Anda di halaman 1dari 47

TUGAS MAKALAH

SISTEM EKONOMI SYARIAH

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu


tugas matakuliah Sistem Ekonomi Indonesia

Dosen Pengampu :
Bapak Koko Enang S.Sos, M.Si

Oleh:
Mira Puji Anggraeni
63211118048

FAKULTAS ILMU SOSIAL POLITIK


UNIVERSITAS NURTANIO
BANDUNG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan ke hadirat Allah Swt, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan pertolongan- N ya s ehingga kami dapat
menyeles aik an makalah yang berjudul “ Sistem Ekonomi Syariah ”
dengan tepat waktu. Makalah ini saya susun untuk menyelesaikan salah satu
tugas mata kuliah Sistem Ekonomi Indonesia"

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih


kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah,
khususnya kepada

1. Bapak Koko Enang S .S os M.S i s elaku dos en mata kuliah


S is tem Ekonomi Indones ia yang telah meluangkan w aktu,
tenaga dan  pikiran dalam pelaksanaan bimbingan, pengarahan, dorongan
dalam rangka penyelesaian penyusunan makalah ini"

2. Rekan-rekan angkatan 2019, khus us nya di kelas A dminis tras i


bis nis s ore Fakultas llmu Sosial Politik Universitas Nurtanio Bandung

3. S ecara khus us kami menyampa ikan terima kas ih kepada


keluarga tercint a yang telah memberikan dorongan, doa dan
bantuan yang besar kepadakami.

4. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu


persatu, y a n g t e l a h memberikan bantuan dalam penulisan makalah
ini"

Makalah ini membahas tentang ” Sistem Ekonomi Syariah “ Dengan adanya


makalah ini semoga dapat membantu mempermudah proses belajar dan
bermanfaat bagi kami pada khususnya dan pembaca pada umumnya, serta kami
menerima kritik dan saran dari berbagai pihak yang bersifat membangun agar
tercapainya kesempurnaan makalah ini
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem ekonomi Syariah merupakan sistem ekonomi yang bebas, tetapi


kebebasannya ditunjukkan lebih banyak dalam bentuk kerjasama dari pada dalam
bentuk kompetisi (persaingan). Karena kerjasama meupakan tema umum dalam
organisasi sosial Islam. Individualisme dan kepedulian sosial begitu erat terjalin
sehingga bekerja demi kesejahteraan orang lain merupakan cara yang paling
memberikan harapan bagi pengembangan daya guna seseorang dan dalam rangka
mendapatkan ridha Allah SWT. Jadi Islam mengajarkan kepada para pemeluknya
agar memperhatikan bahwa perbuatan baik (µamal sâlih) bagi masyarakat
merupakan ibadah kepada Allah dan menghimbau mereka untuk berbuat sebaik-
baiknya demi kebaikan orang lain. Ajaran ini bisa ditemukan di semua bagian Al-
Qur’an dan ditunjukkan secara nyata dalam kehidupan Nabi Muhammad SAW
sendiri. Prinsip persaudaraan (ukhuwwah) sering sekali ditekankan dalam Al-
Qur’an maupun Sunnah, sehingga karena itu banyak sahabat menganggap harta
pribadi mereka sebagai hak milik bersama dengan saudara-saudara mereka dalam
Islam. Kesadaran dan rasa belas kasihan kepada sanak keluarga dalam keluarga
besar juga merupakan contoh orientasi sosial Islam yang lain, karena berbuat baik
(beramal salih) kepada sanak keluarga semacam itu tidak hanya dihimbau tetapi
juga diwajibkan dan diatur oleh hukum (Islam).

Kerukunan hidup dengan tetangga sangat sering ditekankan baik dalam


Al-Qur‘an maupun Sunnah; di sini kita juga melihat penampilan kepedulian sosial
lain yang ditanamkan oleh Islam. Dan akhirnya, kesadaran, kepedulian dan
kesiapan untuk melayani dan berkorban disaat diperlukan demi kebaikan
masyarakat keseluruhan amat sangat ditekankan. Ajaran-ajaran Islam pada
umumnya dan terutama ayat-ayat Al-Qur’an berulang-ulang menekankan nilai
kerjasama dan kerja kolektif. Kerjasama dengan tujuan beramal saleh merupakan
perintah Allah yang dinyatakan dalam Al-Qur’an. Baik dalam masalah-masalah
spiritual, urusan-urusan ekonomik atau kegiatan sosial. Nabi SAW menekankan
kerjasama diantara umat Muslim sebagai landasan masyarakat Islam dan
merupakan inti penampilannya.

Ekonomi syariah merupakan ekonomi ilahia yang berdasarkan prinsip-


prinsip ketuhanan yang landasannya Al-Qur’an dan hadits, walaupun kepemilikan
individu tetap di akui tadi itu sepanjang tidak kepentingan orang lain dan bersifat
pengabdian inilah merupakan solusi untuk menghadapi sistem ekonomi kapitalis
yang telah membelenggu kota, dengan mengakui ekonomi syariah karena ketika
suatu ideologi ingin diruntuhkan maka karena juga di lawan dengan ideologis.
menurut Adam Smith yang merupakan cikal bakal munculnya ekonomi kapitalis,
secara individu misalnya pemilikan barang secara individual, ekonomi negara
menurut kapitalis yaitu teori pasal murni paham ini bahwa pemerintah tidak boleh
mengetahui yang di sebut invisible hadn dianggap memadai untuk mengatur
perekonomian dengan hasil memuaskan semua orang, jika setiap orang dibiarkan
mengejar kepentingan masing-masing maka tanpa disadari keinginan setiap orang
terpenuhi dengan sendirinya dan akan tercapai kesejahteraan umum, yaitu adanya
tangan yang mengatur perekonomian tanpa campur tangan pemerintah.
Diramalkan oleh Karl Marx bahwa kapitalis akan runtuh dengan adanya
perlawanan buruh terhadap perusahaan besar sehingga tidak ada kepemilikan
individu yaitu pemilikan secara kolektif atau berubah sosialis (komuis) ternyata
kebalik apa yang diramalkan Karl Marx ternyata kapitalisme berubah bentuk
melahirkan metabolisme yang akan mengancam dunia, akan menimbulkan
demografi, menghambat perkembangan suatu negara karena modal pertama,
penguasa barang secara individual, ataupun perusahaan, maka akan melahirkan
imperialisme karena imperialisme tidak cocok dengan masa sekarang maka
muncul penjajahan baru yang disebut neoliberalisme dimana 80% kekayaan dunia
di kuasai oleh perusahaan besar yang selalu mengintrofened suatu negara yang
dikuasainya karena terlilit utang.
Ekonomi Syariah adalah sistem ekonomi yang mengoptimalkan peran
manusia untuk memenuhi kebutuhan materinya di dunia ini sehingga tercapai
kesejahteraan yang akan membawanya kepada kebahagiaan di dunia dan akhirat
(falah). Atas kelebihan ekonomi islam tersebut, hampir seluruh negara di dunia
saat ini sedang mengkaji dan menerapkan sistem ekonomi islam yang
direpresentasikan dengan pembangunan perbankan syariah dan pusat penelitian
dan pengkajian ekonomi islam di negara-negara tersebut termasuk di Indonesia,
Menurut (Juanda : 2012) saat ini sudah terdapat 80 negara yang mengakomodasi
adanya perbankan syariah di dunia. Lebih dari itu, ada tiga alasan kenapa kita
harus mengembangkan ekonomi islam, Menurut Karjadi Mintaroem, Dekan
Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga memaparkan setidaknya ada tiga alasan,
yaitu :
1. Negara Indonesia dibangun berlandaskan Pancasila, dimana sila pertama
menandakan bahwa bangsa ini merupakan bangsa yang berlandaskan dan
berazaskan pada Ketuhanan Yang Maha Esa., sehingga semua kebijakannya
tidak boleh bertentangan dan harus mencerminkan wujud keimanan kepada
Tuhan Yang Maha Esa.
2. Fakta telah banyak membuktikan bahwa sistem ekonomi islam atau syariah
telah terbukti menunjukkan keunggulannya di masa-masa krisis baik yang
terjadi di Indonesia maupun di negara lain di dunia. Berdasarkan studi sebuah
organisasi independen yang mewakili industri pelayanan keuangan Inggris
yang juga telah dikutip di media Republika, International Financial Services
London (IFSL), keuangan syariah tidak terkena dampak besar terhadap krisis
ekonomi global dikarenakan keuangan syariah tidak menggunakan instrumen
derivatif sepertihalnya keuangan konvensional. Meski keuangan syariah juga
memiliki risiko, namun syariah jauh dari ketidakpastian atau gharardan bila
terkena risiko, maka keuangan syariah akan berbagi risiko tersebut. Seluruh
perjanjian jual beli tidak berlaku bila objek perjanjian tidak pasti dan tidak
transparan. Keunggulan sistem ekonomi syariah, tidak hanya diakui oleh para
tokoh di negara-negara yang mayoritas penduduknya Muslim. Ketahanan
sistem ekonomi syariahterhadap hantaman krisis keuangan global telah
membuka mata para ahli ekonomi dunia,sehingga di antara mereka banyak
yang telah melakukan kajian mendalam terhadap perekonomian yang
berlandaskan prinsip-prinsip syariah.
3. Ekonomi syariah telah diterapkan di berbagai negara Eropa, Amerika,
Australia, Afrika dan Asia; bahkan negara Inggris dan Singapura berlomba
untuk menjadi pusat ekonomi syariah. Singapura sebagai negara sekuler telah
mengakomodasi sistem keuangan syariah. Bank-Bank raksasa seperti ABN
Amro, City Bank, HSBC dan lain-lain, sejak lama telah menerapkan sistem
syariah.

Sementara Itu, Indonesia memiliki karakter yang berbeda dalam


perkembangan ekonomi syariahnya. Indonesia merupakan negara dengan jumlah
penduduk muslim terbesar di dunia. Menurut laporan BPS tahun 2010, jumlah
Penduduk Muslim di Indonesia mencapai 207.176.162 jiwa. Namun dalam
realitas yang terjadi saat ini terdapat tantangan yang cukup penting untuk
diselesaikan dalam bidang ekonomi Islam, menurut pakar ekonomi islam Dr.
Juanda, menyebutkan setidaknya ada 5 hal yang menjadi tantangan ekonomi
islam di Indonesia, yaitu pertama sumber daya insani yang belum memadai
karena adanya dikotomi sistem pendidikan agama dengan pendidikan umum,
kedua Jaringan Bank Islam yang belum menjangkau pelosok Indonesia, ketiga
masih adanya persepsi masyarakat yang menganggap banksyariah sama saja
dengan bank konvensional, keempat lambatnya proses sosialisasi karena adanya
keterbatasan jaringan pelayanan perbankan syariah serta masih sedikitnya pusat
kajian ekonomi islam dan terakhir adalah minimnya partisipasi organisasi
masyarakat islam dalam pengembangan ekonomi islam.

1.2 Rumusan Pertanyaan

Seperti yang telah diuraikan pada latar belakang, maka kami mengambil rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah ekonomi syariah
2. Bagaimana sistem ekonomi kapitalis
3. Perbandingan antara ekonomi syariah dan kapitalis
1.3 Tujuan
Tujuan penulisan makalah yang berjudul “Ekonomi Syariah” adalah sebagai
berikut :
1. Mengetahui apa itu pengertian ekonomi
2. Mengetahui sejarah sistem ekonomi syariah
3. Mengetahui prinsip dasar ekonomi syariah
4. Mengetahui ciri khas ekonomi syariah

1.4 Manfaat
Manfaat dibuatnya makalah ini adalah mahasiswa sapat mengetahui,
mempelajari, dan memahami mengenai Sistem Ekonomi Syariah. Selain itu,
mengacu pada tujuan mata kuliah Sistem ekonimi Indonesia, dengan memdalami
materi ini mahasiwa mampu mengembangkan kemampuan, pemahaman serta
penguasaan tentang perekomonian syariah.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Ekonomi Syariah


2.1.1 Pengertian

Ekonomi syariah merupakan ilmu pengetahuan social yang mempelajari


masalah-masalah ekonomi rakyat yang dilhami oleh nilai-nilai islam. Ekonomi
syariah atau sistem ekonomi koperasi berbeda dari kapitalisme, sosialisme,
maupun negara kesejahteraan (Welfare State). Berbeda dari sistem kapitalisme,
sistem Ekonomi Islam menentang eksploitasi oleh pemilik modal terhadap buruh
yang miskin, dan melarang penumpukan kekayaan. Selain itu, ekonomi dalam
kacamata Islam merupakan tuntutan kehidupan sekaligus anjuran yang memiliki
dimensi ibadah yang teraplikasi dalam etika dan moral syariah islam.

Jika Ilmu Ekonomi diartikan sebagai Ilmu yang mempelajari perilaku


manusia dalam kegiatan produksi, distribusi, dan konsumsi barang dan jasa
dengan menentukan pilihan-pilihan sumber daya yang langka untuk mencapai
kesejahteraan manusia, maka pada dasarnya definisi ilmu ekonomi Islam juga
sama dengan definisi tersebut. Namun Ilmu Ekonomi Islam menetapkan tujuan
ekonomi itu tidak terbatas pada kesejahteraan dunia saja, tetapi juga kebahagiaan
spiritual, yang senantiasa didasarkan kepada sumber-sumber hukum Islam.
Beberapa definisi ekonomi syariah menurut beberapa ekonom islam :

1. Muhammad Abdul Mannan “ Ekonomi islam merupakan ilmu pengetahuan


sosial yang mempelajari masalah-masalah ekonomi rakyat yang diilhami oleh
nilai-nilai islam”
2. M.M Metwally “ Ekonomi Islam dapat didefinisikan sebagai ilmu yang
mempelajari perilaku muslim yang mengikuti Al Qur’an, Hadist Nabi, Ijma dan
Qiyas.”

3. Hasanuzzaman “ Ilmu ekonomi Islam adalah pengetahuan dan aplikasi dari


anjuran dan aturan syariah yang mencegah ketidakadilan dalam memperoleh
sumber daya material sehingga tercipta kepuasan manusia dan memungkinkan
mereka menjalankan perintah Allah dan masyarakat ”

Maka sistem ekonomi syariah dapat diartikan sebagai suatu sistem yang mengatur
dan menjalin hubungan ekonomi antar manusia dengan memakai perangkat
kelembagaan yang dijalankan berdasar hukum dan nilai-nilai islam. Karena itulah
sistem ekonomi syariah merupakan tuntunan kehidupan sekaligus anjuran yang
mengandung nilai ibadah yang diterapkan dalam etika dan moral.
Sistem ekonomi syariah merupakan perwujudan dari paradigma Islam. Tujuan
dari pengembangan sistem ekonomi syariah ini adalah untuk mencari sistem
ekonomi yang terbaik dan mempunyai kelebihan untuk menutup kekurangan dari
sistem ekonomi yang telah ada. Sistem ekonomi syariah terdiri dari beberapa
unsur sebagai berikut :

 Manusia sebagai subyek


 Barang ekonomi sebagai obyek
 Alat kelembagaan berupa hukum dan nilai Islam yang mengatur dan menjalin
kedua unsur di atas dalam kegiatan ekonomi.

2.1.2 Sejarah Tentang Sistem Ekonomi Syariah

Dengan hancurnya komunisme dan sistem ekonomi sosialis pada awal tahun
90-an membuat sistem kapitalisme disanjung sebagai satu-satunya sistem
ekonomi yang sahih. Tetapi ternyata, sistem ekonomi kapitalis membawa akibat
negatif dan lebih buruk, karena banyak negara miskin bertambah miskin dan
negara kaya yang jumlahnya relatif sedikit semakin kaya. Dengan kata lain,
kapitalis gagal meningkatkan harkat hidup orang banyak terutama di negara-
negara berkembang. Bahkan menurut Joseph E. Stiglitz (2006) kegagalan
ekonomi Amerika dekade 90-an karena keserakahan kapitalisme ini.
Ketidakberhasilan secara penuh dari sistem-sistem ekonomi yang ada disebabkan
karena masing-masing sistem ekonomi mempunyai kelemahan atau kekurangan
yang lebih besar dibandingkan dengan kelebihan masing-masing. Kelemahan atau
kekurangan dari masing-masing sistem ekonomi tersebut lebih menonjol
ketimbang kelebihannya. Karena kelemahannya atau kekurangannya lebih
menonjol daripada kebaikan itulah yang menyebabkan muncul pemikiran baru
tentang sistem ekonomi terutama dikalangan negara-negara muslim atau negara-
negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam yaitu sistem ekonomi
syariah. Negara-negara yang penduduknya mayoritas Muslim mencoba untuk
mewujudkan suatu sistem ekonomi yang didasarkan pada Al-quran dan Hadist,
yaitu sistem ekonomi Syariah yang telah berhasil membawa umat muslim pada
zaman Rasulullah meningkatkan perekonomian di Zazirah Arab. Dari pemikiran
yang didasarkan pada Al-quran dan Hadist tersebut, saat ini sedang dikembangkan
Ekonomi Syariah dan Sistem Ekonomi Syariah di banyak negara Islam termasuk
di Indonesia. Ekonomi Syariah dan Sistem Ekonomi Syariah merupakan
perwujudan dari paradigma Islam. Pengembangan ekonomi Syariah dan Sistem
Ekonomi Syariah bukan untuk menyaingi sistem ekonomi kapitalis atau sistem
ekonomi sosialis, tetapi lebih ditujukan untuk mencari suatu sistem ekonomi yang
mempunyai kelebihan-kelebihan untuk menutupi kekurangan-kekurangan dari
sistem ekonomi yang telah ada. Islam diturunkan ke muka bumi ini dimaksudkan
untuk mengatur hidup manusia guna mewujudkan ketentraman hidup dan
kebahagiaan umat di dunia dan di akhirat sebagai nilai ekonomi tertinggi. Umat di
sini tidak semata-mata umat Muslim tetapi, seluruh umat yang ada di muka bumi.
Ketentraman hidup tidak hanya sekedar dapat memenuhi kebutuhan hidup secara
melimpah ruah di dunia, tetapi juga dapat memenuhi ketentraman jiwa sebagai
bekal di akhirat nanti. Jadi harus ada keseimbangan dalam pemenuhan kebutuhan
hidup di dunia dengan kebutuhan untuk akhirat.

2.1.3 Negara - Negara Yang Menganut SIstem Ekonomi Syariah


Berikut daftar dari negara yang menganut sistem ekonomi islam, yaitu :

1. Arab Saudi
2. Malaysia
3. Uni Emirat Arab
4. Kuwait
5. Qatar
6. Turki
7. Indonesia
8. Bahrain
9. Pakistan

Manfaat Negara-Negara yang Menggunakan Sistem Ekonomi Syariah

Ekonomi syariah berbeda dengan ekonomi konvensional.  Perbedaan yang


paling mendasar adalah konsep yang diberikan oleh kedua sistem ekonomi
tersebut. Kalau konsep ekonomi konvensional lebih mengutamakan bunga sebagai
keuntungannya, berbeda dengan konsep ekonomi syariah yang lebih
mengutamakan sistem bagi hasil.  Ekonomi islam dapat memberikan
kesejahteraan bagi seluruh masyarakatnya, memberikan keadilan, kebersamaan,
kekeluargaan dan transparan untuk setiap pelakunya.

Manfaat dari sistem ekonomi syariah yaitu sistem ini dapat menumbuhkan
rasa kekeluargaan, kebersamaan, menghapus kemiskinan, mendapatkan keadilan,
tidak menguntungkan seseorang, transparan dan dapat memberikan manfaat dan
kesejahteraan bagi masyarakat  baik muslim maupun non-muslim.

Konsep ekonomi syariah selalu mengedepankan kejujuran, transparasi dan


keadilan yang membuat sistem ini tumbuh pesat.  Perekonomian dengan
menggunakan sistem ekonomi syariah ini masih di pandang sebelah mata di
Indonesia, sesungguhnya sistem ini bisa menjadikan satu alternatif untuk keluar
dari masalah krisis global. Keunggulan-keunggulan dari sistem ekonomi syariah
tersebut dilirik oleh banyak ahli ekonomi di negara-negara maju seperti negara-
negara Eropa. Negara-negara tersebut adalah Inggris, Perancis, Jerman bahkan
negara adidaya, Amerika Serikat. Inggris bahkan sudah mendirikan Unit Usaha 
Syariah (UUS) dan Bank Umum Syariah (BUS). Inggris tercatat sebagai negara
yang memiliki bank syariah terbanyak di antara negara Barat lainnya. Kini, lebih
dari 26 bank di Inggris menawarkan produk keuangan syariah. Saat ini terdapat
lima bank murni syariah di Inggris, sementara 17 bank lainnya seperti Barclays,
RBS, dan Lloyds Banking Group telah memiliki unit usaha syariah.

Aset dari perbankan syariah Inggris telah mencapai 18 miliar dolar AS (12
miliar pounds) melebihi aset bank syariah seperti di negara-negara Islam seperti,
Pakistan, Bangladesh, Turki, dan Mesir. Jumlah tersebut lebih banyak dibanding
negara-negara lainnya. Hal tersebut menyebabkan Inggris menduduki peringkat
delapan dalam aset perbankan syariah di seluruh dunia.

Perkembangan sistem keuangan Islam di Inggris tidak terlepas dari


dukungan pemerintahannya. Dukungan tersebut diantaranya adalah keleluasaan
pajak untuk kredit rumah dan kemudahan perdagangan sukuk.

Warga Inggris banyak yang memindahkan kredit rumahnya dari bank


konvensional ke bank Syariah dengan alasan mereka tertarik dengan transparansi
dan stabilitas perbankan syariah.

Selain Inggris, Perancis saat ini juga akan mengembangkan ekononomi


syariah. Hadirnya sejumlah investor dari negara-negara Teluk dan Qatar Islamic
Bank (QIB) menandai dimulainya investasi bank syariah di negeri ini. Bank-bank
tersebut diantaranya ialah Qatar Islamic Bank, Kuwait Finance House dan Al
Baraka Islamic Bank of Bahrain. Hal ini juga tidak terlepas dari peran pemerintah
Perancis yang sangat menyetujui bahkan bersedia untuk membuat penyesuaian
peraturan hukum untuk perbankan syariah.

Negara adidaya Amerika Serikat pun, setelah mengetahui keunggulan dari


Bank Syariah juga mulai melirik prinsip kerja dari sistem keuangan Islam ini. 
Penerapan prinsip syariah ini diterapkan di sebuah bank kecil di Michigan, AS
bernama University Islamic Financial. University Islamic Financial memiliki dua
tipe pembiayaan, yaitu penjualan dengan cicilan dan sewa. Upah yang didapat dari
pembiayaan tersebut sebanding dengan pembayaran bunga pada pinjaman
tradisional.

Itulah kebaikan dari sistem keuangan Islam. Suatu sistem yang diberikan
dan diridhoi Ilahi, Allah SWT, yang memberi kemaslahatan bagi umat manusia di
Bumi ini. Sistem yang menyelamatkan masalah keuangan dunia dari krisis global.
Inilah jawabannya, dengan menerapkan sistem keuangan Syariah. Semoga sistem
keuangan ini terus berkembang dan menjadi sistem keuangan dunia.

2.1.4 Dasar – Dasar Ekonomi Syariah


Dasar-dasar sistem ekonomi syariah mulai dengan perbedaan-perbedaannya
dengan mesin-mesin ekonomi yang kapitalistik, komunistik, sosialistik, dan
campuran jenis-jenis lain yang telah ada selama abad-abad yang lalu. Ekonomi
Islam menggabungkan setidaknya tujuh karakteristik utama yang dalam beberapa
hal mencerminkan mitra kapitalistik dan sosialis mereka, tetapi masih unik dan
bersemangat untuk sistem ekonomi Islam. Sistem itu sendiri terdiri dari
organisasi, institusi, dan nilai-nilai sosial yang mencontohkan produksi,
pertukaran, dan konsumsi barang dan jasa. Mereka yang mengikuti Islam
didorong untuk menjalani kehidupan dengan keuntungan materi dengan cara
menghormati orang lain, membuat tempat mereka aman di dunia, dan
menyediakan sumber kebahagiaan bagi keluarga mereka.  Berikut ini adalah tujuh
fundamental utama Sistem Ekonomi Islam.

Manajemen operasi dapat juga didefinisikan sebagai pelaksana kegiatan-


kegiatan manajerial yang dibawakan dalam pemilihan, perancangan,
pembaharuan, pengoperasian dan pengawasan sistem produktif. Kegiatan tersebut
dapat dibedakan atas dasar frekuensi relatif terjadinya, dan kegiatan-kegiatan
pemilihan, perancangan, pembaharuan pada umumnya terjadi dengan frekuensi
lebih jarang daripada kegiatan pengoperasian dan pengawasan. Oleh karena itu
dapat dibedakan sebagai ke kegiatan-kegiatan periodik untuk kelompok pertama
dan terus menerus untuk kelompok lainnya.

1. Konsumsi

Konsumsi dasar adalah bagian fundamental dari semua ekonomi, termasuk


mereka yang mengikuti Islam. Orang-orang memiliki kebutuhan dan bisnis yang
ada untuk memenuhinya baik melalui barang atau jasa.

2. Layanan Pemerintah

Pemerintah berfungsi untuk mencegah aktivitas yang dianggap non-Islam


seperti pasar gelap, perjudian, penyelundupan, dan kegiatan serupa. Selain itu,
kaum miskin memiliki kebutuhan dasar mereka terpenuhi dalam hal kebutuhan
hidup dasar seperti makanan, kesehatan, dan pakaian. Juga, ada persyaratan untuk
kesempatan kerja dan keamanan yang setara sehingga setiap orang memiliki
kesempatan untuk bekerja dan berkembang.

3. Tanpa Bunga

Ekonomi negara Islam harus berjalan tanpa bunga, yang berarti bahwa sistem
keuangan tidak menggunakan bunga sebagai bagian dari prosedur peminjaman
ketika menjalankan bank dan lembaga keuangan.
4. Properti Pribadi

Ini didorong, meskipun properti itu sendiri tidak dapat digunakan untuk
kepentingan publik. Pembayaran Zakat untuk kepemilikan properti adalah wajib.

5. Produksi

Seperti halnya sistem kapitalistik, produksi merupakan elemen penting karena


tidak hanya memenuhi kebutuhan konsumen, tetapi juga menyediakan lapangan
kerja dan peluang. Di bawah Sistem Ekonomi Islam, produksi adalah bagian dari
struktur sosial yang membuatnya penting bagi masyarakat dan termasuk sistem
harga.

6. Kekayaan

Akuisisi kekayaan tidak berkecil hati, meskipun itu termasuk pembayaran zakat.
Perlu dicatat bahwa pembelian barang-barang mewah juga tidak dianjurkan, jadi
fokus kekayaan lebih sesuai dengan garis kebaikan yang lebih besar bagi keluarga
dan masyarakat.

7. Zakat

Ini adalah sumber utama bagi stabilitas masyarakat miskin di masyarakat Islam.
Ini dianggap sebagai jenis ibadah, di mana sebagian kekayaan dikumpulkan dari
orang kaya dan diberikan kepada orang miskin setiap tahun. Ini juga memberikan
dukungan kepada negara dengan mengurangi jumlah orang yang membutuhkan.

2.1.5 Kelebihan Dan Kekurangan Sistem Ekonomi Syariah

Sistem ekonomi syariah menjadi salah satu bidang ilmu pengetahuan yang
di jiwai oleh ajaran islam. Sistem ekonomi syariah sangat cocok untuk dikaji
terutama dalam rangka memecahkan masalah-masalah yang melanda
perekonomian dunia saat ini seperti juga kelebiham sistem ekonomi komando .
Sistem ini dianggap paling relavan untuk membangun sistem perekonomian
dalam sebuah negara yang didalamnya didasarkan pada nilai-nilai keislaman.
Tentunya sebagai negara dengan mayoritas muslim penggunaan sistem
perekonomian di Indonesia patut di kaji. Saat ini telah banyak bank yang
mendirikan bank syariah sebagai upaya untuk membangun sistem perekonomian
syariah di Indonesia sebagai contoh perusahaan industri . Kemampuan ekonomi
syariah telah berhasil di tunjukkan oleh Bank Muamallah. Pada saat krisis 1997
disaat banyak lembaga keuangan dan perbankan yang gulung tikar, Bank
Muamallah tetap dapat bertahan hingga saat ini. Tentunya hal tersebut karena
sistem ekonomi syariah yang digunakan mampu membuat bank ini mampu
bertahan. Islam melarang segala bentuk riba, namun tidak melarang laba (Return)
sebagai hasil dari usaha seperti juga kelebiham dan kekurangan yayasan . Dalam
islam sistem uang mendapat dukungan  yang stabil. Islam memberi keleluasaan
yang luas untuk bentuk uang dan pembayarannya. Seperti sistem ekonomi lainnya
tentunya sistem ekonomi syariah juga memiliki kelebihan dan kekurangan.
Berikut kelebihan dan kekurangan sistem ekonomi syariah yang perlu anda
ketahui. Simak selengkapnya.

Kelebihan Ekonomi Syariah

Sistem ekonomi syariah dipandang memiliki kelebihan yang akan di uraiakan


dibawah ini :

1. Adanya Kebebasan Bagi Setiap Individu Untuk Membuat Keputusan

Dalam islam, kebebasan manusia didasarkan atas nilai-nilai tauhid. Nilai tauhid
inilah yang membut manusia memiliki keberanian dan kepercayaan diri. Dalam
sistem ekonomi syariah mensyaratkan setiap individu memiliki kepebabas
dalam mengutarakan pikirannya. Kebebasan ini akan mampu mengoptimalkan
kemampuan manusia dalam bertahan hidup simak juga ciri-ciri yayasan. Selain
itu, setiap individu juga bebas dalam membuat keputisan yang berhubungan
dengan ekonominya tanpa didasari paksaan dari siapapun.
2. Adanya Pengakuan Tehadap Hak Kepemilikan Individu terhadap Harta
dan Hak Untuk Memiliki Harta

Dalam sistem ekonomi ini, pengakuan terhadap hak kepemilikan dan untuk
memiliki harta sangat diakui. Namun, tentunya kepemilikan dan cara
memilikinya harus sesuai dengan cara-cara islam simak juga ciri-ciri firma .
Dalam islam pengaturan kepemilikan harta didasarkan atas kemaslahatan.
Sehingga dengan begitu maka kepemilikan atas harta ersebut akan
menimbulkan sikap saling menghormati dan menghargai antar sesama.
Kesadaran bahwa harta tersebut hanyalah titipan dari Allah SWT,  juga
merupakan nilai dasar yang harus di tanamkan.

3. Adanya Ketidaksamaan Ekonomi Dalam Batas yang Wajar

Dalam islam memang diakui adanya perbedaan ekonomi pada setiap


perorangan. Akan tetapi, pada kenyataannya ketidaksamaan tersebut bukan
didasari karena ketetapan Allah seperti juga bentuk-bentuk yayasan  .
Melainkan karena ulah manusia sendiri, yang memandang bahwa seorang yang
memiliki jabatan dan harta memiliki derajat yang lebih tinggi di bandingkan
orang lain. Sehingga menimbulkan sebuah paradigma “Bahwa Allah SWT
tidak adil”. Pandangan inilah yang harus di buang, karena dihadapan sang
pencipta setiap manusia itu derajatnya sama.

4. Adanya Jaminan Sosial dan Hak untuk Hidup bagi Individu dalam
Sebuah Negara

Setiap individu memiliki hak untuk dapat hidup dan mempertahakan hidupnya
dalam sebuah negara. Setiap warga negara juga dijamin hak sosialnya untuk
mendapatkan kebutuhannya. Tugas pokok ini menjadi tanggung jawab bagi
setiap pemerintahan dalam sebuah negara simak juga transaksi keuangan
perusahaan jasa . Dalam sistem ekonomi syariah, negara memiliki tanggung
jawab untuk mengalokasikan sumber daya alam guna menungkatnya
kesejahteraan rakyatnya secara umum.
5. Adanya Distribusi Kekayaan Islam

Dalam islam tidak dianjurkan untuk menumpuk kekayaan pada srkolompok


masyarakat kecil. Islam menganjurkan untuk mendistribusikan kekayaan
kepada semua lapisan masyarakat sebagai ciri-ciri administrasi usaha. Sumber
daya alam bukanlah merupakan milik pribadi atau kelompok orang tertentu.
Sumber daya alam harus di gunakan untuk kemaslahatan umat. Upaya ini
bukan menjadi hal yang dipermasalahkan jika jika tidak ada usaha untuk
mengoptimslkan melalui jalan ekonomi syariah.

Kekurangan Sistem Ekonomi Syariah

Selain kelebihan yang dimiliki, sistem ekonomi syariah juga tidak lepas dari
adanya kekurangan seperti  yang akan di jelaskan berikut ini :

1. Lambatnya Perkembangan Literatur Ekonomi Islam

Literatur islam yang berasal dari teks teks arab, tidak mengalamai
perkembangan yang signifikan dalam beberapa tahun belakangan ini. Selain
itu, kemunculan berbagai literatur ekonomi konvensional menyebabkan
pandangan masyarakat yang tidak berubah. Dimana mereka memandang bahwa
penyelesaian maalah ekonomi adalah dengan jalan penggunaan sistem ekonomi
konvensional. Tentunya hal ini menimbulkan jusdifikasi di dalam masyarakat
untuk mengesampingkan ide dan pengetahuan lain, termasuk juga ekonomi
syariah. Sehingga sistem ekonomi konvensional hampir mempengaruhi seluruh
prilaku manusia simak juga ciri-ciri perusahaan abal-abal.

2. Lebih Dikenalnya Praktek Ekonomi Konvensional

Praktek ekonomi konvensional juga telah jauh dikenal lebih dahulu ketimbang
ekonomi syariah. Ekonomi konvensional telah menyentuh setiap aspek
kehidupan manusia mulai dari produksi, distribusi hingga konsumsi.
Sedangkan sistem ekonomi syariah merupakam sistem ekonomi baru, tentunya
akan sedikit sulit untuk memaksakan paham ini masuk. Secara tersirat kita
tidak bisa melupakan bahwa sistem ekonomi konvensional merupakan sistem
ekonomi yang diadopsi dari sistem ekonomis sosialis. Nah, tentunya pada poin
inilah sebenarnya kelemahan dari sistem ekonomi syariah seperti dalam ciri-
ciri perusahaan yang akan bangkrut.

3. Kurangnya Pengetahuan Sejarah Tentang Ekonomi Islam

Pada dasarnya sejarah menunjukkan bahwa perkembangan pengetahuan di


Eropa tidak lepas dari pengetahuan islam sebagai contoh bumdes yang telah
berhasil. Namun, masa transformasi yang terjadi di abad pertengahan ini
kurang dikenal oleh masyarakat. Sehingga hal ini, menyebabkan pemahaman
bahwa perkembangam pengetahuan berasal dari eropa. Selain itu, beberapa
informasi juga mengarah kepada pemikiran-pemikiran tokoh eropa. Sebut saja
Adam Smith, Robert Malthus, David Ricardo, JM Keynes yang lebih popular
ketimbang tokoh islam seperti Ibnu Ubaid, Ibnu Tamiyah, Ibny Khaldu, Abu
Yusuf dan masih banyak lagi lainnya.

4. Pendidikan Masyarakat yang Masih Mengedepankan Matrealism

Banyaknya pengangguran yang terjadi bukanlah sekadar didasari oleh


kemalasan individunya. Namun, saat ini fenomena pengangguran lebih
disebabkan karena pemahaman masyarakat mengenai makna dan jenis
pendapatan atau penghasilan yang belum tepat. Setidaknya kita harus berani
mengatakan bahwa ekonomi syariah masih belum dapat membantu ekonomi
kerakyatan sebagai contoh tenaga kerja tidak langsung. Contoh nyatanya
adalah masyarakat lebih senang meminjam modal dari rentenir ketimbang
harus mengajukan pinjaman ke BMT. Hal ini disebabkan oleh sebagian
masyarakat kita malas dalam mengurus persyaratan untuk pengajuan pinjaman
ke BMT. Sedangkan jika meminjam pada rentenir tidak memeprlukam
persyaratan dan dana dapat langsung di terima meskipun bunga yang di
tawarkan sangat besar.
5. Tidak Adanya Representasi Ideal Negara Yang Menggunakan Sistem
Ekonomi Ini 

Beberapa negara seperti negara islam Timur Tengah yang menggunakan islam
sebagai pedoman pemerintahannya ternyata belum mampu dalam menjalankam
sistem ekonomi syariah secara profesional. Hal inilah yang kemudian
menyebabkan tingkat kesejahteran di negara tersebut kalah cepat di bandingkan
dengan dataran eropa. Kondisi ini tentu sangat berpengaruh dan menjadi
pertimbangan berat ketika harus memilih menggunakan sistem ekonomi ini
simak juga peran humas dalam organisasi.

Kelebihan dan kekurangan sistem ekonomi syariah yang perlu anda ketahui
tentu dapat menjadi sumber referensi bagi anda untuk mengetahui lebih dalam
tentang sistem ekonomi yang satu ini. Meskipun tidak banyak digunakan namun,
pada dasarnya sistem ini memiliki kebaikan dan dapat diterapkan bagi seluruh
bangsa dengan mayoritas penduduk muslim. Namun, tentunys masih perlu
peningkatan pemahaman untuk mendalami lebih jauh tentang sistem ekonomi
syariah.

2.1.6 Ciri - Ciri Sistem Ekonomi Syariah

Menurut Ibnu al Qayim dalam Umer Chapra pada bukunya Alquran Menuju
Sistem Moneter yang Adil seorang ekonom syariah asal India menjelaskan,”
Landasan ekonomi syariah adalah kebijaksanaan dan kesejahteraan manusia di
dunia dan di akirat. Kesejahteraan ini terletak dalam keadilan, kasih sayang,
kelayakan, dan kebijaksanaan ”.

Ekonomi islam yang merujuk pada Al-quran dan As-sunnah atau hadist dan
juga hasil ijtihad ulama juga memiliki beberapa prinsip dasar yang berbeda
dengan paham ekonomi konvensional yang membuatnya tidak hanya menjadi
paham alternatif tapi juga paham mainstream atau arus utama yang membuatnya
benar-benar berbeda dengan paham lainnya.

Ciri ciri ekonomi syariah adalah sebagai berikut:

1. Ekonomi Rabbani

Ekonomi rabbani diambil dari kata rabb yang berarti tuhan. Sifat ini
diantaranya adalah sumber landasan ekonomi syariah berasal dari tuhan dan juga
peranan tuhan tidak dapat dipisahkan dari kondisi pasar, serta tujuan dari sistem
ini adalah mendapatkan ridha dari tuhan.

Landasan hukum ekonomi syariah yang berasal dari tuhan yang dimaksud adalah
dari firman Allah yang terkumpul pada mushaf al-quran yang diajarkan pada
manusia melalui rasul Muhammad Saw. Hal ini berbeda bahkan bertolak belakang
dengan sistem ekonomi konvensional yang berlandaskan pada rasio logika
manusia yang terbatas dan tidak bersifat universal.

Peranan tuhan dalam pembentukan kondisi pasar juga tidak dapat dipisahkan,
sebagaimana rasul bersabda “ Allah maha mengatur harga”. Hal ini bermakna
bahwa kondisi pasar sangat bergantung pada belas kasih tuhan baik secara
langsung maupun tidak langsung semisal pengaruh iklim, cuaca, penyakit, hujan,
dan sebagainya. Berbeda dengan kaum liberal dan komunis yang mencoba
mengingkari hal ini.

Dari Anas bin Malik, “Manusia mengatakan, ‘Wahai Rasulullah harga barang
naik, maka tentukan harga buat kami.’ Rasulullah bersabda, ‘ Sesungguhnya
Allah-lah yang Maha Menentukan harga, Yang Maha Menggenggam dan Maha
Membentangkan, lagi Maha Memberi Rezeki, dan aku mengharap ketika
berjumpa dengan Allah, tiada satu pun perkara di antara kamu yang menuntutku
karena suatu kedzaliman baik tentang darah atau harta.” (HR. Abu Dawud,
dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahih Ibnu Majah 2200)

Kemudian tujuan dari sistem ini adalah falah atau kesuksesan dunia dan akhirat
yang mengharapkan ridha Allah SWT.

2. Ekonomi syariah terkait dengan akidah, syariah, dan akhlaq

Ekonomi islam adalah satu kesatuan dari ajaran islam sehingga dalam sistem
perekonomiannya tidak bisa dilepaskan dari akidah, syariah, dan akhlaq. Sehingga
ketiga unsur tersebut menjadi landasan pada sistem perekonomian islam.

Sebagai contoh misalnya sikap “samahah” atau berlapang dada akan anda temui
pada tiap transaksi yang terjadi pada ekonomi islam, baik pada produsen,
konsumen, debitur, dan sebagainya. Dimana telah dicontohkan oleh Muhammad
saw untuk memudhkan dalam membeli, menjual, dan menagih. Dan dianjurkan
untuk merelakan piutang yang benar-benar tidak dapat dilunasi oleh debitur.

Jabir bin Abdullah radhiallahu ‘anhuma berkata,


“Bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

َ ‫ َوإِ َذا ا ْقت‬،‫ َوإِ َذا ا ْشت ََرى‬،َ‫َر ِح َم هَّللا ُ َر ُجاًل َس ْمحًا إِ َذا بَاع‬
‫َضى‬

“Allah Subhanahu wa Ta’ala merahmati seseorang yang memudahkan ketika


menjual dan membeli, dan ketika menagih haknya dari orang lain.” (HR. Al
Bukhari no.2076)

Hal ini telah diadopsi oleh beberapa lembaga keuangan islam semisal BMT
(Baitulmal wa Tamwil atau koperasi syariah) yang merelakan piutang yang benar-
benar tidak dapat dilunasi oleh debitur yang memiliki keterbatasan kemampuan
yang sesungguhnya butuh pertolongan. Sehingga debitur seperti ini akan menjadi
objek sedekah dan diberi pembinaan agar dapat mandiri.

Tidak jarang debitur yang telah diberi pembinaan dan pemberdayaan justru
kembali sebagai kreditur yang menginfaqkan kelebihan hartanya pada BMT untuk
kemudian diputar demi kepentingan umat.

3. Ekonomi insani (Humanis economics) atau khilafah

Ekonomi isani adalah salah satu Ciri Ciri Ekonomi Syariah. Pada esistem
ekonomi dengan paham naturalis, seseorang akan menitik beratkan fokusnya pada
sumber daya alam. Sehingga menganggap hal terpenting pada sistem ekonomi
adalah kepemilikan sumber daya alam yang melimpah. Akan tetapi saat ini justru
menunjukkan sebaliknya. Negara yang memiliki sumber daya alam yang
melimpah justru dikuasai negara yang memiliki modal besar dan kekayaannya di
pindahkan ke negara pemodal. Kita ambil contoh negara kita sendiri yang
kekayaannya dikuras oleh negara lain, kita juga bisa lihat Singapura yang
memiliki luas wilayah yang begitu kecil tetapi tingkat kemakmurannya tertinggi
di kawasan Asia Tenggara bahkan Asia.

Pada sistem ekonomi berpaham kapitalis, kemampuan finansial dianggap hal


terpenting untuk mencapai kemakmuran, namun kita bisa lihat justru negara
dengan kemampuan finansial yang tinggi juga harus berhadapan dengan pajak
negara yang tinggi dan hutang luar negeri yang besar. Hal ini bisa kita saksikan
pada negara Amerika Serikat.

Apakah dengan jumlah finansial yang tinggi atau cadangan emas yang besar
sebagai alat tukar misalnya, akan membawa sebuah negara tersebut pada
kemakmuran. Kita bisa belajar dari penganut paham markintilisme yang
menumpuk emas sebanyak-banyaknya tanpa diiringi kemampuan memproduksi
yang seimbang, hanya akan menimbukan inflasi yang membuat harga-harga
dalam negeri menjadi mahal.

Paham markintilisme menumpuk emas sebagai cadangan melalui kegiatan ekspor.


Akan tetapi karena terbatasnya bahan pemenuh kebutuhan akhirnya membuat
barang yang berjumlah sedikit menjadi mahal dan memenuhi kebutuhan tersebut
dari luar negeri yang pada akhirnya meningkatkan ketergantungan terhadap
barang impor.

Berbeda dengan ekonomi islam yang memfokuskan manusia sebagai modal utama
dalam mencapai kesejahteraan, penganut sistem ini percaya bahwa Allah
menciptakan sumberdaya dan manusia baru mengambil sedikit sekali dari sumber
daya yang Allah ciptakan, semisal sumber daya laut, tambang, perhutanan, dan
sebagainya. Hal ini menunjukkan penitikberatan pada kemampuan manusia untuk
mengelola sumber daya alam dengan bijak.

“Dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik,
kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS.
Al Qashshash: 77).

Selain itu juga telah dijelaskan dalam firman tuhan bahwa segala sesuatu yang
diciptakan di dunia diperuntukkan untuk manusia, dan peran manusia sebagai
khalifah atau wali Allah juga telah dijelaskan. Pada beberapa ayat Al-qur’an juga
dijelaskan tentang bagaimana Allah menundukkan segala sesuatu untuk
memberikan manusia kemampuan mengelola sumber daya alam.

surah an-Nahl ayat 14:

“dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat
memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari
lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar
padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya
kamu bersyukur”

4. Ekonomi wasatan (moderat atau seimbang)

Keseimbangan atau nilai ideal adalah hal yang diutamakan dalam perekonomian
islam, tidak dikenal keberpihakan pada kaum kapitalis ataupun buruh, semua
memiliki hak dan kewajiban pada porsi yang adil.

Tujuan ekonomi islam untuk menggapai kesuksesan hidup di dunia dan di akhirat
melahirkan paham dimana keseimbangan atau balance menjadi hal penting untuk
diperhatikan. Islam menghendaki adanya keseimbangan dalam mengejar dunia
dan akhirat, islam tidak memperkenankan seseorang untuk mengejar dunia semata
tanpa memenuhi kewajiban atas hartanya, begitupun sebaliknya, islam tidak
memperkenankan seseorang membiarkan kemiskinan dan mendorong seseorang
untuk mandiri dalam ekonomi.

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan)
duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat
baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS
28:77)

5. Ekonomi kerjasama dan keadilan

Islam mendorong seseorang untuk bersyarikat atau bekerjasama agar tercapainya


tujuan kemakmuran bisa tercapai dengan lebih mungkin. Ada beberapa akad-akad
muamalah yang sengaja mengatur tentang kerjasama ini dimana hukum syariat
menjamin tidak adanya pihak yang dirugikan.

…Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan


jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah
kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya. (QS 5:2)
Allah ta’ala berfirman : aku pihak ketiga dari dua orang yang berserikat selagi
masing-masing dari kedunya tidak mengkhianati yang lain. Jika salah seorang dari
keduanya mengkhianati yang lain, aku keluar dari keduanya (H.R. Abu Dawud)

6. Ekonomi berpengawasan ganda

Dalam kegiatan ekonomi konvensional jalannya perekonomian diawasi oleh


regulasi dan aparatur negara, begitupun dengan ekonomi islam. Akan tetapi
manusia tidak dapak luput dari pengawasan Ilahi sehingga apabila seseorang
dapat lepas dari jerat hukum di dunia tetapi ia tidak akan dapat luput dari
hukuman di akhirat. Nilai-nilai inilah yang membuat ekonomi islam menjadi
sistem ekonomi berpengawasan ganda.

7. Ekonomi hasil kombinasi hukum paten dan yang dapat dirubah

Hukum dasar ekonomi islam berasal dari firman Illahi dan hal ini tidak dapat
dirubah, akan tetapi seiring dengan berkembangnya jaman banyak jenis transaksi
yang tidak di dapati pada jaman Rasullullah sehingga terdapat ijtihad atau hasil
pemikiran para alim ulama untuk menjawab pertanyaan dunia agar dapat terus
dinamis mengikuti jaman, akan tetapi tetap merujuk pada Al-qur’an dan Al-
Hadist.

2.1.7 Prinsip Sistem Ekonomi Syariah

Pada dasarnya ekonomi syariah merupakan ilmu pengetahuan syariah yang


membahas seluk-beluk ataupun permasalahan seputar ekonomi yang ada di
masyarakat dengan berlandaskan pada nilai-nilai keislaman. Ekonomi syariah
bertolak belakang dengan ekonomi yang kapitalis, sosialis yang tertuang pada
ekonomi konvensional, karena dalam islam ada beberapa hal dalam sistem
ekonomi konvensional yang tidak diperbolehkan, antara lain dalam islam dilarang
riba, islam menentang eksploitasi masyarakat berekonomi rendah oleh pemiliki
modal, islam melarang penumpukan atau penimbunan kekayaan, dan lain
sebagainya. Jika dipandang dari kacamata islam, Kondisi perkonomian suatu
ditentukan oleh sistem perekonomian yang digunakannya. Ekonomi syariah
menggunakan sistem bagi hasil berbeda dengan ekonomi konvensional yang
memiliki sistem bunga.

Bagi hasil yang ada di ekonomi syariah ini memiliki beberapa bentuk yaitu bonus
uang tahunann yang didasarkan pada laba atau keuntungan selama satu tahun
kerja sebelumnya, dan bisa berbentuk pembayaran mingguan atau bulanan. Dalam
ekonomi syariah, bagi hasil ini dikenal dengan profit and loss sharing, dimana
dapat diartikan sebagai pembagian untung dan rugi yang terjadi atas kesepakatan
yang telah dibicarakan sebelumnya. Dalam pembahasan kali ini akan kita bahas
secara rinci dan lengkap tentang ekonomi syariah. Pertama yang akan kita bahas
adalah prinsip-prinsip yang digunakan oleh ekonomi Syariah.

Prinsip-prinsip Ekonomi Syariah

Prinsip-prinsip yang dimiliki oleh ekonomi syariah berbeda dengan prinsip-


prinsip agama lain, dalam ekonomi syariah semua orang tanpa terkecuali boleh
berusaha dan meraih apa yang diinginkannya serta menikmati hasil usahanya dan
memberikan sebagian kecil dari apa yang mereka dapat kepada orang lain dalam
bentuk harta, baik barang atau uang yang tentunya halal. Pada dasarnya dalam
agama islam perilaku dan tingkah laku mengarah pada pemenuhan kebutuhan
hidupnya baik yang bersifat materi ataupun non materi yang baik dan halal, serta
bagaimana mengolah sumber daya yang ada dengan baik dan bermanfaat bagi
semua. Lebih rincinya prinsip-prinsip ekonomi syariah adalah sebagai berikut :

 Ekonomi syariah beranggapan bahwa semua jenis sumber daya alam yang
ada merupakan pemberian dan ciptaan Allah SWT, sehingga perlu berhati-
hati dan bertanggung jawab dalam penggunaannya, tidak boleh berlebihan
dan seenaknya sendiri klarena itu bukan miliki kita.
 Dalam islam pendapatan yang diperoleh secara tidak sah atau kurang jelas
hukumnya tidak diakui, dan mengakui pendapatan atau kepemilikan
pribadi dengan batas-batas tertentu yang memiliki hubungan dengan
kepentingan orang banyak.
 Dalam kegiatan ekonomi syariah, bekerja merupakan kegiatan yang
menjadi penggerak utamanya. Dalam islam telah diajarkan untuk tidak
bermalas-malasan untuk mencari rezeki, untuk itu bekerja sangat
dianjurkan oleh agam islam untuk mendapatkan rezeki berupa harta atau
matteri dengan berbagai cara, namun ada batasan yang harus diikuti agar
tidak salah langkah.
 Kekayaan yang dimiliki oleh beberapa orang kaya, tidak boleh hanya diam
di tempat atau dibuat sendiri namun harta tersebut diharuskan untuk selalu
mengalir di dibagi dengan tujuan bisa membantu orang-orang yang kurang
mampu dengan meningkatkan besaran produk nasional agar tercapai suatu
kesejahteraan.
 Tidak ada perbedaan hak yang didapat oleh semua orang, semua orang
sama punya hak untuk mendapatkan sesuatu yang baik. Islam menjamin
kepemilikan masyarakat dan penggunaannya yang telah direncanakan
sedemikian rupa hingga berguna untuk kepentingan orang banyak.
 Seorang muslim harus punya hati dan perasaan yang selalu taat dan tunduk
pada Allah serta mempercayai semua yang telah difirmankan oleh Allah
dalam Al-Quran, dengan harapan kita sebagai umat muslim bisa terdorong
untuk selalu berbuat yang benar dan menghindari sesuatu yang salah atau
tidak sesuai dengan hukum islam.
 Sebagai umat muslim kita diwajibkan untuk selalu membersihkan harta
yang kita dapat, karena kita tidak tahu apakah benar harta tersebut
diberikan pada kita atau itu titipan untuk orang yang membutuhkan. Untuk
itulah kita diwajibkkan untuk berzakat, zakat merupakan salah satu jalan
yang ahrus anda lakukan jika harta anda sudah mencapai batas ukur yang
ditentukan (nasab).
 Semua kegiatan yang berhubungan dengan ekonomi dilarang mendandung
unsur riba, gharar, dzulum, dan unsur lainnya yang diharamkan menurut
syara’ sedikitpun dalam berbagai bentuk seperti panjaman uang dan lain
sebagainya. Karena dalam islam diharamkan suatu kegiatan ekonomi yang
mengandung kedzaliman, tipu muslihat, dan hal-hal lain yang dilarang
oleh Allah.
 Aktivitas muamalah yang terjadi didalamnya harus atas dasar suka sama
suka, tidak ada sedikitpun unsur paksaan antara beberapa pihak. Jadi
mereka melakukan muamalah atas kehendak dan hati nurani sendiri.

Itulah beberapa prinsip yang dimiliki oleh ekonomi syariah, semua kegiatan atau
penentuan hukum semua dilandaskan atas nilai-nilai dan ajaran agama islam.
Setelah membahas tentang prinsip-prinsip ekonomi syariah, kita akan mengetahui
apa saja ciri-ciri ekonomi syariah.

2.1.8 Asas Ekonomi Syariah

Tujuan ekonomi Islam tidak bertentangan dengan tujuan diturunkannya


syariat, hukum-hukum Allah yang dibebankan pada umat manusia. Sebagaimana
telah dimaklumi bahwa tujuan syariat atau maqashid syariah adalah menjaga
agama, jiwa, akal, kehormatan dan harta. Syaikh Abd Wahhab Khallaf
menyampaikan dalam kitabnya Ilmu Ushulil Fiqhi (1942:197). Orientasi umum
pensyariatan hukum adalah maslahah bagi manusia secara signifikan dengan
upaya memperhatikan hal-hal yang bersifat primer (daruriyat), sekunder (hajiyyat)
dan tersier (tahsiniyyat). Dengan demikian, tujuan umum Allah subhanahu
wata’ala mensyariatkan hukum tak lain adalah kemaslahatan bagi umat manusia
secara signifikan dalam kehidupan manusia, mendatangkan kebermanfaatan dan
menolak terjadinya kerusakan atau mafsadah. Sedangkan kemaslahatan bagi
manusia tidak terlepas dengan memperhatikan hal-hal yang bersifat daruriyyat,
hajiyyat, dan tahsiniyyat. Manakala kebutuhan manusia yang bersifat daruriyyat,
hajiyyat, dan tahsiniyyat telah terpenuhi maka semakin tampaklah kemaslahatan
yang dirasakan oleh manusia. Setiap aktivitas ekonomi tidak boleh bertentangan
dengan maqashid syariah. Maka setiap praktik ekonomi yang bertentangan dengan
maqashid syariah tidak akan menjadikan masyarakatnya tenteram, sejahtera,
makmur dan damai; melainkan akan menjadikan masyarakatnya semakin rakus,
rakus, dan rakus, tidak memperhatikan nilai-nilai agama, ajaran, etika dan spritual.
Seorang yang punya banyak uang, manakala ia tidak mengerti akan nilai-nilai
maqashid syariah, bisa saja dengan uang yang dimilikinya dibuat membeli dan
mengomsumsi barang yang diharamkan, beli minuman yang diharamkan, judi dan
club malam. Tapi beda ceritanya bagi seorang yang mengerti dan mengamalkan
maqashid syariah, pasti uang yang ada dalam sakunya akan digunakan pada
sesuatu yang tidak merugikan dirinya dan orang lain, ia akan menggunakannya
pada sesuatu yang bermanfaat, dibuat untuk menafkahi istri dan anaknya, dibuat
untuk membantu orang lemah, tertindas dan termarginalkan. Sejahtera dalam
finansial belum tentu sejahtera dalam kehidupan, merasakan kedamaian dan
ketenteraman, manakala kering dari nilai-nilai spiritual. Buktinya, banyak kita
jumpai orang yang secara finansial mapan, tapi tidak merasakan ketenangan hati
dan ketenteraman. Bahkan tak jarang mereka mencari ketenangan dengan
mendatangi tempat-tempat hiburan yang terlarang. Akibatnya, bukan kedamaian
dan ketentraman yang didapat, tapi kebingungan dan kegelisaha dalam kehidupan.
Oleh sebab itu, untuk menuju pada kesejahteraan, kemakmuran, ketentaram dalam
kehidupan ekonomi diperlukan memadukan nilai-nilai spiritual dengan
memerhatikan maqashid syariah. Untuk sampai pada maqashid syariah perlu kita
mengutip pernyataan Dr Muhammad Syafii Antonio, “Implementasi ekonomi
dalam kehidupan manusia harus menjunjung tinggi keadilan.” Dr Muhammad
Syafii Antonio, pakar ekonomi Islam, ketika menjelaskan makna keadilan dalam
hubungannya dengan moralitas dalam bisnis, mengatakan bahwa konsep keadilan
dalam Islam berimplikasi kepada sosial dan keadilan ekonomi (praktik bisnis).
( Muhammad Syafii Antonio: 1999). Dalam konteks keadilan sosial, Islam
menganggap umat manusia sebagai suatu keluarga. Maka, semua anggota
keluarga ini mempunyai derajat yang sama di hadapan Allah. Sedangkan keadilan
ekonomi, menurut Syafii Antonio, yaitu bahwa konsep persaudaraan dan
perlakuan yang sama bagi setiap individu dalam masyarakat dan di hadapan
hukum harus diimbangi dengan keadilan ekonomi. Tanpa pengimbangan tersebut,
keadilan sosial akan kehilangan makna. Dengan keadilan ekonomi, setiap individu
akan mendapatkan haknya sesuai dengan kontribusi masing-masing kepada
masyarakat. Setiap individu pun harus terbebas dari eksploitasi individu lainnya.
(Hermawan Kertajaya & Muhammad Syakir Sula, Syariah Marketing, 2006).
Setiap pelaku ekonomi harus memerhatikan asas ekonomi, yaitu asas keadilan
yang merata. Setiap perbankan, asuransi, bisnis, dan segala aktivitas ekonomi
lainnya harus menjunjung tinggi keadilan. Islam memerintahkan pada umatnya
untuk berlaku adil dalam setiap aktivitas kehidupannya, baik aktivitas sosial
maupun ekonomi. Islam mengancam bagi siapa saja yang berbuat kedzaliman,
penipuan, dusta, dan memanipulasi. Kalau setiap pelaku bisnis memperhatikan
asas keadilan maka tercapailah maqashid syariah. Ketika maqashid syariah
tercapai, maka terwujudlah kemaslahatan bagi umat secara nyata dan signifikan.
Ketika tidak dijumpai dalam kehidupan ekonomi manusia praktik yang
merugikan, tercapilah kesejahteraan. Ketika dalam kehidupan manusia saling
mempraktikkan apa yang sudah Allah gariskan melalui hukum syariah maka
tercapailah kemaslahatan umat. Berbicara ekonomi tidak hanya berbicara tentang
mencari keuntungan, profit, dan finansial, namun juga berbicara tentang nilai-nilai
dan etika dalam menjalankan aktivitas ekonomi. Nilai-nilai tersebut telah diatur
dalam Islam.

Sumber: https://www.nu.or.id/post/read/89779/asas-ekonomi-islam

Asas Sistem Ekonomi Islam

Asas-asas sistem ekonomi Islam ada tiga, yaitu kepemilikan (‫)الملكية‬, pengelolaan
kepemilikan ( ‫)التصرف في الملكية‬, distribusi kekayaan di tengah-tengah masyarakat (
‫)توزيع الثروة بن الناس‬

ASAS PERTAMA: KEPEMILIKAN


Kepemilikan adalah tatacara yang ditempuh oleh manusia untuk memperoleh
kegunaan dari suatu jasa ataupun barang. Adapun definisi kepemilikan menurut
syara’ adalah idzin dari al-syaari’ (pembuat hukum) untuk memanfaatkan suatu
al-‘ain (dzat). Al-Syaari’ di sini adalah Allah swt. Adapun al-‘ain adalah sesuatu
yang bisa dimanfaatkan. Sedangkan ‘izin’ adalah hukum syara’. Jenis-jenis
kepemilikan ada tiga, yaitu kepemilikan individu, kepemilikan umum, dan
kepemilikan negara.

1. Kepemilikan Individu (al milkiyyah al fardiyyah).

Kepemilikan individu adalah izin dari Allah swt kepada individu untuk
memanfaatkan sesuatu.

Hak individu dan kewajiban negara terhadap kepemilikan individu:

a. Hak kepemilikan individu adalah hak syar’iy bagi individu. Seorang individu
berhak memiliki harta yang bergerak maupun tidak bergerak seperti mobil, tanah,
dan uang tunai. Hak ini dijaga dan diatur oleh hukum syara’.

b. Pemeliharaan kepemilikan individu adalah kewajiban negara. Oleh karena itu,


hukum syara’ telah menetapkan adanya sanksi-sanksi sebagai tindakan preventif
(pencegahan) bagi siapa saja yang menyalahgunakan hak tersebut.

Sebab-sebab Kepemilikan Individu

Syaria’at Islam telah membatasi sebab-sebab kepemilikan harta oleh individu


dengan lima sebab, yaitu :

a. Bekerja dalam perdagangan, industri, dan pertanian

b. Warisan

c. Kebutuhan kepada harta sekedar untuk mempertahankan hidup.


d. Pemberian harta oleh negara kepada rakyatnya.

e. Harta yang diperoleh seorang individu tanpa ada kompensasi apapun, seperti
pemberian (hibah), hadiah, diyat, mahar dan shadaqah.

2. Kepemilikan Umum (al-milkiyyah al-‘aammah)

Kepemilikan umum adalah izin dari al-Syaari’ kepada al- jamaa’ah (masyarakat)
untuk secara bersama-sama memanfaatkan sesuatu. Kepemilikan umum ini
terbagi menjadi tiga, yakni:

a. Segala sesuatu yang menjadi kebutuhan vital bagi masyarakat, yang akan
menyebabkan persengketaan tatkala ia lenyap; seperti air, padang rumput, dan api.
Rasulullah saw bersabda:

ِ َّ‫ث فِي ْالكَإَل ِ َو ْال َما ِء َوالن‬


‫ار‬ ٍ ‫ْال ُم ْسلِ ُمونَ ُش َر َكا ُء فِي ثَاَل‬

Manusia berserikat dalam 3 hal yaitu air, padang rumput, dan api.

Yang juga termasuk setiap peralatan yang digunakan untuk mengelola fasilitas
umum, seperti alat pengebor air yang dibutuhkan oleh masyarakat umum, beserta
pipa-pipa yang digunakan untuk menyulingnya (menyalurkannya). Demikian juga
peralatan yang digunakan sebagai pembangkit listrik yang memanfaatkan air milik
umum (PLTA), tiang-tiang, kabel-kabel, dan stasiun distribusinya.

b. Segala sesuatu yang secara alami, mencegah untuk dimanfaatkan hanya oleh
individu secara perorangan; seperti, jalanan, sungai, laut, danau, mesjid, sekolah-
sekolah negeri, dan lapangan umum. Sabda Rasulullah saw:

«‫»الَ َح ِم َى اِالَّ ِهللِ َو َرسُوْ لِ ِه‬


Tidak ada pagar pembatas kecuali bagi Allah dan Rasul-Nya. (HR. Bukhori, Abu
Dawud, Ahmad)

Makna hadits ini adalah, tidak ada hak bagi seorangpun untuk memberikan
batasan atau pagar (mengkapling) segala sesuatu yang diperuntukkan bagi
masyarakat umum.

c.     Barang tambang yang depositnya sangat besar. Dalilnya, adalah hadits
riwayat Ibnu Majah (2466) dan Ad Darimi (2494) dengan sanad hasan, dari
Abyadh bin Hamal bahwa ia telah meminta kepada Rasul saw untuk mengelola
tambang garam disuatu daerah yg tidak berair (dekat bendungan ma’rib).
Rasulullah memberikannya. Setelah ia pergi,  Al Aqra` bin Habis At Taimi
berkata;

‫س ِب َها َما ٌء َو َمنْ َو َر َدهُ أَ َخ َذهُ َوه َُو ِم ْث ُل َما ِء ا ْل ِع ِّد‬ ٍ ‫يَا نَبِ َّي هَّللا ِ إِنِّي قَ ْد َو َردْتُ ا ْل ِم ْل َح فِي ا ْل َجا ِهلِيَّ ِة َو ُه َو بِأ َ ْر‬
َ ‫ض لَ ْي‬

"Wahai Nabiyullah, sesungguhnya aku telah mendatangi garam itu pada masa
Jahiliyah, yaitu dilahan yang tidak ada airnya, lalu orang-orangpun datang dan
mengambilnya. Garam tersebut seperti air yang tidak habis-habisnya." Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam lalu meminta agar pemberian garam kepadanya
dibatalkan,

Rasul bersikap demikian karena sesungguhnya tambang garam tersebut adalah


barang tambang seperti air mengalir yang tidak terbatas depositnya.

3. Kepemilikan Negara (al-milkiyyah al-daulah)

Kepemilikan negara adalah setiap harta yang pengelolaannya diwakilkan pada


khalifah sebagai kepala negara. Jenis-jenis harta tersebut adalah seperti; ghanimah
(rampasan perang), jizyah (pajak untuk orang kafir), kharâj, pajak, harta orang-
orang murtad, harta orang yang tidak memiliki ahli waris, panti-panti dan wisma-
wisma bagi aparat pemerintahan yang dibuka oleh daulah Islam, dan tanah-tanah
yang dimiliki oleh negara.
ASAS KEDUA: PENGELOLAAN KEPEMILIKAN

Pengelolaan kepemilikan adalah tata cara yang seorang muslim wajib terikat
dengan tata cara tersebut tatkala ia mempergunakan harta. Syari’at Islam telah
membatasi tata cara ini dengan hukum-hukum syara’; dalam dua perkara, yaitu;
pengembangan kepemilikan dan pengeluaran harta.

1. Pengembangan Kepemilikan (‫)تنمية الملكية‬

Islam telah mensyari’atkan hukum-hukum tertentu bagi pengembangan


kepemilikan, baik dalam perdagangan, pertanian, ataupun industri. Dalam urusan
perdagangan Islam telah memperbolehkan jual-beli, ijaarah (upah mengupahi)
dan syirkah (perseroan). Selain itu, Islam telah mengharamkan riba, penimbunan
(ihtikaar), penipuan, perjudian, dan lain-lain.

Dalam masalah pertanian, Islam membolehkan untuk memiliki tanah untuk


ditanami. Di sisi lain, Islam telah mengizinkan mengambil tanah tersebut dari
pemiliknya jika ia tidak mengelolanya selama 3 tahun berturut-turut.

Dalam persoalan industri, Islam membolehkan seorang muslim memiliki pabrik,


memproduksi, dan menjual hasil-hasil produksinya. Akan tetapi produk tersebut
terbatas pada hal-hal (benda/barang) yang dihalalkan.

2. Pengeluaran Harta (infaaq ul maal)

Syara’ telah menetapkan beberapa cara untuk mengeluarkan harta, yang antara
lain adalah:

1. Zakat, sebagai kewajiban bagi setiap individu yang terkena beban kewajiban
ini.

2. Membelanjakan harta untuk keperluan dirinya dan untuk orang-orang yang


harus di beri nafkah seperti istri, kedua orang tua, anak-anak, yang hukumnya
adalah wajib.
3. Silaturahim dengan saling memberi hadiah, yang hukumnya adalah sunnah.

4. Shodaqoh untuk orang-orang fakir dan orang-orang yang membutuhkan, yang


hukumnya adalah sunnah.

5. Mengeluarkan harta untuk keperluan jihad, yakni membeli senjata,


mempersiapkan tentara, sebagaimana yang pernah dilakukan para shahabat Nabi
shahabat saat perang Tabuk dan perang lainnya, yang dalam hal ini hukumnya
adalah fardhu kifayah.

Selain itu, Islam telah mengharamkan beberapa macam cara pengeluaran harta,
yakni:

1. Israaf (melampaui batas) dan tabdzîr (mubadzir), yakni mengeluarkan harta


dalam hal yang diharamkan dan dalam rangka kemaksiatan.

2. Risywah (sogok), yaitu pemberian harta kepada orang-orang yang memiliki


wewenang untuk melaksanakan suatu urusan tertentu diantara urusan-urusan
rakyat, seperti pegawai pemerintahan dan para penguasa, agar mereka (orang yang
memiliki wewenang) melaksanakan urusan tersebut (padahal seharusnya urusan
tersebut wajib dilaksanakan tanpa mendapatkan imbalan)

3. Kikir (al bukhl) dan pelit (taqtiir), yakni tidak mengeluarkan harta yang
diwajibkan atas seorang muslim. Misalnya tidak mengeluarkan zakat dan nafkah
yang wajib baginya untuk ditunaikan kepada orang yang kesusahan. Firman Allah
swt:

ِ ‫[والَّ ِذينَ إِ َذا أَ ْنفَقُوا لَ ْم يُس‬


]‫ْرفُوا َولَ ْم يَ ْقتُرُوا َو َكانَ بَ ْينَ َذلِكَ قَ َوا ًما‬ َ

Dan orang-orang tidak (pula) kikir dan adil (pembelanjaan itu) di tengah-tengah
antara demikian (TQS. Al Furqaan: 67).

Pengeluaran harta oleh daulah Islam dilakukan pada sebuah kondisi yang
mengharuskan negara melakukan tugas-tugas wajib bagi kaum muslim secara
keseluruhan, misalnya memberi makan orang-orang yang menderita kelaparan,
sebagaimana yang pernah terjadi pada ‘âm ar ramadâh (tahun paceklik) di masa
Umar bin Khaththab.

ASAS KETIGA: DISTRIBUSI KEKAYAAN DIANTARA MANUSIA

Terdapat 3 cara, yaitu:

1. Kewajiban Zakat.

2. Negara mendistribusikan hartanya kepada individu rakyat yang


membutuhkan tanpa imbalan, seperti sebidang tanah yang diberikan kepada
orang yang mampu (kuat) untuk mengelolanya (menanaminya), dan
mengeluarkan harta kepada mereka (orang yang membutuhkan) yang diambil
dari harta kharaaj dan jizyah.

Syari’at Islam melarang penimbunan emas dan perak dalam kapasitasnya


sebagai alat tukar –harga untuk membeli barang dan jasa–, agar uang tetap
terinvestasikan di dalam lapangan pertanian, perdagangan dan industri.
Dengan demikian, niscaya pengangguran akan dapat dihapuskan, sekaligus
akan sangat membantu pendistribusian kekayaan.

3. Islam telah menetapkan aturan mengenai pembagian harta warisan di antara


para ahli waris. Dengan demikian, niscaya akan dapat terdistribusikan
bentuk-bentuk kekayaan yang berskala besar. Allahu Ta’ala A’lam.

2.1.9 Hukum Ekonomi Syariah

Jika digabungkan Definisi dari Hukum ekonomi syariah adalah hukum


yang mengatur segala hal yang berkaitan dengan kegiatan sistem ekonomi yang
dilandasi dan didasari oleh nilai-nilai islamiah yang tercantum dalam Al Quran,
Hadist, dan Ijtihad para Ulama.
Memasuki tahun 2017 perkembangan ekonomi syariah sangat pesat dan terlihat
banyak kemajuan, dari mana kita dapat tahu ekonomi syariah ini sedang
berkembang pesat, mudah saja kita dapat melihat banyaknya perbankan atau
lembaga keuangan apapun membuka cabang nya dengan basis syariah.

Secara sederhana pengertian hukum ekonomi syariah adalah hukum ekonomi


yang didasari oleh atau secara syariah, atau dilandasi dengan pedoman Al Quran
dan Hadist beserta Ijtihad para Ulama.
Akan kita bahas satu persatu. Hukum merupakan sebuah aturan atau tatanan yang
harus dijalani dengan perintah dan penegakan untuk menyelaraskan kehidupan
manusia. Sedangkan Ekonomi Syariah adalah sebuah sistem ekonomi yang
dilandasi oleh sebuah atau banyak nilai-nilai atau moral islamiah.

Jadi jika digabungkan Definisi dari Hukum ekonomi syariah adalah hukum yang
mengatur segala hal yang berkaitan dengan kegiatan sistem ekonomi yang
dilandasi dan didasari oleh nilai-nilai islamiah yang tercantum dalam Al Quran,
Hadist, dan Ijtihad para Ulama. Dengan ini kita sudah mengegtahui pengertian
mendasar dari Hukum ekonomi syariah.
Secara Etimologi atau tata bahasa kata hukum berasal dari bahasa Arab yang
disebutkan sebagai “hukm” yang berarti keputusan ataupun ketetapan. Sedangkan
dari sudut pandang Islam istilah syariah sekarang ini berkembang ke arah makna
yang Fiqh. Hal terebut membuat Hukum Ekonomi Syariah ini menjadi pegangan
atau tuntunan masyarakat islam untuk menjalani kehidupan tata ekonomi maupun
tata hukum bermasyarakat. Memberikan kepastian di keadaan yang tidak pasti
memberi tuntunan bagaimana seharusnya hal tersebut diberikan keputusan dan
tentu saja dilandasi dengan tata tata nilai islamiah.

2.1.10 Masalah Dalam Sistem Ekonomi Syariah

Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia (IAEI) menggelar Muktamar ke-3 dan
seminar ekonomi islam di Gedung Dhanapala, Kementerian Keuangan, Kamis
(30/4). Acara ini mengambil tema "Building Strategic Alliance in Islamic
Economics, Finance and Business Policies".
Ada tujuh isu yang ingin dibahas serta dicari jalan keluarnya oleh IAEI melalui
gelaran ini, berikut 7 permasalahan sistem ekonomi syariah, adalah :
1. Kecilnya market share industri keuangan syariah
2. Rendahnya tingkat literasi keuangan Syariah

3. Kecilnya peranan industri perbankan dan keuangan syariah dalam


pembangunan infrastruktur
4. Perangkat peraturan, hukum, kebijakan dan fatwa baik dalam skala nasional
maupun internasional masih belum optimal merespon percepatan pertumbuhan
ekonomi nasional.
5. Kualitas dan kompetensi sumber daya insan ekonomi dan keuangan yang
masih rendah.
6. Belum adanya blue print dan arsitektur pembangunan ekonomi syariah
nasional yang integratif dan dijalankan oleh pemerintah.
7. Belum terbangunnya sinergitas dan aliansi strategis antarpemegang kebijakan

2.1.11 Falsafah Ekonomi Syariah

Sebagai agama yang rahmatan lil alamin, islam mengatur dan memberikan
petunjuk kepada manusia di berbagai sektor kehidupan yang ada. Salah satunya
adalah sektor ekonomi.

Sektor ekonomi adalah sektor yang juga sangat penting bagi kelangsungan hidup
manusia karena di dalamnya mengandung kegiatan memenuhi pemenuhan
sandang, pangan, papan, dan lain sebagainya. Tidak jarang masalah ekonomi
membuat manusia frustasi, konflik, dan terjadi berbagai perpecahan di dalamnya.

Untuk itu, islam sebagai Agama yang diridhoi Allah memberikan petunjuk
bersifat falsafah dasar atau sekumpulan nilai-nilai yang tidak dapat dirubah, agar
menjadi pedoman manusia dalam melangsungkan aktivitas atau transaksi
ekonominya sehari-hari. Tentunya hal ini tetap dipegang teguh, walaupun zaman
terus berkembang dan masalah yang semakin kompleks.

Pengertian Falsafah Ekonomi dalam Islam

Falsafah ekonomi islam adalah nilai-nilai yang menjadi dasar atau landasan islam
dalam aktivitas atau transaksi ekonomi manusia. Nilai-nilai ini bersifat umum,
universal, dan mendasar sehingga walaupun zaman sudah berganti, maka nilai-
nilai ini akan tetap ada dan tidak berubah.

Zaman dan teknologi selalu berubah dan mengalami penyesuaian. Akan tetapi,
dalam hal falsafah ekonomi hal ini tidak bisa berganti dan selalu menjadi
pedoman. Secara teknis dan sistem penerapannya dalam kehidupan manusia bisa
saja berganti akan tetapi dalam dasar-dasarnya, falsafah ekonomi islam akan tetap
dipertahankan.

Untuk itu, salah besar jika ada anggapan orang yang mengatakan bahwa ekonomi
islam atau ekonomi syariah tidak bisa lagi diterapkan atau sudah termakan zaman
karena falsafah ekonomi islam lah yang tetap sedangkan teknis bisa berbeda.
Misalnya saja di zaman ini kita tidak mungkin menolak sistem perbankan, sistem
jual beli online yang di zaman Rasulullah dulu belum ada.

Tentu saja sebagai bentuk kemajuan umat manusia, islam tidak melarangnya
asalkan sesuai dengan falsafah yang sudah ditetapkan Allah bagi manusia.

Nilai-Nilai Ekonomi dalam Falsafah Islam

Nilai-nilai falsafah ekonomi islam dapat kita temui dalam Al-Quran dan tidak
bertentangan dengan Rukun Islam, Dasar Hukum Islam, Fungsi Iman Kepada
Allah SWT, Sumber Syariat Islam, dan Rukun Iman. Hal ini adalah 5 falsafah
ekonomi islam yang terdapat dalam Al-Quran, yang dapat mulai kita pahami.

1. Ketauhidan
“Dan  belanjakanlah  (harta  bendamu)  di  jalan  Allah,  dan  janganlah 
kamu  menjatuhkan dirimu  sendiri  ke  dalam  kebinasaan,  dan  berbuat 
baiklah,  karena  sesungguhnya  Allah  menyukai orang-orang yang berbuat
baik” (QS Al baqarah : 195)

Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa Allah memberikan perintah kepada manusia
untuk menggunakan hartanya atau membelanjakannya di jalan Allah. Hal ini
berkaitan erat bahwa aktivitas ekonomi dalam kehidupan manusia hendaknya
selalu diorientasikan di jalan Allah sebagai pemilik langit dan bumi. Dengan
senantiasa melaksanakan aturan ekonomi berdasarkan perintah dan apa yang
Allah sampaikan, maka Allah menjamin keselamatan manusia, karena di
dalamnya terdapat aturan yang menghindari manusia dari kebinaasan.

Walaupun zaman sudah berganti dan teknologi semakin maju, Falsafah


Ketauhidan ini harus tetap dipegang teguh oleh manusia agar selamat dalam
melaksanakan aktivitas ekonomi di muka bumi.

2. Kemaslahatan

“Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan
carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.
“ (QS Al Jumuah : 10)

Di dalam ayat tersebut, Allah menunjukkan bahwa manusia hendaknya mencari


karunia Allah di muka bumi agar supaya kehidupannya beruntung. Akan tetapi
Allah memberikan perintah agar manusia melaksanakan aktivitas ekonomi
tersebut dengan selalu mengingat Allah dan mendapatkan keberuntungan.

Hukum kemaslahatan ini juga dapat digambarkan bahwa tidak ada satupun aturan
islam yang mengarah kepada kemudharatan. Hukum ekonomi islam justru
melindungi dari penipuan, perpecahan, modal yang dikapitalisasi dan lain
sebagainya.

3. Keadilan

“Celakalah orang-orang yang mengurangi, apabila mereka itu menakar


kepunyaan orang lain (membeli) mereka memenuhinya, tetapi jika mereka itu
menakarkan orang lain (menjual) atau menimbang untuk orang lain, mereka
mengurangi. Apakah mereka itu tidak yakin, bahwa kelak mereka akan
dibangkitkan dari kubur pada suatu hari yang sangat besar, yaitu suatu hari di
mana manusia akan berdiri menghadap kepada Tuhan seru sekalian alam?” (QS
Al Mutahfifin : 1-6)

Falsafah keadilan terdapat dalam ayat tersebut. Allah memberikan perintah


kepada manusia agar melaksanakan ekonomi berdasarkan prinsip-prinsip
keadilan, salah satunya adalah dengan tidak boleh mengurangi timbangan.

Perilaku mengurangi timbangan adalah salah satu perilaku yang Allah laknat dan
tidak Allah sukai. Untuk itu, manusia hendaknya mengarahkan hidupnya agar
jujur dan tidak menipu. Dampak dari perilaku tersebut tentu akan merugikan diri
sendiri. Pembeli atau pelanggan tidak akan suka dengan penjual yang menipu atau
bersikap tidak jujur. Tentu hal ini akan mengurangi jumlah penjualannya dan rugi
diri sendiri.

4. Menghargai Hak Individu

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta


sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu” (QS An-Nisa : 29)

Falsafah ekonomi islam berdasarkan ayat tersebut adalah menghargai hak


individu. Artinya, aturan islam menghargai satu sama lain harus saling
memberikan keutungan dan bukan saling memakan apalagi dengan jalan yang
memecah ukhuwah islamiyah.
Selain itu, dalam hal ekonomi, hendaknya sesama manusia menjalankannya
karena memang suka sama suka, dilakukan karena saling memberikan
keuntungan. Jangan sampai manusia satu dengan yang lainnya saling
memaksakan kehendak atau memaksa untuk bisa melakukan transaksi ekonomi.

Islam juga tidak sama dengan liberalis, yang hanya mengandalkan pemilik modal
atau berpikir individualis. Namun islam juga tidak sama dengan sosialis, yang
tidak menghargai hak milik pribadi. islam mengajarkan untuk menghargai hak
individu, dan individu berhak atas apa yang diusahakannya.

Itulah mengapa ada aturan islam mengenai harta zakat, wakaf, warisan, ahli waris,
mengembalikan hutang, dan lain sebagianya.

5. Orientasi Sosial

“Kamu  sekali-kali  tidak  sampai  kepada  kebajikan  (yang  sempurna), 


sebelum  kamu menafkahkan sehahagian harta  yang kamu cintai. Dan apa saja
yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya.” (QS Ali
Imran : 192)

Falsafah yang kelima adalah ajaran islam untuk mengarahkan harta untuk orientas
sosial. Hal ini sebagaimana perintah zakat, berinfaq, dan bershodaqoh di jalan
Allah. Orientasi sosial ini bemaksud untuk memberikan pemerataan ekonomi juga
memberikan bantuan agar harta tidak hanya teralokasi atau dikapitalisasi oleh satu
orang atau satu kelompok saja, melainkan pada seluruh ummat.

Hal ini sebagaimana yang para sahabat contohkan. Umar Bin Khattab pernah
memberikan seluruh hartanya untuk islam dan menyisakan sebagiannya untuk
kehidupan pribadinya. Sahabat bernama Abdurrahman bin Auf juga pernah
memberiakan 2000 unta untuk keperluan perang badr dan sahabat Usman bin
Affan yang membeli sumur untuk keperluan ummat islam di masa kekeringan saat
itu.
BAB III

PENUTUP

1.1 Kesimpulan

Krisis ekonomi global kini mulai mengancam banyak negara di dunia.


Penerapan ekonomi syariah ini tidak hanya di terapkan di negara-negara yang
mayoritas penduduknya memeluk agama islam saja. Tetapi penerapan ekonomi
syariah ini juga sudah mulai di lirik oleh beberapa negara yang mayoritas
penduduknya adalan non-muslim. Sebenarnya mereka lebih mengutamakan
manfaat dari penggunaan sistem ekonomi syariahnya dari pada agamanya.
Kelebihan yang dapat di ambil dari sistem ekonomi syariah yaitu sistem ini dapat
menumbuhkan rasa kekeluargaan, kebersamaan, menghapus kemiskinan,
mendapatkan keadilan, tidak menguntungkan seseorang, transparan dan dapat
memberikan manfaat dan kesejahteraan bagi masyarakat  baik muslim maupun
non-muslim.  Hanya saja kekurangan dari ekonomi syariah yang ada di Indonesia
adalah belum adanya payung hukum untuk perlindungannya.

Konsep ekonomi syariah selalu mengedepankan kejujuran, transparasi dan


keadilan yang membuat sistem ini tumbuh pesat.  Perekonomian dengan
menggunakan sistem ekonomi syariah ini masih di pandang sebelah mata di
Indonesia, sesungguhnya sistem ini bisa menjadikan satu alternatif untuk keluar
dari masalah krisis global.

1.2 Saran

Sebaiknya menjadikan Nabi Muhammad SAW teladan dalam melakukan


suatu usaha.Tidak keluar dalam jalur peratutan al-Qur’an dan Hadits sebagai dasar
dari sistem ekonomi islam dalam menjalankan kegiatan ekonomi.

Dalam melakukan suatu usaha hendaknya menyadari akan kewajiban


mengeluarkan zakat dan selalu berpegang kepada prinsip bahwa segala sesuatu
ataupun kekayaan di muka bumi ini hanyalah milik Allah SWT, sehingga sudah
sepantasya manusia tidak bersikap individualistik dalam mengelola hartanya.
DAFTAR PUSTAKA

Dalam http://wwwilmuduniaku.blogspot.com/2016/11/makalah-ekonomi-
syariah.html
Sumber: https://www.nu.or.id/post/read/89779/asas-ekonomi-islam

Tahrir, Hizbut. 2001. “ Sistem Ekonomi Islam “ ( on line )

https://dalamislam.com/hukum-islam/ekonomi/falsafah-ekonomi-islam

https://mtaufiknt.wordpress.com/2010/06/19/asas-asas-sistem-ekonomi-islam/

Chaudry, M Sharif. 2017. “ Sistem Ekonomi Islam “ Prenada Media


https://dalamislam.com/hukum-islam/ekonomi/hukum-ekonomi-syariah

Anda mungkin juga menyukai