Anda di halaman 1dari 7

Metode klasifikasi tanah dengan menggunakan USCS (Unified Soil Classification

System) merupakan metode klasifikasi tanah yang cukup banyak digunakan dalam
bidang geoteknik. Klasifikasi ini diusulkan oleh A. Cassagrande pada tahun 1942
dan direvisi pada tahun 1952 oleh The Corps of ENgeneers and The US Bureau of
Reclamation.
Pada prinsipnya menurut metode ini, ada 2 pembagian jenis tanah yaitu tanah
berbutir kasar (kerikil dan pasir) dan tanah berbutir halus (lanau dan lempung).
Tanah digolongkan dalam butiran kasar jika lebih dari 50% tertahan di atas saringan
no. 200. Sementara itu tanah digolongkan berbutir halus jika lebih dari 50% lolos dari
saringan no. 200. Selanjutnya klasifikasi yang lebih detail lagi dapat menggunakan
table USCS berikut ini. Beberapa symbol berikut ini sering digunakan dalam
klasifikasi metode USCS.
a. jenis tanah:
G : gravel (kerikil)
S : sand (pasir)
M : silt (lanau)
C : clay (lempung)

b. jenis gradasi:
W : well graded (bergradasi baik)
P : poorly graded (bergradasi buruk)

c. konsistensi plasititas:
H : high plasticity (plastisitas tinggi)
L : low plasticity (plastisitas rendah)

Tabel 4.4: Klasifikasi Tanah Berdasarkan USCS


(sumber: Bowles)
Gambar 4.7: Hubungan LL dan PI
(sumber: Bowles)

Berikut ini contoh klasifikasi tanah berdasarkan metode USCS (sumber: Braja M.
Das: Advanced Soil Mechanics).

Diketahui Tanah lolos dari beberapa nomor saringan berikut ini:


a. Lolos saringan no. 4 : 92%
b. Lolos saringan no. 10 : 81%
c. Lolos saringan no. 40 : 78%
d. Lolos saringan no. 200 : 65%

Konsistensi tanah adalah sebagai berikut:


a. Batas cair (Liquid Limit) : 48%
b. Index plastisitas (Plasticity Index) : 32%
Klasifikasi tanah berasarkan metode USCS:
a. Lolos saringan no. 200 > 50% → termasuk tanah berbutir halus
Beberapa jenis tanah berbutir halus adalah: ML; CL; OL; MH; CH; OH; Pt (table 3)

Berdasarkan nilai LL dan PI yang diberikan, selanjutnya angka – angka tersebut


dimasukkan ke dalam grafik hubungan antara LL vs PI untuk menentukan jenis
tanahnya. Tanah menurut klasifikasi ini termasuk CL (Clay of Low plasticity).

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Tes Sondir


Tes sondir merupakan salah satu tes dalam bidang teknik sipil yang
berfungsi untuk mengetahui letak kedalaman tanah keras, yang nantinya
dapat diperkirakan seberapa kuat tanah tersebut dalam menahan beban
yang didirikan di atasnya. Tes ini biasa dilakukan sebelum membangun
pondasi tiang pancang, atau pondasi-pondasi dalam lainnya. Data yang
didapatkan dari tes ini nantinya berupa besaran gaya perlawanan dari
tanah terhadap konus, serta hambatan pelekat dari tanah yang dimaksud.
Hambatan pelekat adalah perlawanan geser dari tanah tersebut yang
bekerja pada selubung bikonus alat sondir dalam gaya per satuan panjang.

Hasil dari tes sondir ini dipakai untuk:

 Menentukan tipe atau jenis pondasi apa yang mau dipakai


 Menghitung daya dukung tanah asli
 Menentukan seberapa dalam pondasi harus diletakkan nantinya

2.2 Metode Sondir

Metoda sounding/sondir terdiri dari penekanan suatu tiang pancang untuk


meneliti penetrasi atau tahanan gesernya. Alat pancang dapat berupa
suatu tiang bulat atau pipa bulat tertutup dengan ujung yang berbentuk
kerucut dan atau suatu tabung pengambil contoh tanah, sehingga dapat
diperkirakan (diestimasi) sifat-sifat fisis pada strata dan lokasi dengan
variasi tahanan pada waktu pemancangan alat pancang itu. Metoda ini
berfungsi untuk eksplorasi dan pengujian di lapangan. Uji ini dilakukan
untuk mengetahui elevasi lapisan “keras” (Hard Layer) dan homogenitas
tanah dalam arah lateral. Hasil Cone Penetration Test disajikan dalam
bentuk diagram sondir yang mencatat nilai tahanan konus dan friksi
selubung, kemudian digunakan untuk menghitung daya dukung pondasi
yang diletakkan pada tanah tersebut.

Di Indonesia alat sondir sebagai alat tes di lapangan yang sangat terkenal
karena di negara ini banyak dijumpai tanah lembek (misalnya lempung)
hingga kedalaman yang cukup besar sehingga mudah ditembus dengan
alat sondir. Di dunia penggunaan Sondir ini semakin populer terutama
dalam menggantikan SPT untuk test yang dilakukan pada jenis tanah liat
yang lunak dan untuk tanah pasir halus sampai tanah pasir sedang/kasar.
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mengetahui perlawanan penetrasi
konus (qc), hambatan lekat (fs) tanah dan friction ratio (rf) untuk
memperkirakan jenis tanah yang diselidiki.

2.4 Teori Sondir


Sondir merupakan salah satu pengujian tanah untuk mengetahui
karakteristik tanah yang dilakukan di lapangan atau pada lokasi yang akan
dilakukan pembangunan konstruksi. Sondir ada dua macam, yang pertama
adalah sondir ringan dengan kapasitas 0-250 kg/cm² dan yang kedua
adalah sondir berat dengan kapasitas 0-600 kg/cm². Jenis tanah yang
cocok disondir dengan alat ini adalah tanah yang tidak banyak
mengandung batu.

PERHITUNGAN:

– Hambatan Lekat (HL)

HL = (JP-PK) x A/B

Dimana :

JP = Jumlah Perlawanan Konus dan Hambatan Lekat (px2)

PK = Perlawanan Penetrasi Konus (px1)

A = Interval Pembacaan 20 cm

B = Faktor Alat = L Konus/L torak= 10 cm

– Jumlah Hambatan Lekat

JHLi = Z HL

Dimana :

i = Kedalaman Lapisan Yang Ditinjau

Z= Zigma

2.4 Alat dan Bahan

Alat:

1. Mesin sondir
2. Satu set batang sondir lengkap dengan stang dalam yang panjangnya 1
meter
3. Manometer 2 buah

– Kapasitas 0-50 kg/cm²

– Kapasitas 0-250 kg/cm²

4. Satu buah Bikonus dan satu buah paten konus.


5. Pelat persegi 2 batang
6. Satu set (2) buah angker

Bahan :

1. Minyak Hidrlolik
2. Tanah

2.5 LANGKAH KERJA

1. Menentukan lokasi yang permukaannya datar


2. Memasang empat buah angker ke dalam tanah dengan memutarnya
menggunkan kunci pemutar angker (kunci T). kemudian memasang 2 pelat
persegi yng memanjang di saming angker. Jarak antar angker dan jarak
kedua pelat disesuaikan dengan ukuran mesin sondir.
3. Memasang mesin sondir tegak lurus dan perlengkapannya pada lokasi
pengujian, yang diperkuat dengan pelat besi pendek untuk menjepit mesin
dan diperkuat dengan mor pengunci angker yang dipasang ke dalam
tanah.
4. Memasang Traker,tekan stang dalam. Pada penekanan pertama ujung
konus akan bergerak ke bawah sedalam 4 cm, kemudian manometer
dibaca yang menyatakan perlawanan ujung. Pada penekanan berikutnya
konus dan mantelnya bergerak

4cm. Nilai pada manometer yang terbaca adalah nilai tekanan ujung dan
perlawanan lekat.

5. Menekan stang luar sampai kedalaman baru, penekanan stang dilakukan


sampai setiap kedalaman tambahan sebanyak 20 cm.
6. Melakukan hal yang sama dengan langkah kerja di atas sampai
pembacaan manometer tiga kali berturut-turut menunjukkan nilai ≥150
kg/cm2 dan jika penekanan mesin sondir sudah mencapai maksimalnya
atau dirasa telah mencapai tanah keras, maka pengujian ini dapat
dihentikan.

Anda mungkin juga menyukai