“Pendidikan Kewarganegaraan”
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK : XI
Semester II (D)
Assalamualaikum wr. wb
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena
berkat rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini.
Kami juga bersyukur atas berkat rezeki dan kesehatan yang diberikan kepada
kami sehingga kami dapat mengumpulkan bahan – bahan materi makalah ini dari
internet dan perpustakaan. Kami telah berusaha semampunya untuk
mengumpulkan berbagaimacam bahan tentang “Hubungan Agama dengan
Negara”
Kami sadar bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari sempurna,
karena itu kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk
menyempurnakan makalah ini menjadi lebih baik lagi. Oleh karena itu kami
mohon bantuan dari para pembaca.
Wassallamualaikum Wr.Wb
KELOMPOK XI
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I.............................................................................................................................1
PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A.Latar Belakang.....................................................................................................................1
B.Rumusan masalah................................................................................................................1
BAB II...........................................................................................................................2
PEMBAHASAN............................................................................................................2
A.Kesimpulan..........................................................................................................................1
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................2
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini, pembahasan mengenai agama dan negara merupakan hal yang
menjadi topik tersendiri bagi berbagai pihak. Dalam suatu negara kehidupan
beragama menjadi pilihan bagi warganya karena hal tersebut merupakan hak asasi
bagi setiap manusia. Namun dalam menjalankan kehidupan bernegara,
menghubungkan antara agama dan negara menjadi polemik di antara berbagai
pihak yang lain.
B. Rumusan masalah
1. Apa definisi negara dan agama ?
1
BAB II
PEMBAHASAN
Selain definisi dan pengertian agama berasal dari bahasa Sansekerta, agama
dalam bahasa Latin disebut Religion, dalam bahasa-bahasa barat sekarang bisa
disebut Religion dan Religious, dan dalam bahasa Arab disebut Din atau juga.
2
kekuatan ghaib tersebut. Sebagai realisasinya adalah sikap patuh terhadap perintah
dan larangan kekuatan ghaib tersebut.1
Harun Nasution mengatakan bahwa agama dilihat dari sudut muatan atau isi
yang terkandung di dalamnya merupakan suatu kumpulan tentang tata cara
1
Djalaludin H., Psikologi Agama, (jakarta: PT Grafindo Persada, 2004), hlm. 15
2
Eka Darmaputera, Agama sebagai kekuatan Moral bagi Proses Demokratisasi,
dalam Agama dan demokrasi, (Jakarta: P3M, 1994, hlm. 58-59)
3
mengabdi kepada Tuhan yang terhimpun dalam suatu kitab, selain itu beliau
mengatakan bahwa agama merupakan suatu ikatan yang harus dipegang dan
dipatuhi.
2. Definisi Negara
Istilah negara merupakan terjemahan dari beberapa kata asing, yakni state
(Inggris), staat (Belanda dan Jerman), dan etat (Perancis). Kata – kata tersebut
berasal dari bahasa latin status atau statum yang memiliki pengertian tentang
keadaan yang tegak dan tetap. Pengertian status atau station (kedudukan). Istilah
ini sering pula dihubungkan dengan kedudukan persekutuan hidup antar manusia
yang disebut dengan istilah status republicae. Dari pengertian yang terakhir inilah
kata status selanjutnya dikaitkan dengan kata negara.
4
Beberapa tokoh mendefinisikan pengertian negara sebagai berikut :
1. Negara Kesatuan
Negara kesatuan adalah negara yang bersusunan tunggal. Tidak ada negara
dalam negara. Pemerintah pusat mempunyai wewenang tertinggi dalam
pemerintahan atau mengatur seluruh daerah. Ciri – ciri dari negara kesatuan antara
lain :
Miriam Budiarjo, Dasar – Dasar Ilmu Politik, (Jakarta: Gramedia Pustaka
5
5
· Satu UUD / konstitusi
2. Negara Serikat
Negara serikat adalah negara yang tersusun dari beberapa negara yang
semula berdiri sendiri. Negara – negara itu mengadakan kerjasama yang efektif.
Sebagian urusan diserahkan kepada pemerintah federal, sebagian urusan ditangani
negara bagian masing – masing. Ciri – ciri negara serikat antara lain :
1. Ajaran Klasik
6
· Oligarki : pemerintahan yang dipegang oleh beberapa orang dan
dijalankan untuk kepentingan diri sendiri
2. Ajaran Modern
a. Paradigma Integralistik
7
Menurut paradigma integralistik, konsep hubungan agama dan negara
merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Keduanya merupakan dua
lembaga yang menyatu (integrated). Ini memberikan pengertian bahwa negara
merupakan suatu lembaga politik dan sekaligus lembaga agama. Konsep ini
menegaskan bahwa Islam tidak mengenal pemisahan antara agama dan politik
(negara). Paradigma integralistik ini dianut oleh kelompok Islam Syi’ah.
b. Paradigma Simbiotik
c. Paradigma sekularistik
Dalam Islam, hubungan agama dan negara menjadi perdebatan yang cukup
panjang di antara para pakar Islam hingga kini. Bahkan menurut Azyumardi Azra,
perdebatan ini telah belangsung sejak hampir satu abad, dan berlangsung hingga
dewasa ini. lebih lanjut Azra mengatakan bahwa ketegangan perdebatan tentang
hubungan agama dan negara diilhami oleh hubungan yang agak canggung dalam
Islam sebagai agama dan negara. Berbagai eksperimen dilakukan dalam
menyelaraskan antara din dan konsep kultur politik masyarakat muslm, dan
eksperimen tersebut dalam banyak hal sangat beragam.
8
Alfian Suhendrasah, Hubungan Agama dan Negara
8
Samir Amin mengungkapkan bahwa selayaknya dunia Islam melakukan
diferensiasi antara utopia – utopia yang muncul di masa lalai dan
mengekspresikan konflik sosial antarkalangan yang dieksploitir, penguasa yang
dizalimi, dan kalangan yang menyeru pada gerakan – gerakan kontemporer untuk
mendirikan Negara Islam. Hanya saja menurut Amir, sejarah yang benar
membukktikan bahwa penyatuan agama dan kekuasaan tidak terwujud kecuali
pada masa – masa belakangan dari perkembangan masyarakat Islam.9
9
Husein Muhammad, Islam dan Negara Kebangsaan: Tinjauan Politik, dalam
Ahmad Suaedy, Pergulatan Pesantren dan Demokrasi, (Yogyakarta: LKIS, 2000),
hlm. 88
10
Deddy Ismatullah, dkk, Ilmu Negara dalam Multi Perspektif, (Bandung: CV
Pustaka Setia, 2007), hlm. 190-193
9
Peradaban romawi juga mempengaruhi perkembangan politik barat.
Gagasan barat mengenai negara, kekuasaan politik, keadilan dan demokrasi secara
intelektual bisa dilacak dari tradisi politik Yunani Klasik yang dinamakan polis
atau city states. Sumbangan terbesar peradaban Romawi terhadap Barat yaitu pada
bidang hukum dan lembaga-lembaga politik. Tradisi keilmuan Yunani-Romawi
telah memberikan Barat metode-metode eksperimental dan spekulatif yang
peranannya sangat fundamental empirisme dan rasionalisme. Ada tiga bentuk
pemikiran hukum Romawi yang mempengaruhi pemikiran hukum Barat Ius
Civile, Ius Gentium dan Ius Naturale. Romawi membuat pemikiran spekulatif
Yunani yang bisa diterapkan. Dari segi pemikiran politik, Romawi membrikan
pemahaman kepada Barat tentang teori imperium. Berupa kekuasaan dan otoritas
negara, equal rights (hak persamaan politik), governmental contract (kontrak
pemerintah).11
Pada masa kemedekaan dan sampai pada masa revolusi politik islam pernah
dianggap sebagai pesaing kekuasaan yang dapat mengusik basis kebangsaan
negara. Sehingga pesepsi tersebut membawa implikasi keinginan negara untuk
11
Nahid Fadaq, Pemikiran Politik Barat,
http://nahidfadaq.blogspot.com/2013/04/pemikiran-politik-barat.html, 16 April
2013, diakses tanggal 4 Maret 2014
10
berusaha menghalangi dan melakukan domestika terhadap idiologi politik islam.
Hail itu disebabkan pada tahun 1945 dan dekade 1950-an ada 2 kubu ideologi
yang memperebutka Negara Indonesia, yaitu gerakan islam dan nasionalis.
11
Hubungan Agama dan Negara yang bersifat Akomodatif
Melihat sejarah di masa orde baru, hubungan Soeharto dengan Islam politik
mengalami dinamika dan pasang surut dari waktu ke waktu. Namun, harus diakui
Pak Harto dan kebijakannya sangat berpengaruh dalam menentukan corak
hubungan negara dan Islam politik di Indonesia.
12
Alasan Negara berakomodasi dengan islam pertama, karena Islam
merupakan kekuatan yang tidak dapat diabaikan jika hal ini dilakukan akan
menumbulkan masalah politik yang cukup rumit. Kedua, di kalangan
pemerintahan sendiri terdapat sejumlah figur yang tidak terlalu fobia terhadap
Islam, bahkan mempunyai dasar keislaman yang sangat kuat sebagai akibat dari
latar belakangnya. Ketiga, adanya perubahan persepsi, sikap, dan orientasi politik
di kalangan Islam itu sendiri. Sedangkan alasan yang dikemukakan menurut
Bachtiar, adalah selama dua puluh lima tahun terakhir, umat Islam mengalami
proses mobilisasi-sosial-ekonomi-politik yang berarti dan ditambah adanya
transformasi pemikiran dan tingkah politik generasi baru Islam.
Pancasila telah memberikan dasar – dasar nilai yang fundamental bagi umat
bangsa Indonesia untuk hidup secara damai dalam kehidupan beragama. Dalam
hal ini, negara memberikan jaminan kebebasan bagi setiap warga negara untuk
memeluk suatu agama dan menjalankan ibadah sesuai dengan kepercayaannya itu.
Setiap agama memiliki keyakinan dan ajaran yang berbeda satu sama lain,
namun pada dasarnya setiap agama mengajarkan sikap saling menghormati,
menghargai, serta hidup berdampingan secara damai dengan pemeluk agama yang
lain. Maka, negara dan masyarakat berkewajiban mengembangkan kehidupan
12
Hainur Rahman, dkk, Relasi Agama dan Negara, http://mku-pkn-
utm.blogspot.com/2013/04/makalah-ketuhanan-relasi-agama-negara.html, diakses
tanggal 4 Maret 2014
13
beragama yang penuh dengan toleransi dan saling menghargai berdasarkan nilai
kemanusiaan yang beradab.13
14
BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan
Negara adalah suatu wilayah dimana didalamnya terdapat kumpulan
masyarakat yang memiliki kekuasaan politik, ekonomi, militer, dan budaya.
Sebuah Negara biasanya dipimpin oleh yang namanya pemerintah.
Pemerintah merupakan penguasa tertinggi dalam suatu wilayah yang disebut
negara.
Setiap agama memiliki keyakinan dan ajaran yang berbeda satu sama
lain, namun pada dasarnya setiap agama mengajarkan sikap saling
menghormati, menghargai, serta hidup berdampingan secara damai dengan
pemeluk agama yang lain. Maka, negara dan masyarakat berkewajiban
mengembangkan kehidupan beragama yang penuh dengan toleransi dan
saling menghargai berdasarkan nilai kemanusiaan yang beradab
1
DAFTAR PUSTAKA
Chan 7
2
Nahid Fadaq, Pemikiran Politik Barat,
http://nahidfadaq.blogspot.com/2013/04/pemikiran-politik-barat.html, 16 April
2013,