macam geosintetik yaitu,
geotextile.

1.2. Rumusan masalah


1. Apa pengertian bahan geotekstile dan fungsi sebagai bahan bangunan?
2. Bagaimana aplikasi geotekstile dalam dunia konstruksi?
3. Bagaimana sifat karakteristik geotekstile?
4. Apa saja tipe geotekstile?

1.3. Tujuan
1. Untuk memahami pengertian bahan geotekstile dan fungsi sebagai bahan
bangunan.
2. Untuk mengetahui bagaimana aplikasi geotekstile dalam dunia konstruksi.
3. Untuk mengetahui sifat karakteristik aspal.
4. Untuk mengetahui tipe-tipe geotekstile.

5
BAB II
Pembahasan
2.1. Pengertian geotextile
Geotextile meliputi woven (tenun) dan non woven (tanpa tenun). Tenun dihasilkan dari
‘interlaying’ antara benang-benang melalui proses tenun, sedangkan non woven dihasilkan dari
beberapa proses seperti : heat bonded (dengan panas), needle punched (dengan jarum), dan
chemical bonded (penggunakan bahan kimia). Baik woven maupun non woven dihasilkan dari
benang dan serat polimer terutama : polypropelene, poliester, polyethilene dan polyamide.

Sebenarnya geotekstil pada awalnya dibuat dari berbagai bahan seperti serat-asli (kertas,
filter, papan kayu, bambu) , misalnya penggunaan jute untuk percepatan konsolidasi sebagi
pengganti pasir sebagai bahan drainase (vertical drain) yang banyak dilakukan di India atau
dilakukan di Belanda dengan menggunakan serat filter.

Perkuatan tanah lunak juga menggunakan papan-papan kayu atau anyaman bambu yang
ditempatkan di atas di atas tanah lunak (jaman Romawi kuno dan juga di Kalimantan Indonesia).
Hanya bahan organik tersebut mudah lapuk sehingga umur konstruksi tidak dapat lama kecuali
bahan dari bambu atau kayu yang apabila berada dalam air secara terus menerus akan bersifat
permanen.

1. Woven Geotextile

Woven Geotextile adalah lembaran Geotextile terbuat dari bahan serat sintetis tenunan dengan
tambahan pelindung anti ultra violet yang mempunyai kekuatan tarik yang cukup tinggi, yang
dibuat untuk mengatasi masalah untuk perbaikan tanah khususnya yang terkait di bidang teknik
sipil secara efisien dan efektif, antara lain untuk mengatasi atau menanggulangi masalah
pembuatan jalan dan timbunan pada dasar tanah lunak, tanah rawa.

Bahan baku material ini adalah Polypropylene polymer (PP) dan ada juga dari Polyester (PET)
yang didukung oleh hasil test dan hasil riset di laboratorium, mengikuti standar ASTM, antara
lain : kekuatan tarik, kekuatan terhadap tusukan, sobekan, kemuluran dan juga ketahanan
terhadap mico organisme, bakteri, jamur dan bahan-bahan kimia.

Material ini dibuat dalam berberapa macam tipe. Pemilihan tipe yang tepat tergantung pada
kondisi tanah dasar, fungsi dan beban yang direncanakan.

2. Non Woven Geotextile

Geotextile (Geotekstil) Non Woven, atau disebut Filter Fabric (Pabrik) adalah jenis Geotextile
yang tidak teranyam, berbentuk seperti karpet kain. Umumnya bahan dasarnya terbuat dari bahan
polimer Polyesther (PET) atau Polypropylene (PP).Non Woven Geotextile.
6
FUNGSI
Geotextile Non Woven berfungsi sebagai :

1. Filter / Penyaring
Sebagai filter, Geotextile Non Woven berfungsi untuk mencegah terbawanya partikel-partikel
tanah pada aliran air. Karena sifat Geotextile Non Woven adalah permeable (tembus air) maka
air dapat melewati Geotextile tetapi partikel tanah tertahan. Aplikasi sebagai filter biasanya
digunakan pada proyek-proyek subdrain (drainase bawah tanah).

2. Separator / Pemisah
Sebagai separator atau pemisah, Geotextile Non Woven berfungsi untuk mencegah tercampurnya
lapisan material yang satu dengan material yang lainnya.
Contoh penggunaan Geotextile sebagai separator adalah pada proyek pembangunan jalan di atas
tanah dasar lunak (misalnya berlumpur). Pada proyek ini, Geotextile mencegah naiknya lumpur
ke sistem perkerasan, sehingga tidak terjadi pumping effect yang akan mudah merusak
perkerasan jalan. Selain itu keberadaan Geotextile juga mempermudah proses pemadatan sistem
perkerasan.

3. Stabilization / Stabilisator
Fungsi Geotextile ini sering disebut juga sebagai Reinforcement / Perkuatan. Misalnya dipakai
pada proyek-proyek timbunan tanah, perkuatan lereng dll. Fungsi ini sebenarnya masih menjadi
perdebatan dikalangan ahli geoteknik, sebab Geotextile bekerja menggunakan metode membrane
effect yang hanya mengandalkan tensile strength (kuat tarik) sehingga kemungkinan terjadinya
penurunan setempat pada timbunan, masih besar, karena kurangnya kekakuan bahan. Apalagi
sifat Geotextile yang mudah mulur terutama jika terkena air (terjadi reaksi hidrolisis)
menjadikannya rawan sebagai bahan perkuatan lereng.

4. Lain-lain

Fungsi Geotextile yang lain adalah


 Sebagai pengganti karung goni pada proses curing beton untuk mencegah terjadinya retak-
retak pada proses pengeringan beton baru.
 Geotextile sebagai penanganan longsoran
Salah satu aplikasi geotekstil adalah untuk penanganan longsoran, beberapa penelitian
menunjukkan bahwa penanggulangan longsoran dengan bahan geosintetik atau geotekstil pada
ruas jalan sebagai perkuatan timbunan jalan mempunyai fungsi sebagai berikut :
1. Geosintetik atau geotekstil sebagai separator, yaitu mencegah bercampurnya agregat
pilihan dengan lapisan asli tanah lunak
2. Geosintetik atau geotekstil sebagai perkuatan tanah dasar, yang mana material geosintetik
atau geotekstil memiliki properties kekuatan tarik yang melawan pergerakan tanah dasar
baik mengembang ataupun menyusut.
3. Geosintetik atau geotekstil sebagai perkuatan lereng jalan sementara atau permanen

7
 Geotextile pada struktur dinding penahan tanah
Penambahan lapis geotekstil pada lapisan tanah sirtu sering dipergunakan
untuk mengatasi permasalahan pada struktur penahan tanah. Cara ini mampu
memberikan peningkatan kemampuan rnenerima beban yang cukup besar.
 Geotextile/geogrid pada timbunan tanah
Geotekstil adalah lembaran sintesis yang tipis, fleksibel, permeable yang digunakan untuk
stabilisasi dan perbaikan tanah dikaitkan dengan pekerjaan teknik sipil. Pemanfaatan geotekstil
merupakan cara moderen dalam usaha untuk perkuatan tanah lunak.
Beberapa fungsi dari geotekstil yaitu:
1. untuk perkuatan tanah lunak.
2. untuk konstruksi teknik sipil yang mempunyai umur rencana cukup lama dan
mendukung beban yang besar seperti jalan rel dan dinding penahan tanah.
3. sebagai lapangan pemisah, penyaring, drainase dan sebagai lapisan pelindung.
Geotextile dapat digunakan sebagai perkuatan timbunan tanah pada kasus:

1. Timbunan tanah diatas tanah lunak


2. Timbunan diatas pondasi tiang
3. Timbunan diatas tanah yang rawan subsidence

Keuntungan yang dapat diambil dari penggunaan geotekstil perkuatan tanah lunak adalah
Konstruksi sederhana sehingga mudah untuk dilaksanakan, menghemat waktu pelaksanaan,
menghemat biaya konstruksi. Sedangkan kerugian dari penggunaan geotekstil adalah bahwa
geotekstil tidak tahan terhadap sinar ultra violet. Tetapi hal ini dapat diatasi dengan penutupan
berupa pasangan batu kali ataupun dengan bahan lainya.

2.2. Aplikasi geotextile

Geotekstil dan produk terkait memiliki banyak aplikasi dan saat ini mendukung aplikasi
teknik sipil termasuk banyak jalan, lapangan terbang, kereta api, tanggul, struktur penahan,
waduk, kanal, bendungan, pelindung tebing, rekayasa pesisir pantai dan pagar untuk lokasi
pembangunan bertanah lanau. Biasanya geotekstil dipakai untuk mendapatkan tegangan
permukaan untuk memperkuat tanah. Geotekstil juga digunakan pada pelindung gundukan pasir
untuk melindungi properti/material pesisir pantai dan dataran tinggi dari gelombang badai,
ombak maupun banjir.

Aplikasinya antara lain pada:


 Konstruksi Jalan
 Tanggul pada tanah lunak
 Perkuatan lereng
 Reklamasi dan breakwater
 Bendungan Bumi / tanah (earth fill & rock fill)
 Infrastruktur irigasi

8
 Konstruksi rel kereta api dan lapangan terbang
 Olahraga dan lapangan atletik
 Geobags dan geotubes
 Pagar silt

Manfaat:
 Kuat tarik tinggi
 Pemanjangan/pengenduran rendah
 Kinerja jangka panjang yang superior
 Mudah untuk memasang
 Mengurangi bahan isian
 Biaya yang efektif
 Ketahanan UV
 Ketahanan kimia
 Ketahanan mikro-organisme, jamur dan ketahanan tikus/hama.

2.3. karakteristik geotextile


Untuk pembagian sifat-sifat geotextile:
a. Sifat Fisik
Sifat-sifat fisik dari geotekstil terdiri dari massa per satuan luas (berat), berat jenis,
kekakuan dan tebalnya.
Massa Per Satuan Luas
Massa per satuan luas (berat) dari geosintetik dinyatakan dalam satuan gram per meter persegi
(g/m2). Geotekstil yang massa per satuan luasnya ringan digunakan sebagai pemisah, sedangkan
yang lebih berat, biasanya tipe anyam, digunakan sebagai perkuatan/tulangan. Geotekstil nir-
anyam yang massa per satuan luasnya besar umumnya berfungsi sebagai filter. Prosedur
pengujian dilakukan dengan mengacu pada ASTM D5261.
Berat Jenis (Specific Gravity)
Berat jenis didefinisikan sebagai rasio berat volume bahan tanpa rongga terhadap berat volume
air (destilasi tanpa udara) pada suhu 40C. Berat jenis fiber-fiber bahan geotekstil adalah berat
jenis dari polymer pengisinya (ASTM D792 atau D1505). Beberapa nilai tipikal berat jenis
bahan polymer yang dipakai untuk geotekstil dan bahan lain sebagai pembanding, yaitu
(Koerner, 2005): Polyester = 1,22 sampai 1,38; Polyethylene = 0,96∽0,90; Polypropylene =
0,91; Polyvinyl chloride = 1,69; Nylon = 1,14∽1,05; Kapas (cotton) = 1,55; Polyvinyl chloride =
1,69; Baja = 7,87; Tanah/batuan =2,9∽2,4; Kaca = 1,55. Kadar air (kelembaban) hanya
berpengaruh kecil pada kekuatan geotekstil, hanya polyolefins (polypropylene dan polyethylene)
mempunyai berat jenis lebih ringan dari air (berat jenis polypropylene = 0,91 dan polyethylene =
0,96 - 0,90). Polyester menyerap air paling sedikit, dan mempunyai temperatur leleh yang sangat
tinggi, yaitu sekitar 163⁰ ∽ 2880C. Polyester mempunyai berat jenis lebih besar 1. Bahan-bahan
yang mempunyai berat jenis < 1, akan mengapung bila berada di dalam air.

9
Kekakuan (Stiffness)
Dalam geosintetik, terdapat istilah kekakuan (stiffness) atau kelenturan (flexibility) yang
dibedakan dengan istilah modulus. Modulus adalah kemiringan bagian awal dari kurva tegangan-
regangan, sedang kekakuan geotekstil menyatakan ukuran interaksi antara berat geotekstil dan
kekakuannya, yaitu ketika geotekstil melengkung oleh akibat beratnya sendiri. Sifat kekakuan ini
penting, karena menunjukkan kemampuannya dalam menyesuaikan diri dengan permukaan tanah
saat digelar. Jika gcotekstil diletakkan pada tanah lunak, maka geotekstil dengan kekakuan yang
tinggi lebih dikehendaki. Prosedur uji kekakuan geotekstil tercantum dalam standar ASTM
D1388.
Tebal
Tebal geotekstil adalah jarak antara bagian atas dan bagian bawah geotekstil, dan diukur di
bawah tekanan tertentu. Prosedur pengujian untuk pengukuran tebal geotekstil tercantum dalam
ASTM D5199. Untuk pengukuran tebal, besamya tekanan pada geotekstil diperhatikan. Tekanan
standar untuk mengukur tebal geotekstil adalah 2 kPa. Pengukuran tebal ini dilakukan dengan
ketelitian 0,025 mm. Dalam praktek, kisaran tebal geotckstil, secara tipikal, adalah antara 0,25
mm ∽ 3,5 mm (Koerner, 2005).

b. Sifat Mekanik
Sifat-sifat mekanik geotekstil terdiri dari kuat tarik dan kuat tarik serobot, kuat tarik
terkekang, kemudahmampatan, kuat pelipit/jahitan, kuat lelah, kuat tumbuk, kuat jebol dan
perilaku gesekan.
Kuat Tarik (Tensile Strength)
Bergantung pada penggunaannya, geotekstil harus mampu mendukung beban dan/atau
mengalami deformasi. Beban akan menyebabkan deformasi, dan deformasi ini akan
memobilisasi kuat tarik geotekstil. Kuat tarik geotekstil merupakan sifat penting yang
diperlukan. Berbagai macam kuat tarik geotektil yang digunakan bergantung pada fungsi utama
yang dituju, yaitu untuk perkuatan, pemisah, drainase atau filtrasi. Nilai kuat tarik dapat
diperoleh dari uji tarik yang dilakukan sampai geotekstil mengalami kegagalan. Kuat tarik
geotekstil searah dengan arah mesin pembuat (machine direction atau warp), umumnya lebih
besar dari arah melintang mesin pembuatnya (cross machine direction atau weft). Prosedur uji
kuat tarik melebar (wide-width test) geotekstil tercantum dalam ASTM D4595.
Kuat Tarik Serobot (Grab Tensile Strength)
Geotekstil, bila digunakan sebagai pemisah, salah satu gaya tarik yang bekerja adalah tarikan
searah bidangnya. Dalam pekerjaan jalan, posisi geotekstil biasanya terjepit di antara agregat
batuan lapis pondasi dan tanah dasar di bawahnya. Tegangan tarik searah bidang, terjadi bila
agregat bagian atas yang dalam kontak dengan geotekstil dipaksa bergerak menyamping. Kondisi
ini analog dengan gaya tarik akibat serobot (grab). Gambar 1 mengilustrasikan analogi gaya tarik
pada geotekstil yang terjadi pada uji tarik serobot (grab tensile test) yang diberikan oleh Koerner
(2005).
Kuat Tarik Terkekang
Kuat tarik terkekang adalah kekuatan geotekstil dalam menahan tarik apabila material tersebut
terkekang di dalam tanah di ke dua permukaannya. Uji tarik terkekang yang diusulkan oleh
McGown et al. (1982) dalam Hardiyatmo, H.C, (2008), dengan menggunakan geotekstil yang
berukuran 200 mm x 100 mm yang dijepit kuat-kuat di antara dua penjepit.
Kemudahmampatan

10
Geotekstil, umumnya mempunyai kompresibilitas rendah, terutama untuk geotekstil niranyam
tipe needle punched. Semakin tinggi tegangan normal yang bekerja pada permukaan geotekstil,
maka tebalnya semakin berkurang. Kemudahmampatan (compressibility) atau kompresibilitas
geotekstil menyatakan perubahan tebalnya yang diakibatkan oleh tegangan normal yang bekerja
pada bidang permukaan geotekstil. Perhatian pada kompresibilitas geotekstil ini sangat penting
bila geotekstil digunakan untuk
mengalirkan air searah dengan bidangnya (transmisivitas). Hal ini, karena bila geotekstil
semakin tertekan, maka kemampuan mengalirkan air searah bidang atau transmisivitasnya
semakin kecil.
Kekuatan Pelipit/Jahitan
Geotekstil umumnya dikemas dalam gulungan yang panjangnya terbatas. Oleh karena itu, dalam
aplikasinya di lapangan geotekstil sering harus disumbung. Di lapangan, penyambungan
lembaran geotekstil satu dcngan yang lain sering dilakukan, dengan mempelipit atau
membuatnya overlap. Penyambungan dengan. overlap lebih sederhana, tapi banyak material
yang terbuang. Lagipula, bila penyambungan dengan overlap ini tidak dilakukan dengan hatihati
maka hasilnya tidak efektif. Bila penyambungan dilakukan dengan cara overlap, biasanya
dibutuhkan panjang overlap minimum 0,5 m, dan lebih baik lagi 1 m (khususnya bila pekerjaan
di dalam air). Tipe penyambungan mana saja yang digunakan, harus menjamin kekuatan jangka
panjangnya, yaitu kekuatan geotekstil harus sama atau mendekati sama dengan kekuatan
geotekstil yang utuh.
Kuat Lelah (Fatigue Strength)
Kuat lelah didefinisikan sebagai kemampuan geotekstil untuk menahan beban berulang (siklik)
sebelum mengalami kegagalan. Di laboratorium, uji beban siklik ini dilakukan sampai benda uji
mengalami kegagalan. Benda uji ditarik dan ditegangkan memanjang dengan kecepatan konstan
pada panjang yang telah ditentukan, dan kemudian beban dilepas sampai nol. Dari pengujian ini,
dapat diperoleh modulus siklik yang terlihat setelah beberapa kali siklus pembebanan dikerjakan.
Dari pengujian ini, diperoleh jumlah siklus beban yang mengakibatkan kegagalan geotekstil,
serta nilai tegangannya.
Kuat Sobek (Tear strength)
Geotekstil anyam maupun nir anyam, dapat sobek oleh akibat gaya luar yang menyebabkan satu
atau beberapa persilangan benang- benang atau anyaman geotekstil rusak, baik satu atau dua
arah. Hal ini dapat terjadi ketika pelaksanaan di lapangan. Terdapat 3 macam uji kuat sobek yang
umum digunakan, yaitu uji trapezoidal (ASTM D2263), lidah (tongue) (ASTM D751), dan
Elmendorf (ASTM D1424).
Kuat Tumbuk (Impact Strength)
Jatuhnya benda-benda lancip atau bergerigi pada permukaan geotekstil, dapat menyebabkan
geotekstil rusak atau berlubang. Risiko kerusakan geotekstil akibat kejatuhan benda-benda lancip
atau bergerigi (batuan) bergantung pada: 1) Berat dan bentuk batuan yang jatuh. 2) Tinggi jatuh.
3) Type dan kekuatan
geotekstil. 4) Macam, tingkat kepadatan dan kejenuhan tanah bawah. Kuat tarik geotekstil
terlampaui akibat jatuhnya batuan. Hal ini dapat terjadi akibat batu yang jatuh menembus
geotekstil, atau geotekstil

11
berlubang oleh batuan yang tertumbuk oleh batuan lain (Gambar 2a). Kuat tarik geotekstil di
antara batuan terlampaui oleh akibat gaya tarik yang bekerja pada geotekstil di antara batuan.
Hal ini mengakibatkan sobeknya geotekstil (Gambar 2b).

Gambar 2.
Pengaruh jatuhnya batuan pada
geotekstil (Berendsen, 1996).

Umumnya, jatuhnya kelompok batuan lebih merusakkan geotekstil daripada jatuhnya batuan
tunggal, dan bila batuan semakin bersudut, maka kcrusakan geotekstil lebih parah. Geotekstil
anyam lebih tahan terhadap tumbukan batuan daripada geotekstil nir-anyam. Namun, pola
kerusakan geotekstil nir-anyam lebih lokal dibandingkan dengan geotekstil anyam. Pemadatan
tanah juga merupakan pengaruh sekunder yang dapat merusakkan geotekstil.

Kuat Tusuk (Puncture Strength)


Geotekstil akan mengalami tusukan akibat batu-batu pecah yang runcing, tonggak kayu, akar-
akaran dan lain-lain ketika dihamparkan di lapangan. Disamping gaya dinamik yang berupa
jatuhan atau tumbukan material, geotekstil juga mengalami gaya tusuk.
Kuat Jebol (Burst Strength)
Geotekstil yang diletakkan di permukaan tanah atau material lainnya vk;m mencembung bila
ditekan oleh batuan di sekitarnya (Gambar 5).

Gambar 5. Geotekstil mengalami tegangan


keatas akibat tekanan ban (Koerner, 2005)

Gerakan batuan ke bawah ini dapat disebabkan oleh beban lalu lintas yang diteruskan ke batuan,
lewat geotekstil, lalu menekan tanah- dasar. Tanah yang tertekan ini kemudian menekan
geotekstil ke atas dan masuk dalam rongga pori batuan. Uji jebol atau sering disebut uji, jebol
Mullen (mullen burst), tercantum dalam ASTM D3786.

12
Perilaku Gesekan
Gesekan antara tanah dengan geotekstil dibutuhkan untuk mengetahui perilaku gesekan
geotekstil. Uji geser langsung umumnya digunakan untuk, menentukan perilaku tersebut. Dalam
ASTM D3080. Pengujian dilakukan dengan meletakkan geotekstil pada kedudukan tetap di
setengah bagian benda uji, dan sebagian lainnya diisi tanah. Untuk memperoleh parameter kuat
geser, pengujian dilakukan 3 kali dengan memvariasikan tegangan normal.

2.4. Tipe geotextile


Yang termasuk tipe geotekstil adalah:
A. Geotekstil yang ditenun (woven)
merupakan gabungan dari dua set benang – benang parallel yang
dijalin sistematis untuk membentuk struktur bidang. Terdapat dua
macam tenunan dasar yaitu:

 Tenunan sederhana, yaitu tenunan yang paling sederhana dari


pembuatan kain tenun, masing-masing dengan sebuah benang
lungsin dan benang pakan, naik turun bergantian sambil saling
menyilang. Tenunan ini memiliki kekuatan dan banyak
dipergunakan.

 Tenunan kepar, yaitu tenunan dimana benang pakan menyilang di bawah dan di atas
benang lungsin, dapat dilihat pada gambar.

13
B. Geotekstil yang tidak ditenun (non woven)
Yaitu geotekstil yang pembuatannya tidak dengan ditenun, tetapi
jaringan atau serat-serat pembentuknya diletakkan satu sama lain dengan
diikat atau dengan bahan perekat. Ada beberapa cara produksi dari
geotekstil non woven:

 Needle Punch Process (proses penjaruman). Yaitu geotekstil yang


dihasilkan dari proses penjaruman, dibuat dari serat web yang diletakkan
dalam mesin yang dilengkapi jarum-jarum yang dirancang khusus. Serat-
serat web terletak diantara plat yang ditanam dan plat mesin pengupas,
maka jarum akan menembus dan mengatur kembali arah serat, sehingga terjadi ikatan mekanik
pada serat-serat tersebut. Hasilnya merupakan geotekstil dengan kepadatan tinggi.
 Melt (heat) Bonded (proses ikatan leleh). Geotekstil ini terdiri dari filamen-filamen menerus
atau serat yang panjang dan terikat. Pengikatan dicapai dengan operasi kalendering temperature
tinggi dilakukan dengan melewatkan bahan tersebut diantara dua roller panas.
 Span Bonded Process (proses ikat pintal)
 Resin Bonding / Chemical Bonding Process (proses ikatan dengan benang perekat)

C. Geotekstil yang dirajut (knitted)


Geotekstil yang pembuatannya dari satu atau lebih benang yang membentuk serangkaian
lubang-lubang yang saling berpegangan membentuk struktur bidang.

D. Geotekstil komposit
Merupakan kombinasi antara tipe-tipe geotekstil yang
sudah dikemukakan sebelumnya, dan biasanya didesain untuk
mengerjakan fungsi khusus.

14
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Geotextile meliputi woven (tenun) dan non woven (tanpa tenun). Tenun dihasilkan dari
‘interlaying’ antara benang-benang melalui proses tenun, sedangkan non woven dihasilkan dari
beberapa proses seperti : heat bonded (dengan panas), needle punched (dengan jarum), dan
chemical bonded (penggunakan bahan kimia). Baik woven maupun non woven dihasilkan dari
benang dan serat polimer terutama : polypropelene, poliester, polyethilene dan polyamide.
Aplikasi geotekstile antara lain pada:
 Konstruksi Jalan
 Tanggul pada tanah lunak
 Perkuatan lereng
 Reklamasi dan breakwater
 Bendungan Bumi / tanah (earth fill & rock fill)
 Infrastruktur irigasi
 Konstruksi rel kereta api dan lapangan terbang
 Olahraga dan lapangan atletik
 Geobags dan geotubes
 Pagar silt
Manfaat:
 Kuat tarik tinggi
 Pemanjangan/pengenduran rendah
 Kinerja jangka panjang yang superior
 Mudah untuk memasang
 Mengurangi bahan isian
 Biaya yang efektif
 Ketahanan UV
 Ketahanan kimia
 Ketahanan mikro-organisme, jamur dan ketahanan tikus/hama.

15
DAFTAR PUSTAKA

 http://tukangbata.blogspot.com/2013/02/pengenalan-dan-tipe-geotekstil.html
 https://tekniksipilumb.wordpress.com/2014/10/01/geotextile/

16

Anda mungkin juga menyukai