Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

Negara, Agama dan Warga Negara

Diajukan untuk memenuhi tugas PKN

Prodi : PAI-C

Semester : II(Dua)

DISUSUN OLEH KELOMPOK 4 :

Nur Azizah(2301020088)

Nurhakiki Mukti(2301020090)

Dosen Pengampu :

Muhammad Rosul Sanjani, S.Sy

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM DAAR AL-ULUM ASAHAN

T.A 2023/2024
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji bagi Allah tuhan semesta alam dan shalawat
beriring salam kita sanjungkan kepada baginda nabi Muhammad SAW yang telah
membawa umatnya menuju era ke Islaman. Terimakasih yang tak terhingga kami
ucapkan kepada dosen pengampu mata kuliah PKN dan tak lupa kepada kawan-
kawan sekalian yang telah berkontribusi dalam tersusunnya makalah ini dengan
judul “ Negara, Agama dan Warga Negara”.

Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas kelompok dalam mata
kuliah PKN Di Institut Agama Islam Daar Al Ulum Asahan Ilmu Tarbiyah, masih
banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini karena sejatinya kami hanyalah
manusia biasa yang jauh dari kata sempurna. Maka dari itu kami memohon kritik
dan saran yang membangun dari para pembaca, dosen, kawan-kawan sekalian.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat sekian.

Asahan, April 2024

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Negara, Agama dan Warga Negara................................................ 2
B. Unsur-unsur Negara.......................................................................................... 5
C. Fungsi, Sifat dan Tujuan Negara...................................................................... 9

BAB III PENUTUP


A. KESIMPULAN................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dalam sejarah peradaban manusia, hubungan antara negara, agama, dan
warga negara telah menjadi subjek yang kompleks dan sering kali kontroversial.
Ketiga entitas ini memiliki peran yang signifikan dalam membentuk identitas dan
kehidupan masyarakat di berbagai belahan dunia. Negara, sebagai entitas politik
yang memiliki kedaulatan atas suatu wilayah, bertanggung jawab atas
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan dalam rangka memenuhi
kebutuhan warga negara. Agama, di sisi lain, sering kali menjadi fondasi moral
dan nilai-nilai yang membimbing perilaku individu dan kelompok dalam
masyarakat. Sementara warga negara, sebagai anggota aktif dari suatu komunitas
politik, memiliki hak dan kewajiban yang diatur oleh hukum dan norma yang
berlaku.
Dalam banyak masyarakat, hubungan antara negara, agama, dan warga
negara sering kali kompleks dan kadang-kadang memicu ketegangan. Konflik
sering muncul ketika agama digunakan untuk membenarkan tindakan politik, atau
ketika negara mencoba untuk membatasi atau mengatur praktik agama dalam
masyarakat. Di sisi lain, banyak negara yang mengakui pentingnya memisahkan
urusan agama dari urusan negara, dalam upaya menjaga pluralisme dan kebebasan
beragama bagi semua warganya.
Pemahaman yang mendalam tentang hubungan ini penting dalam konteks
pembangunan masyarakat yang inklusif dan berkelanjutan. Negara yang mampu
menyeimbangkan antara kepentingan politik, kebutuhan warga, dan pluralisme
agama cenderung menciptakan lingkungan yang stabil dan harmonis. Namun,
tantangan dan perdebatan terus muncul, memaksa masyarakat untuk terus
mengeksplorasi dinamika kompleks ini demi mencapai keseimbangan yang
diinginkan bagi kemajuan bersama. Dalam makalah ini, akan dianalisis lebih
lanjut tentang peran masing-masing entitas ini dalam membentuk dinamika sosial
dan politik di berbagai belahan dunia.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Negara, Agama dan Warga Negara


1. Negara
Istilah negara merupakan terjemahan dari bahasa asing yaitu state (Bahasa
Inggris), staat(bahasa Belanda), dan etat (bahasa Perancis). Kata state, staat, dan
etat diambil dari bahasa latin yaitu status atau statum yang berarti keadaan yang
tegak dan tetap atau sesuatu yang memiliki sifat-sifat yang tegak dan tetap. Kata
status atau statum lazim diartikan sebagai standing atau station (kedudukan).
Secara terminologi negara diartikan sebagai organisasi tertinggi diantara
satu kelompok masyarakat yang mempunyai cita-cita untuk bersatu, hidup dalam
daerah tertentu dan mempunyai pemerintahan yang berdaulat. Pengertian ini
mengandung unsur konstitutif dari sebuah negara yang pada hakikatnya dimiliki
oleh suatu negara berdaulat, yakni adanya masyarakat (rakyat), adanya wilayah
(daerah) dan adanya pemerintahan yang berdaulat.1
Berikut pengertian negara menurut beberapa ahli:
a) Menurut Aristoteles: “Negara adalah persekutuan dari keluarga dan desa
guna memperoleh hidup yang sebaik-baiknya.”
b) Jean Bodin: “Negara adalah persekutuan dari keluarga-keluarga dengan
segala kepentingannya yang dipimpin oleh akal dari suatu kuasa yang
berdaulat.”
c) Hugo de Groot: “Negara adalah persekutuan yang sempurna dari orang-
orang yang merdeka untuk memperoleh perlindungan hukum.”2
d) Jhon Locke dan Rousseau: “Dalam buku Ilmu Negara (1993), negara
adalah suatu badan atau organisasi hasil dari pada perjanjian masyarakat”

1
Ni Wayan Dewi Tarini, Pengantar Pendidikan Kewarganegaraan, (Jakarta: CV Trans Info
Media, 2012), hlm. 43
2
Inu Kencana Syafi’ie, Ilmu Politik, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000), h. 82

2
e) Mac Iver: “Dalam buku Demokrasi, HAM, dan Mayarakat madani
(2000) suatu negara harus memenuhi tiga unsur pokok, yaitu
pemerintahan, komunitas atau rakyat, dan wilayah tertentu.3
2. Agama
Menurut Bahrun Rangkuti, seorang muslim cendekiawan sekaligus
seorang linguis, mengatakan bahwa definisi dan pengertian agama berasal dari
bahasa Sansekerta; a-ga-ma. A (panjang) artinya adalah cara, jalan, The Way, dan
gama adalah bahasa Indo Germania; bahasa Inggris Togo artinya jalan, cara-cara
berjalan, cara-cara sampai kepada keridhaan kepada Tuhan.
Selain definisi dan pengertian agama berasal dari bahasa Sansekerta,
agama dalam bahasa Latin disebut Religion, dalam bahasa-bahasa barat sekarang
bisa disebut Religion dan Religious, dan dalam bahasa Arab disebut Din atau
juga.
Dari pendapat tersebut, definisi dan pengertian agama memiliki
perbedaan-perbedaan pokok dan luas antara maksud-maksud agama pada kata
‘agama’ dalam bahasa Sansekerta, dengan kata ‘religio’ bahasa latin, dan kata
‘din’ dalam bahasa Arab. Namun secara terminologis, ketiganya memiliki inti
yang sama, yaitu suatu gerakan di segala bidang menurut kepercayaan kepada
Tuhan dan suatu rasa tanggung jawab batin untuk perbaikan pemikiran dan
keyakinan, untuk mengangkat prinsip-prinsip tinggi moralitas manusia, untuk
menegakkan hubungan baik antar anggota masyarakat serta melenyapkan setiap
bentuk diskriminasi buruk.
Agama adalah kekuatan ghaib yang diyakini berada di atas kekuatan
manusia didorong oleh kelemahan dan keterbatasannya. Manusia merasa berhajat
akan pertolongan dengan cara menjaga dan membina hubungan baik dengan
kekuatan ghaib tersebut. Sebagai realisasinya adalah sikap patuh terhadap perintah
dan larangan kekuatan ghaib tersebut.4
Negara didefinisikan sebagai realitas sosial dan sebuah kenyataan
manusiawi yang dapat difungsikan sebagai ideal type. Ketika agama terperangkap
kepada institusionalisme, yakni terjadinya penekanan dan pemusatan kepada
3
Srijanti, A. Rahman & Purwanto, Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Mahasiswa,
(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), hlm.4
4
Farih Utami, BKS Pendidikan Kewarganegaraan, (Kediri: Tim MGMP, 2001), hlm. 6-7

3
dimensi kelembagaan atau institusional suatu agama, sehingga upaya penguatan
dan pengembangan institusional menjadikan agama semakin kuat, semakin
berkuasa, dengan demikian, maka agama akan mudah sekali terjebak dalam
sindrom mayoritas maupun minoritas.5
R.R. Marett, seorang ahli antropologi Inggris mengatakan bahwa definisi
dan pengertian agama itu menyangkut lebih dari pada hanya pikiran, yaitu
perasaan dan kemauan juga, dan dapat memanifestasikan dirinya menurut segi-
segi emosionilnya walaupun idenya kabur.
J. G. Frazer, megatakan agama adalah suatu ketundukan atau penyerahan
diri kepada kekuatan yang lebih tinggi dari pada manusia yang dipercayai
mengatur dan mengendalikan jalannya alam dan kehidupan manusia.
Beberapa definisi dan pengertian agama, memperlihatkan betapa luasnya
cakupan agama dan sekaligus menunjukkan betapa pengertian agama itu cukup
banyak. Hal ini di samping menunjukkan adanya perhatian besar dari para ahli
terhadap agama, juga menunjukkan bahwa merumuskan pengertian agama itu
sangat sulit sehingga tidak cukup satu pengertian saja.
3. Warga Negara
Menurut Undang-Undang Kewarganegaraan (UUKI) 2006, yang
dimaksud dengan warga negara adalah warga suatu negara yang ditetapkan
berdasarkan peraturan perundangundangan. Yang merupakan warga negara
Indonesia menurut UUKI 2006 (pasal 4, 5, 6) sebagai berikut:
a) Setiap orang yang berdasarkan peraturan perudang-undangan dan/ atau
berdasarkan perjanjian pemerintah Republik Indonesia dengan negara
lain sebelum undang-undang ini berlaku sudah menjadi warga negara
Indonesia.
b) Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah dan ibu
warga negara Indonesia. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari
seorang ayah warga negara Indonesia dan ibu warga negara asing.
c) Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah warga
negara asing dan ibu warga negara Indonesia. Dst.
5
Eka Darmaputera, Agama Sebagai Kekuatan Moral Bagi Proses Demokratisasi, Dalam Agama
Dan Demokrasi,(Jakarta: P3M, 1994), hlm. 58-59

4
B. Unsur-unsur Negara
Menurut Pasal 1 konvensi ini, negara dapat dikatakan sebagai negara yang
utuh harus mempunyai empat unsur konstitutif sebagai berikut:6
1. Harus ada penghuni (rakyat, penduduk, warga negara, penduduk tetap),
nationalen, staatsburgers atau bangsa-bangsa (staatsvolk) (a permanent
population).
2. Harus ada wilayah (tertentu) atau lingkungan kekuasaan (a defined
territory).
3. Harus ada kekuasaan tertinggi (penguasa yang berdaulat), pemerintah
yang berdaulat (a government).
4. Kesanggupan berhubungan dengan negara-negara lainnya (a capacity to
enter into relation with other states).
5. Pengakuan (deklaratif).
Berikut pembahasan singkat dari masing-masing unsur di atas:
1. Penduduk Tetap
Merupakan unsur pokok dalam pembentukan suatu negara. Penduduk atau
rakyat suatu negara adalah sekelompok orang yang secara tetap atau permanen
mendiami atau bermukim dalam suatu wilayah yang juga sudah pasti luasnya.7
Penduduk merupakan kumpulan individu-individu yang terdiri dari dua
kelamin tanpa memandang suku, bahasa, agama, dan kebudayaan, yang hidup
dalam suatu masyarakat dan yang terikat dalam suatu negara melalui hubungan
yuridik dan politik yang diwujudkan dalam bentuk kewarganegaraan.8
Dalam unsur kependudukan ini harus ada unsur kediaman secara tetap.
Penduduk yang tidak mendiami suatu wilayah secara tetap dan selalu berkelana
tidak dapat dinamakan penduduk sebagai unsur konstitutif pembentukan suatu
negara. Pada umumnya ada 3 cara penetapan kewarganegaraan, yaitu jus
sanguinis (berdasar keturunan), jus soli (berdasar tempat lahir), dan naturalisasi

6
Samidjo, Ilmu Negara, (Bandung: CV. Armico, 1997), hlm. 31
7
Jawahir Thontowi dan Pranoto Iskandar. 2006, Hukum Internasional Kontemporer. PT.Refika
Aditama, Bandung, hlm. 106
8
Boer Mauna. 2000, Hukum Internasional Pengertian, Peranan dan Fungsi Dalam era Dinamika
Global, Alumni, Bandung, hlm. 17.

5
(warga asing memperoleh kewarganegaraan setempat). Pengaturan
kewarganegaraan merupakan wewenang negara melalui hukum nasionalnya
masing-masing.9
Tidak ada ketentuan normative secara internasional mengenai pembatasan
jumlah penduduk untuk dapat mendirikan suatu negara. Selain itu tidak juga
diharuskan suatu negara hanya terdiri dari suatu bangsa, suatu negara dapat saja
terdiri dari beberapa bangsa asalkan memiliki kewarganegaraan yang sama.10
2. Wilayah Tertentu
Menurut I Wayan Parthiana, wilayah adalah merupakan suatu ruang dimana
orang yang menjadi warga negara atau penduduk negara bersangkutan hidup serta
menjalankan segala aktivitasnya.11
Yang dimaksud dengan wilayah negara adalah bagian muka bumi daerah
tempat tinggal, tempat hidup dan sumber hidup warga negara dari negara tersebut.
Wilayah negara terdiri tanah, air (sungai dan laut) dan udara. Pada dasarnya
semua sungai dan danau dibagian wilayah tanahnya termasuk wilayah negara.12
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 1997 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional pasal 1 ayat (5) disebutkan bahwa wilayah nasional
adalah seluruh wilayah NKRI yang meliputi daratan, lautan dan udara. Pasal 1
angka 1 Undang-undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara
mendefinisikan wilayah negara sebagai salah satu unsur negara yang merupakan
satu kesatuan wilayah daratan, perairan pedalaman, perairan kepulauan dan laut
teritorial beserta dasar laut dan tanah di bawahnya, serta ruang udara di atasnya,
termasuk seluruh sumber kekayaan yang terkandung di dalamnya.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa wilayah
negara adalah tempat tinggal, tempat hidup dan sumber kehidupan warga negara
yang meliputi daratan, lautan dan ruang udara, dimana suatu negara memiliki
kedaulatan penuh atas wilayah negaranya. Bentuk wilayah negara Indonesia
berdasarkan teorinya termasuk divided or separated, yaitu negara yang terpisah

9
Ibid, hlm. 18
10
Ibid, hlm. 19-20
11
I Wayan Parthiana, 1990, Pengantar Hukum Internasional, Mandar Maju, Bandung, hlm. 102
12
Ensiklopedia Umum, 1973, Jajaran Kanisius, Jakarta

6
oleh wilayah laut dan atau sepotong oleh negara lain (negara yang wilayahnya
dibagi-bagi atau dipisah-pisahkan/daratan-daratannya dipisah-pisahkan oleh
perairan laut).13
3. Pemerintahan
Sebagai suatu person yuridik, negara memerlukan sejumlah organ untuk
mewakili dan menyalurkan kehendaknya. Sebagai titular dari kekuasaan, negara
hanya dapat melaksanakan kekuasaan tersebut melalui organ-organ yang terdiri
dari individu-individu. Individu-individu pemimpin organisasi inilah yang
kemudian dinamakan pemerintah, mengenai bentuknya bias berbeda antara
pemerintah yang satu dengan lainnya. Bagi hukum internasional, suatu wilayah
yang tidak mempunyai pemerintahan tidak dianggap sebagai suatu negara dalam
arti kata yang sebenarnya.14
Eksistensi pemerintahan yang efektif sangat penting dan merupakan salah
satu syarat bagi sebuah entitas untuk dikatakan sebagai negara. Efektif ialah
pemerintah tersebut mempunyai kapasitas riil untuk melaksanakan semua fungsi
kenegaraan termasuk pemeliharaan keamanan dan tata tertib di dalam negeri dan
pelaksanaan berbagai komitmen di luar negeri.15
Perlu dicatat, bahwa suatu negara tidak langsung berakhir sekiranya tidak
mempunyai pemerintahan yang efektif karena perang saudara atau diduduki
kekuatan asing. Contoh Somalia yang terlibat perang saudara atau Kuwait yang
diduduki Iraq, tidak serta merta kedua negara tersebut sudah lenyap.
4. Kemampuan Untuk Mengadakan Hubungan dengan Negara Lain
Kemampuan untuk mengadakan hubungan dengan negara lain (capacity to
enter into relations with other states) merupakan unsur ke-4 dalam Konvensi
Montevideo 1933, karena perkembangan hubungan antar negara yang sangat
cepat, ketentuan Konvensi Montevideo yang berisikan unsur kapasitas (capacity)
tersebut sudah agak ketinggalan dan diganti dengan kedaulatan (souvereignty)

13
Sri Hayati dan Ahmad Yani, 2007, Geografi Politik. Refika Aditama, Bandung, hlm. 30.

Boer Mauna. 2000, Hukum Internasional Pengertian, Peranan dan Fungsi Dalam era Dinamika
14

Global, Alumni, Bandung, hlm. 21


15
Ibid, hlm 22

7
sebagai unsur konstitutif keempat pembentukan negara, mengingat artinya yang
sangat penting dan ruang lingkupnya yang lebih luas.16
Secara umum kedaulatan dapat diartikan sebagai to govern itself
(memerintah dirinya sendiri). Negara sebagai sebuah entitas sudah pasti memiliki
kedaulatan19, hal itu berarti negara memiliki kekuasaan tertinggi untuk
melakukan segala hal terhadap apa saja yang ada di dalam negaranya. Boer
Mauna menyatakan “Kedaulatan ialah kekuasaan tertinggi yang dimiliki oleh
suatu negara untuk secara bebas melakukan berbagai kegiatan sesuai
kepentingannya asal saja kegiatan tersebut tidak bertentangan dengan hukum
internasional.
5. Pengakuan
Pengakuan adalah metode untuk menerima situasi-situasi faktual yang
kemudian diikuti oleh konsekuensi hukumnya. Pengaruh dari pengakuan adalah
memberikan kemudahan bagi negara yang bersangkutan untuk melakukan
transaksi-transaksi internasional di kemudian hari. Dengan dimilikinya pengakuan
oleh suatu negara maka secara otomatis hal tersebut menunjukkan apabila negara
tersebut telah menyandang hak-hak dan kewajiban-kewajiban hukum yang
dibebankan oleh hukum internasional. Selain itu, pengakuan merupakan
penerimaan dari negara-negara lain sebagai subjek hukum terhadap negara lainnya
untuk bertindak dalam kapasitas sebagai subjek hukum.17
Dapat dikatakan bahwa pertimbangan politis menjadi pertimbangan utama
bagi sebuah negara dalam rangka memberikan pengakuannya kepada negara lain.
Patut dicatat, bahwa Mesir merupakan negara pertama yang memberikan
pengakuan secara de facto atas kemerdekaan Indonesia (tanggal 23 Maret 1946)
dan kemudian secara de jure pada tanggal 18 November 1946 bersama Syria,
Lebanon, Saudi Arabia, Yordania, dan Yaman dalam kerangka Liga Arab.18
C. Fungsi, Sifat dan Tujuan Negara19
1) Fungsi Negara
16
Ibid, hlm. 24

Jawahir Thontowi dan Pranoto Iskandar. 2006, Hukum Internasional Kontemporer. PT.Refika
17

Aditama, Bandung, hlm. 132

Boer Mauna. 2000, Hukum Internasional Pengertian, Peranan dan Fungsi Dalam era Dinamika
18

Global, Alumni, Bandung, hlm. 78

8
a. Fungsi Pertahanan dan Keamanan
Negara wajib melindungi unsur negara(rakyat, wilayah, dan pemerintahan)
dari segala ancaman, hambatan, dan gangguan, serta tantangan lain yang
berasal dari internal atau eksternal. Contoh: TNI menjaga perbatasan
negara
b. Fungsi Keadilan
Negara wajib berlaku adil dimuka hukum tanpa ada diskriminasi atau
kepentingan tertentu. Contoh: Setiap orang yang melakukan tinfakan
kriminal dihukum tanpa melihat kedudukan dan jabatan.
c. Fungsi Pengaturan dan Keadilan
Negara membuat peraturan-perundang-undangan untuk melaksanakan
kebijakan dengan ada landasan yang kuat untuk membentuk tatanan
kehidupan bermasyarakat, berbangsan dan juga bernegara.
d. Fungsi Kesejahteraan dan Kemakmuran
Negara bisa mengeksplorasi sumber daya alam yang dimiliki untuk
meningkatkan kehidupan masyarakat agar lebih makmur dan sejahtera.
2) Sifat Negara
a. Sifat memaksa
Negara dapat memaksakan kehendak melalui hukum atau kekuasaan.
Negara memiliki kekuasaan memaksa agar masyarakat tunduk dan patuh
terhadap negara tanpa tidak ada pemaksaan fisik Hak negara ini memiliki
sifat legal agar tercipta tertib di masyarakat dan tidak ada tindakan anarki.
Paksaan fisik dapat dilakukan terhadap hak milik
b. Sifat monopoli
Negara menetapkan tujuan bersama dalam masyarakat. Negara dapat
menguasai hal-hal seperti sumberdaya penting untuk kepentingan orang
banyak. Negara mengatasi paham individu dan kelompok.
c. Sifat totalitas
Semua hal tanpa pengecualian menjadi wewenang negara.
3) Tujuan Negara

https://bagpem.banjarmasinkota.go.id/2013/09/pengertian-negara-unsur-sifat-fungsi.html?
19

m=1(Diakses 19 April 2024 pukul 20:05 WIB)

9
Miriam Budiharjo(2010) menyatakan bahwa Negara dapat dipandang
sebagai asosiasi manusia yang hidup dan bekerjasama untuk mengejar beberapa
tujuan bersama. Dapat dikatakan bahwa tujuan akhir setiap negara adalah
menciptaka kebahagiaan bagi rakyatnya. Sedangkan tujuan Negara Indonesia
adalah yang tertulis dalam pembukaan UUD 1945 alinea ke empat.
a. Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia
b. Memajukan kesejahteraan umum
c. Mencerdaskan kehidupan bangsa
d. Ikut melaksanakan ketertiban dunia

BAB III
PENUTUP

10
A. KESIMPULAN
Negara: Merupakan organisasi tertinggi dalam satu kelompok masyarakat
yang memiliki tujuan untuk bersatu, tinggal di wilayah tertentu, dan memiliki
pemerintahan yang berdaulat. Pengertian negara mencakup unsur konstitutif
seperti adanya masyarakat, wilayah, dan pemerintahan yang berdaulat, dengan
beragam definisi dari para ahli.
Sebuah negara, menurut Konvensi Montevideo 1933, harus memenuhi empat
unsur konstitutif utama: memiliki penduduk yang tetap, wilayah yang jelas,
pemerintahan yang berdaulat, dan kemampuan untuk berhubungan dengan negara
lain. Pengakuan dari negara lain juga penting karena menegaskan status hukum
suatu negara di mata masyarakat internasional.
Negara memiliki beberapa fungsi utama, seperti pertahanan, keadilan,
pengaturan, dan kesejahteraan. Sifat negara mencakup kemampuan memaksa,
monopoli, dan totalitas. Tujuan negara adalah melindungi warga negara,
meningkatkan kesejahteraan umum, mencerdaskan masyarakat, dan ikut
berkontribusi dalam menjaga ketertiban dunia.

11
DAFTAR PUSTAKA

Darmaputera, Eka. Agama Sebagai Kekuatan Moral Bagi Proses Demokratisasi,


Dalam Agama Dan Demokrasi, Jakarta: P3M, 1994.
Dewi Tarini, Ni Wayan. Pengantar Pendidikan Kewarganegaraan, Jakarta: CV
Trans Info Media, 2012.
Hayati, Sri, and Ahmad Yani. Geografi Politik Bandung. Refika Aditama (2007).
H, Djalaludin. Psikologi Agama, Jakarta: PT Grafindo Persada, 2004
https://bagpem.banjarmasinkota.go.id/2013/09/pengertian-negara-unsur-sifat-
fungsi.html?m=1
Kencana Syafi’ie, Inu. Ilmu Politik, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000
Mauna, Boer. Hukum Internasional: Pengertian Peranana dan Fungsi Dalam Era
Dinamika Global. Alumni, 2001.
Parthiana, I. Wayan. Pengantar Hukum International. (1990).
Thontowi, Jawahir. Hukum Internasional Kontemporer. (2006).
Umum, Ensiklopedia. Jajaran Kanisius. (1973).
Utami, Farih. BKS Pendidikan Kewarganegaraan, Kediri: Tim MGMP, 2001

12

Anda mungkin juga menyukai