Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

KEWARGANEGARAAN

KONSEP BANGSA, NEGARA, WARGA NEGARA


DAN KEWARGANEGARAAN

Disusun Oleh:
KELOMPOK 4
1. RAIHANDA PUTRA 221000484102002
2. DAHLIA AFRIYANTI 221000484202003
3. ICE HANDAYANI 221000484202007
4. FIOLA FRANSISKA 221000474202005

Dosen Pembimbing
TOMI FARTO, S.Pd.I.,M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MAHAPUTRA MUHAMMAD YAMIN
SOLOK
2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadapan Allah SWT, karena berkat rahmat-
Nya makalah ini dapat terselesaikan tepat waktu. Makalah ini disusun untuk
melengkapi tugas mata kuliah Kewarganegaraan.
Makalah ilmiah ini telah penulis susun dengan maksimal dan
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah dapat memberikan manfaat
terhadap pembacanya.

Solok, Mei 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................... i
DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN 
A. Latar Belakang ........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ........................................................................ 1

BAB II KAJIAN TEORITIS 


A. Pengertian Bangsa, Negara, Warga Negara dan
Kewarganegaraan........................................................................ 2
B. Hakekat Dan Tujuan Bangsa dan Negara................................... 8
C. Analisis Unsur-Unsur dan Teori Terbentuknya Negara.............. 12

BAB III PENUTUP 


A. Kesimpulan ................................................................................ 16
B. Saran ........................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA 

ii
BAB I
PENDAHULUAN
 
A. Latar Belakang
Salah satu unsur mutlak pembentuk negara adalah rakyat atau bangsa.
Disini bangsa atau rakyat merupakan bagian saja dari pengategorian ummat
manusia. Selain bangsa, pengategorian manusia juga telah melahirkan
berbagai kelompok maanusia. Misalnya dari segi adat istiadat dan bahasa
dikenal dengan berbgai kelompok suku bangsa Jawa, Arab, Melayu dan
malanesia. Apabila bangsa dipersolakan lebih jauh muncul dua konsep lain
dipermukaan, yakni suku bangsa dan ras. Suku bangsa merupakan
pengelaompokan masyarakat berdasarknn pengalaman ciri-ciri, fisik biologis,
seperti warna kulit, bentuk wajah, bentuk rambut dan perawakan. Suat suku
bangsa dapat memiliki lebih dari satu negara, seperti suku bangsaa arab yang
terkelompokkan menjadi lebih dari sepuluh negara Arab. Demikian juga ras
tidak hanya terdiri dari satu negara karena realitas menunjukan tidak ada satu
raspun di dunia yang memiliki satu negara saja. Sebaliknya, suatu negara juga
dapat tidak terdiri atas beberapa  satu bangsa dan ras, seperti Indonesia dan
Amerika.
 
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan
masalah pada makalah ini adalah:
1. Apa pengertian bangsa, negara, warga negara dan kewarganegaraan?
2. Apa hakekat dan tujuan bangsa dan negara?
3. Apa analisis unsur-unsur dan teori terbentuknya negara?
 
C. Tujuan Penulisan
Adapun yang menjadi tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk memahami pengertian bangsa, negara, warga negara dan
kewarganegaraan.
2. Untuk mengetahui hakekat dan tujuan bangsa dan negara.
3. Untuk mengetahui analisis unsur-unsur dan teori terbentuknya negara.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Bangsa, Negara, Warga Negara, dan Kewarganegaraan


1. Bangsa
Bangsa merupakan salah satu bagian saja dari kategori-kategori
pengolompokan dari sudut pandang politik. Saat ini bangsa dalam ilmu
negara tidak lagi di batasi sebagai sekumpulan manusia yang terikat dalam
ikatan negara ataupun berada di bawah satu pemerintah, dengan kata lain,
bukanlah organisasi atau lembaga kekuasaan yang menjadi ukuran untuk
suatu bangsa, melainkan bangsalah yang menjadi ukuran untuk
menentukan sebuah organisasi atau lembaga kekuasaan. Pada perjanjian
Versailles telah disepakati dan ditegaskan oleh banyak negara bahwa
sebuah negara harus memenuhi atas nasionalitas, yakni negara harus
memenuhi asas nasionalitas yakni negara harus berdasarkan atas bangsa
dan negara hendaklah merupakan bangsa yang disusun dalam suatu
organisasi/negara.
Sedangkan pengertian bangsa menurut para ahli sebagai berikut:
a. Ernest Renan (1823-1892), bangsa adalah “satu jiwa yang melekat
pada sekelompok manusia yang merasa dirinya bersatu karena
mempunyai nasib dan penderitaan yang sama pada masa lampau dan
mempunyai cita-cita yang sama tentang masa depan”.
b. Rothenbucher, bangsa adalah “segolongan manusia yang mempunyai
perasaan termasuk dalam golongan yang sama”.
c. Kranenburg, bangsa adalah “setiap individu anggota masyarakat pada
umumnya sadar berkeinginan untuk mengorganisir secara merdeka,
sadar akan perasaan seia-sekata, dan sadar akan keberatanya untuk
hidup bersama dengan golongan lain dalam satu organisasi atau
negara”.   

2
3

Pandangan ini menegaskan bahwa suatu bangsa, pertama-pertama


dipersatukan oleh hal-hal yang bersifat ideal, yaitu persamaan nasib dan
cita-cita kemudian hal-hal yang lebih bersifat psikis yakni perasaan,
kesadaran dan kehendak bukan oleh hal-hal yang bersifat fisikal, seperti
ras, agama, suku, bahasa dan adat-istiadat.
Dari penjelasan di atas dapat di ambil contoh dari beberapa negara
sebagi berikut:
a. Amerika serikat yang merasa sebagai satu bangsa walaupun memiliki
penduduk campuran yang begitu heterogen.
b. Swiss yang merasa sebagai satu bangsa meskipun memiliki atau
menggunakan bahasa nasional yang berbeda-beda, yakni bahasa
Jerman, Prancis, Italia, dan Romawi.
c. Di Indonesia ada berbagai agama, ratusan suku dan adat-istiadat,
namun sebagian penduduknya melihat diri mereka sebagi satu bangsa.
d. Di India ada ratusan bahasa yang dipakai, namun mereka merasa satu
bangsa.
e. Penduduk Italia Utara yang pada abad ke-19 hidup di bawah
kekuasaan Austria, dan di anggap sebagi warga negara Austria.
Mereka sadar bahwa hal tersebut tidak dikehendakinya, jadi bukanlah
atas kehendak mereka dimasukan ke dalam kewarganegaraan Austria,
kemudian mereka menghendaki hidup bersama orang yang sebangsa
yaitu orang Italia dalam  satu negara.
f. Penduduk Polandia yang sebagian hidup di bawah pemerintahaan
Austria, sebagian lagi di bawah Prusia, dan sebagian lagi di bawah
Rusia dan secara sadar mereka ingin hidup bersama di bawah negara
Polandia.

Menurut Ian Adams, secara teoretis, sesungguhnya pendekatan


tersebut tidak semuanya memadai dan memuaskan. Misalnya, kata Adams,
pendekatn ini tidak dapat memutuskan persoalan siapa yang termasuk
dalam sebuah bangsa, atau bagaimana misalnya satu kelompok
masyarakat, seperti penganut protestan di Irlandia Utara, menolak untuk
4

mengidentifikasikan diri dengan kelompok-kelompok masyarakat yang


lain, seperti masyarakat penganut Katholik.
Tentang ketidak memadainya secara penuh dari pendekatan
persamaan sejarah dan cita-cita juga disampaikan oleh Hans Kohn. Ia
menyebutkan bahwa persamaan fisikal, seperti ras, bahasa, adat, dan
agama terkadang merupakan faktor signifikan yang melatarbelakangi
pembentukan suatu bangsa, dan sekaligus ciri khas suatu bangsa yang
membedakan dirinya dengan bangsa lain. Misalnya agama Islam
membedakan antara bangsa Pakistan dan bangsa India yang beragama
Hindu atau agama Islam yang membedakan antara bangsa Palestina dan
bangsa Israel yang beragama Yahudi.
Dengan berbagai pandangan demikian suatu bangsa dapat diartikan
sebagai “sekelompok manusia yang dipersatukan oleh hal-hal yang
bersifat ideal, yaitu persamaan sejarah, penderitaan bersama dan persaman
cita-cita oleh hal-hal yang lebih bersifat psikis, yakni, perasaan bersama,
kesadaran bersama, dan kehendak bersama, serta oleh hal-hal yang
bersifat fiikal, seperti persamaan ras, etnik, agma, bahasa, dan adat
istiadat”.  
Selain pengertian di atas, suatu bangsa dapat di artikan sebagai-
bagian dari kebangsaan. Abbe Siyyese mengemukakan beberapa
pemikiranya tentang bangsa atau kebangsaan yakni:
a. Ummat manusia secara alami terbagi kedalam bangsa-bangsa.
b. Bangsa adalah lebih dari sekadar persatuan politis. Bangsa adalah
sebuah komunitas unit sosial dan ekonomi.
c. Keanggotaan dalam bangsa menyiratkan lebih dari sekedar mengejar
kepentingan pribadi. Keanggotaan dalam sebuah bangsa tidak hanya
melibatkan hak, tetapi juga kewajiban untuk menyumbang kebaikan
bagi seluruh masyarakat, dan menjadi patriot.
d. Bangsa adalah sebuah persatuan yang tiap-tiap anggotanya memiliki
kehendak dan tujuan bersama. Bangsa adalah sebuah agen dengan
sebuah sejarah dan nasib.  
5

e. Jika bangsa adalah sebuah agen dengan sebuah kehendak dan nasib, ia
harus bebas menjalankan kehendak itu demi mengejar nasib itu.
f. Kewajiban pertama para pemimpin politik adalah mengembangkan
peraturan dan identitas nasioal serta memimpin bangsa menuju tujuan-
tujuan utama.

2. Negara
Negara adalah suatu wilayah di permukaan bumi yang
kekuasaanya baik politik, militer, ekonomi, sosial maupun budayanya
diatur oleh pemerintahan yang berada di wilayah tersebut. Negaraa juga
merupakan suatu wilayah yang memiliki suatu sistem satu aturan yang
berlaku bagi semua individu di wilayah tersebut, dan berdiri secara
independent.
Syarat primer sebuah negara adalah memiliki rakyat, wilayah, dan
memiliki pemerintahan yang berdaulat. Sedangkan syarat sekundernya
adalah mendapat pengakuan dari negara lain.
a. Prof. Soenarko, “negara adalah organisasi masyarakat yang
mempunyai daerah tertentu, dimana kekuasaan negara berlaku
sepenuhnya sebagai souverien (kedaulatan)”
b. Prof. R. Djoko Soetono, S.H, “negara adalah organisasi manusia atau
kumpulan manusia yang berada dibawah pemerintahan yaang sama”.
c. Notohamidjojo, “negara adalah organisasi masyarakat yang bertujuan
mengatur dan memelihara masyarakaat tertentu dengan
kekuasaanya”.  

3. Warga Negara
Warga negara berasal dari dua kata, yaitu warga dan negara.Warga
diartikan sebagai anggota atau peserta.Warga mengandung arti peserta
atau anggota dari suatu kelompok atau organisasi perkumpulan.Misalnya,
warga sekolah berarti anggota sekolah dan warga keluarga berarti anggota
keluarga.Warga Negara juga diartikan sebagai penduduk sebuah negara
atau bangsa berdasarkan keturunan, tempat kelahiran, dan sebagainya yang
mempunyai kewajiban dan hak penuh sebagai seorang warga dari negara
6

itu. Pengertian Warga Negara dalam bahasa Inggris dikenal dengan kata
citizens. Seseorang dapat menjadi warga negara setelah memenuhi
persyaratan yang telah ditentukan oleh suatu negara.
Warga negara adalah orang-orang yang menurut hukum atau secara
resmi merupakan anggota dari suatu negara tertentu. Mereka memberikan
kesetiaannya pada negara itu, menerima perlindungan darinya, serta
menikmati hak untuk ikut serta dalam proses politik. Mereka mempunyai
hubungan secara hukum yang tidak terputus dengan negaranya meskipun
yang bersangkutan telah didomisili diluar negeri, asalkan ia tidak
memutuskan kewarganegaraannya.
Di indonesia diantara sesama warga negara masih dibedakan lagi
anatara warga negara asli dan wargan negara keturunan asing. Hal ini
dinyatakan dalam pasal 26 ayat 1 UUD 1945 yang berbunyi: “yang
menjadi warga negara ialah orang-orang bangsa indonesia asli dan orang-
orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga
negara”. Perbedaan tersebut juga menimbulkan hak dan kewajiban,
walaupun hanya terbatas pada bidang tertentu.
Menurut Para Ahli, Warga Negara adalah :
a. A.S. Hikam
Menurut A.S. Hikam, pengertian warga negara adalah anggota dari
suatu komunitas atau kelompok yang membentuk suatu negara.

b. Koerniatmanto S
Menurut Koerniatmanto S, pengertian warga negara adalah anggota
suatu negara yang mempunyai kedudukan khusus terhadap negaranya,
memiliki hubungan hak dan kewajiban yang sifatnya timbal-balik
terhadap negaranya.

c. Ko Swaw Sik
Menurut Ko Swaw Sik (1957), warga negara adalah semua orang yang
memiliki ikatan hukum dengan suatu negara.
7

d. Wolhoff
Menurut Wolhoff, pengertian warga negara adalah bentuk keanggotaan
dari suatu bangsa tertentu yaitu sejumlah manusia yang memiliki
ikatan satu sama lainnya karena adanya kesatuan bahasa, kehidupan
sosial, budaya, serta kesadaran nasionalnya.

e. Undang-Undang No. 12 Tahun 2006


Menurut Undang-Undang No. 12 Pasal 1 angka 1 Tahun 2006 Tentang
Kewarganegaraan Republik Indonesia, pengertian warga negara adalah
orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang
disahkan dengan Undang-Undang sebagai warga negara Indonesia.

f. Graham Murdock
Menurut Graham Murdock, pengertian kewarganegaraan adalah suatu
hak untuk dapat berpartisipasi secara utuh dalam berbagai pola struktur
sosial, politik dan kehidupan kultural serta untuk dapat membantu
menciptakan bentuk-bentuk yang selanjutnya dengan begitu maka
memperbesarkan ide-ide.

g. Daryono
Menurut Daryono, pengertian kewarganegaraan adalah keanggotaan
seseorang di dalam satuan politik tertentu (Negara) yang dengannya
akan membawa hak untuk dapat berpartisipasi dalam kegiatan politik.
Seseorang dengan keanggotaan yang disebut dengan warga negara.

4. Kewarganegaraan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kewarganegaraan
adalah hal yang berhubungan dengan warga negara dan keanggotaan
sebagai warga negara. Menurut pasal 1 angka (2) Undang-Undang Nomor
12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia,
kewarganegaraan adalah segala hal ikhwal yang berhubungan dengan
warga negara. Dalam bahasa Inggris, kewarganegaraan dikenal dengan
kata citizenship, artinya keanggotaan yang menunjukkan hubungan atau
ikatan antara negara dengan warga negara.
8

a. Kewarganegaraan dalam arti yuridis dan Sosiologis


1) Kewarganegaraan dalam arti Yuridis ditandai dengan adanya
ikatan hukum antara warga negara dengan negara yang
menimbulkan akibat-akibat hukum tertentu. Tanda-tandanya
misalnya: akta kelahiran, surat pernyataan, bukti kewarganegaraan,
dll.
2) Kewarganegaraan dalam arti Sosiologis tidak ditandai dengan
ikatan hukum, tetapi ikatan emosional, seperti : ikatan perasaan,
ikatan keturunan, ikatan sejarah, ikatan tanah air, dll.

b. Kewarganegaraan dalam arti Formil dan  Materiil


1) Kewarganegaraan dalam arti Formil menunjuk pada tempat
kewarganegaraan.
2) Kewarganegaraan dalam arti Material menunjuk pada akibat
hukum dari status kewarganegaraan, yaitu adanya hak dan
kewajiban warga negara.

B. Hakekat dan Tujuan Bangsa dan Negara


1. Hakekat Bangsa dan Negara
a. Pengertian Bangsa
Bangsa adalah sekelompok orang yang menempati wilayah
tertentu yang di ikat oleh persamaan nasib, sejarah dan cita-cita.
Pengertian bangsa menurut para ahli :
1) Menurut Hans Kohn (Jerman),
Bangsa adalah buah hasil karya atau tenaga hidup manusia.
Pada umumnya bangsa memiliki faktor-faktor objektif tertentu
yang membedakannya dengan bangsa lain, di antaranya
persamaan keturunan, wilayah, bahasa, adat-istiadat, kesamaan
politik, perasaan, dan keyakinan (agama).

2) Menurut Otto Bauer (Jerman),


Bangsa adalah kelompok manusia yang mempunyai
persamaan karakter. Karakter tersebut tumbuh karena adanya
persamaan senasib dan sepenanggungan.
9

3) Menurut F. Ratzel (Jerman),


Bangsa terbentuk karena adanya hasrat tertentu atau
adanya keinginan yang sama. Hasrat tersebut timbul karena
adanya rasa kesatuan antara sesama manusia dan tempat tinggal.
Faktor objektif terpenting terbentuknya suatu bangsa
adalah adanya kehendak atau kemauan bersama atau
“nasionalisme”. Freidrich Hertz dalam bukunya Nationality in
History and Politic mengemukakan bahwa ada empat unsur yang
berpengaruh dalam terbentuknya suatu bangsa, yaitu :
a) Keinginan untuk mencapai kesatuan nasional yang terdiri atas
kesatuan sosial, politik, ekonomi, agama, kebudayaan,
komunikasi, dan solidaritas.
b) Keinginan untuk mencapai kemerdekaan dan kebebasan
nasional sepenuhnya, yaitu bebas dari dominasi dan campur
tangan bangsa asing terhadap urusan dalam negerinya.
c) Keinginan akan kemandirian, keunggulan, individualitas, dan
keaslian atau kekhasan. Contohnya menjunjung tinggi bahasa
nasional yang mandiri.
d) Keinginan untuk menonjol (unggul) di antara bangsa-bangsa
dalam mengejar kehormatan, pengaruh, dan prestise.
 
b. Pengertian Negara
Secara etimologi kata Negara berasal dari kata state Inggris),
Staat (Belanda, Jerman), E`tat (Prancis), Status, Statum (Latin) yang
berarti meletakkan dalam keadaan berdiri, menempatkan, atau
membuat berdiri. Kata Negara yang dipakai di Indonesia berasal dari
bahasa Sansekerta yanitu Negara atau nagari yang artinya wilayah,
kota, atau penguasa. Pengertian bangsa menurut para ahli :
1) Menurut George Jellinek
Negara adalah organisasi kekuasaan dari sekelompok 
manusia yang mendiami wilayah tertentu.
10

2) Menurut R. Djokosoentono
Negara adalah organisasi manusia atau kumpulan manusia
yang berada di bawah suatu pemerintahan yang sama.

3) Menurut Harold J. Laski


Negara adalah suatu masyarakat yang diintegrasian karena
mempunyai wewenang yang bersifat mamaksa dan yang secara
sah lebih agung dari pada individu atau kelompok yang
merupakan bagian masyarakat itu.

4) Menurut Rogert H. Soltau


Negara adalah alat atau wewenang yang mengatur atau
mengendalikan persoalan-persoalan bersama atas nama
masyarakat.

5) Menurut Max Weber


Negara adalah suatu masyarakat yang mempunyai
monopoli dalam penggunaan kekerasan fisik secara sah dalam
suatu wilayah.

2. Tujuan Bangsa dan Negara


a. Tujuan Bangsa dan Negara Menurut Teori
Setiap negara memiliki beberapa fungsi dan tujuan. Secara
umum, fungsi dan tujuan negara antara lain melaksanakan ketertiban,
pertahanan, keamanan, hingga menegakkan keadilan. Adapun macam-
macam teori tujuan negara adalah sebagai berikut:
1) Teori Plato
Negara memiliki tujuan utama, yaitu memajukan
kesusilaan manusia baik sebagai individu maupun kelompok. Hal
ini untuk membentuk manusia yang beradab, beretika, dan
bermoral. Untuk mencapai tujuan tersebut, negara harus
menegakkan seperangkat nilai yang wajib dipatuhi oleh seluruh
warganya.
11

2) Teori Negara Kekuasaan


Teori negara kekuasaan dianut oleh dua tokoh, yaitu Shang
Yang dan Nicholo. Kedua tokoh tersebut menyatakan bahwa teori
tujuan negara adalah untuk menghimpun dan memperbesar
kekuasaan agar tercipta kemakmuran, kebesaran, dan
kesejahteraan.

3) Teori Teokratis
Teori teokratis menyatakan bahwa teori tujuan negara
adalah untuk mencapai kehidupan yang aman dan tentram dengan
taat kepada Tuhan. Di mana pimpinan negara menjalankan
kekuasaannya berdasarkan kekuasaan Tuhan yang diberikan
kepadanya.

4) Teori Negara Polisi


Teori negara polisi adalah teori tujuan negara yang semata-
mata untuk menjaga keamanan, ketertiban, dan perlindungan
kebebasan hak warganya. Untuk mencapai tujuan tersebut, perlu
dibentuk suatu peraturan perundang-undangan yang tidak
mencerminkan kehendak seluruh rakyat. Selain itu, negara lain
juga tidak boleh ikut campur dalam urusan pribadi dan ekonomi
warganya.

5) Teori Negara Hukum


Teori negara hukum menyatakan bahwa negara bertujuan
untuk menyelenggarakan ketertiban hukum dengan berpedoman
pada hukum. Artinya, dalam negara hukum segala kekuasaan
seluruh alat pemerintahannya didasarkan atas hokum.

6) Teori Negara Kesejahteraan


Menurut teori negara kesejahteraan, teori tujuan negara
untuk mewujudkan kesejahteraan umum. Negara dipandang
sebagai alat untuk meraih tujuan bersama, yaitu suatu tatanan
12

masyarakat yang di dalamnya terdapat kemakmuran, kebahagiaan,


dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat.

b. Tujuan Bangsa dan Negara Secara Umum


Teori tujuan bangsa dan negara secara umum dapat dilihat
pada perwujudan beberapa unsur, seperti keadilan, kemakmuran,
keamanan, dan kesejahteraan rakyat. Berdasarkan banyak teori yang
ada, secara umum ada lima teori tujuan negara yang paling utama di
antaranya, yaitu sebagai berikut:
1) Menciptakan keadaan agar rakyat bisa mencapai keinginan-
keinginannya secara maksimal.
2) Memajukan kesusilaan manusia sebagai individu dan sebagai
makhluk sosial.
3) Mencapai penghidupan dan kehidupan yang aman dan tenteram
dengan taat kepada Tuhan. Pemimpin negara dalam menjalankan
kekuasaannya berdasarkan kekuasaan Tuhan.
4) Berusaha menyelenggarakan ketertiban, keamanan, dan
ketenteraman agar tercapai tujuan negara yang tertinggi, yaitu
kemakmuran bersama.
5) Memelihara dan menjamin terlaksananya hak-hak asasi manusia.
Kemudian kekuasaan penguasa dibatasi oleh hak-hak asasi
manusia.

C. Analisis Unsur-unsur dan Teori Terbentuknya Negara


1. Unsur-unsur Terbentuknya Negara
Ada beberapa syarat minimal yang harus dipenuhi agar suatu
wilayah dapat disebut sebagai negara. Syarat tersebut berlaku umum dan
merupakan unsur penting. Syarat-syarat tersebut digolongkan menjadi dua,
yaitu unsur konstitutif dan unsur deklaratif. Unsur konstitutif meliputi
rakyat, wilayah, dan pemerintahan yang berdaulat. Sedangkan unsur
deklaratif, yaitu pengakuan dari negara lain.
13

a. Rakyat
Rakyat suatu negara adalah semua orang yang secara nyata
berada dalam wilayah suatu negara yang tunduk dan patuh pada
peraturan dalam negara tersebut. Rakyat suatu negara dibedakan
menjadi :
1) Penduduk, yaitu orang-orang yang berdomisili secara tetap dalam
wilayah suatu negara untuk jangka waktu yang lama. Penduduk
suatu negara dapat dibedakan lagi menjadi warga negara dan bukan
warga negara.
2) Bukan penduduk, yaitu mereka yang ada dalam suatu negara tidak
secara menetap atau tinggal di suatu wilayah negara hanya untuk
sementara waktu. Status kewarganegaraan yang dimiliki, yaitu
warga negara asing.

b. Wilayah
Wilayah merupakan unsur mutlak suatu negara, jika warga
negara merupakan dasar personal suatu negara, maka wilayah
merupakan landasan materiil atau landasan fisik negara. Suatu bangsa
nomaden (selalu berpindah-pindah) tidak mungkin mempunyai negara,
walaupun mereka memiliki warga negara dan penguasa sendiri.
Wilayah Negara secara umum dapat dibedakan atas wilayah daratan,
wilayah lautan, wilayah udara, dan wilayah ekstrateritorial.

c. Pemerintahan yang Berdaulat


Adanya suatu pemerintahan yang berkuasa atas seluruh
wilayahnya dan segenap rakyatnya merupakan syarat mutlak
keberadaan negara. Pemerintahan lain atau negara lain tidak berkuasa
di wilayah dan rakyat negara itu. Pemerintahan dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu pemerintahan dalam arti sempit dan pemerintahan
dalam arti luas. Pemerintahan dalam arti sempit, yaitu seluruh alat
kelengkapan negara yang hanya menjalankan pemerintahan saja,
seperti presiden dan wakil presiden serta para menteri (kabinet),
sedangkan pemerintahan dalam arti luas, meliputu seluruh kekuasaan,
14

yaitu kekuasaan eksekutif, legislatif, dan yudikatif.


Adapun kedaulatan yang dapat dimiliki pemerintah, yaitu :
1) Kedaulatan ke dalam, artinya pemerintahan memiliki kewenangan
tertinggi dalam mengatur dan menjalankan organisasi negara
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2) Kedaulatan ke luar, artinya pemerintah berkuasa bebas, tidak
terikat, dan tidak tunduk kepada kekuatan lain, serta harus saling
menghormati kedaulatan negara masing-masing.

d. Pengakuan dari Negara lain


Pengakuan dari negara lain merupakan unsur penguat
terbentuknya sebuah negara. Pengakuan dari negara lain merupakan
unsur yang menerangkan bahwa suatu negara telah berdiri, sehingga
negara tersebut dikenal oleh negara-negara lain. Pengakuan dari negara
lain terbagi menjadi dua macam, yaitu :
1) Pengakuan de facto, adalah pengakuan berdasarkan kenyataan
yang ada atau fakta yang sungguh-sungguh nyata tentang
berdirinya suatu negara.
2) Pengakuan de jure, adalah pengakuan berdasarkan pernyataan
resmi menurut hukum internasional.

2. Teori Terbentuknya Negara


Pendapat mengenai asal mula terjadinya negara :
a. Teori Ketuhanan
Teori ini berpendapat bahwa timbulnya suatu negara tersebut
atas dasar kehendak Tuhan. Pelopor teori ini adalah Agustinus, Julius
Stahll, dan Thomas Aquinas.

b. Teori Perjanjian Masyarakat


Teori ini berpendapat bahwa negara muncul karena adanya
perjanjian masyarakat di mana seluruh warga mengikat diri dalam
perjanjian bersama guna mendirikan organisasi yang dapat melindungi
dan menjamin kelangsungan hidup bersama.
15

c. Teori Kekuasaan
Negara terbentuk atas dasar kekuasaan dan kekuasaan adalah
ciptaan mereka yang paling kuat dan berkuasa.

d. Teori Kedaulatan
Kedaulatan mempunyai empat sifat, yaitu :
1) Permanen, bahwa kedaulatan tetap ada selama negara tetap berdiri.
2) Asli, bahwa kedaulatan tidak berasal dari kekuasaan lain yang
lebih tinggi.
3) Bulat, bahwa kedaulatan tidak dapat dibagi-bagi, kedaulatan
merupakan satu-satunya kekuasaan yang tertinggi dalam negara.
4) Tidak terbatas, bahwa kedaulatan itu tidak dibatasi oleh siapa pun.

e. Teori Hukum Alam


Hukum alam bukan buatan negara, melainkan kekuasaan alam
yang berlaku setiap waktu dan tempat, serta bersifat universal dan
tidak berubah.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Bangsa adalah adalah suatu masyarakat yang berdiri sendiri dan  masing-
masing anggota persekutuan hidup tersebut merasa satu kesatuan ras,
bahasa, agama, dan adat istiadat dalam suatu daerah yang sama dan
mereka tunduk pada kedaulatan negaranya sebagai suatu kekuasaan
tertinggi keluar dan ke dalam
2. Negara adalah negara adalah organisasi di suatu wilayah yang mempunyai
kekuasaan tertinggi yang sah ditaati rakyatnya atau juga dapat diartikan
sebagai kelompok sosial yang menduduki wilayah atau daerah tertentu
yang diorganisasi di bawah lembaga politik dan pemerintah yang efektif,
mempunyai satu kesatuan politik, berdaulat sehingga berhak menentukan
tujuan nasionalnya.
3. Warga negara adalah orang-orang yang menurut hukum atau secara resmi
merupakan anggota dari suatu negara tertentu. Mereka memberikan
kesetiaannya pada negara itu, menerima perlindungan darinya, serta
menikmati hak untuk ikut serta dalam proses politik.
4. Kewarganegaraan seseorang mengakibatkan orang tersebut memiliki
pertalian hukum serta tunduk pada hukum negara yang bersangkutan.
Kewarganegaraan menghasilkan akibat hukum yaitu adanya hak dan
kewajiban warga negara maupun negara. Disamping itu akibat hukum
yang lain adalah bahwa orang yang sudah memiliki kewarganegaraan tidak
jatuh pada kekuasaan atau kewenangan negara lain.negara lain juga tidak
berhak memperlakukan kaidah-kaidah hukum pada orang yang bukan
warga negaranya.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan
jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan
berpedoman pada banyak sumber yang dapat dipertanggung jawabkan. Maka
dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran mengenai pebahasan makalah
dalam kesimpulan di atas.

16
DAFTAR PUSTAKA

A. Ubaedillah & Abdul Rozak, 2012. Pendidikan Kewarganegaraan (Civic


Education), Jakarta: Kencana

C.S.T. Kansil, 2001. Ilmu Negara Umum dan Indonesia. Jakarta: Pradnya
Paramita.

Moh. Mahfud M.D. 2001. Dasar dan Struktur Kenegaraan, Jakarta: PT. Rineka
Cipta.

17

Anda mungkin juga menyukai