Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

Perkembangan pemikiran ekonomi Islam di Indonesia

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Sejarah Pengantar Ekonomi Islam

Dosen Pengampu :
Drs. H.Mhd Arif, M.M

Di Susun Oleh Kelompok : 9

Juliana Riski 21.23.995


Nadia 21.23.1023

PENDIDIKAN EKONOMI SYARIAH


SEMESTER II
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AN-NADWAH
KUALA TUNGKAL
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat tuhan yang maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayahnya saya dapat menyelesaikan makalah
tentang Pemikiran Ekonomi Islam Di Indonesia dengan baik meskipun banyak
kekurangan didalam nya. Saya sangat berharap makalah ini sangat berguna dalam
rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai isi makalah ini
  Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
            Oleh sebab itu, saya berharap adanya kritik saran dan usulan demi perbaikan
makalah yang telah saya buat dimasa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu
yang sempurna tanpa saran yang membangun.
            Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya, Sekiranya makalah yang sudah disusun ini dapat berguna bagi saya
sendiri maupun orang yang membacanya.
            Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan saya memohon kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan dimasa depan.
Kuala Tungkal, Juni 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah ................................................................................2
C. Tujuan Pembahasan...............................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pemikiran Ekonomi Islam Di Indonesia...............................................3
B. Sejarah Berdirinya Pemikiran Ekonomi Islam.....................................3
C. Perkembangan Ekonomi Islam Di Indonesia (Peluang Dan
Tantangan).............................................................................................5
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..........................................................................................11
B. Saran.....................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Perkembangan ekonomi Islam dunia membawa kepada tiga warna utama ;
Pertama, ekonomi Islam hadir sebagai suatu alternatif atas solusi ekonomi
disamping ekonomi konvensional. Dalam hal ini, ekonomi Islam berfungsi
melengkapi kekurangan-kekurangan yang telah terjadi atas ekonomi kekinian. Sisi
nilai atau ontologis lebih dominan dalam hal ini, dimana Islam hadir sebagai suatu
kontrol terhadap sistem ekonomi yang telah ada. Wacana ini yang paling banya k
muncul di negara-negara Muslim, dimana sistem ekonomi Islam dan konvensional
berjalan berdampingan dan saling melengkapi. Dari sisi praktis, keuangan-perbankan
misalnya, ekonomi Islam lebih merupakan ‘copy & paste’ terhadap ekonomi
konvensional yang dipandang tidak bertentangan dengan syariah Islam. Metodologi
yang dikembangkan-pun juga berasal dari metodologi konvensional –rasional
empiris- yang disesuaikan dengan syariah Islam.
Kedua, ekonomi Islam dipandang sebagai suatu substitusi ekonomi yang ada.
Islam dihadirkan sebagai suatu perubahan total terhadap sistem yang ada, mulai dari
sisi falsafah ekonomi, jalan ekonomi dan produk-produk ekonomi. Hal ini menuntut
adanya perubahan total terhadap sistem perekonomian konvensional. Tidak banyak
negara yang mengadopsi sistem ini karena beratnya tantangan budaya, politik dan
teknologi.
Ketiga, memandang ekonomi Islam sebagai suatu gerakan baru dalam
kapitalisme. Dewasa ini, paham ekonomi secara gradual mengalami perubahan
secara signifikan. Neo kapitalisme telah bermunculan melakukan perbaikan terhadap
sistem kapitalisme yang telah menggeser isme capital menjadi isme knowledge.
Islam hadir sebagai penyempurna kapitalisme yang mengedepankan sisi humanistic
dan tansendental (metafisik). Dalam prosesnya, ekonomi Islam dihadirkan secara
dual-system yang pada akhirnya akan membentuk suatu bangunan ekonomi baru –
neo kapitalis atau kapitalisme plus.
Perkembangan keuangan Islam di Indonesia dalam dekade terakhir yang
direspon secara serius oleh pemerintah melalui dukungan Bank Indonesia telah
membangun kepercayaan Negara-negara Islam dunia akan berkembangnya Ekonomi
Islam di Indonesia. Kita dipercaya sebagai koordinator keuangan Islam Internasional.
B.  Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
a. Mengetahui perkembangan pemikiran ekonomi Islam di Indonesia.
b. Mengetahui peran ekonomi Islam dalam kemajuan negara Indonesia dari berbagi
sektor.
C.  Tujuan khusus
a. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Perkembangan Pemikiran Ekonomi Islam DI
Indonesia pada jurusan Ekonomi Syariah di Sekolah Tingggi Agama Isam Kuala
Tungkal.
b. Sebagai bahan referensi bagi mahasiswa untuk mempelajari mata kuliah Sejarah
Pengantar Ekonomi Islam.
BAB II
PEMBAHASAN
A.  Pemikiran Ekonomi Islam Di Indonesia
Ekonomi islam dalam tiga dasawarsa ini mengalami kemajuan yang pesat,
baik dalam kajian akademis di perguruan tinggi maupun dalam praktek operasional.
Dalam bentuk pengajaran, ekonomi Islam telah dikembangkan di beberapa
universitas baik di negara-negara muslim, maupun di negara-negara barat, seperti
USA, Inggris, Australia, dan Iain-lain.
Dalam bentuk praktek, ekonomi islam telah berkembang dalam bentuk
lembaga perbankan dan juga lembaga-lembaga islam non bank lainya. Sampai saat
ini, lembaga perbankan dan lembaga keuangan islam lainya telah menyebar ke 75
negara termasuk ke negara barat (WASPADA online).
Di Indonesia, perkembangan pembelajaran  dan pelaksanaan ekonomi islam
juga telah mengalami kemajuan yang pesat. Pembelajaran tentang ekonomi islam
telah diajarkan di beberapa perguruan tinggi negeri maupun swasta. Perkembangan
ekonomi islam telah mulai mendapatkan momentum sejak didirikannya Bank
Muamalat pada tahun 1992.
Berbagai Undang-Undangnya yang mendukung tentang sistem ekonomi
tersebutpun mulai dibuat, seperti UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan
sebagaimana yang telah diubah dalam Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 dan
Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, bahkan mendapat
dukungan langsung dari bapak wakil presiden Indonesia, Jusuf Kalla.
B.  Sejarah Berdirinya Pemikiran Ekonomi Islam
Sebenarnya aksi maupun pemikiran tentang ekonomi berdasarkan islam
memiliki sejarah yang amat panjang. Pada sekitar tahun 1911 telah berdiri organisasi
Syarikat Dagang Islam yang beranggotakan tokoh-tokoh atau intelektual muslim saat
itu, serta ekonomi islam ini sesuai dengan pedoman seluruh umat islam di dunia
yaitu di dalam Al-Qur'an yang mengatakan bahwa jika kamu akan bermuamalah,
hendaklah kamu menuliskannya dengan benar, dan hendaklah orang yang berutang
itu mengimlakannya (apa yang akan dituliskan itu), dan janganlah orang itu
mengurangi sedikit pun dari utangnya. Jika orang yang mengutang itu lemah akalnya
atau lemah keadaanya atau tidak mampu mengimlakannya, maka hendaklah walinya
yang mengimlakannya dengan jujur.
Selain itu juga harus didatangkan dua orang saksi dari orang lelaki. Jika tidak
ada maka boleh dengan seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi
yang kamu kehendaki, dan jangalah saksi itu enggan memberikan memberi
keterangan apabila mereka dipanggil, dan janganlah engkau jemu menulis utang itu
baik kecil maupun besar sampai batas waktu pembayaranya. Kecuali jika muamalah
itu perdagangan tunai kamu, maka tak ada dosa bagi kamu jika kamu tidak
menuliskanya.
Dan persaksikanlah apabila kau berjual beli, dan janganlah penulis dan saksi
saling menyulitkan (Q, S Al-Baqarah: 282). Perkembangan ekonomi islam yang
semakin marak ini merupakan cerminan dan kerinduan umat islam di Indonesia ini
khususnya seorang pedagang, berinvestasi, bahkan berbisnis yang secara islami dan
diridhoi oleh Allah swt.
Dukungan serta komitmen dari Bank Indonesia dalam keikutsertaanya dalam
perkembangan ekonomi islam dalam negeripun merupakan jawaban atas gairah dan
kerinduan dan telah menjadi awalan bergeraknya pemikiran dan praktek ekonomi
islam di dalam negeri, juga sebagai pembaharuan ekonomi dalam negeri yang masih
penuh kerusakan ini, serta awal kebangkitan ekonomi islam di Indonesia maupun di
seluruh dunia, misalnya di Indonesia berdiri Bank Muamalat tahun 1992.
Pada awal tahun 1997, terjadi krisis ekonomi di Indonesia yang berdampak
besar terhadap goncangan lembaga perbankan yang berakhir likuidasi pada sejumlah
bank, Bank Islam atau Bank Syariah malah bertambah semakin pesat. Pada tahun
1998, sistem perbankan islam dan gerakan ekonomi islam di Indonesia mengalami
kemajuan yang sangat pesat.
Tantangan yang harus dihadapi Namun selain itu sesuai dengan
perkembangan ekonomi global dan semakin meningkatnya minat masyarakat dengan
ekonomi perbankan secara islami, ekonomi islam mendapat tantangan yang sangat
besar pula. Setidaknya ada tiga tantangan yang harus dihadapi, yaitu:
1.   Ujian atas kredibilitas sistem ekonomi dan keuanganya.
2.   Bagaimana sistem ekonomi islam dapat meningkatkan dan menjamin atas
kelangsungan hidup dan kesejahteraan seluruh umat, dapat menghapus
kemiskinan dan pengangguran di Indonesia ini yang semakin marak, serta dapat
memajukan ekonomi dalam negeri yang masih terpuruk dan dinilai rendah oleh
negara lain.
3.      Mengenai perangkat peraturan; hukum dan kebijakan baik dalam skala nasional
maupun dalam skala internasional. Untuk menjawab pertanyaan itu, telah
dibentuk sebuah organisasi yang bergerak dalam bidang tersebut yaitu organisasi
IAEI (Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia).
Organisasi tersebut didirikan dimaksudkan untuk membangun jaringan kerja
sama dalam mengembangkan ekonomi islam di Indonesia baik secara akademis
maupun secara praktek. Dengan berdirinya organisasi tersebut, diharapkan agar para
ahli ekonomi islam yang terdiri dari akademisi dan praktisi dapat bekerja sama untuk
menjalankan pendapat dan aksinya secara bersama-sama, baik dalam
penyelenggaraan kajian melalui forum-forum ilmiah ataupun riset, maupun dalam
melaksankan pengenalan tentang sistem ekonomi islam kepada masyarakat luas.
Dengan cara seperti itu, maka InsyaAllah segala ujian yang diberikan dapat
dipikirkan dan ditemukan solusinya secara bersama sehingga pergerakannya bisa
lebih efektif dalam pembangunan ekonomi seluruh umat.
Harus diakui bahwa perkembangan ekonomi  islam merupakan bagian
penting dari pembangunan ekonomi bangsa dan juga mayoritas muslim, bukan hanya
sebuah gerakan sebagaimana penilaian dan pemikiran oleh sebagian orang yang
sama sekali tidak paham tentang karakteristik ekonomi syari'ah.
Hikmah didirikannya ekonomi islam pun sangat banyak, salah satunya
praktek ekonomi islam ini mengajarkan pada kita bahwa perbuatan riba (melebih-
lebihkan) itu adalah perbuatan dosa besar yang sangat dibenci oleh Allah SWT dan
mengajarkan pada kita agar menjauhi perbuatan tersebut. Selain itu ekonomi islam
juga sebagai wadah menyimpan dan meminjam uang secara halal dan diridhoi oleh
Allah SWT.
C. Perkembangan Ekonomi Islam Di Indonesia (Peluang Dan Tantangan)
Terpaan gelombang krisis global yang hebat ini seakan tidak pandang bulu
dalam menerjang siapapun yang ada di hadapannya, mulai dari negara yang disebut
negara super power yakni Amerika Serikat maupun negara-negara maju lainnya
seperti di kawasan Eropa dan Asia. Tentu keterpurukan perekonomian global saat ini
sebagai bukti dan penegasan kembali bahwa terlihat dengan nyata, sistem ekonomi
kapitalis yang menganut laize faire dan berbasis riba kembali menjadi pihak tergugat.
Faham neoliberalisme tidak bisa dipertahankan. Pemikiran Ibnu Taymiyah
dan Ibnu Khaldun adalah suatu ijtihad yang benar dan adil untuk mewujudkan
kemaslahatan kehidupan masyarakat.
Oleh karena kapitalisme telah gagal mewujudkan kesejahteraan yang
berkeadilan, maka menjadi keniscayaan bagi umat manusia zaman sekarang untuk
mendekonstruksi ekonomi kapitalisme dan merekonstruksi ekonomi berkeadilan dan
berketuhanan yang disebut dengan ekonomi syariah. Dekonstruksi artinya
meruntuhkan paradigma, sistem dan konstruksi materialisme kapitalisme, lalu
menggantinya dengan sistem dan paradigma syari'ah.
Capaian-capaian positif di bidang sains dan teknologi tetap ada yang bisa kita
manfaatkan, artinya puing-puing keruntuhan tersebut ada yang bisa digunakan,
seperti alat-alat analisis matematis dan ekonometrik,.dsb. Sedangkan nilai-nilai
negatif, paradigma konsep dan teori yang destrutktif, filosofi materalisme,
pengabaian moral dan banyak lagi konsep kapitalisme di bidang moneter dan
ekonomi pembangunan yang harus didekonstruksi.
Karena tanpa upaya dekonstruksi, krisis demi krisis pasti terus terjadi,
ketidakadilan ekonomi di dunia akan semakin merajalela, kesenjangan ekonomi
makin lebar, kezhaliman melalui sistem riba dan mata uang kertas semakin
hegemonis.
Sekarang menjadi tanggung jawab para akademisi dan praktisi ekonomi
syari'ah untuk menyuguhkan konstruksi ekonomi syariah. Karena ekonomi syariah
memiliki keunggulan yang tak dimiliki sistem kapitalis, ekonomi syariah
mewujudkan pembangunan ekonomi yang adil, maslahah, dan dapat mewujudkan
kesejahteraan umat manusia, tanpa krisis finansial, tanpa penindasan, kezaliman dan
penghisapan, baik antar individu dan perusahaan, negara terhadap perusahaan,
maupun negara kaya terhadap negara miskin.
Di Indonesia pangsa pasar ekonomi syari’ah tahun 2009 ditargetkan menjadi
lima persen, dibandingkan pada tahun sebelumnya sebesar tiga persen. “Kita yakin
angka pasar yang lima persen nanti bisa memberikan kontribusi bagi perekonomian
Indonesia untuk keluar dari krisis global,” Ujar Ketua Umum Masyarakat Ekonomi
Syari’ah Aries Mufti, sebelum acara Talk Show Penanganan Krisis Global, di Hotel
sultan, Jakarta, Senin (3/11/2008).
Saat ini memang perkembangan yang begitu mencolok masih pada sektor
keuangan. Pertumbuhan dan perkembangan yang pesat di bidang keuangan syariah
ini tentu saja membuka peluang bagi Indonesia untuk juga ikut lebih aktif
didalamnya. Pengalaman di masa krisis menunjukkan bahwa bank (dan lembaga
keuangan) syariah terbukti mampu bertahan dari berbagai guncangan dan relatif
tidak membutuhkan banyak bantuan pemerintah. Ini berarti bahwa upaya
pengembangan lembaga keuangan syariah juga sekaligus akan membantu ketahanan
perekonomian nasional.
Untuk itu, harus didesain kebijakan pemerintah yang mendukung
perkembangan dan pertumbuhan lembaga keuangan syariah, sekaligus
memungkinkan lahirnya pemikiran-pemikiran dari para ahli ekonomi untuk
menghasilkan konsep atau teori ekonomi Islam yang betul-betul menguntungkan dan
sejalan dengan hukum Islam.
Bagi Indonesia, berbagai potensi yang ada seharusnya mampu mempermudah
dan mempercepat perkembangan ekonomi syariah beserta perangkat yang
diperlukan. Ini mengingat mayoritas penduduk beragama Islam dan kesadaran untuk
memanfaatkan jasa perbankan berbasis syaraiah terus tumbuh. Karena itu, tidak
berlebihan jika Indonesia seharusnya bisa menjadi basis dan penggerak
perekonomian syariah dunia. Namun sayang sejauh ini, hal itu masih belum bisa
terwujud dan beberapa negara tetangga justru lebih agresif dibandingkan Indonesia.
Upaya strategis dalam hubungannya dengan pengembangan ekonomi Islam
ini telah mulai dilakukan pemerintah, antara lain dengan penyusunan perangkat
perundangan yang pada tahun 2008 ini telah disahkan yaitu UU No 19 Tahun 2008
Tentang Surat Berharga Syariah Nasional dan UU No 21 Tahun 2008 Tentang
Perbankan Syariah.
UU No 19 dapat disebut sebagai upaya pemerintah meningkatkan porsi
pembiayaan pembangunan nasional melalui skema pembiayaan syariah dari obligasi
negara dan surat berharga lainnya yang memang memiliki peluang besar bagi
Indonesia untuk memperolehnya dari investor Timur Tengah maupun umat Islam
Indonesia sendiri.
Adapun UU No 21/2008 yang secara khusus membahas perbankan syariah
merupakan upaya pemerintah dalam menguatkan kontribusi lembaga keuangan
syariah dalam memperkokoh pembangunan nasional.
Lahirnya kedua peraturan perundangan ini dengan sendirinya akan
menambah ruang bagi pengembangan ekonomi Islam dengan perbankan syariah
sebagai lokomotifnya, meskipun berbagai pengembangan masih tetap perlu
dilakukan, terutama terkait dengan kebijakan pendukung. Selain itu, harus juga
diakui bahwa berbagai persoalan masih menjadi kendala perkembangan ekonomi
Islam dan lembaga keuangan Islam di Indonesia.
Permintaan akan jasa keuangan dan praktek ekonomi berbasis syariah
berkembang lebih cepat dari perkembangan terkait pemikiran dan konsep mengenai
ekonomi Islam. Ini berarti bahwa sumber daya insani yang memadai dalam tugas-
tugas akademik dan intelektual untuk merumuskan berbagai pemikiran ekonomi
Islam masih jauh dari mencukupi. Dilain sisi ternyata pemenuhan SDI yang langsung
bersinggungan dengan wilayah praktis saat ini masih belum bisa memenuhi secara
optimal, hal ini disebabkan karena pemenuhannya masih sekedar pemolesan.
Pola-pola hubungan berbasis syariah baru sebatas akad dan ikrar, belum
substansinya. Dengan kata lain, transaksi yang terjadi baru sekedar pada tahapan
menghilangkan unsur riba dengan mendesain transaksi yang sah akad dan ikrarnya,
dan belum menyentuh persoalan mendasar pada masyarakat yang membutuhkan
peran aktif lembaga keuangan syariah.
Hal ini sangat mungkin terjadi karena pendekatan terhadap ekonomi syariah
di Indonesia dilakukan oleh dua kutub keilmuan, yaitu ilmu ekonomi dan ilmu
hukum Islam.
Keduanya memang merupakan basis bagi ekonomi syariah, namun harus
didekati dengan pendekatan yang integratif, sehingga tidak terkesan berjalan sendiri-
sendiri. Tentang substansi yang mendasari sebagai nilai-nilai utama ekonomi syariah
ini memang masih terus dirumuskan oleh para pakar dan teoritisi di bidang ekonomi
syariah. Berbagai buku ekonomi Islam yang ada saat ini memang masih sangat
terbatas untuk menjelaskan pola-pola bisnis syariah yang tidak hanya sesuai dengan
prinsip syariah, tetapi juga mampu memberikan kesejahteraan masyarakat luas.
Kontribusi ekonomi Islam dalam pengembangan kesejahteraan masyarakat
sebenarnya merupakan bagian integral dari ajaran Islam yang seharusnya juga
menjadi ruh pengembangan ekonomi Islam beserta lembaga keuangan dibawahnya.
Konsep kerjasama dalam kebaikan dan takwa (ta’awun fil birri wa taqwa),
merupakan bagian dari prinsip Islam yang dijunjung tinggi.
Namun dalam prakteknya, harus kita akui bahwa praktek keuangan syariah,
semisal bank masih jauh dari konsep ini. Sampai saat ini, pembiayaan murabahah
(jual-beli) masih mendominasi komposisi pembiayaan bank syariah. Ini berarti
bahwa bank syariah masih belum berani bermain pada pembiayaan untuk investasi
riil yang memang membutuhkan lebih banyak energi dibandingkan pembiayaan jual-
beli.
Berdasarkan sektor ekonomi, kontribusi perbankan syariah juga belum
mencerminkan upaya pengembangan kesejahteraan masyarakat. Sektor-sektor primer
yang menguasai hajat lebih banyak anggota masyarakat belum sepenuhnya menjadi
concern perbankan syariah dalam menyalurkan kreditnya.
Perbankan syariah dan lembaga keuangan syariah lainnya memang bisa
berkelit bahwa pada tahap awal, pragmatisme bisnis masih diperlukan untuk menjaga
eksistensi usaha. Namun demikian dalam jangka panjang, strategi dan pendekatan
yang lebih membela kepentingan rakyat sudah saatnya menjadi fokus pelaku usaha
bidang perbankan syariah.
Kontribusi lain dari ekonomi Islam untuk kesejahteraan masyarakat
sebenarnya dapat juga dilakukan melalui alokasi berbagai proyek untuk kepentingan
rakyat banyak yang didanai melalui skema pembiayaan syariah. Perkembangan
sukuk di tingkat internasional misalnya bisa dijadikan contoh.
Tingginya likuiditas pada negara-negara kaya minyak di Timur Tengah
sebenarnya bisa diserap menjadi dana potensial untuk membiayai proyek-proyek
pembangunan yang berorientasi pada rakyat banyak, semisal pembangunan jalan,
sarana irigasi, dan lain-lain. Potensi ini sudah diakomodasi melalui penerbitan UU
No 19/2008 dan sudah saatnya memberikan hasil yang positif. Untuk itu, peran
pemerintah menjadi lebih dituntut untuk membangun iklim usaha yang baik sehingga
berbagai peluang yang telah ada dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan
nasional.
Pemerintah sudah saatnya tidak hanya berkonsentrasi pada pengembangan
lembaga keuangan syariah sebagai lokomotif pengembangan ekonomi Islam semata,
tetapi sudah saatnya merambah pada upaya strategis menguatkan peran ekonomi
Islam dalam perekonomian nasional melalui strategi jangka panjang yang mencakup
lebih banyak aspek kehidupan.
Islam sebagai nilai universal syamil dan mutakamil tentu saja tidak hanya
dipraktekkan dalam kaitannya dengan masalah transaksi, tetapi juga dalam masalah
manajemen, tata pamong (governance), pendidikan dan bahkan budaya bangsa dan
ditahun baru ini semoga kita semua menyadarinya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem ekonomi Islam dibangun di atas pondasi akidah Islam. Ini adalah
akidah yang haq karena berasal dari Allah yang dibawa kepada umat manusia
melalui Muhammad Rasulullah SAW. Akidah Islam merupakan akidah yang
memuaskan akal, menenteramkan jiwa, dan sesuai dengan fitrah manusia. Karenanya
peraturan yang terpancar dari akidah Islam seperti sistem ekonomi Islam memiliki
karakter yang khas dan manusiawi.
Dalam konteks individu, kegiatan ekonomi dilandasi oleh nilai-nilai ibadah.
Bukan materi yang menjadi orientasi (profit oriented) tetapi keredoan Allah. Mencari
materi merupakan perkara mubah bahkan menjadi wajib bagi seseorang apabila ia
penanggungjawab nafkah dalam keluarga. Hanya saja untuk mendapatkannya tidak
dengan menghalalkan segala cara melainkan harus terikat dengan hukum syara.
Dalam konteks negara, kegiatan ekonomi merupakan wujud pengaturan dan
pelayanan urusan rakyat. Sebab inilah tugas umum negara. Adapun untuk
merealisasikannya, negara menerapkan Syariah Islam baik dalam urusan ekonomi di
dalam negeri maupun di luar negeri.
Negara menerapkan hukum-hukum Allah sebagai koridor kegiatan ekonomi
dan bisnis untuk mencegah aktivitas ekonomi yang zhalim, eksploitatif, tidak
transparan, dan menyengsarakan umat manusia. Negara menerapkan politik ekonomi
agar warga dapat hidup secara layak sebagai manusia menurut standar Islam. Negara
juga menjalin hubungan secara global dan memberikan pertolongan agar umat
manusia di seluruh dunia melihat dan merasakan keadilan sistem Islam.
Islam memiliki metode untuk membalikkan posisi krisis seperti yang dialami
dunia saat ini menjadi sejahtera. Metode tersebut tentu saja dengan menerapkan
sistem ekonomi Islam dalam pola hubungan ekonomi global melalui Khilafah
Islamiyah.
DAFTAR PUSTAKA

Hatta, Mohammad, 1985. Membangun Ekonomi Indonesia. Jakarta: Inti Idayu Press


Smit, C., 1976. Dekolonisasi Indonesia: Fakta dan Ulasan. Jakarta: Pustaka Azet
Soekarno, 1964. Di Bawah Bendera Revolusi, Jilid I dan II, cetakan ketiga. Jakarta:
Panitia Penerbit DBR
http://forsei.org/index.php?option=com_content&task=view&id=32&Itemid=84
Baswir, Revrisond, 2008. Ekonomi Kerkayatan: Amanat Konstitusi Untuk
Mewujudkan Demokrasi Ekonomi di Indonesia, paper unpublished
http://darulfalah.web.id/artikel/40-ekonomi-islam/83-menjawab-keraguan-transaksi-
syariah.html
_______________, 2008. Utang Luar Negeri dan Imperialisme, paper unpublished
http://www.iaeipusat.org/index.php?
option=com_content&task=view&id=109&Itemid=96
Bello W, Cunningham S, Rau B, 2002. Dark Victory: Amerika Serikat,Penyesuaian
Struktural, dan Kemiskinan Global. Jakarta: Yakoma PGI
http://www.milleniumround.org
http://www.4shared.com/file/82340268/3d91a75d/revrisond_baswir.html

Anda mungkin juga menyukai