Anda di halaman 1dari 22

PENDIDIKAN PANCASILA

IDENTITAS NASIONAL

DISUSUN OLEH
Christian Meindy Santoso
20160803044

UNIVERSITAS ESA UNGGUL


FAKULTAS ILMU KOMPUTER
JURUSAN SISTEM INFORMASI
2019

0
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-
Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk
maupun isinya yang sangat sederhana yang berjudul Pancasila sebagai Identitas Nasional.

Makalah ini berisikan tentang informasi pengertian Identitas Nasional atau yang lebih
khususnya membahas tentang pengertian dan proses-proses dari identitas nasional. Diharapkan
makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang Pancasila sebagai identitas
nasional.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu kritik dan saran
dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah
ini.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih dan Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala
usaha kita. Amin.

Jakarta, 1 Desember 2017

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar …………………………………………………………………… 1


Daftar Isi ………………………………………………………………………… 2

BAB 1. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ……………………………………………………………. 3
B. Rumusan Masalah ………………………………………………………… 4
C. Batasan Masalah ………………………………………………………….. 4
D. Tujuan Penulisan …………………………………………………………. 4

BAB 2. PEMBAHASAN
A. Identitas Nasional …………………………………………………………. 5
B. Proses Kebangsaan ………………………………………………………… 8
C. Proses Kenegaraan ………………………………………………………… 10
D. Gotong Royong sebagai Karakter Bangsa ………………………………… 11
E. Kelembagaan Indonesia sebagai Karakter Bangsa ……………………….. 18

BAB 3. PENUTUP
A. Kesimpulan ……………………………………………………………….. 21
B. Referensi …………………………………………………………………... 21

2
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada hakikatnya manusia hidup tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri,
manusia senantiasa membutuhkan orang lain. Pada akhirnya manusia hidup secara
berkelompok-kelompok. Manusia dalam bersekutu atau berkelompok akan membentuk
suatu organisasi yang berusaha mengatur dan mengarahkan tercapainya tujuan hidup
yang besar. Dimulai dari lingkungan terkecil sampai pada lingkungan terbesar. Pada
mulanya manusia hidup dalam kelompok keluarga. Selanjutnya mereka membentuk
kelompok lebih besar lagi seperti suku, masyarakat dan bangsa. Kemudian manusia
hidup bernegara. Mereka membentuk negara sebagai persekutuan hidupnya. Negara
merupakan suatu organisasi yang dibentuk oleh kelompok manusia yang memiliki cita-
cita bersatu, hidup dalam daerah tertentu, dan mempunyai pemerintahan yang sama.
Negara dan bangsa memiliki pengertian yang berbeda. Apabila negara adalah
organisasi kekuasaan dari persekutuan hidup manusia maka bangsa lebih menunjuk
pada persekutuan hidup manusia itu sendiri. Di dunia ini masih ada bangsa yang belum
bernegara. Demikian pula orang-orang yang telah bernegara yang pada mulanya berasal
dari banyak bangsa dapat menyatakan dirinya sebagai suatu bangsa. Baik bangsa
maupun negara memiliki ciri khas yang membedakan bangsa atau negara tersebut
dengan bangsa atau negara lain di dunia. Ciri khas sebuah bangsa merupakan identitas
dari bangsa yang bersangkutan. Ciri khas yang dimiliki negara juga merupakan
identitas dari negara yang bersangkutan. Identitas-identitas yang disepakati dan
diterima oleh bangsa menjadi identitas nasional bangsa.
Sejak Indonesia diproklamasikan sebagai negara merdeka, telah
sepakat menjadikan Pancasila sebagai dasar negara dan pedoman hidup berbangsa dan
bernegara. Konsekuensinya, Pancasila harus terus hidup dalam kehidupam masyarakat,
lebih optimal sebagai kekuatan pemersatu bangsa. Sayangnya, eksistensi Pancasila
sebagai ideologi negara tidak difungsikan secara maksimal. Pancasila tidak lagi
mewarnai setiap aktivitas yang berlangsung di tengah masyarakat. Pancasila bahkan
tidak lagi ramai dipelajari oleh generasi muda. Realitas tersebut tentu sangat
kontraproduktif dengan upaya penguatan Pancasila sebagai dasar negara. Lebih khusus
lagi bagi upaya menjaga lestarinya NKRI di bumi persada. Kehadiran Pancasila tidak
3
sekedar sebagai ideologi atau patron setiap warga negara. Pancasila merupakan
”national identity” yang berperan mewadahi berbagai peredaan maupun konflik yang
seringkali muncul dalam sub budaya nasional.
Dalam penyusunan makalah ini digunakan untuk mengangkat tema dengan tujuan dapat
memmbantu mengatasi masalah tentang pancasila sebagai identitas nasional dan dapat
di terapkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian identitas nasional?
2. Apa saja proses kebangsaaan dan kenegaraan?
3. Apa yang dimaksud dengan gotong royong sebagai karakter bangsa?
4. Apa yang dimaksud dengan kelembagaan Indonesia sebagai karakter bangsa?

C. Batasan Masalah
Batasan-batasan masalah hanya membahas tentang:
1. Pengertian Identitas Nasional
2. Proses Kebangsaan dan Kenegaraan
3. Gotong Royong dan Kelembagaan Indonesia sebagai Karakter Bangsa

D. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian Identitas Nasional.
2. Untuk mengetahui apa saja Proses Kebangsaan itu.
3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Goyong Royong dan Kelembagaan
Negara.
4. Membantu mahasiswa lebih memahami tentang bab Identitas Nasional ini.

4
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Identitas Nasional
Identitas itu berasal dari kata Identitu, yang artinya tanda-tanda, ciri-ciri, jati
diri yang ada pada seseorang atau kelompok yang membedakannya dengan orang dan
kelompok yang lain. Sedangkan kata “nasional” adalah suatu identitas yang melekat
pada kelompok atau organisasi yang lebih besar yang berkaitan oleh kesamaan-
kesamaan fisik, baik itu fisik seperti budaya, agama serta bahasa ataupun nonfisik
seperti contohnya cita-cita, keinginan serta tujuan.
Identitas Nasional merupakan suatu jati diri yang khas yang dimiliki oleh suatu
bangsa yang tidak dimiliki oleh bangsa yang lain. Dalam garis besar tidak hanya
mengacu pada individu saja, namun tetapi berlaku juga pada suatu organisasi /
kelompok (negara).
Identitas Nasional itu merupakan manifestasi nilai-nilai budaya yang tumbuh
dan berkembang dalam berbagai aspek kehidupan dari ratusan suku yang dihimpun
dalam satu kesatuan Indonesia menjadi kebudayaan nasional dengan acuan Pancasila
dan Bhinneka Tungga Ika sebagai dasar dan arah pengembangannya.

1. Unsur Unsur Identitas Nasional


Unsur- unsur identitas nasional Indonesia ini merujuk pada suatu bangsa yang
majemuk. Kemajemukan tersebut merupakan gabungan dari unsur unsur
pembentuk identitas nasional yang meliputi , ialah :
a. Suku Bangsa.
Adalah satu dari unsur dalam pembentuk identitas nasional. Suku tersebut
merupakan Golongan sosial yang khusus yang memiliki sifat askriptif (ada
sejak lahir), yang mana sama halnya dengan golongan umur & jenis kelamin.
Indonesia khususnya, Memiliki banyak sekali suku bangsa / kelompok etnis
dengan ± 300 dialek bahasa.
b. Agama.
Bangsa Indonesia dikenal dengan masyarakat yang agamis (didasarkan pada
nilai agama). Agama-agama yang tumbuh serta berkembang di Indonesia adalah
agama islam, katholik, kristen, hindu, budha serta kong hu cu.

5
c. Kebudayaan.
Pengetahuan manusia ialah sebagai makhluk sosial yang isinya ialah perangkat-
perangkat atauapun model-model pengetahuan yang dengan secara kolektif
digunakan oleh pendukung-pendukung untuk menerjemahkan atau menafsirkan
serta memahami lingkungan yang dihadapi dan juga digunakan ialah sebagai
rujukan maupun pedoman untuk dapat bertindak (dalam bentuk kelakukan serta
benda-benda kebudayaan) sesuai dengan lingkungan yang dihadapi.
d. Bahasa.
Bahasa adalah sebagai sistem perlambang yang dengan secara arbiter dibentuk
atas unsur-unsur bunyi ucapan manusia serta digunakan sebagai sarana untuk
dapat berinteraksi antarmanusia.Di Indonesia terdapat banyak sekali bahasa
namun Bahasa Indonesia merupakan bahasa pemersatu bangsa.

2. Jenis Identitas
Dari 4 unsur identitas nasional di atas, dapat kita dirumuskan pembagiannya
menjadi 3 bagian antara lain :
a. Identitas Fundamental, pancasila ialah sebagai falsafat bangsa, dasar negara
serta ideologi negara.
b. Identitas Instrumental, adalah isi UUD 1945 serta tata perundang-
undangannya. Dalam Identitas instrumental ini, bahasa yang digunakan ialah
bahasa Indonesia, bendera negara Indonesia adalah merah putih, lambang
negara Indonesia adalah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal
Ika., lagu kebangsaan Indonesia yakni Indonesia Raya.
c. Identitas Alamiah, meliputi negara kepulauan serta pluralisme didalam suku,
budaya, bahasa serta agama dan juga kepercayaan.

3. Pengertian Pancasila sebagai Identitas Nasional


Sebagai identitas nasional, Pancasila sebagai kepribadian bangsa harus mampu
mendorong bangsa Indonesia secara keseluruhan agar tetap berjalan dalam
koridornya yang bukan berarti menentang arus globalisasi, akan tetapi lebih cermat
dan bijak dalam menjalani dan menghadapi tantangan dan peluang yang tercipta.
Bila menghubungkan kebudayaan sebagai karakteristik bangsa dengan Pancasila
6
sebagai kepribadian bangsa, tentunya kedua hal ini merupakan suatu kesatuan
layaknya keseluruhan sila dalam Pancasila yang mampu menggambarkan
karakteristik yang membedakan Indonesia dengan negara lain.
Perubahan global ini menurut Fakuyama membawa perubahan suatu ideologi,
yaitu dari ideologi partikular kearah ideology universal dan dalam kondisi seperti
ini kapitalismelah yang akan menguasainya. Dalam kondisi seperti ini, negara
nasional akan dikuasai oleh negara transnasional yang lazimnya didasari oleh
negara-negara dengan prinsip kapitalisme. Konsekuensinya,negara-negara
kebangsaan lambat laun akan semakin terdesak. Namun demikian, dalam
menghadapi proses perubahan tersebut sangat tergantung kepada kemampuan
bangsa itu sendiri. Menurut Toyenbee, cirri khas suatu bangsa yang merupakan
local genius dalam menghadapi pengaruh budaya asing akan menghadapi Challence
dan response. Jika Challence cukup besar sementara response kecil maka bangsa
tersebut akan punah dan hal ini sebagaimana terjadi pada bangsa Aborigin di
Australia dan bangsa Indian di Amerika. Namun demikian jika Challance kecil
sementara response besar maka bangsa tersebut tidak akan berkembang menjadi
bangsa yang kreatif.
Oleh karena itu agar bangsa Indonesia tetap eksis dalam menghadapi globalisasi
maka harus tetap meletakkan jati diri dan identitas nasional yang merupakan
kepribadian bangsa Indonesia sebagai dasar pengembangan kreatifitas budaya
globalisasi. Sebagaimana terjadi di berbagai negara di dunia, justru dalam era
globalisasi dengan penuh tantangan yangcenderung menghancurkan nasionalisme,
muncullah kebangkitan kembali kesadaran nasional.

4. Alasan pancasila menjadi Identitas Bangsa


Pancasila sebagai Kepribadian dan Identitas Nasional karena Bangsa Indonesia
sebagai salah satu bangsa dari masyarakat internasional, memilki sejarah serta
prinsip dalam hidupnya yang berbeda dengan bangsa-bangsa lain di dunia .Tatkala
bangsa Indonesia berkembang menuju fase nasionalisme modern,
diletakanlah prinsip-prinsip dasar filsafat sebagai suatu asas dalam filsafat hidup
berbangsa dan bernegara.
Prinsip-prinsip dasar itu ditemukan oleh para pendiri bangsa yang diangkat dari
filsafat hidup bangsa Indonesia, yang kemudian diabstraksikan menjadi suatu
prinsip dasar filsafat Negara yaitu Pancasila. Jadi, filsafat suatu bangsa dan Negara
7
berakar pada pandangan hidup yang bersumber pada kepribadiannya sendiri. Dapat
pula dikatakan pula bahwa pancasila sebagai dasar filsafat bangsa dan Negara
Indonesia pada hakikatnya bersumber kepada nilai-nilai budaya dan keagamaan
yang dimiliki oleh bangsa Indonesia sebagai kepribadian bangsa.

B. Proses Kebangsaan
Proses pembentukan identitas kebangsaan Indonesia
1. MANIFESTO POLITIK 1925
Manifesto politik adalah suatu pernyataan terbuka tentang tujuan dan pandangan
seseorang atau suatu kelompok terhadap Negara. Sekitar meletusnya perang
dunia I (1914-1918), presiden woordo wilsen perna mengatakan ‘’bangsa-bangsa
yang masih dijajah supaya menentukan nasibnya sendiri’’. Ucapan itu ternyata
berpengaruh besar bagi para anggota PI dan dijadikan pemicu semangat
perjuangannya. Kegiatan PI makin tegasa dan radikal. Sikap ini terlihat dari
pernyataan organisasi yang disusun pada tahun 1922.
a. Persatuan nasional harus diperkokoh dan dihindarkan dari perpecahan .
b. Kemerdekaan harus diusahakan oleh Indonesia sendiri.
c. Harus diusahakan oleh terbentuknya pemerintahan oleh bangsa Indonesia
sendiri.
Muhammad hatta dan para mahasiswa Indonesia di negeri belanda yang tergabung
dalam perhimpunan Indonesia tampilan pada 1925 memberikan dorongan dan
semangat baru pada pergerakan nasional Indonesia dalam satu garis perjuangan
yang tegas berupa pernyataan sebagai berikut :
a. Menuntut Indonesia merdeka.
b. Haluan politik non-cooperation, yaitu menolak kerja sama dengan pemerintah
colonial.
c. Tanah air Indonesia adalah satu dan tidak dapat dibagi-bagi.
Sikap tegas perhimpunan Indonesia ini dikenal sebagai manifesto politik
1925. Disebutkan bahwa kemerdekaan penuh Indonesia hanya akan diperoleh aksi
bersamayang dilakukan serentak berdasarkan kekuatan sendiri. Garis perjuangan
banyak memengaruhi sikap politik organisasi pergerakan di Indonesia pada waktu
itu. Sedangkan adanya pernyataan bahwa tanah air Indonesia adalah satu tidak dapat
dibagi-bagi member motivasi dan dorongan semangat para pemuda pergerakan di

8
Indonesia mereka berupaya menyelenggarakan rapat besar organisasi pemuda di
Indonesia.
2. KONGRES PEMUDA 1928
Meskipun pada mulanya organisasi kepemudaan itu masih dalam lingkungan
etnisnya, namun keinginan untuk berjuang dengan cara terorganisasi menandai pola
bari dalam menghadapi colonial.
a. Kongres pemuda I (1926)
Pada tanggal 30 april 1926 sampai tanggal 2 mei 1926, dijakarta di
selenggarakan suatu ‘’kerapatan besar para pemuda indonesia’’. Dalam sejarah
nasional Indonesia, rapat itu dikenala dengan nama kongres pemuda Indonesia
I. kongres ini dihadiri wakil organisasi pemuda yaitu jong java, jong
sumatranen bond, jong ambon sekar rukun, jong islamietenbond, jong bataks
bond,dan beberapa organisasi pemuda lain. Ketua kogres adalah Muhammad
tabrani dari perhimpunan pelajar-pelajar Indonesia (PPPI). Keputusan kongres
pemuda I adalah sebagai berikut :
 Mempersiapkan kongres pemuda II
 Mengusulkan agar semua perkumpulan pemuda bersatudalam satu
organisasi pemuda Indonesia (fusi atau badan federasi).

Dalam kongres ini Muhammad Yamin mengusulkan agar bahasa


melayu ditetapkan sebagai bahasa persatuan Indonesia.

b. Kongres pemuda II 27-28 oktober 1928


Pengurus kongres pemuda II, yaitu :
Ketua : Sugondo Joyo Puspito (PPPI)
Wakil Ketua : Joko Marsaid (Jong Java)
Sekertaris : Muhammad Yamin (Jong Sumatranen Bond)
Bendahara :Amir Syarifuddin (Jong Bataks Bond)
Pembantu I : Johan Moh. Cai (Jong Islamieten Bond)
Pembantu II : Kocosungkono (Pemuda Indonesia)
Pembantu III : Senduk (Jong Celebes)
Pembantu IV : J. Leimena (Jng Ambon)
Pembantu V : Rohyani (Pemuda Kaum Betawi)
 Sidang pertama dilaksanakan 27 oktober 1928 digedung Balai Pemuda
Katolik Jl. Lapangan Banten.

9
 Sidang kedua pada hari Minggu 28 Oktober 1928 di Jalan Merdeka
Utara 14.
 Sidang ketiga adalah Sidang Penutupan di Gedung I.C Jalan Kramat
Raya 106 dan mencapai keputusan besar sebagai berikut :
1. Menyetujui dibentuknya badan fusi darai semua organisasi pemuda.
2. Lahirnya Sumpah Pemuda 28 oktober 1928 yaitu dicetuskannya
Ikrar Sumpah Pemuda.

C. Proses Kenegaraan
Negara adalah sekumpulan orang yang menempati wilayah tertentu dan diorganisasi
oleh pemerintah negara yang sah, yang umumnya memiliki kedaulatan. Negara juga
merupakan suatu wilayah yang memiliki suatu sistem atau aturan yang berlaku bagi
semua individu di wilayah tersebut, dan berdiri secara independent.
1. Syarat berdirinya Negara
 Memiliki Rakyat (De Jure)
 Memiliki Pemerintah (De Jure)
 Memiliki Wilayah (De Jure)
 Pengakuan dari Negara Lain ( De Facto)

2. Asal Terbentuk Suatu Negara


Asal mula terbentuknya suatu negara dapat dibedakan dalam dua proses yaitu
proses secara primer dan sekunder :
a. Secara Primer
 Terjadinya negara dimulai dari masyarakat hukum yang paling
sederhana yang kemudian berevolusi ke tingkat yang lebih maju, tahap-
tahap pertumbuhannya adalah sebagai berikut.
 Suku/persekutuan masyarakat (genootschaft) adalah kehidupan manusia
yang diawali dari keluarga, kemudian kelompok-kelompok masyarakat
hukum (sukum). Satu suku berkembang menajdi dua suku, tiga suku,
dan seterusnya hingga menjadi besar dan kompleks. Perkembangan
tersebut bisa terjadi karena faktor alami atau karena penaklukan-
penaklukan antarsuku.

10
 Kerajaan (rijk) adalah tahap yang dimulai dari kepala suku yang semula
berkuasa di masyarakat hukumnya mengadakan ekspansi dengan
melakukan penaklukan-penaklukan kepada daerah lain.
 Negara rasional adalah tahap yang dimulai dari negara nasional yang
diperintah oleh raja yang absolut dengan sistem pemerintahan
tersentralisasi. Semua rakyat yang dipaksa mematuhi kehendak dan
perintah raja. Hanya ada satu identitas kebangsaan. fase ini disebut
dengan fase nasional dalam terjadinya sebuah negara
 Negara demokrasi adalah tahap dimana adanya kekuasaan raja yang
absolut dengan menimbulkan keinginan rakyat untuk memegang
pemerintahan sendiri. Artinya, kedaulatan/kekuasaan tertinggi dipegang
oleh rakyat. Rakyat yang berhak memilih pemimpinnya yang dianggap
mampu dalam mewujudkan aspirasinya. Hal tersebut mendorong
lahirnya negara demokrasi.

b. Secara Sekunder
Teori terjadinya negara secara sekunder yang didasarkan bahwa negara telah
ada sebelumnya. Namun karena adanya revolusi, intervensi, dan penaklukan,
timbullah negara yang menggantikan negara yang telah ada tersebut. Karena
revolusi di Uni Soviet. Cheechnya, dan Uzbekistan menjadi sebuah negara yang
merdeka. Indonesia merdeka dari Jepang setelah Proklamasi Kemerdekaan 17
Agustus 1945.

D. Gotong Royong sebagai Karakter Bangsa


1. Pengertian Gotong Royong
Gotong royong adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama dan
bersifat suka rela agar kegiatan yang dikerjakan dapat berjalan dengan lancar,
mudah dan ringan. Gotong royong juga sangat sesuai dengan ajaran islam, Islam
menginginkan umatnya saling mencintai, menyayangi dan saling berbagi, itu sangat
sejalan dengan prinsip gotong royong. Semangat gotong royong dalam islam juga
bisa dijadikan ukuran keimanan seseorang, dalam hal ini Rasulallah SAW.
Bersabda dalam hadist yang di riwayatkan Bukhari,Muslim,Tirmidzi,dan Nasai:
“Tidak beriman salah seorang diantara kamu sampai ia mencintai saudaranya sama

11
dengan mencintai dirinya sendiri”. Sesama muslim adalah saudara, jadi antar
sesama muslim kita wajib saling mengasihi, saling tolong menolong dan bekerja
sama dalam hal kebaikan(Gotong Royong). Dengan landasan cinta, seorang muslim
menjadi penolong bagi muslim yang lain.
Contoh kegiatan yang dapat dilakukan secara bergotong royong antara lain
pembangunan fasilitas umum dan membersihkan lingkungan sekitar. Sikap gotong
royong itu seharusnya dimiliki oleh seluruh elemen atau lapisan masyarakat baik di
kota maupun di pedesaan. Karena, dengan adanya kesadaran setiap elemen atau
lapisan masyarakat melakukan setiap kegiatan dengan cara bergotong royong.
Dengan demikian segala sesuatu yang akan dikerjakan dapat lebih mudah dan cepat
diselesaikan dan pastinya pembangunan di daerah tersebut akan semakin lancar dan
maju. Bukan itu saja, tetapi dengan adanya kesadaran setiap elemen atau lapisan
masyarakat dalam menerapkan perilaku gotong royong maka hubungan
persaudaraan atau silaturahim akan semakin erat.
Dibandingkan dengan cara individualisme yang mementingkan diri sendiri
maka akan memperlambat pembangunan di suatu daerah. Karena individualisme
itu dapat menimbulkan keserakahan dan kesenjangan diantara masyarakat di kota
tersebut. Perubahan ekonomi Indonesia di bawah rezim Soeharto memungkinkan
masuknya modal asing dan liberalisasi. Nilai-nilai budaya mulai dengan deras
masuk dan menjadi bagian dari hidup masyarakat Indonesia. Kehidupan
perekonomian masyarakat berangsur-angsur berubah dari ekonomi agraris ke
industri. Indusri berkembang maju dan pada zaman sekarang tatanan kehidupan
lebih banyak didasarkan pada pertimbangan ekonomi, sehingga bersifat
materialistik. Maka nilai kegotong royongan pada masyarakat telah memudar.

2. Karakteristik Gotong Royong


Perilaku gotong royong pada hakikatnya identik dengan kegiatan yang
melibatkan berbagai pihak. Dalam hal ini jelas dinyatakan bahwa gotong royong
tidak mengedepankan aspek individualitas, justru kekompakan dalam melakukan
suatu tindakan atau pekerjaan tertentu yang dilakukan atas inspirasi positif dari
berbagai pihak.
Perilaku gotong royong bukan sesuatu yang terjadi tanpa dapat diidentifikasi.
Dengan adanya perilaku ini, maka secara tidak langsung masyarakat secara umum

12
diberikan beberapa wacana terkait dengan karakteristik yang melekat pada perilaku
gotong royong tersebut. Berikut penjelasan yang dimaksudkan.
Gotong-royong sudah tidak dapat dipungkiri lagi sebagai ciri khas bangsa
Indonesia yang turun temurun, sehingga keberadaannya harus dipertahankan. Pola
seperti ini merupakan bentuk nyata dari solidaritas mekanik yang terdapat dalam
kehidupan masyarakat, sehingga setiap warga yang terlibat di dalamnya memiliki
hak untuk dibantu dan berkewajiban untuk membantu, dengan kata lain di dalamnya
terdapat azas timbal balik. Beberapa karakteristik yang dimungkinkan cukup
merepresentasikan perilaku gotong-royong dapat dinyatakan sebagai berikut.
a. Sebagai sifat dasar bangsa Indonesia yang menjadi unggulan bangsa dan tidak
dimiliki bangsa lain.
b. Terdapat rasa kebersamaan dalam setiap pekerjaan yang dilakukan. Sebagai
bahan pertimbangan bahwa nilai-nilai kebersamaan yang selama ini ada perlu
senantiasa dijunjung tinggi dan dilestarikan agar semakin lama tidak semakin
memudar.
c. Memiliki nilai yang luhur dalam kehidupan.
d. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, karena di dalam kegiatan gotong-royong,
setiap pekerjaan dilakukan secara bersama-sama tanpa memandang kedudukan
seseorang tetapi memandang keterlibatan dalam suatu proses pekerjaan sampai
sesuai dengan yang diharapkan.
e. Mengandung arti saling membantu yang dilakukan demi kebahagiaan dan
kerukunan hidup bermasyarakat.
f. Suatu kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama dan sifatnya sukarela tanpa
mengharap imbalan apapun dengan tujuan suatu pekerjaan atau kegiatan akan
berjalan dengan mudah, lancar dan ringan.

3. Gotong Royong Dan Manfaatnya


Sudah sejak jaman dulu bangsa kita menjalankan sistem kerja masal “GOTONG
ROYONG” dalam kegiatan – kegiatan pembangunan. Baik pembangunan untuk
sarana umum ataupun pembangunan untuk pribadi. Banyak sekali contoh – contoh
yang masih bisa kita lihat dan kita saksikan sampai sekarang. Terutama di daerah –
daerah pedesaan mereka bekerja secara bergotong royong dalam pembangunan
Balai Desa, Masjid, Saluran irigasi, Rumah, Menanam padi, Perbaikan jalan, dan

13
banyak lagi kegiatan lainnya yang dikerjakan secara bersama – sama tanpa ada
imbalan yang mereka terima karena mereka melakukannya secara ikhlas.
Penduduk desa yang masih sangat kental dengan rasa kekeluargaan dan rasa
persaudaraan. Mereka guyub rukun, masih dan terus melaksanakan dan
menjalankan budaya dan cara kerja yang sudah sekian ratus tahun terbukti mampu
meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup mereka. Mereka bahu – membahu
saling membantu antar sesama warga desa. Mereka bekerja dengan semangat dan
tanpa pamrih , para lelaki bekerja bersama – sama menyelesaikan pembangunan
yang direncanakan, sedangkan para ibu membantu di dapur menyiapkan makanan
dan minuman untuk para lelaki yang sedang bekerja Gotong Royong.
Selaras sekali kerja Gotong Royong ini, dengan yang dicontohkan dalam kitab
suci Al Qur’an terdapat sebuah Surat An-Naml Allah s.w.t menyebut binatang
Semut ini agar manusia mengambil pelajaran dan hikmah dari kehidupan semut itu.
Semut adalah binatang yang hidup berkelompok di dalam tanah, membuat liang dan
ruang bertingkat – tingakat sebagai rumah dan gudang tempat menyimpan
makanan. Kerapian dan kedisiplinan yang terdapat dalam kerajaan semut ini.Secara
tidak langsung Allah mengingatkan agar manusia berusaha mencukupkan
kebutuhan sehari – hari, mementingkan kemaslahatan bersama, tidak sombong ,
mampu berorganisasi dan bekerjasama dengan baik dan tindakan terpuji lainnya.
Gotong Royong sebuah system kerja (Semut) yang patut untuk kita pertahankan
dan kita teruskan pada era sekarang ini. Tidak hanya bagi warga desa saja yang bisa
melakukan gotong royong , warga kotapun tentunya harus bisa dan bahkan lebih
baik. Banyak kegiatan yang bisa dilakukan bagi yang tinggal di perkotaan,
membangun poskamling, membersihkan parit, membangun tempat ibadah,
menjaga kebersihan dan masih banyak lagi kegiatan yang lainnya. Masalah waktu
bisa kita laksanakan pada saat hari libur.
Ketua RT dan Ketua RW sangat berperanan sekali dalam kegiatan gotong
royong dilingkunganya. Merekalah tokoh masyarakat dan motor penggerak
kegiatan – kegiatan kemasyarakatan sehingga orang-orang yang bekerja akan
merasa lebih semangat. Dan kita semua akan mendapatkan manfaat lain yang dari
kegiatan gotong royong ini. Di antaranya :
a. Pekerjaan selesai dengan cepat tanpa harus mengeluarkan biaya ataupun kas
RT/RW, dan jika berupa pembangunan fisik gedung akan sangat menghemat

14
anggaran , karena biaya untuk tenaga kerja berkurang dengan adanya Gotong
Royong.
b. Tanpa terasa persaudaraan dan kebersamaan sesama warga semakin erat, yang
pejabat kenal dengan tetangga yang pekerja/buruh, yang pedagang kenal dengan
yang bekerja sebagai sopir, yang kaya kenal dengan yang miskin, begitu juga
sebaliknya.
c. Keamanan lingkungan semakin terjamin, dengan rasa persaudaraan dan
kebersamaan serta saling kenal diantara warga tentunya jika ada pendatang baru
ataupun ada tamu asing yang mencurigakan tentu warga akan cepat
mengetahuinya.
d. Ketentraman dan kedamaian, akan diperoleh jika antar sesama warga saling
peduli dan saling membantu dengan sesama warga lainya.
e. Gotong royong tidak mengenal perbedaan, sehingga ketika di laksanakan semua
akan terasa sama.
Gotong Royong merupakan salah satu cara yang efektiv dan mudah untuk mencapai
keadaan itu, diantara cara-cara yang lain. Untuk itu marilah kita semua budayakan
gotong royong dari sekarang agar manfaat-manfaat di atas dapat kita rasakan.

4. Azas Kegotong Royongan


Sekarang mari kita lihat pengamalan azas gotong royong dalam berbagai
kehidupan. Perwujudan partisipasi rakyat dalam reformasi merupakan pengabdian
dan kesetiaan masyarakat terhadap program reformasi yang mana senantiasa
berbicara, bergotong royong dalam kebersamaan melakukan suatu pekerjaan. Sikap
gotong royong memang sudah menjadi kepribadian bangsa Indonesia yang harus
benar-benar dijaga dan dipelihara, akan tetapi arus kemajuan ilmu dan teknologi
ternyata membawa pengaruh yang cukup besar terhadap sikap dan kepribadian
suatu bangsa, serta selalu diikuti oleh perubahan tatanan nilai dan norma yang
berlaku dalam suatu masyarakat.
Adapun nilai-nilai gotong royong yang telah menjadi bagian dari kebudayaan
bangsa Indonesia, tentu tidak akan lepas dari pengaruh tersebut. Namun syukurlah
bahwa sistem budaya kita dilandasi oleh nilai-nilai keagamaan yang merupakan
benteng kokoh dalam menghadapi arus perubahan jaman. Untuk dapat
meningkatkan pengamalan azas kegotongroyongan dalam berbagai kehidupan
perlu membahas latar belakang dan alasan pentingnya bergotong rotong yaitu:
15
a. Bahwa manusia membutuhkan sesamanya dalam mencapai kesejahteraan baik
jasmani maupun rohani.
b. Manusia baru berarti dalam kehidupannya apabila ia berada dalam kehidupan
sesamanya.
c. Manusia sebagai mahluk berbudi luhur memiliki rasa saling mencintai,
mengasihidan tenggang rasa terhadap sesamanya.
d. Dasar keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa mengharuskan
setiap manusia untuk bekerjasama, bergotong royong dalam mencapai
kesehjahteraan hidupnya baik di dunia maupun di akhirat.
e. Usaha yang dilakukan secara gotong royong akan menjadikan suatu kegiatan
terasa lebih ringan, mudah dan lancar.

5. Kendala Gotong Royong di Era Digital


Membuat sesuatu yang baik dan melestarikan hal tersebut bukan sesuatu yang
mudah untuk dilaksanakan, salah satunya semangat untuk melestarikan perilaku
atau semangat kegotongroyongan di tengah masyarakat. Berikut ini akan disajikan
sejumlah kendala yang dihadapi terkait dengan perilaku gotong royong yang ada di
tengah masyarakat.
Terdapat anggapan bahwa gotong-royong yang dimiliki bangsa ini hanya
bersifat aman dan menguntungkan bersama. Sementara gotong-royong yang susah
bersama adalah sesuatu yang sulit diperoleh. Gotong-royong yang dimiliki bangsa
ini adalah gotong-royong yang harus mempunyai feed back. Adanya trend
mengenai peningkatan intensitas jumlah kasus konflik/ kekerasan yang bernuansa
agama dari tahun 2009 hingga 2012 menjadi catatan sendiri. Perlu dipahami bahwa
adanya konflik berbasis keagamaan ini akan menjadi ancaman serius dimasa
mendatang bagi keutuhan bangsa Indonesia.
a. Nilai-nilai karakter gotong royong yang dikembangkan di sekolah belum
terjabarkan secara menyeluruh, sehingga berdampak pada pemahaman setengah
yang dimiliki siswa mengenai perilaku gotong royong tersebut.
b. Kurangnya pemahaman pihak masyarakat bahwa saat ini tidak relevan ketika
harus menggunakan prinsip gotong royong, sehingga pemahaman seperti ini
akan dianggap sama dan tidak ada kesalahan di dalamnya.
c. Mulai memudarnya rasa sosial yang tertanam di masyarakat, baik wilayah di
pedesaan maupun di perkotaan. Kalau diperkotaan sudah bisa kita maklumi,
16
karena tantangan hidup sangat berat, tanpa uang bisa mati kelaparan. Sedangkan
di desa masih punya kemudahan untuk bertahan hidup.
d. Kurangnya keteladanan dari pihak pemerintah sendiri, umumnya tidak pernah
turun tangan ke dalam masyarakat untuk membangkitkan rasa sosial yang sudah
lama hilang di dalam masyarakat.

6. Upaya Melestarikan Gotong Royong


Sudah menjadi harapan semua pihak agar semangat gotong royong yang semakin
lama semakin memudar seiring dengan kemajuan dalam dunia digital, maka
setidaknya perlu diperhatikan beberapa hal berikut agar kelestarian perilaku gotong
royong dapat bertahan. Adapun beberapa upaya yang dimaksudkan tersebut sebagai
berikut.
a. Pihak masyarakat
 Meminimalisir atau bahkan menghilangkan anggapan yang
menyatakan bahwa perilaku gotong royong tidak penting . Dengan
cara seperti ini maka dapat dimungkinkan akan terbangun motivasi
internal pada masyarakat lapisan bawah untuk menanamkan
semangat melestarikan perilaku kegotongroyongan.
 Tidak memanfaatkan berbagai macam kasus tertentu (RAS) sebagai
upaya untuk menunggangi dengan perilaku gotongroyong. Aapabila
hal ini dilakukan akan menciderai nilai dari gotong royong tersebut.
 Meminimalisir jarak yang jauh antar lapisan masyarakat. Dengan
cara ini maka dimungkinkan apabila ada gotong royong yang
dilakukan tidak semakin canggung dilakukan.
b. Pihak Pemerintah
 Mampu memberi contoh atau ketedanan bagi masyarakat agar
senantiasa mengaktifkan kebiasaan gotong royong dengan terjun
langsung ke lapangan.
 Memberikan reward bagi pihak tertentu yang senantiasa
melestarikan tradisi gotong royong. Hal ini apabila dilakukan akan
memberikan motivasi positif dan atau rangsangan agar senantiasa
memasyarakat.

17
E. Kelembagaan Indonesia sebagai Karakter Bangsa
1. Lembaga Agama
Pendiri Sanggar Pembelajaran Kemanusiaan, Jaya Suprana mengatakan,
lembaga agama berperan dalam pembentukan karakter bangsa karena agama, setiap
insan memiliki pedoman nilai yang jelas. Pembangunan karakter bangsa harus
dimulai dari penguatan peran lembaga-lembaga umat beragama. Jaya Suprana
mengkhawatirkan tidak berfungsinya lembaga-lembaga beragama bisa berdampak
negatif, salah satu contohnya kasus tragedi kemanusiaan Muslim Rohingya di
Myanmar. "Andai saja sejak awal lembaga-lembaga beragama di negara tersebut
satu suara menolak kekerasan, tentu tragedi muslim Rohingya tidak perlu terjadi,"
katanya.
Agama juga potensial membentuk budi pekerti setiap insan manusia secara
negatif, seperti telah dibuktikan oleh sejarah peradaban umat manusia sejak dahulu
kala. Agama telah membentuk karakter kaum Sicaii di Judea abad I yang melawan
penjajah Romawi dengan kekerasan sampai pertumpahan darah, bahkan bunuh diri
massal. Kaum hash-shashin di Suriah dan Iran abad XI yang ganas membantai
musuh-musuh politik, kaum teroris di Irlandia mengatasnamakan agama sebagai
dalih kekerasan yang mereka lakukan. Ketua PP Muhammadiyah Yunahar Ilyas
mengatakan untuk membangun karakter bangsa, agama memang tidak bisa
ditinggalkan. Melalui agama, nilai-nilai yang menjadi panutan sudah ada. Ketua
Pembina Yayasan Suluh Nuswantara Bakti (YSNB) Pontjo Sutowo mengakui
bahwa agama memegang peranan penting dalam pembentukan karakter bangsa.
Untuk mengimplementasikan agama dalam kehidupan sehari-hari, peran lembaga
agama tidak bisa kita abaikan.

2. Lembaga Pembangunan Politik Indonesia


Pembangunan politik yang berdasarkan pada karakter pancasila harus dapat
meningkatkan harkat dan martabat bangsa Indonesia dan meningkatkan harkat dan
martabat manusia tersebut adalah dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia.
Sehingga, sistem politik Indonesia harus mampu menempatkan kekuasaan tertinggi
pada rakyat yang sesuai dengan pancasila yaitu sistem politik demokrasi (kekuasaan
adalah dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat). Oleh karena itu, secara berturut-
18
turut sistem politik Indonesia dikembangkan atas moral ketuhanan, moral
kemanusiaan, moral persatuan, moral kerakyatan, dan moral keadilan.
Sebagai konsekuensi logis dari sistem politik demokrasi yang berlandaskan
pada moral pancasila maka perilaku politik, baik perilaku politik warga negara
maupun penyelenggara negara dikembangkan atas dasar moral tersebut sehingga
menghasilkan perilaku politik yang santun dan bermoral.

3. Lembaga Pembangunan Ekonomi Indonesia


Sistem dan pembangunan ekonomi yang sesuai dengan karakter pancasila yaitu
berlandaskan pada nilai moral dari pancasila itu sendiri. Secara khusus, sistem
ekonomi pancasila harus didasari oleh moralitas ketuhanan dan kemanusiaan.
Sistem ekonomi yang mendasarkan pada moralitas dan kemanusiaan (humanistis)
akan menghasilkan sistem ekonomi yang berperikemanusiaan.
Sistem ekonomi yang menghargai hakikat manusia, baik sebagai makhluk
individu, sosial, makhluk pribadi maupun makhluk Tuhan adalah sistem ekonomi
pancasila. Sistem ekonomi pancasila harus dikembangkan menjadi sistem dan
pembangunan ekonomi yang bertujuan pada kesejahteraan rakyat secara
keseluruhan.
Sistem ekonomi yang berdasar pancasila adalah sistem ekonomi kerakyatan
yang berasaskan kekeluargaan. Sistem ekonomi Indonesia juga tidak dapat
dipisahkan dari nilai-nilai moral kemanusiaan. Pembangunan ekonomi bangsa
Indonesia harus mampu menghindarkan diri dari bentuk-bentuk persaingan bebas,
monopoli dan bentuk lainnya yang hanya akan menimbulkan penindasan,
ketidakadilan, penderitaan, dan kesengsaraan bagi rakyat Indonesia.

4. Lembaga Pembangunan Sosial Budaya


Pembangunan sosial budaya harus mampu meningkatkan harkat dan martabat
manusia, yaitu menjadi manusia yang berbudaya dan beradab. Manusia tidak cukup
sebagai manusia secara fisik, tetapi harus mampu meningkatkan derajat
kemanusiaannya. Berdasarkan sila persatuan Indonesia, pembangunan sosial
budaya dikembangkan atas dasar penghargaan terhadap nilai sosial dan budaya-
budaya di seluruh Indonesia menuju pada tercapainya rasa persatuan sebagai bangsa
Indonesia. Dengan kata lain, pembangunan sosial budaya berdasarkan pada

19
pancasila tidak menciptakan kesenjangan, kecemburuan, diskriminasi, dan
ketidakadilan sosial.

5. Lembaga Pembangunan Pertahanan Keamanan Indonesia


Sistem pertahanan dan keamanan sesuai karakter pancasila adalah mengikut
sertakan seluruh komponen bangsa untuk melindungi seluruh tumpah darah
Indonesia. Sistem pembangunan pertahanan dan keamanan Indonesia disebut
sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta (sishankamrata).
Sistem pertahanan yang bersifat semesta melibatkan seluruh warga negara,
wilayah, dan sumber daya nasional lainnya, serta dipersiapkan secara dini oleh
pemerintah dan diselenggarakan secara total terpadu, terarah, dan berlanjut untuk
menegakkan kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan segenap
bangsa dari segala ancaman.
Penyelenggaraan sistem pertahanan semesta didasarkan pada kesadaran atas
hak dan kewajiban warga negara, serta keyakinan pada kekuatan bangsa sendiri.
Sistem ini pada dasarnya sesuai dengan nilai-nilai pancasila, di mana pemerintahan
dari rakyat memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam masalah pertahanan
negara dan bela negara. UU No. 3 Tahun 2002 tentang pertahanan Negara sangat
sesuai dengan nilai-nilai pancasila. Dalam undang-undang tersebut dinyatakan
bahwa pertahanan negara bertitik tolak pada falsafah dan pandangan hidup bangsa
Indonesia untuk menjamin keutuhan dan tetap tegaknya Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

20
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sifat-sifat khas bangsa Indonesia yang membedakannya dengan bangsa-bangsa
lain di dunia. Indonesia terdiri dari berbagai macam suku bangsa, agama dan pulau-
pulau yang dipisahkan oleh lautan.Oleh karena itu, nilai-nilai yang dianut
masyarakatnya pun berbeda-beda. Nilai-nilai tersebut kemudian disatu padukan dan
diselaraskan dalam Pancasila. Nilai-nilai ini penting karena merekalah yang
mempengaruhi identitas bangsa. Oleh sebab itu, nasionalisme dan integrasi nasional
sangat penting untuk ditekankan pada diri setiap warga Indonesia agar bangsa Indonesia
tidak kehilangan identitas.
Identitas Nasional merupakan suatu jati diri yang khas yang dimiliki oleh suatu
bangsa yang tidak dimiliki oleh bangsa yang lain. Dalam garis besar tidak hanya
mengacu pada individu saja, namun tetapi berlaku juga pada suatu organisasi /
kelompok (negara).
Adanya Proses Kebangsaan dan Kenegaraan dalam pembentukan Identitas
Nasional dari zaman sebelum merdeka hingga merdeka. Dijelaskan juga bahwa gotong
royong merupakan salah satu karakter bangsa yang menempel pada masyarakat
Indonesia dari dulu hingga sekarang. Dan sebagai lembaga nasional, diarahkan sebagai
karakter bangsa itu sendiri.

B. Referensi
http://www.pendidikanku.org/2016/11/
http://www.tribunnews.com/

21

Anda mungkin juga menyukai