Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH ILMU POLITIK

BANGSA DAN NEGARA

Disusun oleh:

CHERENA HELMALIA NURRACHMAWATI ( 22040284059 )


NUKE DIAN NAHDIYANTI ( 22040284060 )
VITO CAHYA MISRAN ( 22040284062 )

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUKUM
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN SEJARAH
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................................2

BAB 1.........................................................................................................................................3

a. Latar Belakang................................................................................................................3

b. Rumusan Masalah...........................................................................................................3

c. Tujuan Penulisan.............................................................................................................3

BAB II.......................................................................................................................................4

a. Makna Masyarakat, Bangsa dan Negara.....................................................................4

b. Pembentukan Bangsa dan Negara...............................................................................5

c. Teori Terbentuknya Negara.........................................................................................7

d. Bentuk-bentuk Negara dan Kenegaraan......................................................................9

e. Fungsi dan Tujuan Negara.........................................................................................13

BAB III....................................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................16
BAB 1
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Sebagai makhluk sosial, setiap manusia mempunyai kecenderungan untuk hidup
bersama dan berkelompok dengan sesamanya, serta mendiami suatu daerah tertentu.
Sekelompok manusia yang hidup bersama disebut masyarakat. Masyarakat-masyarakat
yang mempunyai perbedaan dalam hal ras,suku,watak dan agama akan berkumpul
bersama dalam suatu tempat akan membentuk suatu bangsa.
Tempat ini dari suatu bangsa itu tinggal disebut Negara. Dalam Negara itu juga,
perilaku suatu bangsa harus diatur atau dalam hal ini bangsa harus tunduk pada aturan
yang berlaku di negara yang ditempatinya. Seperti penjelasan diatas sebuah bangsa terdiri
dari beragam masyarakat. Karena perbedaan ini pula, tidak jarang terjadi konflik yang
memicu perpecahan antar masyarakat dalam bangsaa pada suatu Negara.
Oleh sebab itu, kami membuat makalah yang berjudul " BANGSA DAN NEGARA".
Hal ini dimaksudkan agar kita lebih bias memahami tentang hakikat bangsa dan Negara.

b. Rumusan Masalah
Adapun rumusan maslah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah makna dari masyarakat, bangsa dan Negara?
2. Bagaimana proses pembentukan bangsa dan Negara?
3. Bagaimana proses terbentuknya bangsa ?
4. Bangaimana proses terbentuknya Negara ?
5. Apa teori terbentuknya negara ?
6. Apa saja bentuk-bentuk kenegaraan ?
7. Apa saja fungsi dan tujuan Negara ?

c. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan Penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
Untuk mengetahui makna dari masyarakat, bangsa dan Negara.
1. Untuk mengetahui proses dari pembentukan bangsa dan Negara.
2. Untuk mengetahui proses terbentuknya bangsa.
3. Untuk mengetahui proses terbentuknya Negara.
4. Untuk mengetahui bentuk-bentuk dari kenegaraan.
5. Untuk mengetahui fungsi dan tujuan Negara.
6. Untuk mengetahui penerapan kebangsaan dikalangan anak muda.
7. Untuk mengetahui sikap yang sesuai dan tidak sesuai denga prinsip patriotism
dan nasionalisme
BAB II
PEMBAHASAN
a. Makna Masyarakat, Bangsa dan Negara

1. Makna masyarakat
Masyarakat adalah persatuan manusia yang timbul dari kodrat yang
sama. Meraka hidup bersama dalam berbagai hubungan antara individu yang
berbeda-beda tingkatannya.
Kehidupan bersama itu dapat berbentuk desa,kota,daerah dan Negara.
Pada umumnya ada tiga golongan masyarakat yaitu sebagai berikut:
a. Golongan yang berdasarkan hubungan keluargaan, perkumpulan,
keluarga, suami-isteri (gemeinschaft)
b. Golongan yang berdasarkan hubungan kepentingan pekerjaan.
perkumpulan ekonomi, koperasi, serikat kerja, perkumpulan social,
perkumpulan kesenian dan olahraga (gezelschaft
c. Golongan yang berdasarkan hubungan tujuan pandangan hidup atau
ideology, patrai politik, perkumpulan agama, bangsa dan Negara.
2. Makna Bangsa
Bangsa adalah orang-orang yang memiliki kesamaan keturunan, adat
istiadat, bahasa dan sejarah serta pemerintahannya sendiri. Dalam kamus
Bahasa Indonesia, pengertian bangsa adalah kumpulan manusia yang biasanya
terikat karena kesatuan bahasa serta wilayah tertentu dimuka bumi. Sejarah
timbulnya bangsa-bangsa didunia berawal dari benua Eropa. Pada akhir abad
XIX, di benua Eropa timbul berbagai gerakan kebangsaan. Gerakan tersebut
mengakibatkan kerajaan-kerajaan besar di Eropa seperti kerajaan Austria-
Hongaria, Turki dan Perancis, terpecah menjadi Negara-negara kecil.
Banyaknya gerakan kebangsaan di Eropa saat itu dan keberhasilan meraka
menjadi bangsa yang merdeka, mempunyai ppengaruh yang besar pada
kehidupan Eropa maupun wilayah lain didunia.

Bangsa adalah sekelompok manusia orang yang memiliki hal-hal berikut:

a. Cita-cita bersama yang mengikat dan menjadi satu kesatuan

b. Persaan senasib sepenanggungan


c. Karakter yang sama

d. Adat istiadat atau budaya yang sama

e. Satu kasatuan wilayah

f. Terorganisir dalam satu wilayah hukum.

3. Makna Negara

Istilah Negara dari de staat (Belanda),the state (Inggris). I etat (Prancis), lo


stato (Italia) dan Der staat (Jerman). Menurut bahasa Sansekerta, nagari atau
Negara.berarti kota, sedangkan menurut bahasa suku-suku di INDONESIA sering
disebut negeri atau Negara, yaitu tempat tinggal. Menurut kamus umum bahasa
INDONESIA Negara adalah persekutuan bangsa yang hidup dalam suatu wilayah
dengan batas- batas tertentu yang diperintah dan diurus oleh suatu badan
pemerintah dengan teratur.

Negara dalam arti sempit sama dengan pemerintahan dalam arti luas (Iwmbaga
Legislatif, Eksekutif, Yudikatif) yag merupakan alat untuk mencapai kepentingan
bersama, sedangkan Negara dalam arti luas adalah kesatuan social yang
mengatur,memipmpin dan mengkoordinasi masyarakat supaya dapat hisup wajar
dan berkembang terus. Dalam mengemban tugasnya.

b. Pembentukan Bangsa dan Negara

Pada umumnya pembentukan bangsa negara tentunya tidak lepas dari peran
penting masyarakat yang ada dalam lingkup negara tersebut, yang mana terdapat
perbedaan dari setiap individu yang telah tinggal di area tersebut atau bisa kita
sebut masyarakat yang heterogen. Masyarakat heterogen sendiri yaitu masyarakat
yang bervariasi atau beragam yang mana keragaman ini terdiri dari suku agama
rasa adat istiadat dan antar golongan (SARA). Pada pembentukan bangsa negara
sendiri bersifat dinamis dan statis, dinamis karna adanya bangsa campuran dan
heterogen dan statis karna bangsa nya yang cenderung mempunyai kesamaan atau
homogen. Menurut Freidrich Hertz dalam bukunya Nationality in History and
Politik mengemukakan bahwa ada empat unsur yang berpengaruh dalam
terbentuknya suatu bangsa, yaitu :
1. Keinginan untuk mencapai kesatuan nasional yang terdiri atas kesatuan sosial,
politik, ekonomi, agama, kebudayaan, komunikasi, dan solidaritas.
2. Keinginan untuk mencapai kemerdekaan dan kebebasan nasional sepenuhnya,
yaitu bebas dari dominasi dan campur tangan bangsa asing terhadap urusan dalam
negerinya.
3. Keinginan akan kemandirian, keunggulan, individualitas, dan keaslian atau
kekhasan. Contohnya menjunjung tinggi bahasa nasional yang mandiri.
4. Keinginan untuk menonjol (unggul) di antara bangsa-bangsa dalam mengejar
kehormatan, pengaruh, dan prestise.

Selain itu faktor objektif terpenting dalam pembentukan bangsa dan negara
ialah kehendak atau kemauan bersama atau biasa disebut sifat nasionalis, yanga
mana sifat nasionalis sendiri di butuhkan dalam berbangsa dan bernegara hal ini
karena setiap negara mempunyai kemajemukan dalam bermasyarakat.

Dalam pembentukan bangsa dan negara tentunya ada unsur unsur yang harus
mencakupnya, hal ini agar bangsa dan negara yang di bangun memiliki pegangan
dan pandangan dalam menyetir negara itu sendiri. Dalam berbangsa menurut
Joseph Stalin unsur terbentuknya suatu bangsa ialah persamaan sejarah,
persamaan cita cita, kondisi objektif seperti bahasa, ras, agama dan adat
istiadat,selain itu ada juga unsur pembentuk negara yang mana pada pembentukan
negara ini bersifat lebih formal,yaitu ada 2 macam unsur konstitutif dan
deklaratif. Unsur konstitutif adalah unsur yang mutlak harus ada saat negara
didirikan seperti rakyat, wilayah, pemerintahan yang berdaulat, adapun unsur
deklaratif yang mana unsur ini tidak harus ada saat pembentukan suatu negara
tetapi boleh di penuhi setelah negara tersebut telah berdiri misalnya pengakuan
dari negara lain. Dalam pengakuan negara sendiri terbagi atas 2 macam yaitu de
facto dan de jure. Pengakuan de facto, merupakan pengakuan dari melihat
kenyataan dan fakta tentang berdirinya suatu negara sedangkan de jure sendiri
merupakan suatu pengakuan berdasarkan pernyataan resmi menurut hukum
internasional yang ada.
c. Teori Terbentuknya Negara

a. Teori Kontrak Sosial


Menurut pemikiran Thomas Hobbes, Jhon Locke dan J.J Roussae tentang
teori kontrak sosial atau perjanjian masyarakat, beranggapan bahwa negara di
bentuk berdasarkan perjanjian perjanjian masyarakat dalam tradisi masyarakat
sosial masyarakat. Teori ini meletakkan negara untuk berpotensi menjadi
negara tirani,karena keberlangsungannya bersandar pada kontrak kontrak
sosial antara masyarakata atau warga negara dengan lembaga negara.
Menurut Hobbes, kehidupan manusia terpisah dalam dua zaman, yakni
keadaan selama belum ada negara, atau keadaan alamiah (status naturalis,
state of nature), dan keadaan setelah ada negara. Bagi Hobbes, keadaan
alamiah sama sekali bukan keadaan yang aman dan sejahtera, tetapi
sebaliknya, keadaan alamiah merupakan suatu keadaan sosial yang kacau,
tanpa hukum, tanpa pemerintah, dan tanpa ikatan-ikatan sosial antar-individu
di dalamnya. Karenanya, menurut Hobbes, dibutuhkan kontrak atau perjanjian
bersama individu-individu yang tadinya hidup dalam keadaan alamiah
berjanji akan menyerahkan semua hak-hak kodrat yang dimilikinya kepada
seseorang atau sebuah badan yang disebut negara. Berbeda dengan Hobbes
yang melihat keadaan alamiah sebagai suatu keadaan yang kacau, John Locke
melihatnya sebagai suatu keadaan yang damai, penuh komitmen baik, saling
menolong antar individuindividu di dalam sebuah kelompok masyarakat.
Sekalipun keadaan alamiah dalam pandangan Locke merupakan suatu yang
ideal, ia berpendapat bahwa keadaan ideal tersebut memiliki potensial
terjadinya kekacauan lantaran tidak adanya organisasi dan pimpinan yang
dapat mengatur kehidupan mereka. Di sini, unsur pimpinan atau negara
menjadi sangat penting demi menghindari konflik di antara warga negara
bersandar pada alasan inilah negara mutlak didirikan.
Namun demikian, menurut Locke, penyelenggara negara atau
pimpinan negara harus dibatasi melalui suatu kontrak sosial. Dasar pemikiran
kontrak sosial antar negara dan warga negara dalam pandangan Locke ini
merupakan suatu peringatan bahwa kekuasaan pemimpin (penguasa) tidak
pernah mutlak, tetapi selalu terbatas. Hal ini disebabkan karena dalam
melakukan perjanjian individu-individu warga negara tersebut tidak
menyerahkan seluruh hak-hak alamiah mereka. Menurut Locke, terdapat hak-
hak alamiah yang merupakan hak-hak asasi warga negara yang tidak dapat
dilepaskan, sekalipun oleh masing-masing individu. Berbeda dengan Hobbes
dan Locke, menurut Roussaeu keberadaan suatu negara bersandar pada
perjanjian warga negara untuk meningkatkan diri dengan suatu pemerintah
yang dilakukan melalui organisasi politik. Menurutnya, pemerintah tidak
memiliki dasar kontraktual, melainkan hanya organisasi politiklah yang
dibentuk melalui kontrak. Pemerintah sebagai pimpinan organisasi negara dan
ditentukan oleh yang berdaulat dan merupakan wakil-wakil dari warga
negara. Yang berdaulat adalah rakyat seluruhnya melalui kemauan umumnya.
Pemerintah tidak lebih dari sebuah komisi atau pekerja yang melaksanakan
mandat bersama tersebut.
Melalui pandangannya ini, Roussaeu dikenal sebagai peletak dasar
bentuk negara yang kedaulatannya berada di tangan rakyat melalui perwakilan
organisasi politik mereka. Dengan kata lain, ia juga sealigus dikenal sebagai
penggagas paham negara demokrasi yang bersumberkan pada kedaulatan
rakyat, yakni rakyat berdaulat dan penguasa-penguasa negara hanyalah
merupakan wakil-wakil rakyat pelaksana mandat mereka.
b. Teori Ketuhanan
Teori ketuhanan dikenal juga dengan istilah dokrin teokritis. Teori ini
ditemukan di Timur maupun di belahan dunia Barat. Teori ketuhanan ini
memperoleh bentuknya yang sempurna dalam tulisan-tulisan para sarjana
Eropa pada Abad Pertengahan yang menggunakan teori ini untuk
membenarkan kekuasaan mutlak para raja. Doktrin ini memiliki pandangan
bahwa hak memerintah yang dimiliki para raja berasal dari Tuhan. Mereka
mendapat mandat Tuhan untuk bertakhta sebagai penguasa. Para raja
mengklaim sebagai wakil Tuhan di dunia yang mempertanggungjawabkan
kekuasaannya hanya kepada Tuhan, bukan kepada manusia. Praktik
kekuasaan model ini ditentang oleh kalangan monarchomach (penentang
raja). Menurut mereka, raja tiran dapat diturunkan dari mahkotanya, bahkan
dapat dibunuh. Mereka beranggapan bahwa sumber kekuasaan adalah rakyat.
c. Teori Kekuatan
Secara sederhana teori ini dapat diartikan bahwa negara terbentuk
karena adanya dominasi negara kuat melalui penjajahan. Menurut teori ini,
kekuatan menjadi pembenaran (raison d’etre) dari terbentuknya sebuah
negara. Melalui proses penaklukan dan pendudukan oleh suatu kelompok
(etnis) atas kelompok tertentu dimulailah proses pembentukan suatu negara.
Dengan kata lain, terbentuknya suatu negara karena pertarungan kekuatan di
mana sang pemenang memiliki kekuatan untuk membentuk sebuah negara.
Teori ini berawal dari kajian antropologis atas pertikaian di kalangan
suku-suku primitif, di mana sang pemenang pertikaian menjadi penentu utama
kehidupan suku yang dikalahkan. Bentuk penaklukan yang paling nyata di
masa modern adalah penaklukan dalam bentuk penjajahan Barat atas bangsa-
bangsa Timur. Setelah masa penjajahan berakhir di awal abad ke-20, dijumpai
banyak negara-negara baru yang kemerdekaannya banyak ditentukan oleh
penguasa kolonial. Negara Malaysia dan Brunei Darussalam bisa
dikategorikan ke dalam jenis.

d. Bentuk-bentuk Negara dan Kenegaraan

1. Bentuk Kenegaraan
Adapun bentuk kenegaraan meliputi bentuk-bentuk Negara yang pernah ada
antara lain sebagai berikut:
a).Serikat Negara (konfedarasi): Adalah perserikatan beberapa negara yang
merdeka dan berdaulat penuh baik kedalam maupun keluar. Pada umumnya
Konfederasi dibentuk berdasarkan perjanjian untuk mengadakan kerjasama dalam
bidang tertentu, misalnya penyelenggaraan politik luar negeri, pertahanan
keamanan bersama. Konfederasi bukanlah merupakan negara dalam pengertian
hukum internasional, karena negara–negara anggotanya secara masing–masing
tetap mempertahankan kedudukan nya secara internasional. Contoh konfederasi:
Persekutuan Amerika Utara (1776 – 1787).
b) Negara Domonion: Bentuk seamacam ini khusus terdapat dalam
lingkungan negara kerajaan inggris. Negara domonion ini ialah suatu negara yang
tadinya daerah jajahan Inggris, yang telah merdeka dan berdaulat, yang mengakui
raja Inggris sebagai rajanya, sebagai lambang persatuan mereka.
c) Negara Protektorat: suatu negara yang berada dibawah lindungan negara
lain. Biasanya soal hubungan luar negeri dan pertahanan dari negara protektorat
itu dengan persetujuan diserahkan kepada negara pelindung.
d) Negaran Trustee (Perwalian):bentuk negara yang pemerintahannya berada
di bawah pengawasan Dewan Perwalian PBB.
e) Negara Koloni atau jajahan: bentuk negara yang berada di bawah kekuasaan
negara lain. Contoh: Indonesia sebelum 17 Agustus 1945.
f) Negara mandat: bentuk negara bekas jajahan negara–negara yang kalah
dalam Perang Dunia I, yang diletakkan dalam pemerintahan mandat dari negara–
negara yang menang perang di bawah pengawasan Dewan Mandat Liga Bangsa–
Bangsa.

2. Bentuk Negara
Bentuk negara adalah merupakan batas antara peninjauan secara sosiologis
dan secara yuridis mengenai negara. Peninjauan secara sosiologis yaitu apabila
negara keseluruhan tanpa melihat isinya.Peninjauan secara yuridis yaitu apabila
negara hanya dilihat dari isinya dan strukturnya.
a. Bentuk Negara Pada Zaman Yunani Kuno
Pada masa yunani kuno dahulu hanya dikenal adanya 3 bentuk pokok
dari negara. Pada waktu itu pengertian dari negara, pemerintahan dan
masyarakat masih belum dibedakan, hal ini disebabkan karena susunan negara
masih sangat sederhana sekali, bila dibandingkan dengan luas daerah negara
dan julah penduduknya belu sebesar asa sekarang ini. Negara hanya seluas
kota saja oleh karena itu pada hakikatnya hanya merupakan negara-kota saja.
Negara-kota ini ada istilahnya yaitu “polis”. Selain itu sifat dari urusan negara
masih sangat sederhana sekali. Dalam pandangan masyarakat dan para ahli
negara, belu ada perbedaan antara pengertian negara, pengertian masyarakat
dan pengertian pemerintahan. Adapun tiga bentuk pokok daripada negara
pada masa yunani kuno tersebut ialah: Monarchi, Oligarchi, dan Demokrasi.
Dipergunakan sebagai ukuran untuk membedakan bentukbentuk tersebut
diatas yaitu: jumlah dari pemegang kekuasaan. Jika yang memegang
kekuasaan itu satu oarang aka bentuk negaranya Monarchi (bahasa Yunani
“monos” berarti “satu” sedangkan “archien” berarti “memerintah”). Jika
memegang pemeritahan itu beberapa orang maka bentuk negaranya itu
Oligarchi (bahasa Yunani “oligai” berarti “beberapa”). Jika yang emegang
pemerintahan rakyat maka bentuk negara nya disebut Demokrasi (bahasa
Yunani “Demos” bararti “rakyat”).
Menurut Plato ada lima macam bentuk negara Aristokrasi yaitu
pemerintah oleh Aristokrat (cendikiawan) sesuai dengan pikiran orang lain.
Timokrasi yaitu pemerintaj olrh orang-orang yang ingin mencapai
kemasyhuran dan kehormatan. Oligharkhi yaitu pemerintahan oleh para
golongan hartawan yang melahirkan milik partilkuli. Demokrasi yaitu
pemrintahan oleh rakyat miskin . Tirani yaitu pemerintahan oleh seorang
penguasa yang bertindak dengan sewenang -wenang.
Menurut Aristoteles ada tujuh macam bentuk negara Monarki yaitu
pemerintahan oleh satu orang guna kepentingan seluruh rakyat Tirani yaitu
oleh satu orang untuk kepentingannya sendiri. Aristokrasi yaitu pemerintah
oleh sekelompok orang yaitu para cendikiawan guna kepentingan seluruh
rakyat. Oligarhki yaitu pemerintah oleh kelompok orang guna kepentingan
kelompok/golongan sendiri. Plutokrasi yaitu pemerintah oleh sekelompok
orang kaya untuk kepentingan orang kaya. Politea yaitu pemrintahan oleh
seluruh orang guna kepentingan rakyat. Demokrasi yaitu pemerintahan dari
orang yang tidak tahu sama sekali soal-soal pemerintahan.
b. Bentuk Negara Pada Zaman Pertengahan
Bentuk negara Republik dan bentuk negara Kerajaan. Menurut
Duguit,membedakan Negara Republik dengan Kerajaan berdasarkan cara
pengangkatan kepala Negara,jika kepala negara ditunjuk secara
keturunan,maka disebut Monarkhi jika kepala negaranya dipilih disebut
dengan Republik. Menurut Machiavelli,Negara kerajaan pembentukan
menurut kemauan seseorang/orang tertentu sedangkan negara berbentuk
republik kemauan negara berdasarkan hukum dan keinginan banyak orang.
c. Bentuk Negara pada Masa Modern Sekarang.
Menurut teori-teori modern sekarang ini, bentuk negara yang
terpenting ialah: negara kesatuan(Unitarianisme) dan negara serikat
(Federasi).
a. Negara Kesatuan Negara kesatuan adalah bentuk suatu negara yang
merdeka dan berdaulat, dengan satu pemerintahan pusat yang berkuasa
dan mengatur seluruh daerah. Namun dalam pelaksanaannya, negara
kesatuan ini terbagi kedalam 2 macam sistem pemerintahan yaitu:
Sentral dan Otonomi.Negara Kesatuan,apabila kekuasaan
pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah tidak sama dan tidak
sederajat. Negara kesatuan dengan sisitem sentralisasi adalah
pemerintahan yang langsung dipimpin oleh pemerintahan pusat,
sementara pemerintahan daerah di bawahnya melaksanakan kebijakan
pemerintahan pusat. Model pemerintahan Orde Baru di bawah
pemerintahan presiden Soeharto adalah salah satu contoh sistem
pemerintahan model ini. Negara kesatuan dengan sistem desentralisasi
adalah penyerahan wewenang dari pemerintahahan pusat ke
daerah.contohnya: kepala daerah diberikan kesempatan dan
kewenangan untuk memgurus urusan pemerintahan diwilayah sendiri.
Sisitem ini dikenal dengan istilah otonomi daerah atau swatantra.
Sistem pemerintahan negara Malaysia dan pemerintahan paske Orde
Baru di Indonesia dengan sistem otonomi khusus dapat dimasukan
kedalam model ini.
b. Negara serikat Negara serikat atau Federasi merupakan bentuk negara
gabungan yang terdiri dari beberapa negara bagian dari sebuah negara
serikat. Pada mulanya negara-negara bagian tersebut merupakan
negara yang merdeka, berdaulat dan berdiri sendiri. Setelah
memnggabungkan dengan negara serikat, dengan sendirinya negara
tersebut melepaskan sebagian dari kekuasaannya dan menyerahkannya
kepada Negara Serikat. Penyerahan kekuasaan dari negaranegara
bagian kepada nagara serikat tersebut dikenal dengan istilah limitatif
(satu demui satu) dimana hanya kekuasaan yang diberikan oleh
negara-negara bagian saja (delagated powers) yang menjadi kekuasaan
Negara Serikat. Namun pada perkembangan selanjutnya, negara
serikat mengatur hal yang bersifat strategis seperti kebijakan politik
luar negeri, keamanan dan pertahanan negara.
c. Negara Federal Negara Kesatuan Bagian-bagian Negara bukan
merupakan negara bagian, lazimnya disebut provinsi. Negara-negara
bagian memiliki wewenang untuk memebuat UUD sendiri dan dapat
menentukan bentuk-bentuk organisasinya masing-masing yang tidak
bertentangan dengan konstitusi.Organisasi bagian-bagian negara
secara garis besar ditentukan oleh pembuat undangundang di pusat
danmerupakan pelaksanaan sistim desentralisasi. Wewenang pembuat
UU pemerintah pusat ditentukan secara terperinci dan wewenang
lainnya ada pada negara bagian. Wewenag secaratereperinci terdapat
pada propinsi-propinsi dan residu powernya ada pada pemerintah
pusat. Maka dari perbedaan di atas dapat kita simpulkan bahwa negara
Indonesia merupakan negara kesatuan yang berbentuk republik.

e. Fungsi dan Tujuan Negara

a. Fungsi Negara
Fungsi negara adalah gambaran mengenai apa yang harus dilakukan
sebuah negara untuk mencapai tujuannya. Fungsi negara ini dapat disebut
juga sebagai tugas negara. Menurut beberapa ahli terdapat beberapa fungsi
negara, yakni

1. Fungsi Negara Menurut John Locke


 Fungsi Legislatif, yakni negara bertugas untuk membuat peraturan
 Fungsi Eksekutif, yakni negara bertugas untuk melaksanakan peraturan
 Fungsi Federatif, yakni negara bertugas untuk mengurusi urusan luar
negeri dalam urusan perang dan damai.
2. Fungsi Negara Menurut Montesquieu
 Fungsi Legislatif, bertugas untuk membuat undang-undang
 Fungsi Eksekutif, bertugas untuk melaksanakan undang-undang
 Fungsi Yudikatif, bertugas untuk mengawasi supaya semua peraturan
ditaati
3. Fungsi Negara Van Vollen Hoven
 Fungsi Regeling, bertugas untuk membuat peraturan
 Fungsi Bestur, bertugas untuk menyelenggarakan pemerintahan
 Fungsi Rechtpraak, bertugas untuk mengadili
 Fungsi Politie, bertugas atas ketertiban dan keamanan

b. Tujuan Negara
Sebelumnya, telah dijelaskan bahwa dalam setiap melakukan kegiatan
atau berbuat sesuatu, pasti kita akan menentukan tujuan terlebih dahulu.
Maka, sama halnya dengan upaya mendirikan suatu negara juga pasti
harus memiliki tujuannya.Semua negara-negara di dunia ini sebelum
mendirikan negaranya, lebih dulu diarahkan untuk memikirkan mengenai
apa dan bagaimana yang kelak dapat dijadikan tujuan negaranya. Tujuan
negara tersebut harus dapat memberikan harapan bagi rakyatnya untuk
memperoleh kehidupan yang lebih baik.
Menurut Kranenburg, tujuan negara bukan hanya sekadar memelihara
ketertiban hukum, melainkan juga aktif mengupayakan kesejahteraan
warganya. Upaya pencapaian tujuan-tujuan tersebut harus dilandasi
keadilan yang seimbang.
Dante Allieghieri menjelaskan bahwa tujuan negara ialah menciptakan
perdamaian dunia, melalui penciptaan undang-undang yang seragam bagi
seluruh umat manusia. Dante Allieghieri berpendapat bahwa perdamaian
serta ketentraman dunia tidak akan terwujud, jika masih ada banyak negara
atau pemerintah di dunia, sebab negara tersebut akan bersaing dan
berperang. Tujuan negara menurut Aristoteles adalah suatu kesempurnaan
warganya berdasarkan atas keadilan. Keadilan memerintah harus
menjelma di dalam negara dan hukum berfungsi memberi kepada setiap
manusia, apa sebenarnya yang berhak mereka terima.
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan

Pengertian bangsa dalam istilah satu bangsa berbeda dengan pengertian


bangsa dalam istilah bangsa-negara (nation-state). Bangsa dalam bagsa-negara
mencakup jumlah kelompok masyarakat (berbagai suku bangsa dan ras) yang
lebih luas daripada bangsa dalam suku bangsa.

Menurut Freidrich Hertz dalam bukunya Nationality in History and Politic


mengemukakan bahwa ada empat unsur yang berpengaruh dalam terbentuknya
suatu bangsa, yaitu :

1. Keinginan untuk mencapai kesatuan nasional yang terdiri atas kesatuan sosial,
politik, ekonomi, agama, kebudayaan, komunikasi, dan solidaritas.
2. Keinginan untuk mencapai kemerdekaan dan kebebasan nasional sepenuhnya,
yaitu bebas dari dominasi dan campur tangan bangsa asing terhadap urusan
dalam negerinya.
3. Keinginan akan kemandirian, keunggulan, individualitas, dan keaslian atau
kekhasan. Contohnya menjunjung tinggi bahasa nasional yang mandiri.
4. Keinginan untuk menonjol (unggul) di antara bangsa-bangsa dalam mengejar
kehormatan, pengaruh, dan prestise.

Dalam teori terbentuknya negara terdapat 4 teori yaitu: Teori Kontrak Sosial,
Teori Ketuhanan, Teori Kekuatan. Bentuk kenegaraan meliputi bentuk-bentuk
kenegaraan yang sudah ada yaitu: Serikat, Negara Domonion Negara Protektorat,
Negara Trustee (perwalian), Negara Koloni atau Jajahan, Negara Mandat.
Sedangkan bentuk negara terbagi tiga yaitu Bentuk Negara pada Zaman Yunani
Kuno ( Monarchi, Oligarchi, dan Demokrasi ), Bentuk Negara pada Zaman
Pertengahan ( Republik dan Kerajaan ), Bentuk Negara pada Zaman Sekarang
( Negara Kesatuan, Negara Serikat, dan Negara Federal ).

DAFTAR PUSTAKA

Subakti, R. (2010). Memahami Ilmu Politik . Jakarta: Grasindo.

Anda mungkin juga menyukai