Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Allah SWT karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini
tepat pada waktunya. Makalah ini membahas tentang “Feminisme Dalam
Perspektif Syariat Islam”

Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan


hambatan akan tetapi tantangan itu bisa teratasi. Olehnya itu, penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan
yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik
dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca
sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.

Kendari, 17 Maret 2023

Penyusun,

Wa Ode Yuniar
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................1

DAFTAR ISI............................................................................................................2

BAB I.......................................................................................................................3

PENDAHULUAN...................................................................................................3

A. Latar Belakang..............................................................................................3

B. Rumusan Masalah.........................................................................................3

C. Tujuan Penulisan...........................................................................................4

BAB II......................................................................................................................5

PEMBAHASAN......................................................................................................5

A. Hakikat dan Pengertian Identitas Nasional...................................................5

B. Faktor Faktor Pembentuk Identitas Nasional................................................6

C. Dimensi Identitas Nasional...........................................................................9

D. Bentuk Identitas Nasional Republik Indonesia...........................................10

E. Pancasila Sebagai Identitas Nasional Republik Indonesia..........................13

BAB III..................................................................................................................16

KESIMPULAN......................................................................................................16

A. Kesimpulan.................................................................................................16

B. Saran............................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Identitas nasional merupakan ciri khas yang dimiliki satu bangsa
yang tentunya berbeda antara satu bangsa, dengan bangsa yang lain.
Indonesia adalah salah satu Negara yang memiliki bermacam identitas
nasional yang mengkhaskan dan tentunya berbeda dengan Negara-negara
lainnya. Mayoritas dari masyarakat mengasosiakan identitas nasional
mereka dengan negara dimana mereka dilahirkan. Beragamnnya suku
bangsa serta bahasa di Indonesia, merupakan suatu tantangan besar bagi
bangsa ini untuk tetap dapat mempertahankan identitasnnya. Untuk itu,
sebagai generasi muda Indonesia seharusnnya sudah mengetahui apa itu
identitas nasional bangsa kita. Namun pada kenyataannya masih banyak
generasi muda indonesia yang belum tahu tentang apa itu identitas
nasional dan apa saja wujud dari identitas nasional bangsa Indonesia itu
sendiri. Seringkali kita marah ketika aset identitas nasional kita direbut
atau ditiru oleh Negara lain, tapi dalam pengaplikasiannya kita sebagai
warga negara Indonesia hanya bersikap pasif dan enggan untuk
menggembangkannya. Identitas Nasional merupakan pengertian dari jati
diri suatu Bangsa dan Negara, Selain itu pembentukan Identitas Nasional
sendiri telah menjadi ketentuan yang telah di sepakati bersama.
Menjunjung tinggi dan mempertahankan apa yang telah ada dan berusaha
memperbaiki segala kesalahan dan kekeliruan di dalam diri suatu Bangsa
dan Negara sudah tidak perlu di tanyakan lagi, Terutama di dalam bidang
Hukum.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hakikat dan pengertian identitas nasional?
2. Apa saja faktor-faktor pembentuk identitas nasional?
3. Apa apa saja yang termasuk dimensi identitas nasional?
4. Bagaimana bentuk identitas nasional Republik Indonesia?
5. Apa peran Pancasila sebagai identitas nasional Republik Indonesia?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui hakikat dan pengertian identitas nasional.
2. Agar mengetahui faktor faktor pembentuk identitas nasional.
3. Untuk mengetahui apa saja yang termasuk dalam dimensi identitas
nasional
4. Untuk mengetahui bentuk identitas nasional negara Republik
Indonesia
5. Untuk mengetahui peran pancasila sebagai Identitas Nasional RI
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hakikat dan Pengertian Identitas Nasional


Identitas adalah ungkapan nilai-nilai budaya suatu bangsa yang
bersifat khas dan membuatnya berbeda dengan bangsa lainnya. Kekhasan
tersebut yang kemudian disebut dengan identitas nasional. Dari segi
bahasa identitas berasal dari bahasa inggris yaitu identity yang artinya ciri-
ciri, tanda-tanda atau jati diri. Secara keseluruhan identitas nasional
berasal dari kata “national identity” yang memiliki arti kepribadian
nasional atau jati diri nasional. Sifat identitas nasional yang relatif dan
konstektual mewajibkan setiap bangsa untuk selalu kritis terhadap
identitas nasionalnya agar selalu memperbarui pemahaman dan
pemaknaan terhadap jati dirinya.
Identitas nasional Indonesia terbentuk karena adanya kesamaan nasib satu
sama lain sebagai bangsa Indonesia, yaitu pengalaman sejarah dalam
mengusir penjajah dan penderitaan yang dialami bangsa Indonesia saat itu.
Hal ini dijadikan sebagai alat pemersatu bangsa melalui kerja sama antara
identitas kelompok satu dengan kelompok yang lain. Artinya keberagaman
telah membentuk identitas bersama sebagai simbol kekuatan bersama
secara nasional.
Keberagaman yang merupakan identitas nasional harus diiringi
sikap toleransi yang tinggi karena sikap masyarakat multikultural inilah
yang akan memupuk demokrasi akhirnya akan merealisasikan dan
mewujudkan cita-cita nasional, yaitu mencerdaskan dan menyejahterakan
segenap komponen bangsa. Sikap seperti itulah yang akan melahirkan rasa
cinta yang kuat terhadap bangsa sendiri yang disebut dengan nasionalisme.
Dalam buku yang dihimpun Akira Nazagumi yang berjudul Indonesia
dalam Kajian Sarjana Jepang, Kenji Takuya melihat beberapa faktor yang
mendorong bangkitnya sifat nasionalisme bangsa Indonesia, yaitu
terbentuknya wilayah kekuasaan kolonial modern, lahirnya hirarki
birokrasi dan pusat kekuasaan baru sampai pada terbukanya informasi baru
dari luar.
Ki Hajar Dewantara dalam bukunya yang berjudul “Als Ik Een
Nederland Was” menulis beberapa pernyataan yang mencerminkan
pemahamannya terhadap situasi internasional sekaligus mengungkapkan
rasa nasionalistiknya. Apa yang dilakukan oleh Ki Hajar Dewantara ini
ternyata mampu menginspirasi tokoh lain yang sepaham dengannya untuk
menyebarkan pemahaman tentang cinta tanah air dan mempersatukan
bangsa untuk berjuang demi membebaskan diri dari jerat pemerintahan
kolonial Belanda.
Mengacu pada awal terbentuknya nasionalisme secara umum,
maka dapat dikatakan bahwa nasionalisme adalah sebuah situasi kejiwaan
di mana kesetiaan seseorang secara keseluruhan digunakan untuk
mengabdi kepada negara atas nama sebuah bangsa. Munculnya
nasionalisme terbukti efektif digunakan sebagai alat perjuangan bangsa
Indonesia untuk merebut kemerdekaan

B. Faktor Faktor Pembentuk Identitas Nasional


Terdapat dua faktor penting dalam pembentukan identitas nasional
yaitu faktor primodial dan faktor kondisional. Faktor primodial atau faktor
objektif adalah faktor bawaan yang bersifat alamiah yang melekat pada
bangsa tersebut seperti geografi, ekologi dan demografi. Kondisi
geografis-ekologis yang membentuk Indonesia sebagai wilayah kepulauan
yang beriklim tropis dan terletak di persimpangan jalan komunikasi anta
rwilayah dunia di Asia Tenggara, ikut mempengaruhi perkembangan
kehidupan demografis, ekonomis, sosial dan kultural bangsa Indonesia.
Sedangkan faktor kondisional atau faktor subyektif adalah keadaan yang
mempengaruhi terbentuknya identitas nasional. Faktor subyektif meliputi
faktor historis, sosial, politik, dan kebudayaan yang dimiliki bangsa
Indonesia. Faktor historis ini mempengaruhi proses pembentukan
masyarakat dan bangsa Indonesia, beserta identitasnya, melalui interaksi
berbagai faktor yang terlibat di dalamnya. Hasil dari interaksi dari
berbagai faktor tersebut.
Selain itu terdapat factor lain yaitu faktor sakral dapat berupa
kesamaan agama yang dipeluk masyarakat atau ideologi doktriner yang
diakui oleh masyarakat yang bersangkutan. Agama dan ideologi
merupakan faktor sakral yang dapat membentuk bangsa negara. Faktor
sakral ikut menyumbang terbentuknya satu nasionalitas baru. Negara
Indonesia diikat oleh kesamaan ideologi Pancasila. Tokoh kepemimpinan
dari para tokoh yang disegani dan dihormati oleh masyarakat dapat pula
menjadi faktor yang menyatukan bangsa negara. Pemimpin di beberapa
negara dianggap sebagai penyambung lidah rakyat, pemersatu rakyat dan
simbol pemersatu bangsa yang bersangkutan. Contohnya Soekarno di
Indonesia, Nelson Mandela di Afrika Selatan, Mahatma Gandhi di India,
dan Tito di Yugoslavia.
Prinsip kesediaan warga bangsa bersatu dalam perbedaan (unity in
deversity) juga menjadi faktor pembentuk identitas nasional. Yang disebut
bersatu dalam perbedaan adalah kesediaan warga bangsa untuk setia pada
lembaga yang disebut negara dan pemerintahnya tanpa menghilangkan
keterikatannya pada suku bangsa, adat, ras, agamanya. Sesungguhnya
warga bangsa memiliki kesetiaan ganda (multiloyalities). Warga setia pada
identitas primordialnya dan warga juga memiliki kesetiaan pada
pemerintah dan negara, namun mereka menunjukkan kesetiaan yang lebih
besar pada kebersamaan yang terwujud dalam bangsa negara di bawah
satu pemerintah yang sah. Mereka sepakat untuk hidup bersama di bawah
satu bangsa meskipun berbeda latar belakang. Oleh karena itu, setiap
warga negara perlu memiliki kesadaran akan arti pentingnya penghargaan
terhadap suatu identitas bersama yang tujuannya adalah menegakkan
Bhinneka Tunggal Ika atau kesatuan dalam perbedaan (unity in deversity)
suatu solidaritas yang didasarkan pada kesantunan (civility).
Faktor yang tak kalah penting yaitu sejarah. Persepsi yang sama
diantara warga masyarakat tentang sejarah mereka dapat menyatukan diri
dalam satu bangsa. Persepsi yang sama tentang pengalaman masa lalu,
seperti sama-sama menderita karena penjajahan, tidak hanya melahirkan
solidaritas tetapi juga melahirkan tekad dan tujuan yang sama antar
anggota masyarakat itu.
Perkembangan ekonomi (industrialisasi) akan melahirkan
spesialisasi pekerjaan profesi sesuai dengan aneka kebutuhan masyarakat.
Semakin tinggi mutu dan variasi kebutuhan masyarakat, semakin saling
tergantung diantara jenis pekerjaan. Setiap orang akan saling bergantung
dalam memenuhi kebutuhan hidup. Semakin kuat saling ketergantungan
anggota masyarakat karena perkembangan ekonomi, akan semakin besar
solidaritas dan persatuan dalam masyarakat. Solidaritas yang terjadi karena
perkembangan ekonomi oleh Emile Durkheim disebut Solidaritas Organis.
Faktor ini berlaku di masyarkat industri maju seperti Amerika Utara dan
Eropa Barat.
Lembaga-lembaga pemerintahan dan politik. Lembaga-lembaga itu
seperti birokrasi, angkatan bersenjata, pengadilan, dan partai politik.
Lembaga-lembaga itu melayani dan mempertemukan warga tanpa
membeda-bedakan asal usul dan golongannya dalam masyarakat. Kerja
dan perilaku lembaga politik dapat mempersatukan orang sebagai satu
bangsa.
Faktor persamaan turunan, bahasa, daerah, kesatuan politik, adat-
istiadat dan tradisi, atau persamaan agama. Akan tetapi teranglah bahwa
tiada satupun di antara faktor – faktor ini bersifat hakiki untuk menentukan
ada - tidaknya atau untuk merumuskan bahwa mereka harus seketurunan
untuk merupakan suatu bangsa.
Faktor – faktor obyektif itu penting, namun unsur yang terpenting
ialah kemauan bersama yang hidup nyata. Kemauan inilah yang kita
namakan Nasionalisme. Yakni suatu paham yang memberi ilham.
C. Dimensi Identitas Nasional
Ada beragam unsur identitas yang secara normatif mampu
menjelaskan
ciri khas suatu bangsa, yaitu letak geografis, adat-istiadat, nilai dan bahasa.
Sedangkan dimensi identitas nasional antara lain:
1. Pola perilaku, adalah gambaran perilaku yang terwujud dalam
kehidupan sehari-hari misalnya, adat istiadat, budaya dan kebiasaan,
hormat terhadap orang tua dan saling membantu sesame manusia.
2. Simbol-simbol, merupakan sesuatu yang menggambarkan tujuan dan
fungsi negara. Simbol-simbol ini biasanya tercantum dalam
undangundang, misalnya bendera, bahasa dan lagu kebangsaan.
3. Instrumen properti, merupakan sejumlah perangkat atau sarana
manusia
yang digunakan untuk mencapai tujuan, seperti masjid, candi, gereja,
kapal laut dan pesawat.
4. Tujuan bersama, adalah harapan dan cita-cita bersama bangsa yang
kompetitif dan bermartabat. Dalam hal ini tujuan bersama bangsa
Indonesia telah tercantum dalam alenia ke-4 Pembukaan UUD 1945
yang berbunyi:
“Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah
Negara
Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban
dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam
suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam
suatu susunan Negara Repubik Indonesia yang berkedaulatan rakyat
dengan berdasar kepada: Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan
yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan, serta dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh
Rakyat Indonesia.”

Setiap bangsa memiliki ideologi dan pandangan hidup yang berbeda


satu dengan yang lainnya. Ideologi ini diambil dari nilai-nilai yang
tumbuh, hidup dan berkembang di dalam kehidupan berbangsa masing-
masing. Begitu pula dengan Pancasila sebagai ideologi dan pandangan
hidup bangsa Indonesia yang digali dari tradisi dan budaya yang tumbuh
dalam kehidupan bangsa Indonesia sendiri sejak kelahirannya hingga
berkembang menjadi bangsa yang besar.
Pancasila telah melalui proses dan rentang sejarah yang panjang sejak
para pendiri negara akan mendirikan Negara Indonesia yang merdeka telah
berhasil merancang dasar negara yang bersumber dari nilai-nilai yang
tumbuh dalam kehidupan bangsa Indonesia yang kemudian diformulasikan
dan disistematisasikan dalam racangan dasar negara yang diberi nama
Pancasila.
Dengan demikian, sepertinya sudah jelas bahwa secara historis
kehidupan bangsa Indonesia tidak dapat dipisahkan dengan nilai-nilai
Pancasila serta telah melahirkan keyakinan dari bangsa Indonesia terhadap
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa dan dasar negara Republik
Indonesia sejak resmi disahkan pada 18 Agustus 1945 oleh PPKI sampai
dengan saat ini..

D. Bentuk Identitas Nasional Republik Indonesia


Indonesia sebagai suatu wilayah yang merdeka tentunya
mempunyai Identitas yang identik dengan masyarakatnya yang tidak lepas
dari sejarah Nusantara sehingga lahirnya Indonesia sebagai Negara yang
Berdaulat, Salah satu identitas yang telah melekat pada Negara Indonesia
adalah Binneka Tunggal Ika. Ungkapan Binneka Tunggal Ika dalam
lambang nasional terletak pada simbol burung garuda dengan lima simbol
yang mewakili sila-sila dalam dasar Negara Pancasila.
Beberapa bentuk identitas nasional Indonesia, adalah sebagai berikut:
1. Bahasa Nasional / Bahasa Persatuan yaitu Bahasa Indonesia. Bahasa
Indonesia adalah salah satu identitas nasional Indonesia yang penting.
Sekalipun Indonesia memiliki ribuan bahasa daerah, kedudukan bahasa
Indonesia yang digunakan sebagai bahasa penghubung berbagai
kelompok etnis yang mendiami kepulauan Nusantara memberikan nilai
identitas tersendiri bagi bangsa Indonesia.
2. Bendera Negara yaitu Sang Merah Putih. Bendera Negara Republik
Indonesia, yang secara singkat disebut Bendera Negara, adalah Sang
Saka Merah Putih, Sang Merah Putih, Merah Putih, atau kadang
disebut Sang Dwiwarna (dua warna). Bendera Negara Sang Merah
Putih berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran lebar 2/3 (dua-
pertiga) dari panjang serta bagian atas berwarna merah dan bagian
bawah berwarna putih yang kedua bagiannya berukuran sama.
3. Lagu kebangsaan yaitu Indonesia Raya. Indonesia Raya adalah lagu
kebangsaan Republik Indonesia. Lagu ini pertama kali diperkenalkan
oleh komponisnya, Wage Rudolf Soepratman, pada tanggal 28
Oktober 1928 pada saat Kongres Pemuda II di Batavia. Lagu ini
menandakan kelahiran pergerakan nasionalisme seluruh nusantara di
Indonesia yang mendukung ide satu “Indonesia” sebagai penerus
Hindia Belanda, daripada dipecah menjadi beberapa koloni.
4. Lambang Negara dan Dasar Falsafah Negara yaitu Pancasila.
Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri
dari dua kata dari Sanskerta: pañca berarti lima dan śīla berarti prinsip
atau asas. Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan
berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia. Tanggal 1 Juni
diperingati sebagai hari lahirnya Pancasila.
5. Semboyan Negara yaitu Bhinneka Tunggal Ika. Bhinneka Tunggal Ika
adalah moto atau semboyan Indonesia. Frasa ini berasal Dari bahasa
Jawa Kuna dan seringkali diterjemahkan dengan kalimat “Berbeda-
beda tetapi tetap satu”. Semboyan ini digunakan untuk
menggambarkan persatuan dan kesatuan Bangsa dan Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang terdiri atas beraneka ragam budaya, bahasa
daerah, ras, suku bangsa, agama dan kepercayaan. Kalimat ini
merupakan kutipan dari sebuah kakawin Jawa Kuna yaitu kakawin
Sutasoma, karangan Mpu Tantular semasa kerajaan Majapahit sekitar
abad ke-14. Kakawin ini istimewa karena mengajarkan toleransi antara
umat Hindu Siwa dengan umat Buddha.
6. Konstitusi (Hukum Dasar) Negara yaitu UUD 1945. Istilah dalam
bahasa inggris constitution atau dalam bahasa belanda constitutie
secara harfiah sering diterjemahkan dalam bahasa indonesia yaitu
undang-undang dasar. Ditinjau dari segi kekuasaan undang-undang
dasar dapat dipandang sebagai lembaga atau kumpulan asas-asa yang
menetapkan bagaimana kekuasaan itu dibagi anatara beberapa lembaga
kenegaraan. Mengacu konsep trias politika, kekuasaan dibagi anatar
badan eksekutif, legislatif dan yudikatif.
7. Bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia yaitu berkedaulatan
rakyat. Kedaulatan rakyat mengandung arti kekuasaan tertinggi ada
pada rakyat. Dengan demikian makna kedaulatan rakyat adalah
demokrasi, yang berarti pemerintahan yang kekuasaan tertinggi
terletak/bersumber pada rakyat. Sumber ajaran kedaulatan rakyat ialah
ajaran demokrasi yang telah dirintis sejak jaman Yunani oleh Solon.
Istilah demokrasi berasal dari kata Yunani, demos (rakyat) dan kratein
(memerintah) atau kratos (pemerintah). Jadi, demokrasi mengandung
pengertian pemerintahan rakyat, yaitu pemerintahan dari rakyat, oleh
rakyat, dan untuk rakyat. Rakyat merupakan suatu kesatuan yang
dibentuk oleh individu-individu melalui perjanjian masyarakat. Rakyat
sebagai pemegang kekuasaan tertinggi memberikan haknya kepada
untuk kepentingan bersama. Penguasa dipilih dan ditentukan atas dasar
kehendak rakyat melalui perwakilan yang duduk di dalam
pemerintahan atau melalui pemilihan umum. Pemerintah yang
berkuasa harus mengembalikan hak-hak sipil kepada warganya.
8. Konsepsi Wawasan Nusantara. Wawasan nusantara adalah cara
pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan bentuk
geografinya berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Dalam
pelaksanannya, wawasan nusantara mengutamakan kesatuan wilayah
dan menghargai kebhinekaan untuk mencapai tujuan nasional.

E. Pancasila Sebagai Identitas Nasional Republik Indonesia


Sebagai identitas nasional, Pancasila sebagai kepribadian bangsa
harus mampu mendorong bangsa Indonesia secara keseluruhan agar tetap
berjalan dalam koridornya yang bukan berarti menentang arus globalisasi,
akan tetapi lebih cermat dan bijak dalam menjalani dan menghadapi
tantangan dan peluang yang tercipta. Bila menghubungkan kebudayaan
sebagai karakteristik bangsa dengan Pancasila sebagai kepribadian bangsa,
tentunya kedua hal ini merupakan suatu kesatuan layaknya keseluruhan
sila dalam Pancasila yang mampu menggambarkan karakteristik yang
membedakan Indonesia dengan negara lain, Selain itu Pancasila juga
mempunyai nilai Historis yang sangat mendalam bagi Masyarakat
Indonesia sehinggal sangatlah layak jika Pancasila dijadikan sebagai
Simbol dan Identitas Nasional Negara Republik Indonesia sejak Piagam
jakarta disusun oleh Panitia sembilan. Naskah Pancasila:

1. Ketuhanan Yang Maha Esa


2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan Perwakilan
5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Dapat pula dikatakan bahwa pancasila sebagai dasar filsafat bangsa
dan negara Indonesia pada hakekatnya bersumber kepada nilai-nilai
budaya dan keagamaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia sebagai
kepribadian bangsa. Jadi filsafat Pancasila ini bukan muncul secara tiba-
tiba dan dipaksakan oleh suatu rezim atau penguasa melainkan suatu fase
historis yang cukup panjang. Pancasila sebelum dirumuskan secara formal
yudiris dalam Pembukaan UUD 1945 sebagai dasar filsafat Negara
Indonesia, nilai-nilainya telah ada pada Bangsa Indonesia, dalam
kehidupan sehari-hari sebagai suatu pandangan hidup, sehingga materi
Pancasila yang berupa nilai-nilai tersebut tidak lain adalah dari bangsa
Indonesia sendiri.

Dalam pengertian seperti ini menurut Notonegoro bangsa Indonesia


adalah sebagai kausa materialis Pancasila. Nilai-nilai tersebut kemudian
diangkat dan dirumuskan secara formal oleh para pendiri negara untuk
dijadikan sebagai dasar Negara Republik Indonesia. Proses perumusan
materi Pancasila secara formal tersebut dilakukan dalam sidang-sidang
BPUPKI pertama, sidang “Panitia 9”, sidang BPUPKI kedua, serta akirnya
disyahkan secara formal Yudiris sebagai dasar filsafat Negara Republik
Indonesia.

Nilai-nilai esensial yang terkandung dalam Pancasila yaitu :


Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan serta Keadilan, dalam
kenyataannya secara objektif telah dimiliki oleh bangsa Indonesia sejak
zaman dahulu kala sebelum mendirikan negara. Dasar-dasar pembentukan
nasionalisme modern menurut Yamin dirintis oleh para pejuang
kemerdekaan bangsa, antara lain rintisan yang dilakukan oleh para tokoh
pejuang kebangkitan nasional pada tahun 1908, kemudian dicetuskan pada
Sumpah Pemuda pada tahun 1928.

Akhirnya titik kulminasi sejarah perjuangan bangsa Indonesia


untuk menemukan identitas nasionalnya sendiri, membentuk suatu bangsa
dan negara Indonesia tercapai pada tanggal 17 Agustus 1945, yang
kemudian diproklamasikan sebagai suatu kemerdekaan bangsa Indonesia.
Oleh karena itu akar-akar nasionalisme Indonesia yang berkembang dalam
perspektif sejarah sekaligus juga merupakan unsur-unsur identitas
nasional, yaitu nilai-nilai yang tumbuh dan berkembang dalam sejarah
terbentuknya bangsa Indonesia. Oleh karena itu agar bangsa Indonesia
tetap eksis dalam menghadapi globalisasi maka harus tetap meletakkan jati
diri dan identitas nasional yang merupakan kepribadian bangsa Indonesia
sebagai dasar pengembangan kreatifitas budaya globalisasi. Sebagaimana
terjadi di berbagai negara di dunia, justru dalam era globalisasi dengan
penuh 9 yang cenderung menghancurkan nasionalisme, muncullah
kebangkitan kembali kesadaran nasional.

Identitas Nasional, meupakan manifestasi nilai-nilai budaya yang


tumbuh dan berkembang dalam berbagai aspek kehidupan suatu nation
( bangsa ) dengan ciri-ciri khas tertentu yang membuat bangsa
bersangkutan berbeda dengan bangsa lain. Dengan perkataan lain dapat
dikatakan bahwa Identitas Nasional Indonesia adalah Pancasila yang
aktualisasinya tercermin dalam berbagai penataan kehidupan berbangsa
dan bernegara dalam arti luas. Paham Nasionalisme terbukti sangat efektif
sebagai alat perjuangan bersama merebut kemedekaan dari cengkraman
Kolonial dan Negara merupakan bangsa yang memiliki bangunan politik.
Menurut penganutnya paham nasionalisme bukanlah nasionalisme yang
berwatak sempit (chauvinisme) melainkan bersifat toleran dan tidak
memaksa
BAB III

KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Identitas adalah ungkapan nilai-nilai budaya suatu bangsa yang
bersifat khas dan membuatnya berbeda dengan bangsa lainnya. Kekhasan
tersebut yang kemudian disebut dengan identitas nasional. Ada beragam
unsur identitas yang secara normatif mampu menjelaskan ciri khas suatu
bangsa, yaitu letak geografis, adat-istiadat, nilai dan bahasa. Sedangkan
dimensi identitas nasional di antaranya adalah pola perilaku, simbol-
simbol, instrumen properti dan tujuan bersama. Setiap negara pasti
memiliki identitas untuk menunjang terbentuknya suatu negara . Akan
tetapi di Indonesia, unsur-unsur pembentuk identitas nasional adalah
sejarah, kebudayaan, suku bangsa, agama dan bahasa.

B. Saran
Demikianlah makalah ini saya susun, saya menyadari masih
banyak kekurangan dalam makalah ini. Saya berharap agar kita lebih
memahami tentang identitas nasional, terutama identitas nasional
Indonesia. Jangan biarkan identitas nasional ikut luntur akibat pengaruh
globalisasi.
DAFTAR PUSTAKA

Basyir, K. (2013). Pancasila dan Kewarganegaraan. Surabaya: UIN Sunan


Ampel Press.

Karsadi. (2018). PENDIDIKAN PANCASILA DI PERGURUAN TINGGI.


Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR.

Latheva. (2016, 05 03). latheva. Retrieved from latheva.wordpress.com:


https://lathevha.wordpress.com/2016/05/03/kewarganegaraan-
identitasnasional-sebagai-karakter-bangsa-indonesia/

Mangihot, P. (2017, 02). mangihot. Retrieved from mangihotblogspot.co.id:


http://mangihot.blogspot.co.id/2017/02/pengertian-faktor-unsur-unsur-
dansifat.html

Natalia, Y. D. (2018). Identitas Nasional. Jurnal Kewarganegaraan IIK Bhanti


Widaya.

Nikma. (2013, 11). Nimaajah. Retrieved from Nikmaajah.blogspot.co:


http://nikmahajah.blogspot.co.id/2013/11/proses-berbangsa-
danbernegara.html

Ubaedillah. (2010). Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Prenada Media.


MAKALAH KEWARGANEGARAAN

“ Identitas Nasional

DISUSUN OLEH

NAMA : WA ODE YUNIAR


NIM : C1D122094
KELAS : B
JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS HALU OLEO
2022/2023

Anda mungkin juga menyukai