Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“IDENTTAS NASIONAL DAN MULTIKULTURALISME”


DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS KELOMPOK 4 MATA KULIAH PANCASILA

DOSEN PENGAMPU: Yudistira Abdi, M.E.I

DISUSUN OLEH KELOMPOK 4 :


Luthfizh Adfi Nasution (0101233168)
Ridha Nadiyah Siregar (0101233171)
Alya Rahmadhani Br Ginting (0101233143)
Muhammad Fikri Hanif (0101233152)

PRODI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
T.A 2023/2024
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji dan Syukur kehadirat Allah swt.karena


Rahmat,taufik,hidayah dan inayah-nya,makalah ini dapat di selesaikan.sholawat dan
salam semoga tetap tercurah kepada nabi Muhammad saw beserta keluarga,sahabat
dan seluruh orang yang senantiasa mengikuti sunah beliau .

Makalah ini dibuat berdasarkan kepada panduan dan garis-garis besar program
pengajaran yang diberikan oleh uiniversitas islam negeri Sumatra utara.

Juga kami sampaikan kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu di


dalam penyusunan materi kuliah ini kami ucapkan terimakasi ,karena tanpa
arahan,bimbingan dan motivasi yang diberikan tentunya belum bisa tersaji kepada
para pembaca ,walupun tidak bisa kami sebutkan namanya satu persatu

Akhir kata,sebagai mata kuliah dakwah yang baik tentunya memerlukan


sebuah celah untuk menyempurnakan materi kedepan,untuk itu kami dengan segala
kerendahan hati menerima masukan demi maksud peningkatan dan penyempurnaan
dalam makalah dan pembelajaran ini.

Medan, 7 November 2023

Penulis

II
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN...........................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................... .........................1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………..……..1
C. Tujuan Masalah………………………………………………………………1
BAB II PEMBAHASAN…….................................................................................... 2
1. Pengertian Identitas Nasional........................................................................... 2
2. Faktor Pembentukan Identitas Nasional........................................................... 3
3. Parameter Identitas Nasional............................................................................ 4
4. Faktor Pendukung Kelahiran Identitas Nasional.............................................. 5
5. Pengertian Multikuralisme............................................................................... 6
6. Jenis-Jenis Multikuralisme............................................................................... 6
7. Sejarah Multikuralisme.....................................................................................8
8. Hubungan Multikuralisme dengan HAM......................................................... 8
9. Contoh Kasus-Kasus Multikuralisme di Indonesia.......................................... 9
10. Solusi Mengatasi Masalah Multikuralisme...................................................... 9
BAB III PENUTUP……............................................................................................10
A. Kesimpulan……………………………………………………………………… 10
B. Saran…………………………………………………………………………….. 10
DAFTAR PUSTAKA……......................................................................................... 11

III
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Identitas Nasional merupakan ciri khas yang dimiliki satu bangsa yang tentunya
berbeda antara satu bangsa dengan bangsa yang lain. Indonesia adalah salah satu negara
yang memiliki bermacam identitas nasional yang mengkhaskan dan tentunya berbeda
dengan negara-negara lainnya.Mayoritas dari dari masyarakat mengasosiakan identitas
nasional mereka dengan negara dimana mereka dilahirkan.Beragamnya suku bangsa serta
bahasa di Indonesia merupakan suatu tantangan besar bagi bangsa ini untuk tetap dapat
mempertahankan identitasnya.
Namun pada kenyataannya masih banyak generasi muda Indonesia yang belum
tau tentang apa itu Identitas Nasional dan apa saja wujud dari identitas nasional bangsa
Indonesia itu sendiri .Seringkali kita marah aset Identitas Nasional kita direbut atau ditiru
oleh Negara lain, tapi dalam pengaplikasiannya kita sebagai Warga Negara Indonesia
hanya bersikap pasif dan enggan untuk mengembangkannya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian, faktor pembentukan dan parameter identitas nasional
2. Apa saja faktor pendukung kelahiran identitas nasional
3. Apa pengertian, jenis jenis, dan sejarah multikulturalisme
4. Hubungan multikulturalisme dengan demokrasi HAM
5. Apa contoh kasus multikulturalisme di Indonesia dan bagaimana solusinya
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian, faktor pembentukan dan parameter identitas nasional
2. Untuk mengetahui faktor pendukung kelahiran identitas nasional
3. Untuk mengetahui pengertian, jenis jenis, dan sejarah multikulturalisme
4. Untuk mengetahui hubungan multikulturalisme dengan demokrasi HAM
5. Untuk mengetahui apa contoh kasus multikulturalisme di Indonesia dan bagaimana
solusinya.
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Identitas Nasional


Identitas berasal dari kata identity yang berarti ciri- ciri, tanda-tanda, atau jati
diri yang melekat pada seseorang atau sesuatu yang membedakannya dengan yang
lain. Dalam arti terminologi antropologi, identitas adalah sifat khas yang
menerangkan dan sesuai dengan kesadaran diri pribadi sendiri, golongan, kelompok,
komunitas, atau negaranya sendiri. Kata nasional dalam identitas nasional merupakan
identitas yang melekat pada kelompok-kelompok yang lebih besar yang diikat oleh
kesamaan-kesamaan, baik fisik seperti budaya, agama, bahasa, maupun nonfisik
seperti keinginan, cita- cita, dan tujuan. Istilah identitas nasional atau identitas bangsa
melahirkan tindakan kelompok (collective action) yang diberi atribut nasional.
Pengertian identitas nasional pada hakikatnya adalah "Manifestasi nilai-nilai budaya
yang tumbuh dan berkembang dalam aspek kehidupan suatu bangsa (nation) dengan
ciri-ciri khas dan dengan ciri-ciri yang khas tadi suatu bangsa berbeda dengan bangsa
lain dalam kehidupannya" (Wibisono Koento: 2005).
Identitas nasional bangsa Indonesia merupakan salah satu identitas yang telah
melekat pada negara Indonesia, yaitu Bhineka Tunggal Ika. Ungkapan Bhineka
Tunggal Ika dalam lambang nasional terletak pada simbol Burung Garuda dengan
lima simbol yang mewakili sila-sila dalam dasar Negara Pancasila. Beberapa bentuk
identitas nasional Indonesia, adalah:
▪ Bahasa Nasional atau Bahasa Persatuan, yaitu Bahasa Indonesia.
▪ Bahasa Indonesia berawal dari bahasa Melayu yang digunakan sebagai bahasa
pergaulan yang kemudian diangkat sebagai bahasa nasional pada tanggal 28
Oktober 1928.Bendera Negara, yaitu Sang Merah Putih. Warna merah berarti
berani dan putih berarti suci. Bendera merah putih pertama kali dikibarkan pada
tanggal 17 Agustus 1945, namun telah ditunjukkan pada peristiwa Sumpah
Pemuda.
▪ Lagu Kebangsaan Indonesia, yaitu Indonesia Raya. Lagu Indonesia sebagai lagu
kebangsaan pertama kali dinyanyikan pada tanggal 28 Oktober 1928.
▪ Lambang Negara, yaitu Garuda Pancasila. Garuda adalah burung khas Indonesia
yang dijadikan sebagai lambang Negara.

2
▪ Semboyan Negara, yaitu Bhineka Tunggal Ika. Artinya berbeda-beda tetapi tetap
satu jua. Menunjukkan Indonesia adalah bangsa yang heterogen namun tetap
berkeinginan untuk menjadi bangsa yang satu, yakni Indonesia.

2. Faktor Pembentukan Identitas Nasional


Menurut Ramlan Surbakti (1999), proses pembentukan bangsa-negara
memerlukan identitas-identitas untuk menya- tukan. Faktor-faktor yang menjadi
identitas bersama suatu bangsa meliputi primordial, ideologi, tokoh, sejarah, Bhineka
Tunggal Ika, perkembangan ekonomi, dan kelembagaan.
▪ Primordial
Faktor ini meliputi ikatan kekerabatan (darah dan keluarga), kesamaan suku bangsa,
daerah asal (homeland), bahasa, dan adat-istiadat. Dengan faktor ini masyarakat dapat
membentuk bangsa-negara. Contoh: Bangsa Yahudi membentuk negara Israel.
▪ Sakral
Faktor ini dapat berupa agama atau ideologi yang dianut/ diakui oleh masyarakat
bersangkutan. Contoh: Agama Katolik mampu membentuk beberapa negara di
Amerika Latin, Uni Soviet diikat oleh kesamaan ideologi komunisme, dan lain-lain.
▪ Tokoh
Kepemimpinan para tokoh yang disegani dan dihormati masyarakat (karismatik),
dapat menjadi faktor yang menyatukan bangsa-negara. Contoh: Mahatma Ghandi di
India, Yoseph Broz Tito di Yugoslavia, Nelson Mandela di Afrika Selatan, dan Dr. Ir.
Sukarno (Bung Karno) di Indonesia.
▪ Sejarah
Persepsi yang sama tentang pengalaman masa lalu yang menderita akibat penjajahan
menimbulkan perasaan senasib sepenanggungan dan solidaritas warga masyarakat,
sehingga melahirkan tekad dan tujuan untuk membentuk negara. Contoh: Indonesia.
▪ Bhineka Tunggal Ika
Kesediaan warga masyarakat untuk bersatu dalam perbedaan (unity in diversity) tanpa
menghilangkan keterikatannya pada suku bangsa, adat istiadat, ras, dan agama, dapat
membentuk organisasi besar berupa negara. Contoh: Republik Indonesia.
▪ Perkembangan Ekonomi
Perkembangan ekonomi (industrialisasi) akan melahirkan spesialisasi pekerjaan dan
profesi sesuai dengan aneka kebutuhan masyarakat. Semakin tinggi mutu dan variasi
kebutuhan masyarakat, semakin saling bergantung di antara jenis pekerjaan, dan akan
3
semakin besar solidaritas dan. persatuan dalam masyarakat. Contoh: Negara-negara di
Amerika Utara dan Eropa Barat.
▪ Kelembagaan
Kerja dan perilaku lembaga pemerintahan dan politik yang baik, yang
mempertemukan dan melayani warga tanpa membeda-bedakan asal-usul, suku,
agama, ras, dan lain-lain dapat mempersatukan orang-orang sebagai suatu bangsa.

Berdasarkan parameter sosiologi, faktor-faktor pembentuk identitas nasional menurut


Srijanti (2009) adalah:

▪ Suku bangsa, yaitu golongan sosial yang khusus dan bersifat askriptif (ada sejak
lahir) yang sama coraknya dengan golongan umur dan jenis kelamin. Indonesia
dikenal sebagai bangsa yang terdiri dari banyak suku bangsa (kurang lebih 300)
dan setiap suku bangsa memiliki adat-istiadat, tata kelakuan, dan norma yang
berbeda-beda, tetapi terintegrasi dalam suatu negara Indonesia.
▪ Kebudayaan, yang menurut ilmu sosiologi termasuk di dalamnya adalah ilmu
pengetahuan, teknologi, bahasa, kesenian, mata pencarian, peralatan/perkakas,
kesenian, sistem kepercayaan, adat-istiadat, dan lain-lain. Kebudayaan sebagai
parameter identitas nasional harus yang merupakan milik bersama (bukan
individu/pribadi).
▪ Bahasa, yang merupakan keistimewaan manusia dalam berkomunikasi dengan
sesamanya. Bahasa memiliki simbol yang menjadikan suatu perkataan mampu
melambangkan arti apa pun.
▪ Kondisi geografis, yang menunjukkan lokasi negara dalam kerangka ruang,
tempat, dan waktu, sehingga menjadi jelas batas-batas wilayahnya di muka bumi.

3. Parameter Identitas Nasional


Parameter identitas nasional adalah suatu ukuran atau patokan yang dapat
digunakan untuk menyatakan sesuatu yang menjadi ciri khas suatu bangsa. Sesuatu
yang diukur adalah unsur suatu identitas seperti kebudayaan yang menyangkut norma,
adat, dan teknologi, sesuatu yang alami atau ciri yang sudah terbentuk seperti
geografis. Identitas nasional memiliki indikator sebagai berikut:
• Identitas nasional menggambarkan pola perilaku yang terwujud melalui
aktivitas masyarakat sehari-harinya. Identitas ini menyangkut adat istiadat, tata
4
kelakuan, dan kebiasaan. Ramah tamah, hormat kepada orangtua, dan gotong
royong merupakan salah satu identitas nasional yang bersumber dari adat
istiadat dan tata kelakuan.
• Lambang-lambang yang merupakan ciri dari bangsa dan secara simbolis
menggambarkan tujuan dan fungsi bangsa. Lambang-lambang negara ini
biasanya dinyatakan dalam undang-undang seperti Garuda Pancasila, bendera,
bahasa, dan lagu kebangsaan.
• Alat-alat perlengkapan yang dipergunakan untuk mencapai tujuan seperti
bangunan, teknologi, dan peralatan manusia. Identitas yang berasal dari alat
perlengkapan ini seperti bangunan yang merupakan tempat ibadah
(Borobudur, Prambanan, masjid dan gereja), peralatan manusia (pakaian adat,
teknologi bercocok tanam), dan teknologi (pesawat terbang, kapal laut, dan
lain-lain).
• Tujuan yang ingin dicapai suatu bangsa. Identitas yang bersumber dari tujuan
ini bersifat dinamis dan tidak tetap seperti budaya unggul, prestasi dalam
bidang tertentu, seperti di Indonesia dikenal dengan bulutangkis.

4. Faktor Pendukung Kelahiran Identitas Nasional


Kelahiran identitas nasional suatu bangsa memiliki sifat, ciri khas, serta
keunikan sendiri-sendiri, yang sangat ditentukan oleh faktor-faktor yang mendukung
kelahiran identitas nasional tersebut. Adapun faktor-faktor yang mendukung kelahiran
identitas nasional bangsa Indonesia, meliputi:
▪ Faktor Objektif
Faktor objektif sendiri meliputi faktor geografis, ekologis, dan demografis. Kondisi
geografis -ekologis yang membentuk Indonesia sebagai wilayah kepulauan yang
beriklim tropis dan terletak di persimpangan jalan komunikasi antarwilayah dunia di
Asia Tenggara, ikut memengaruhi perkembangan kehidupan demografis, ekonomis,
sosial, dan kultural bangsa Indonesia.
▪ Faktor Subjektif
Faktor subjektif meliputi faktor historis, sosial, politik, dan kebudayaan yang dimiliki
bangsa Indonesia. Faktor historis ini memengaruhi proses pembentukan masyarakat
dan bangsa Indonesia, beserta identitasnya, melalui interaksi berbagai faktor yang
terlibat di dalamnya.

5
5. Pengertian Multikuralisme
Multikulturalisme adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan
pandangan seseorang tentang ragam kehidupan di dunia, ataupun kebijakan
kebudayaan yang menekankan tentang penerimaan terhadap adanya keragaman, dan
berbagai macam budaya (multikultural) yang ada dalam kehidupan masyarakat
menyangkut nilai-nilai, sistem, budaya, kebiasaan, dan politik yang dianut mereka,
Multikulturalisme berhubungan dengan kebudayaan dan kemungkinan konsepnya
dibatasi dengan muatan nilai atau memiliki kepentingan tertentu. "Multikulturalisme"
pada dasarnya adalah pandangan dunia yang kemudian dapat diterjemahkan dalam
berbagai kebijakan kebudayaan yang menekankan penerimaan terhadap realitas
keagamaan pluralitas, dan multikultural yang terdapat dalam kehidupan masyarakat.
Multikulturalisme dapat juga dipahami sebagai pandangan dunia yang kemudian
diwujudkan dalam kesadaran politik Multikulturalisme mencakup gagasan, cara
pandang, kebijakan, penyikapan dan tindakan, oleh masyarakat suatu negara, yang
majemuk dari segi etnis, budaya, agama dan sebagainya, namun mempunyai cita-cita
untuk mengembangkan semangat kebangsaan yang sama dan mempunyai kebanggan
untuk mempertahankan kemajemukan tersebut.

6. Jenis-Jenis Multikuralisme
Berbagai macam pengertian dan kecenderungan perkembangan konsep serta
praktik multikulturalisme yang diungkapkan oleh para ahli, membuat seorang tokoh
bernama Parekh membedakan lima macam multikulturalisme yaitu:
▪ Multikulturalisme isolasionis, mengacu pada masyarakat di mana berbagai
kelompok kultural menjalankan hidup secara otonom dan terlibat dalam interaksi
yang hanya minimal satu sama lain
▪ Multikulturalisme akomodatif, yaitu masyarakat yang memiliki kultur dominan
yang membuat penyesuaian dan akomodasi-akomodasi tertentu bagi kebutuhan
kultur kaum minoritas. Masyarakat ini merumuskan dan menerapkan undang-
undang, hukum, dan ketentuan- ketentuan yang sensitif secara kultural, dan
memberikan kebebasan kepada kaum minoritas untuk mempertahankan dan
mengembangkan kebudayaan meraka. Begitupun sebaliknya, kaum minoritas
tidak menantang kultur dominan. Multikulturalisme ini diterapkan di beberapa
negara Eropa.
6
▪ Multikulturalisme otonomis, masyarakat plural di mana kelompok-kelompok
kutural utama berusaha mewujudkan kesetaraan (equality)dengan budaya
dominan dan menginginkan kehidupan otonom dalam kerangka politik yang
secara kolektif bisa diterima. Perhatian pokok-pokok kultural ini adalah untuk
mempertahankan cara hidup mereka,yang memiliki hak yang sama dengan
kelompok dominan, mereka menantang kelompok dominan dan berusaha
menciptakan suatu masyarakat di mana semua kelompok bisa eksis sebagai mitra
sejajar.
▪ Multikulturalisme kritikal atau interaktif, yakni masyarakat plural di mana
kelompok-kelompok kultural tidak terlalu terfokus (concern) dengan kehidupan
kultural otonom; tetapi lebih membentuk penciptaan kolektif yang mencerminkan
dan menegaskan perspektif- perspektif distingtif mereka
▪ Multikulturalisme kosmopolitan, berusaha menghapus batas-batas kultural sama
sekali untuk menciptakan sebuah masyarakat di mana setiap individu tidak lagi
terikat kepada budaya tertentu dan, sebaliknya, secara bebas terlibat dalam
percobaan-percobaan interkultural dan sekaligus mengembangkan kehidupan
kultural masing-masing.

7. Sejarah dari Multikulturalisme


Multikulturalisme bertentangan dengan monokulturalisme dan asimilasi yang
telah menjadi norma dalam paradigma negara-bangsa (nation-state) sejak awal abad
ke-19. Monokulturalisme menghendaki adanya kesatuan budaya secara normatif
(istilah 'monokultural" juga dapat digunakan untuk menggambarkan homogenitas
yang belum terwujud (pre- existing homogeneity). Sementara itu, asimilasi adalah
timbulnya keinginan untuk bersatu antara dua atau lebih kebudayaan yang berbeda
dengan cara mengurangi perbedaan-perbedaan sehingga tercipta sebuah kebudayaan
baru. Multikulturalisme mulai dijadikan kebijakan resmi di negara berbahasa-Inggris
(English-speaking countries), yang dimulai di Afrika pada tahun 1999. Kebijakan ini
kemudian diadopsi oleh sebagian besar anggota Uni Eropa, sebagai kebijakan resmi,
dan sebagai konsensus sosial di antara elit. Namun beberapa tahun belakangan,
sejumlah negara Eropa, terutama Inggris dan Perancis, mulai mengubah kebijakan
mereka ke arah kebijakan multikulturalisme. Pengubahan kebijakan tersebut juga
mulai menjadi subyek debat di Britania Raya dam Jerman, dan beberapa negara
lainnya.
7
8. Hubungan Multikulturalisme Dengan Demokrasi HAM
Multikulturalisme dapat mengakibatkan adanya pelanggaran Hak Asasi
Manusia. Hal ini dapat dilihat dengan banyaknya perbedaan yang ada di lingkungan
masyarakat misal pihak mayoritas dan minoritas. Pihak miyoritas tidak melibatkan
pihak minoritas dalam melakukank pengambilan suatu keputusan. Dengan terjadinya
hal itu keputusan yang diambil bisa merugikan dan tidak mensejahterakan pihak
minoritas. Kejadian seperti ini dapat dilihat dalam stratifikasi sosial atau
penggolongan masyarakat. Pengakuan terhadap hak asasi manusia yang semakin lama
semakin solid diakui oleh kehidupan global memicu pula pada suatu pengakuan akan
hak-hak politik dari manusia di dalam kelompoknya. Inilah yang disebut dengan
proses demokratisasi yang merasuk bersama kehidupan manusia global. Proses
demokratisasi sedang berjalan dengan sangat pesatnya sejalan dengan keterbukaan
kehidupan manusia karena kemajuan teknologi khususnya kemajuan teknologi
informasi. Dengan teknologi informasi, orang tidak hanya dapat mengenal dan
melaksanakan hak-hak politisnya tetapi juga mengenal akan hak-hak budayanya,
termasuk budaya kelompok dan budaya bangsa lain. Dapat dikatakan bahwa antara
proses demokratisasi dan multikulturalisme terjadi hubungan timbale balik.
Demokratisasi melahirkan pengenalan dan pengakuan terhadap budaya yang berjenis-
jenis dan juga sebaliknya pengakuan terhadap kebudayaan yang berjenis-jenis berarti
pula pengakuan terhadap hak asasi manusia di dalam kehidupan berbudaya. Dengan
sendirinya multikulturalisme menentang setiap kehidupan aristokratis dan dictator
karena hal tersebut menegasikan perbedaan-perbedaan yang ada. Multikulturalisme
menjadi pendukung pluralism, yaitu keberadaan budaya yang sama tinggi dan sama
bernilai di dalam suatu masyarakat yang pluralistic. Inilah proses demokratisasi yang
sempurna karena meliputi bukan hanya hak-hak politik dan hak individu
tetapi juga hak-hak budaya dari suatu kelompok masyarakat. Sebagai kesimpulan,
multikulturalisme sejalan dengan perkembangan HAM, globalisme dan demokratisasi
yang merupakan ciri-ciri utama dari kehidupan social manusia abad ke-21.

8
9. Contoh Kasus-kasus Multikulturalisme di Indonesia
▪ Pembakaran pasar Glodok (acara Mei Kelabu) di Jakarta
▪ Peristiwa Ambon-Maluku (Pertarungan antara Bugis- Buton-Makasar dan Ambon
Islam melawan Kristen).
▪ Perisitiwa Poso (pertarungan antara kelompok Islam dan Kristen yang
diperebutkan oleh tidak-tidak dari luar).
▪ Peristiwa Separatisme Gerakan Aceh Merdeka dan Organisasi Papua Merdeka.
▪ Penghancuran masjid-masjid Ahmadiyah di Parung Bogor yang dipicu oleh
perbedaan.

10. Solusi Untuk Mengatasi Masalah Multikulturalisme:


▪ Dengan menghargai perbedaan ras etnik, suku, agama dan budaya
▪ Menyadari bahwa semua kultur memiliki kedudukan yang sama.
▪ Toleransi antar masyarakat multicultural.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Identitas adalah suatu ciri yang dimiliki oleh suatu bangsa sebagai pembeda
antara Negara satu dengan negara lain. Identitas Nasional yang menunjukkan jati diri
Indonesia. Penerapan tentang Identitas Nasional harus tercermin pada pola pikir, pola
sikap dan pola tindak yang senantiasa mendahulukan kepentingan bangsa dan negara
daripada kepentingan pribadi atau kelompok. Dengan kata lain, identitas menjadi pola
yang mendasari cara berpikir, bersikap, dan bertindak dalam rangka menghadapi
berbagai masalh menyangkut kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara.

B. Saran
Sebelumnya pemakalah sangat menyadari bahwa masih sangat banyak
kesalahan yang dilakukan oleh pemakalah baik sengaja maupun yang tidak sengaja
dalam penyelesaian tugas ini. Namun, bak ungkapan pepatah,tak ada gading yang tak
retak dan retaknya itulah yang memberikan keindahan tersendiri bagi gadingnya.
Sebagai manusia yang tidak sempurna dan sangaat membutuhkan
bimbingan,pemakalah sangat membutuhkan kritikan dan saran yang membangun dari
para pembaca agar pemakalah dapat memperbaiki kesalaahan yang mungkin tidak
disengaja dan kesalahan yang mungkin sudah dianggap benar pada makalah ini guna
makalah yang pemakalah susun dimasa yang akan datang dapat lebih baik daripada
makalah ini. Akhir kata, penulis berharap makalah yang disusun ini dapat
memberikan manfaat bagi para pembaca terkhusus bagi pemakalah sendiri dan
menambah pengetahuan serta wawasan yang belum diketahui sebelumnya.

10
DAFTAR PUSTAKA

Wahyu Widodo, Budi Antara, Maryanto.( 2015) " Pendidikan Kewarganegaraan " ,
Yogyakarta: Andy.

Abidin Wakano, Abubakar Kabakaran, Saidin Ernas, Syarifuddin, dkk. (2018) Pengantar
Multikultural. Ambon: IAIN Ambon Press

11

Anda mungkin juga menyukai