Anda di halaman 1dari 9

PERKEMBANGAN PENGETAHUAN ISLAM DALAM ILMU EKONOMI DI

MASYARAKAT

Rahmawati

Program Studi Akuntansi, Fakutas Ekonimi, Universutas Muhammadiyah Sukabumi ,546476

Email

Abstrak

Pendahuluan

Akhir-akhir ini sistem ekonomi Islam dalam wacana dan praktik telah berkembang
luas dalam kehidupan ekonomi masyarakat Indonesia. Sebagai wacana ia telah menjadi
bagian dari pemberitaan dalam berbagai media, bahan diskusi, seminar, loka karya dan
perundang-undangan. Sistem ekonomi Islam tumbuh secara dualistik; berorientasi profit dan
non profit. Ekonomi Islam yang berorientasi profit berupa lembaga keuangan syari’ah, dalam
bentuk perbankkan syari’ah, unit usaha syari’ah, lembaga pembiayaan syari’ah, pegadaian
syari’ah, dan lain – lain. Ekonomi Islam non profit berupa; baitul mal, badan amal zakat infaq
dan sadaqah (BAZIS), lembaga amal zakat infaq dan sadaqah (LAZIS), dan lembaga wakaf.

Pakar ekonomi memperkirakan ekonomi Islam di Indonesia akan mengalami


perkembangan pesat 15 tahun ke depan dan akan menjadi ekonomi syariah terbesar di dunia.
Hal tersebut mengingat potensi pasar yang sangat besar, ditambah lagi sektor riil yang terkait
ekonomi Islam dapat berjalan lebih baik. Namun demikian market share ekonomi Islam baru
sekitar dua persen pasar ekonomi konvensional di perbankan, asuransi dan pasar modal.

Perkembangan ekonomi Islam di Indonesia dan dunia, terutama sektor ekonomi


berorientasi profit, dipengaruhi sejarah pertumbuhan bank syariah. Ia muncul pertama kali di
Mesir, tidak menggunakan label Islam, untuk mengantisipasi kecurigaan sebagai gerakan
fundamentalis. Perintisnya membentuk sebuah bank simpanan yang berbasis profit sharing
(pembagian laba) di kota Mit Ghamr tahun 1963. Hingga tahun 1967, sudah berdiri 9 bank
dengan konsep serupa di Mesir. Bank-bank ini, yang tidak memungut maupun menerima
bunga, tetapi dalam bentuk partnership dan membagi keuntungan yang didapat dengan para
penabung.

Pengalaman di Mesir menyebar ke seluruh dunia, termasuk di Indonesia tahun 1980-


an, dengan wacana mengenai bank syariah sebagai pilar ekonomi Islam.3 Di Indonesia sejak
Desember 2005, telah beroperasi 3 Bank Umum Syariah dan 19 Unit Usaha Syariah dari
Bank Konvensional, yang menyebar ke berbagai wilayah. Data dari Direktorat Perbankan
Syariah Bank Indonesia

Ekonomi Islam belum begitu dikenal pada sekitar tahun 1950-an. Ketika itu, sedang
berlangsungnya zaman keemasan ideologi ekonomi sosialisme dan kapitalisme sehingga
sistem ekonomi Islam masih belum bisa menunjukkan eksistensinya sebagai sistem yang
kental dengan muatan keadilan dan kebersamaan, walaupun sebenarnya pada masa awal
sejarah perkembangan Islam abad ke-7, Islam sudah memiliki sistem ekonomi yang
difungsikan sebagai pengatur aktivitas ekonomi.

Perkembangan ekonomi diindonesia dari zaman ke zaman memiliki 2 jenis yaitu


ekonomi konvensional dan ekonomi islam. Ilmu ekonomi konvesional memiliki pemikiran
yang modren. Ilmu ekoomi konvensional memberikan kemajuan terhadap kehidupan manusia
secara material. Namun untuk mempertahankan idealismenya ilmu ekonomi sudah terbukti
gagal.. kondidi –kondisi ideal yang dijadikan asumsi dalam teori ekonomi konvensioal tidak
pernah tercapai. Bahkan dalam setengah abad terakhir, ekonomi konvensional semakin
nampak kelmahannya. Dimana timbulnya kapitalisme yang memperbesar kesenjangan antara
orang kaya dan orang miskin, antara pekerja dan pemilik modal, anatar negara maju dan
negara berkemabang serta menyebabkan tinnginay inflasi dan juga bertambahnya jumlah
pengangguran.

Dengan adanya kondisi tersebut ilmu ekonomi islam menjadi solusi untuk mengatasi
perekonomian internasional. Solusi untuk menghadapi masalah tersebut dengan cara
mengamalkan isi kandungan yang ada dalam kiab suci al- Quran yang didalam nya bukan
hanya masalh ibadah yang bersifat ritual saja akan tetapi memberikan petunjuk kepada
rasulullah kepada seluruh umat manusia. Ekonomi merupakan bagian yang tidaj terpisahkan
dari ajaran islam kerena hakikatnya ajaran islam bersifat Syumuliyah yang mencakup bidang
kehidupan.

Pertumbuhan ekonomi islam diindonesia jika ditelusuri melalui jejak perbangkan


syariah relatif berkembang sepat menyusul dikeluarkannya peraturan yang mengatur
perbangkan syariah. Pertumbuhan ekonomi yang berkembang pesat tersebut dari sisi lain
ternyata masih menyimpan persoalan dan menyisakan sejumlah permasalahan terutama di
indonesia, sehingga kritik konstruktif tetap perlu. Fakta yang muncul dilapangan dang kerap
kali memunculkan bebagai pertanyaan yang mendasar sebagai respon dari ketidaksiapan atau
ketidakmampuan ekonomi islam sebagai sebuah sistemdalam menghadaooi perkembangan
mutakhir yang semakin komplek.

Al-Quran dan Sunnah merupakan sumber khazanah keilmuan dan buku pedoman
umat islam. Namun pada saat yang bersamaan harus diakui bahwa pekembangan yang
mutakhir belakangan ini menurut adanya rekontektualisasi pelajaran yang terkandung di
dalamnya dalam rangka menjawab persoalan sebagai konsekkuensi zaman dengan kompilasi
hukum yang disepakati ulama kalsik ( Fikih ) , aturan yang dterapkan akan lebih mudah
dipahami, dihayati, dan diamalkan oleh siapa saja dan ajaran-ajaran luhur yang terkandung
didalamnya tidak lagi hanya merupakan himbauan moral tapi menjadi suatu sistem tatanan
hidup yang dihayati sebagai way of life dan rule of game yang dipatuhi. Dengan cara itulah
ajaran agama akan benar-benar membawa dampak nyata bagi peningkatan kesejahteraan
manusia.

Pengembangan ekonomi Islam tentunya tidak terlepas dari hakikat tujuan


penyusunannya sendiri. Ekonomi Islam muncul sebagai sistem alternatif yang dianggap
mampu mewujudkan tatanan kehidupan yang sampai saat ini masih menyisakan berbagai
permalahan fundamanetal. Dampak yang disumbangkan oleh sistem kapitalisme seperti
kemiskinan, kelaparan adalah persoalan mendasar yang masih ada di dunia ini. Jeremy
Seabrook menuturkan bahwa kemiskinan global bukanlah soal kekurangan sumber daya,
melainkan suatu akibat digenggamnya kendali ekonomi oleh negara-negera kaya.

Perkembangan ilmu ekonomi di indonesia

Ekonomi Islam mengalami perkembangan dan kemajuan yang pesat setelah


berdirinya Islamic Development Bank (IDB) di Jeddah pada tahun 1975. Hal ini mampu
menarik perhatian dan mempengaruhi peta pemikiran praktik keuangan global secara
signifikan. Diskursus dan praktek ekonomi Islam mampu memikat kalangan akademisi,
professional, maupun praktisi yang berkecimpung dalam perekonomian pada level
international. Kajian-kajian tentang ekonomi dan keuangan Islam berkembang bukan saja di
negara-negara mayoritas muslim tetapi juga merambah hingga ke negara-negara Barat.

Munculnya ekonomi Islam secara formal di Indonesia ditandai dengan berdirinya


Bank Muamalat Indonesia (BMI) pada tahun 1992 berdasarkan UU No. 7 tahun 1992.12
Kendatipun isu tentang ekonomi Islam relatif terlambat masuk, namun ada antusiasme yang
kuat untuk mempelajarinya. Perkembangan kajian ilmiah di Indonesia sangat beragam dan
dinamis, karena telah melibatkan perguruan tinggi negeri dan swasta, baik yang dimiliki umat
Islam maupun non-Muslim.

Selain itu, pertumbuhan perbankan syariah nasional juga relatif cepat setelah
dikeluarkannya peraturan yang mengatur tentang perbankan syariah dan dilakukannya kajian
serta menyusun Cetak Biru Pengembangan Perbankan Syariah Indonesia untuk periode 2002-
2011. Cetak biru ini disusun untuk mengidentifikasi tantangan utama yang akan dihadapi
oleh industri perbankan syariah pada tahun-tahun mendatang. Didalamnya terdapat visi dan
misi pengembangan perbankan syariah, inisiatif-inisiatif yang terencana dengan tahapan yang
jelas untuk mencapai sasaran yang ditetapkan. Sasarannya antara lain berupa terpenuhinya
prinsip syariah dalam operasional perbankan; diterapkan prinsip kehati-hatian; terciptanya
sistem perbankan syariah yangkompetitif; terciptanya stabilitas sistemik serta terealisasinya
kemanfaatan bagi masyarakat luas.

Pengembangan sistem perbankan syariah di Indonesia dilakukan dalam kerangka


dual-banking system atau sistem perbankan ganda dalam kerangka Arsitektur Perbankan
Indonesia (API), untuk menghadirkan alternatif jasa perbankan yang semakin lengkap kepada
masyarakat Indonesia. Secara bersama-sama, sistem perbankan syariah dan perbankan
konvensional secara sinergis mendukung mobilisasi dana masyarakat secara lebih luas untuk
meningkatkan kemampuan pembiayaan bagi sektorsektor perekonomian nasional

Fakta dan data di atas tentu saja menjadi berita gembira bagi banyak kalangan.
Perkembangan menggembirakan ini sudah selayaknya dijadikan motivasi dan kekuatan untuk
menyempurnakan ekonomi islam, baik sebagai sistem maupun sebagai sebuah ilmu yang
mendasari aktivitas perekonomian secara keseluruhan. Landasan normatif yang terdiri dari
Alquran, Sunah, fikih masih menjadi pokok utama dalam pembahasan ekonomi Islam.
Ringkasnya, pendekatan yang ditawarkan ekonomi Islam cenderung diterapkan secara
normatif-idealis-deduktif, sehingga pada gilirannya ekonomi Islam hanya terkesan sebagai
sistem yang mengkritik tanpa menyertai tawaran teori dan sistem yang berarti. Dengan kata
lain, ekonomi Islam relatif masih berjalan pada ranah hukum halal atau haram, sementara
sistem ekonomi lain, seperti kapitalisme, liberalisme, neo-liberal, sosialisme sudah berbicara
pada tataran praktis yang juah lebih maju.

Pendirian berbagai lembaga keuangan syariah di berbagai wilayah tidak serta merta
menjadi bukti bahwa ekonomi Islam pasti akan menyingkirkan sistem ekonomi kapitalisme
yang saat ini masih menjadi sistem utama dalam tatanan ekonomi global. Tanpa disertai
dengan sistem yang canggih, program yang memadai, produk yang unggul dan teori-teori
yang teruji, walaupun sampai kapan pun, ekonomi Islam hanya akan ada dalam sistem
perbankan sebagaimana kita saksikan sekarang. Hal ini tentu menyederhanakan tujuan
ekonomi Islam itu sendiri, yang pada hakikatnya mempunyaimisi dan visi relatif jauh lebih
luas cakupanya. Pemikir, ekonom muslim, maupun agamawan seharusnya lebih bersikap
agresif dalam mengelaborasi pemikiran konstruktif pengembangan ekonomi Islam. Tanpa
adanya hal tersebut, akan menjadi beban berat bagi pertumbuhan ekonomi Islam sehingga
menghambat hakikat tujuan terwujudnya ekonomi yang berkeadilan.

Meskipun akhir-akhir ini terdapat banyak literatur tentang ekonomi Islam, nampaknya
masih jauh ketinggalan dengan literatur-literatur sistem ekonomi lainnya. Dengan demikian,
para ekonom muslim seharusnya tetap berupaya dengan sekuat tenaga untuk
mengembangkan ekonomi Islam, bukan hanya pada tataran praktis saja tetapi juga pada
wilayah teori yang dirasa masih relatif kurang demi mengejar ketertinggalan dan tentunya
teori yang sudah jauh melewati pembahasan halal-haram

Perkembangan ekonomi islam dalam kalangan perdesaan dan masyarakat sangat baru
bagi penduduk yang beragama islam. Ekonomi islam dikembangkan guna untuk masyarakat
indonesia yang beragama islam, agar menjalankan ekonomi sesuai syariat agama islam yaitu
yang sudah ada dalam Al-qur’an dan Hadits. Bukan melainkan dari hal-hal yang
konvensiaonal atau tidak bersyariah islam. Karena yang kita terapkan dalam masyarakat
beragama islam bukan hanya untuk keuntungan semata atau untuk kepentingan pribadi saja,
akan tetapi kita harus menguntungkan untuk kemakmuran masyarakat secara bersama dan
untuk kebahagiaan dunia akhirat. Dalam masyarakat perdesaan nilai-nilai ekonomi islam
dalam kehidupan sehari-hari sudah diterapkan, Walaupun hanya sebagian orang saja yang
sudah menerapkan ekonomi islam tersebut. Akan tetapi, masyarakat tersebut tidak menyadari
bahwa sebenarnya mereka sudah menerapakan nilai-nilai ekonomi islam tanpa disadari oleh
mereka.

Dalam kehidupan masyarakat perdesaan ekonomi islam untuk perkembangan dan


pertumbuhan ekomoni islam diperdesaan di indonesia, apalagi diperdesaan yang mayoritas
petani yang kerjanya disawah akan mudah dipengaruhi untuk menerima perubahan dari luar
dan kebanyakan masyarakat perdesaan dijawa menganut agama islam semua. Secara luas kita
pandang dalam ajaran agama islam, ekonomi islam tersebut akan mudah dipengaruhi karena
dalam hal keyakinan agamanya, perilaku, dan moral yang sudah ada dalam diri masyarakat
perdesaan masing-masing kebanyakan menganut agama islam. Oleh karena itu, jika kita
mengembangkan ekonomi didalam masyarakat perdesaan indonesia akan lebih mudah untuk
diterima secara baik.

Dalam ekonomi syariah di indonesia dari tahun ketahun akan semakin berkembang,
yang sudah dibuktikan dengan adanya praktek nilai-nilai yang berdasarkah syariah islam
yang sudah diterapkan oleh masyarakat indonesia seperti halnya:

1. Berhutang dengan akad tanpa adanya riba Melakukan hutang yang diperbolehkan dalam
syariat islam kepada orang atau lembaga yang akan dipinjami hartanya. Dalam meminjam
harta, kita harus ada kesepakatan antara si peminjam dengan orang yang meminjam harta
tersebut untuk mengembalikan hartanya pada jangka waktu yang sudah disepakati antara
kedua belah pihak.
Dalam berhutang kita dibatasi untuk melakukan hutang, karena islam sudah mengatur
dengan adil. Bahwa meminjam uang diperbolehkan, tetapi harus ada perjanjian tanpa
adanya riba. Karena riba dalam islam diharamkan, sebab jika adanya riba sama halnya
akan mencekik orang miskin, yang meminjam uang untuk kebutuhan kesehariannya yang
diakibatkan karena tidak sanggup membayar bunga yang begitu mahal.
Oleh sebab itu, jika kita ingin melakukan transaksi diperbolehkan akan tetapi tanpa
adanya riba dan harus melalui syariat islam dengan melalui akad yang jelas antara kedua
belah pihak.
2. Akad jual beli bisnis online Dalam perkembangan pada zaman sekarang dapat kita lihat
dalam hal jual beli tidak hanya dilakukan secara langsung, melainkan melalui proses
online dapat dilakukan akad jual beli. Pada bisnis jual beli online juga harus memenuhi
syariat islam untuk melakukan akadnya diantaranya akad jual beli:
a. Murabahah, yaitu akad jual beli yang barangnya tersebut harus sudah ada
ditempat atau harus sesuai dengan gambar yang sudah tersedia, dan harganya
harus sudah disepakati antara kedua belah pihak yang terdiri dari harga
perolehan dan margin keuntungan.
b. Salam, yaitu bentuk akad jual beli barang yang harus sesuai dengan pesanan
yang sudah disepakati, dimana dalam segala sesuatu yang terkait spesifikasi
baik jenis barang, kualitas dan kuantitas barang tidak boleh ditutupi jika
terdapat kecacatan barang yang akan dijual, maupun waktu penyerahan barang
harus sudah jelas ditentukan dan disepakati dalam perjanjian, serta
pembayarannya dilakukan dimuka atau bisa dilakukan melalui transfer sesuai
perjanjian.
c. Istishna, yaitu akad jual beli barang pesanan seperti halnya akad salam, akan
tetapi pembayarannya isthisna dapat dilakukan dengan anggsuran. Dalam jual
beli online meskipun melakukan akad syariah islam yang sudah ada dalam
ajaran agama islam. Islam tetap melarang tujuannya agar tidak ada terjadinya
penipuan dan tidak ada yang dirugikan antara salah satu pihak. Oleh karena
itu, dilarang melakukan jual beli online. Akan tetapi, jika dalam keadakan
mendesak yang harus membeli secara online maka diberbolehkan asalkan
berhati-hati jika ingin melakukan akad jual beli secara onlline.
3. Bank syariah Dalam bank konvensional yang sudah ada banyak dinegara indonesia
dengan bank syariah yang belum seberapa banyak dibandingkan dengan bank
konvensional akan tetapi cara kerjanya pun juga sangat berbeda. Bank konvensional jika
melakukan simpan pinjam harus dengan sistem riga atau bunga. Sedangkan bank syariah
melakukan simpan pinjam sistemnya tanpa bunga, tetapi dengan sistem bagi hasil yang
bersyariatkan berdasarkan Al qur’an dan hadits yang sudah ditentukan oleh Majelis
Ulama Indonesia (MUI).

Ada 3 (tiga) bentuk linkage program antara perbankan syariah dengan lembaga
keuangan mikro syariah, yaitu pertama, bentuk channeling yang artinya lembaga keuangan
syariah tidak mempunyai wewenang memutuskan pembiayaan yang diberikan bank syariah
kepada nasabah lembaga keuangan mikro syariah, karena bertindak hanya sebatas agen.
Kedua, bentuk executing artinya suatu pembiayaan dari bank syariah yang diberikan kepada
lembaga keuangan mikro syariah, tujuannya untuk mempunyai wewenang memutuskan
pembiayaan disetujui atau tidaknya untuk disalurkan kepada nasabahnya dan lembaga
keuangan mikro syariah. Ketiga, bentuk joint financing yang artinya pembiayaan bersama
bank syariah dengan lembaga keuangan mikro syariah, dimana wewenang berada pada kedua
pihak dan outstanding dicatat sesuai dengan posri pembiayaan kepada nasabah lembaga
keuangan mikro syariah.

4. Jual beli produk halal


Jual beli dalam transaksi ekonomi islam untuk menjual produk yang halal memiliki
perjanjian atau syarat untuk melakukan transaksi tersebut:
a. Tidak boleh adanya sistem atau unsur yang haram dalam produk yang akan dijual
karena kita menerapkan sistem islam. Jadi secara tidak langsung produk yang akan
kita jual belikan harus halal tidak boleh haram seperti makanan yang mengandung
babi, minuman yang memabukkan, dan produk yang lainnya yang diharamkan oleh
islam.
b. Tidak boleh ada produk yang diharamkan seperti dari hasil penipuan, pencurian,
ketidakjelasakn akan pemiliknya tersebut.
c. Dalam melakukan jual beli tidak ada unsur paksaan harus melalui suka sama suka
antara produk tersebut dengan orang yang akan membelinya.

Perkembangan dan pertumbuhan sistem ekonomi Islam bukan hanya sebagai fenomena
perkotaan, tetapi juga perdesaan. Bahkan sistem ekonomi Islam non profit ini sesungguhnya,
telah lama berkembang di perdesaan, terutama yang mayoritas penduduknya menganut
agama Islam. Berkembangnya sistem ekonomi Islam di perdesaan berproses secara evolutif,
dalam kehidupan masyarakat perdesaan.

Sistem ekonomi islam sudah berkembangan dalam kalangan masyarakat baik itu
perdesaan maupun perkotaan. Sistem ekonomi islam akan menuju dalam syariat islam hal ini
bisa terjadi karena, sistem ekonomi islam memiliki nilai dan normakehidupan yang datang
dari Allah SWT. Karena Allah SWT merupakan tuhan para umat manusia yang beragama
islam maupun non muslim yang memiliki kekuatan, maha tau segalanya, dan kemampuan
memakmurkan dan mensejahterakan. Sebagai pengetahuan ilmu pengetahuan ekonomi islam
merupakan ilmu yang mempelajari berbagai upaya manusia yang berlandaskan prinsip-
prinsip dasar nilai islam (Al-qur’an dan As sunnah) dalam mengalokasikan dan mengelola
sumber daya untuk mencapai falah (kemuliaan atau kesejahteraan).

Dalam nilai-nilai ekonomi islam bersumber pada ajaran Al-qur’an dan hadits yang
merupakan prinsip-prinsip universal. Dimana ekonomi islam tersebut berfokus pada hukun
dan sebab akibat dalam suatu kegiatan ekonomi. Oleh sebab itu, ekonomi islam sering
membahas dan mendalami tentang nilai-nilai dan etika setiap kegiatan yang terkandung
didalam ekonomi tersebut. Fondasi utama ekonomi islam yaitu tauhi (aqidah), syariah dan
akhlak.

Dinamika Sistem Ekonomi di Perdesaan

Pengembangan ekonomi Islam di pedesaan tentu bukna sesuatu yang baru bagi
mayoritas desa yang penduduknya beragama Islam. Ada Nilai-nilai Islam yang telah
mendarah daging dalam kehidupan sehari-hari masyarakat desa dan telah menjadi dasar dari
praktik-praktik ekonomi. Namun seringkali masyarakat pedesaan kurang menyadari bahwa
mereka telah mempraktikkan sistem ekonomi Islam. Dalam konteks kekinian yang
merupakan evolusi yang panjang kehidupan ekonomi masyarakat pedesaan merupakan sistem
ekonomi campuran yang dualistik.

Sistem ekonomi perdesaan di Indonesia dalam konteks kekinian berlangsung dalam


perkumpulan sistem ekonomi tradisional (prakapi-talistik) dengan ekonomi modern
(kapitalistik). Sistem ekonomi kapita-listik di perdesaan merupakan bentuk penetrasi
perkotaan atas perdesaan. Mentalitas ekonomi kota telah menjungkirbalikan prinsip – prinsip
ekonomi produksi masyarakat perdesaan. Selama ini proses produksi ekonomi perdesaan
dilakukan untuk swasembada, dengan sedikit kelebihan yang dijual ke pasar. Mentalitas kota
telah merubahnya menjadi hukum pertukaran sebagai dasar proses produksi. Petani tumbuh
menjadi wiraswasta, berproduksi untuk usaha-usaha perdagangan.6 Kapitalisme kota
mengikis karakteristik utama masyarakat perdesaan yang sebelumnya bersifat homogen.

Kehidupan masyarakat desa yang selama ini, didasari oleh nilai kesederhanaan dan
kebersamaan. Semangat kolektivitas dalam berbagai aspek kehidupan berlangsung secara
kontinyu, harmoni sosial cenderung lebih mudah tercipta. Persoalan pangan dan deferensiasi
sosial akibat tekanan pertumbuhan penduduk, diselesaikan dengan ekspansi statis oleh
komunitas sehingga homogenitas akan tetap terjaga (Boeke, 1974). Permukiman dan
pertanian baru akan dibuka dalam jumlah yang secukupnya sekedar untuk memenuhi
kebutuhan subsistensi, ketika komunitas baru telah penuh populasinya maka pola yang sama
akan dilakukan Kemajuan teknologi informasi meretas batas – batas isolasi sosial budaya,
ekonomi, dan politik perdesaan. Desa menjadi bagian dari kesatuan global.

Kualitas kehidupan desa yang terus meningkat baik dalam pemenuhan kebutuhan
pokok (pangan, sandang dan papan), pendidikan dan kesehatan telah meningkatkan pula
jumlah penduduk perdesaan. Akibatnya, tingkat kepadatan penduduk desa pun tinggi. Lahan
– lahan pertanian berubah fungsi menjadi tempat tinggal atau ruang ekonomi dan sosial non
pertanian. Perubahan fungsi tersebut menjadikan lahan pertanian semakin sempit. Untuk
memenuhi kebutuhannya, maka masyarakat mengembangkan teknologi dan komersialisasi
pertanian. Tranformasi tersebut berdampak sosial dan ekologi sangat luas. Secara sosiologis
telah menyebabkan deferensiasi sosial baru di perdesaan.Ekonomi kapitalistik perkotaan di
desa menurut Boeke, belum sepenuhnya menguasai kehidupan perdesaan. Masyarakat desa
pada beberapa situasi tertentu masih menjalankan sistem ekonomi dan sosial lama dalam
kehidupannya. Perang sistem tersebut masih terus berlang-sung. Situasi tersebut diistilahkan
Boeke sebagai sistem perekonomian dualistik. akibatnya keselarasan sosial dan kesatuan
ekonomi tidak ada. Kedamaian internal yang sejati, hilang dalam kehidupan desa.
Keseimbangan ekonomi terguncang dan tanpa dapat dihentikan.

Kemajuan teknologi informasi meretas batas – batas isolasi sosial budaya, ekonomi,
dan politik perdesaan. Desa menjadi bagian dari kesatuan global. Kualitas kehidupan desa
yang terus meningkat baik dalam pemenuhan kebutuhan pokok (pangan, sandang dan papan),
pendidikan dan kesehatan telah meningkatkan pula jumlah penduduk perdesaan. Akibatnya,
tingkat kepadatan penduduk desa pun tinggi. Lahan – lahan pertanian berubah fungsi menjadi
tempat tinggal atau ruang ekonomi dan sosial non pertanian. Perubahan fungsi tersebut
menjadikan lahan pertanian semakin sempit. Untuk memenuhi kebutuhannya, maka
masyarakat mengembangkan teknologi dan komersialisasi pertanian. Tranformasi tersebut
berdampak sosial dan ekologi sangat luas. Secara sosiologis telah menyebabkan deferensiasi
sosial baru di perdesaan.

Faktor yang dominan mempengaruhi perubahan di pedesan menurut Popkin11 (1989)


adalah politik dan ekonomi. Dominasi kehidupan politik, sangat terlihat dalam banyaknya
kepentingan politik atas desa. Diantaranya perkembangan pemerintahan-pemerintahan yang
terpusat yang kuat dan ekspansi pasar nasional dan internasional yang disertai dengan
perubahanperubahan mendasar bentuk-bentuk desa dan hubungan petani dengan elitelit
agraria. Sebagian besar petani saat ini hidup dengan bentuk-bentuk desa yang terbuka, yang
bercirikan tanggung jawab individual dalam perpajakan, batas-batas desa yang tidak jelas
dengan dunia luarnya, sedikit atau tanpa pembatasan-pembatasan dalam pemilikan tanah.
Dalam konteksi ini, muncul suatu perkembangan dalam hal ketidakjelasan pengertian-
pengertian tentang kewargadesaan (village citizenship), dan pemilikan tanah secara pribadi.

Faktor dominan dalam aspek perekonomian, terlihat pada relasi petani (penggarap)
dengan orang yang memberikan tanah (elit-elit agraria) cenderung berubah bentuk menjadi
kontraktual yang tepat dan jelas (dahulu patron-klien) untuk mendapatkan barang-barang dan
jasa dari beberapa orang yang berbeda. Perubahan relasi ekonomi ini, sebagai akibat dari
adanya ekspos petani secara langsung dengan kekuatan-kekuatan pasar. Dampak yang lebih
luas akan membahayakan kesejahteraan petani. Kondisi tersebut sangat bertolak belakang
dengan masa lalu. Hubungan ekonomi di masa lalu senantiasa memperhitungkan aspek moral
dalam tata kelola ekonomi, sehingga kehidupan petani lebih sejahtera. Pola ini diatur oleh
lembagalembaga desa. Kondisi di masa lalu tersebut, bisa berlangsung karena semangat
kolektivitas masing tinggi Wacana dan praksis ekonomi Islam memasuki kehidupan
masyarakat perdesaan dalam pergulatan sistem ekonomi lama (tradisional komunal) dengan
sistem ekonomi baru (modern individual liberal).

Perkembangan dan pertumbuhan sistem ekonomi Islam di perdesaan di Indoneisa


(khususnya Jawa) sangat signifikan khsususnya di perdesaan padi sawah. Kecenderungan ini
merupakan sesuatu yang wajar, karena desa dengan sistem pertanian padi sawah selalu
mudah menerima perubahan. Apalagi secara sosioreligius masyarakat perdesa-an di Jawa
mayoritas menganut agama Islam. Secara normatif dan ideologis tentunya mereka akan
mudah menerima sistem ini, karena sesuai basis moral atau keyakinan agamanya. Bahkan
wacana dan praksis telah dipraktekan sebagai bagian menerapkan syari’at Islam.

Anda mungkin juga menyukai