Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagai makhluk sosial, setiap manusiamempunyai kecenderungan untuk hidup
bersama dan berkelompok dengan sesamanya, serta mendiami suatu daerah tertentu.
Sekelompok manusia yang hidup bersama disebut masyarakat. Masyarakat-masyarakat
yang mempunyai perbedaan dalam hal ras, suku, watak dan agama akan berkumpul
bersama dalam tempat tertentu akan membentuk suatu bangsa.
Tempat dari suatu bangsa itu tinggal disebut negara. Dalam negara itu juga,
perilaku suatu bangsa harus diatur atau dalam hal ini bangsa harus tunduk pada aturan
yang berlaku di negara yang ditempatinya.
Seperti yang telah dijelaskan diatas, sebuah bangsa terdiri dari beragam masyarakat.
Karena perbedaan ini pula, tidak jarang terjadi konflik yang memicu perpecahan antar
masyarakat dalam bangsa pada suatu negara. Perpecahan dalam suatu bangsa ini dapat
diselesaikan dengan integrasi nasional. Tetapi dalam kenyataannya, masyarakat
Indonesia saat ini masih belum bisa menerapkan Integrasi Nasional dalam menghadapi
masalah-masalah bangsa yang memicu perpecahan.
Oleh sebab itu, penulis membuat makalah yang berjudul “Hakekat Bangsa dan
Negara, serta Pentingnya Integrasi Nasional”. Hal ini dimaksudkan agar kita lebih bisa
memahami tentang hakikat bangsa dan negara, serta pentingnya integrasi nasional
dalam mengatasi masalah yang memicu perpecahan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian hakekat Bangsa ?
2. Apa pengertian hakekat Negara Kesatuan Republik Indonesia?
3. Bagaimanakah hekekat Integralistik Pancasila dalam Negara Indonesia ?

C. Tujuan Penulisan Makalah


1. Untuk mengetahui pengertian hakekat bangsa
2. Untuk mengetahui pengertian hakekat Negara kesatuan republic Indonesia
3. Mengetahui peranan penting Integralistik Pancasila dalam Negara Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakikat Bangsa
1. Pengertian bangsa
Konsep bangsa memiliki dua pengertian ( Badri Yatim,1999),yaitu bangsa
dalam pengertian sosiologis antropologis dan bangsa dalam pengertian politis.
a. Bangsa dalam Arti Sosiologis Antropologis
Bangsa dalam pengertian sosiologis antropologis adalah persekutuan hidup
masyarakat yang berdiri sendiri yang masing-masing anggota persekutuan
hidup tersebut merasa satu kesatuan ras, bahasa, agama, dan adat istiadat.
Ikatan demikian disebut ikatan primorbial. Persekutuan hidup masyarakat
semacam ini dalam suatu Negara dapat merupakan persekutuan hidup yang
mayoritas dan dapat pula persekutuan hidup minoritas. Contoh : amerika serikat
terdiri dari bangsa Negro, bangsa Indian, bangsa Cina, bangsa Yahudi, dan lain-
lain.
b. Bangsa dalam Arti Politis.
Bangsa dalam pengertian politik adalah suatu masyarakat dalam suatu daerah
yang sama dan mereka tunduk pada kedaulatan negaranya sebagai suatu
kekuasaan tertinggi keluar dan kedalam. Jadi mereka diikat oleh kekuasaan
politik yaitu Negara. Misalnya bangsa Moro, bangsa Yahudi, bangsa Kurdi, dan
bangsa Tamil.

2. Proses Pembentukan Bangsa-Negara


Secara umum dikenal adanya 2 proses pembentukan bangsa-negara, yaitu model
ortodoks dan model mutakhir.
a. Model Ortodoks.
Model ortodoks yatu bermula dari adanya suatu bangsa terlebih dahulu, untuk
kemudian bangsa itu membentuk suatu Negara tersendiri. Contoh bangsa
Yahudi berupaya mendirikan negara Israel.
Ciri-ciri model Ortodoks :
1) Tidak mengalami perubahan unsur karena suatu bangsa membentuk suatu
Negara.
2) Membutuhkan waktu yang singkat saja,yaitu hanya membentuk struktur
pemerintahan, bukan pembentukan identitas kultular baru.
3) Muncul setelah terbentuknya bangsa Negara.
4) Partisipasi politik dianggap sebagai bagian terpisah dari proses integrasi
nasional.
b. Model mutakhir.
Model mutakhir berawal dari adanya Negara terlebih dahulu yang terbentuk
melalui proses tersendiri, sedangkan penduduk Negara merupakan sekumpulan
suku bangsa dan ras. Contohnya adalah kemunculan Negara Amerika Serikat
pada tahun 1776.
Ciri-ciri Model Mutakhir:
1) Mengalami perubahan unsur karena dari banyak kelompok suku bangsa
menjadi satu bangsa.
2) Memerlukan waktu yang lama karena harus mencapai kesepakatan tentang
identitas cultural yang baru.
3) Kesadaran politik warga muncul mendahului bahkan menjadi kondisi awal
terbentuknya bangsa Negara.
4) Partisipasi politik dan rezim politik merupakan hal yang tak terpisahkan dari
proses integrasi nasional.

B. Hakikat Negara Kesatuan Republik Indonesia


Esensi negara kesatuan adalah terletak pada pandangan ontologis tentang hakikat
manusia sebagai subjek pendukung negara. Hakikat negara persatuan adalah
masyarakat itu sendiri. Dalam hubungan ini negara tidak memandang masyarakat
sebagai suatu objek yang berada di luar negara, melainkan sebagai sumber genetik
dirinya, masyarakat sebagai suatu unsur dalam negara yang tumbuh bersama dari
berbagai golongan yang ada dalam masyarakat untuk terselenggaranya kesatuan hidup
dalam suatu interaksi saling memberi dan menerima antar warganya. Negara kesatuan
bukan dimaksudkan merupakan suatu kesatuan dari negara bagian (federasi),
melainkan kesatuan dalam arti keseluruhan unsur-unsur negara yang bersifat
fundamental. Oleh karena itu sifat kodrat manusia individu-makhluk sosial sebagai
basis ontologi negara kesatuan itu adalah merupakan kodrat yang diberikan oleh Tuhan
YME. Negara mengatasi semua golongan yang ada dalam masyarakat, negara tidak
memihak pada salah satu golongan, negara bekerja bagi kepentingan seluruh rakyat.
Masyarakat adalah produk dari interaksi antara segenap golongan yang ada
didalamnya. Dengan demikian negara adalah produk dari interaksi antara golongan
yang ada dalam masyarakat. Sebagai produk yang demikian maka ‘logic in it self’
bahwa negara mengatasi setiap golongan yang ada dalam setiap golongan yang ada
dalam masyarakat (Besar, 1995: 84).
1. Hakikat Bentuk Negara
Bangsa dan negara Indonesia adalah terdiri atas berbagai macam usut yang
membentuknya yaitu suku bangsa, kepulauan, kebudayaan, golongan serta agama
secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan. Oleh karena itu negara Indonesia
adalah negara yang berdasarkan Pancasila sebagi suatu negara kesatuan
sebagaimana termuat dalam Pembukaan UUD 1945, Negara Republik Indonesia
yang Berkedaulatan Rakyat. Ditegaskan kembali Pokok Pikiran Pertama “....bahwa
negara Indonesia adalah negara persatuan yang melindungi segenap bangsa dan
seluruh tumpah darah Indonesia.” Hakikat negara kesatuan dalam pengertian ini
adalah negara yang merupakan suatu kesatuan dari unsur-unsur yang
membentuknya, yaitu rakyat yang terdiri atas berbagai macam etnis, suku bangsa,
golongan, kebudayaan, serta agama.
Pengertian ‘Persatuan Indonesia’ lebih lanjut dijelaskan secara resmi dalam
Pembukaan UUD 1945 yang termuat dalam berita Republik Indonesia Tahun II
No. 7 , bahwa bangsa Indonesai mendirikan negara Indonesia dipergunakan aliran
‘Negara Persatuan’ yaitu negara yang mengatasi segala paham golongan dan
paham perorangan. Jadi ‘Negara Persatuan’ bukanlah negara berdasarkan
indivualisme, sebagaimana diterapkan di negara liberal di mana negara hanya
sebagai suatu iakatan individu saja.
Bhinneka Tunggal Ika: sebagaimana diketahui bahwa walaupun bangsa
Indonesia terdiri atas berbagai macam suku bangsa yang memiliki karakter,
kebudayaan serta adat-istiadat yang beraneka ragam, namun keseluruhannya
merupakan suatu kesatuan dan persatuan negara dan bangsa Indonesia. Hakikat
makna Bhinneka Tunggal Ika yang memberikan sesuatu pengertian bahwa
meskipun bangsa dan negara Indonesia terdiri atas bermacam-macam suku bangsa
yang memiliki adat-istiadat, kebudayaan serta karakter berbeda-beda, memiliki
agama yang berbeda-beda dan terdiri atas beribu-ribu kepulauan wilayah nusantara
Indonesia, namun keseluruhannya adalah merupakan suatu persatuan, yaitu
persatuan bangsa dan negara Indonesia. Perbedaan itu adalah merupakan suatu
bawaan kodrat manusia sebagai makhluk Tuhan YME, namun perbedaan itu untuk
dipersatukan disintesiskan dalam suatu sintesis yang positif dalam suatu negara
kebersamaan, negara persatuan Indonesia (Notonegoro, 1975: 106)

2. NKRI adalah Negara Kebangsaan


Bangsa Indonesia sebagai bagian dari umat manusia di dunia adalah sebagai
makhluk Tuhan YME yang memiliki sifat kodrat sebagai makhluk individu yang
memiliki kebebasan dan juga sebagai makhluk sosial yang senantiasa
membutuhkan orang lain. Sebagaimana dijelaskan di depan, menurut Yamin,
bangsa Indonesia dalam merintis terbentuknya suatu bangsa dalam panggung
politik internasional yaitu suatu bangsa yang modern yang memiliki kemerdekaan
dan kebebasan, berlangsung melalui tiga fase, yaitu zaman kebangsaan Sriwijaya,
negara kebangsaan zaman Majapahit. Kedua zaman negara kebangsaan tersebut
adalah merupakan kebangsaan lama, dan kemudian pada gilirannya masyarakat
Indonesia membentuk suatu Nationals Staat, atau suatu Etat Nationale, yaitu suatu
negara kebangsaan Indonesia Modern menurut susunan kekeluargaan berdasar atas
Ketuhanan Yang Maha Esa serta kemanusiaan (sekarang Negara Proklamasi 17
Agustus 1945).
a. Hakikat Bangsa
Manusia sebagai makhluk Tuhan YME pada hakikatnya memiliki sifat kodrat
sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Suatu bangsa bukanlah suatu
manifestasi kepentingan individu saja yang diikat secara imperatif dengan suatu
peraturan perundangan-undangan sebagaimana dilakukan oleh negara liberal.
Demikian juga suatu bangsa bukanlah suatu totalitas kelompok masyarakat
yang menenggelamkan hak-hak individu sebagaimana terjadi pada bangsa
sosialis komunistis.
b. Teori Kebangsaan
Dakam tumbuh berkembangnya suatu bangsa atau juga disebut sebagai
‘Nation’, terdapat berbagai macam teori besar yang merupakan bahan
komporasi bagi proses pendirian negara Indonesia, untuk mewujudkan suatu
bangsa yang memiliki sifat dan karakter sendiri.

C. Negara Kebangsaan Pancasila


Bangsa Indonesia terbentuk melalui suatu proses sejarah yang cukup panjang,
sejak zaman kerajaan-kerajaan Sriwijaya, Majapahit serta dijajah oleh bangsa asing
selama tiga setengah abad. Unsur masyarakat yang membentuk bangsa Indonesia
terdiri atas berbagai macam suku bangsa, berbagai macam adat-istiadat kebudayaan
dan agama, serta berdiam dalam suatu wilayah yang terdiri dari beribu-ribu pulau. Oleh
karena itu, keadaan yang beraneka ragam tersebut bukanlah merupakan suatu
perbedaan untuk dipertentangkan, melainkan perbedaan itu justru merupakan suatu
daya penarik ke arah suatu kerjasama persatuan dan kesatuan dalam suatu sintesis dan
sinergi yang positif, sehingga keanekaragaman itu justru terwujud dalam suatu
kerjasama yang luhur.
Adapun unsur-unsur yang membentuk nasionalisme (bangsa) Indonesia adalah
sebagai berikut:
1. Kesatuan Sejarah: bangsa Indonesia tumbuh dan berkembang dari suatu proses
sejarah, yaitu sejak zaman prasejarah, zaman Sriwijaya, Majapahit, kemudian
datang penjajah, tercetus Sumpah Pemuda 1928 dan akhirnya memproklamasikan
sebagai bangsa yang merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, dalam suatu wilayah
negara Republik Indonesia.
2. Kesatuan Nasib: yaitu bangsa Indonesia terbentuk karena memiliki kesamaan
nasib yaitu penderitaan penjajahan selama tiga setengah abad dan memperjuangkan
demi kemerdekaan secara bersama dan akhirnya mendapatkan kegembiraan
bersama atas karunia Tuhan Yang Maha Esa tentang kemerdekaan.
3. Kesatuan Kebudayaan: Walaupun bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman
kebudayaan, namun keseluruhannya itu merupakan satu kebudayaan yaitu
kebudayaan nasional Indonesia. Jadi, kebudayaan nasional Indonesia tumbuh dan
bekembang di atas akar-akar kebudayaan daerah yang menyusunnya.
4. Kesatuan Wilayah: bangsa ini hidup dari mencapai penghidupan dalam wilayah
Ibu Pertiwi, yaitu satu tumpah darah Indonesia.
5. Kesatuan Asas Kerokhanian: bangsa ini sebagai satu bangsa memiliki kesamaan
cita-cita, kesamaan pandangan hidup dan filsafat hidup yang berakar dari
pandangan hidup masyarakat Indonesia sendiri yaitu pandangan hidup Pancasila
(Notonegoro, 1975:106).

D. Hakikat Negara Integralistik


Pancasila sebagai asas kerokhanian bangsa dan negara pada hakikatnya
merupakan suatu asas kebersamaan, asas kekeluargaan serta religius. Dalam pengertian
inilah maka bangsa Indonesia dengan keanekaragamannya tersebut membentuk suatu
kesatuan integral sebagai suatu bangsa yang merdeka. Bangsa Indonesia yang
membentuk suatu persekutuan hidup dengan mempersatukan keanekaragaman yang
dimilikinya dalam suatu kesatuan integral yang disebut negara Indonesia, Soepomo
pada sidang pertama BPUPKI tanggal 31 Maret 1945, mengusulkan tentang paham
integralistik yang dalam kenyataan objektivnya berakar pada budaya bangsa. Pemikiran
Soepomo tentang negara integralistiktersebut adalah sebagai berikut:
“Maka semangat kebatinan, struktur kerokhanian dari bangsa Indonesia bersifat
dan cita-cita persoalan hidup, yaitu persatuan antara dunia luar dan dunia bathin, antara
makrokosmos dan mikrokosmos, antara rakyat dan pemimpin-pemimpinnya. Segala
manusia sebagai golongan manusia itu tiap-tiap masyarakat dalam pergaulan hidup di
dunia dianggap mempunyai tempat dan kewajiban hidup (dharma) sendiri-sendiri
menurut kodratnya dan segala-segalanya ditujukan kepada keseimbangan lahir dan
bathin. Manusia sebagai seseorang tidak terpisah dari seseorang yang lain atau dunia
luar, dari golongan manusia, maka segala sesuatu bercampur baur bersangkut paut,
segala sesuatu berpengaruh dan kehidupan mereka bersangkut paut” (Sekretariat
Negara, 1995).
Kesatuan integral bangsa bangsa dan negara Indonesia dipertegas dalam pokok
pikiran pertama, “....Negara melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah
Indonesia”. Bangsa Indonesia pada hakikatnya merupakan suatu penjelmaan dari sifat
manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Dalam pengertian yang
demikian ini maka manusia pada hakikatnya merupakan makhluk yang saling
tergantung, sehingga hakikat manusia itu bukanlah total individu dan juga bukan total
makhluk sosial. Relasi yang saling tergantung tersebut menunjukkan bahwa manusia
adalah merupakan suatu suatu totalitas makhluk individu dan makhluk sosial. Adapun
penjelmaan dalam wujud persekutuan hidup bersama adalah terwujud dalam suatu
bangsa yang memiliki kesatuan integralistik (Besar, 1995: 77, 78). Dalam pengertian
ini paham integralistik memberikan suatu prinsip bahwa negara adalah suatu kesatuan
integral dari unsur-unsur yang menyusunnya, negara mengatasi semua golongan
bagian-bagian yang membentuk negara, negara tidak memihak pada suatu golongan
betapapun golongan tersebut sebagai golongan terbesar. Negara dan bangsa adalah
untuk semua unsur yang membentuk kesatuan tersebut.
Paham integralistik yang terkandung dalam Pancasila meletakkan azas
kebersamaan hidup, mendambakan keselarasan dalam hhubungan antar individu
maupun masyarakat. Dalam pengertian ini paham negara integralistik tidak memihak
pada yang kuat, tidak mengenal dominasi mayoritas dan juga tidak mengenal tirani
minoritas. Maka di dalamnya terkandung nilai kebersamaan, kekeluargaan, ke-
“Bhinneka Tunggal Ikaan”, nilai religius, serta keserasian (Parieta, 1995:274).
Pemikiran negara integralistik yang telah berakar pada budaya bangsa Indonesia
sejak zaman dahulu kala pada hakikatnya terdiri atas bagian-bagian yang secara mutlak
membentuk suatu kesatuan. Bangsa Indonesia terdiri atas manusia-manusia sebagai
individu, keluarga-keluarga, kelompok-kelompok, golongan-golongan, suku bangsa-
suku bangsa, adapun wilayah terdiri atas pulau-pulau keseluruhannya itu merupakan
suatu kesatuan baik lahir maupun bathin.

E. NKRI adalah Negara Kebangsaan Yang Berketuhanan Yang Maha Esa


Negara Pancasila pada hakikatnya adalah negara kebangsaan yang Ber-Ketuhanan
Yang Maha Esa. Landasan pokok sebagai pangkal tolak paham tersebut adalah Tuhan
adalah sebagai Sang Pencipta segala sesuatu.
Setiap individu yang hidup dalam suatu bangsa adalah sebagai makhluk Tuhan,
maka bangsa dan negara sebagai totalitas yang integral adalah Berketuhanan, demikian
pula setiap warganya juga ber-Ketuhanan Yang Maha Esa. Negara kebangsaan
Indonesia adalah negara yang mengakui Tuhan Yang Maha Esa menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab, yaitu negara kebangsaan yang memelihara budi
pekerti kemanusiaan yang luhur dan memgang teguh cita-cita kemanusiaan sebagai
makhluk Tuhan dengan segala hak dan kewajibannya.
Negara tidak memaksakan agama. Kebebasan beragama dan kebebasan agama
adalah merupakan hak asasi manusia yang paling mutlak karena langsung bersumber
pada martabat manusia yang berkedudukan kodrat sebagai pribadi dan sebagai
makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Setiap umat beragama memiliki kebebasan
untuk menggali dan meningkatkan kehidupan spiritualnya dalam masing-masing
agama. Negara wajib memelihara budi pekerti yang luhur dari setiap warga negara
pada umumnya dan para penyelenggara negara khususnya berdasarkan nilai-nilai
Pancasila.

F. NKRI adalah Negara Kebangsaan Yang Berkemanusiaan Yang Adil dan Beradab
Negara pada hakikatnya menurut pandangan filsafat Pancasila adalah merupakan
suatu persekutuan hidup manusia, yang merupakan suatu penjelmaan sita kodrat
manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial serta sebagai makhluk Tuhan
YME. Negara adalah lembaga kemanusiaan, lembaga kemasyarakatan yang bertujuan
demi tercapainya harkat dan martabat manusia serta kesejahteraan lahir maupun batin.
Konsekuensinya segala aspek dalam penyelenggaraan negara, asas kerokhanian,
struktur dan keadaan negara harus koheren dengan hakikat manusia yang adi dan
beradab. Struktur dan keadaan negara tersebut adalah meliputi (1) bentuk negara, (2)
tujuan negara, (3) organisasi negara, (4) kekuasaan negara, (5) penguasa negara, (6)
warga negara, masyarakat, rakyat dan, bangsa (bandingkan Notonagoro, 1975).
Negara Pancasila sebagai negara Kebangsaan yang berkemanusiaan yang Adil dan
Beradab, mendasarkan nasionalisme (kebangsaan) berdasarkan hakikat kodrat manusia
yang adil dan beradab. Kebangsaan Indonesia adalah kebangsaan yang
berkemanusiaan, berkeadilan, berkeadaban, maka bukan suatu kebangsaan yang
Chauvinistic.
Kebangsaan berdasarkan Pancasila mengakui dan mendasarkan kebangsaan pada
berkemanusiaan.

G. NKRI adalah Negara Kebangsaan yang Berpersatuan


Negara Indonesia adalah Negara Persatuan, dalam arti bahwa negara adalah
merupakan suatu kesatuan dari unsur-unsur yang membentuk negara baik individu
maupun masyarakat sebagai penjelmaan sifat kodrat manusia. Hakikat negara
persatuan bahwa negara adalah masyarakat itu sendiri. Masyarakat pada hakikatnya
mewakili diri pada penyelenggaraan negara, menata dan mengatur dirinya dalam
mencapai tujuan hidupnya. Negara kesatuan bukan dimaksudkan merupakan suatu
kesatuan dari negara bagian (federasi), melainkan kesatuan dalam arti keseluruhan
unsur-unsur negara yang bersifat fundamental. Oleh karena itu sifat kodrat manusia
individu-individu sosial sebagai basis ontologis negara kesatuan itu adalah merupakan
kodrat yang diberikan oleh Tuhan YME. Nilai filosofis persatuan, dalam kehidupan
kenegaraan dan kebangsaan menjadi kunci kemajuan suatu bangsa.
H. NKRI adalah Negara Kebangsaan Yang Berkerakyatan
Negara menurut filsafat pancasilaadalah dari oleh dann untuk rakyat. Hakikat
rakyat adalah sekelompok manusia yang bersatu yang memiliki tujuan tertentu dan
hidup dalam satu wilayah negara. Di berbagai negara, sistem demokrasi diterapkan
misalnya Perdana Menteri dipilih oleh parlemen. Berdasarkan berbagai teori dan
konsep pemikiran demokrasi dan praktis demokrasi, maka demokrasi seyogyanya
dipahami dan perspektif yang komprehensif, yaitu meliputi aspek filosofis, normatif,
dan praktis. Aspek filosofis menyangkut dasar filosofis demokrasi yang menjadi dasar
hakikat sesuai dengan landasan ontologis. Aspek normatif menyangkut bagaimana
norma-norma sebagai asa dan aturan dalam demokrasi dikembangkan berlandaskan
dasar filosofis masyarakat, bangsa, dan negara.
1. Bentuk- bentuk demokrasi
Dalam suatu negara misalnya diterapkan demokrasi dengan sistem
presidensial dan sistem parlementer. Sistem presidensial adalah sistem yang
menekankan pentingnya pemilihan presiden secara langsung, sehingga presiden
mendapatkan mandat secara langsung dari rakyat. Dalam sistem ini presiden
merupakan kepala eksekutif sekaligus kepala negara. Yang menerapkan sitem ini
adalah negara Amerika dan negara Indonesia. Sedangkan sistem parlementer
menerapkan model hubungan yang menyatu antara kekuasaan eksekutif dan
legislatif. Kepala eksekutif berada ditangan perdana menteri, dan kepala negara
beradaditangan ratu. Yang menerapkan sistem ini seperti Inggris, India, dan lain-
lain.

2. Demokrasi Perwakilan Liberal


Prinsip demokrasi ini didasarkan pada suatu filsafat kenegaaraan bahwa
manusia adalah sebagai makhluk individu yang bebas artinya kebebasan individu
sebagai dasar fundamental dalam pelaksanaan demokrasi. Menurut Held (1995:10),
bahwa demokrasi perwakilan liberal merupakan suatu pembaharuan kelembagaan
pokok untuk mengatasi problema keseimbangan antara kekuasaan memaksa dan
kebebasan. Kebebasan yang dimaksudkan adalah jaminan kebebasan secara
individual, baik dalam kehidupan politik, ekonomi, sosial, keagamaan bahkan
kebebasan anti agama. Konsekuensi dari implementasi sistem dan prinsip
demokrasi adalah berkembang persaingan bebas, terutama dalam kehidupan
ekonomi sehingga akibatnya individu yang tidak mampu menghadapi persaingan
tersebut akan tenggelam.
3. Demokrasi Satu Partai dan Komunisme
Demokrasi ini dilaksanakan di negara-negar komunis seperti Rusia, China,
Vietnam, dan lainnya. Kebebasan formal berdasarkan demookrasi liberal akan
menghasilkan kesenjangan kelas yang semakin lebar dalam masyarakat, ddan
akhirnay kapitalislah yang menguasai negara. Menurut pandangan kaum Marxis-
Leninis, sistem demokrasi delegatif harus dilengkapi, pada prinsipnya denagn suatu
sistem yang terpisah tetapi sama pada tingkat partai komunis. Transisi menuju
sosialisme dan komunisme memerlikan kepemimpinan yang profesional, dari
kader-kader revolusioner dan disiplin (Lenin, 1947, dalam Held, 1995).
Berdasarkan teori tersebut, praktek demokrasi merupakan kekuasaan berada
ditangan rakyat. Yang di maksud dengan demokrasi deliberatif secara istilah
berarti “konsultasi”, “menimibang-nimbang”, atau yang sangat populer dalam
politik disebut dengan istilah musyawarah. Jadi, dalam pelaksanaan demokrasi
tidak hanya didasarkan atas prinsip kuantitas metematis belaka, melainkan dalam
berbagai aspek ditentukan dengan musyawarah, dengan berbagai pertimbangan
akan tetapi paradigmanya demi kesejahteraan rakyat.
Negara kebangsaan yang bekerdaulatan rakyat berdasarkan Pancasila, berarti
bahwa kekuasaan tertinggi adalah di tangan rakyat dan dalam sistem kenegaraan
dilakukan menurut UUD. Negar kebangsaan yang berkedaulatan rakyat adalah
suatu negara demokrasi monodualis yang berarti bahwa individu sebagai makhluk
sosial bukanlah demokrasi liberal yang hanya mendasarkan pada kodrat manusia
sebagai individu saja, dan bukan pula demokrasi klass yang hanya mengakui
manusia sebagai makhluk sosial belaka. Demokrasi ini mengembangkan demokrasi
kebersamaan, berdasarkan asas kekeluargaan kebebasan individu dalam rangka
kesejahteraan bersama.
4. Demokrasi Indonesia dan Tujuan Negara Kesejahteraan Rakyat
Tujuan negara dirumuskan dalam pembukaan UUD 1945. Hal inilah yang
merupakan cita-cita ideal filosofis bagi negara Indonesia (Assiddiqie). Nampaknya
pada reformasi ini lebh menekankan pada aspek negara hukum formal, yaitu hasil
reformasi lebih utama pada aspek politik hukum. Menurut Darwin, dalam reformasi
dewasa ini demokrasi dikatakan mengalami deficit yaitu perolehan atau manfaat
yang diterima masyarakat denagn hadirnya demokrasi, lebih rendah dibandingkan
dengan ongkos demokrasi baik dalam arti finansial yang dikeluarkan dan
ditanggung oleh rakyat, maupun negara untuk menggelar pesta demokrasi tersebut.
Jadi, sistem demokrasi Indonesia belum efektif, karena biaya yang dikeluarkan
untuk mensejahterakan rakyat, dipaksa dikeluarkan untuk membiayai demokrasi
yang kenyataannya tidak menyentuh kedaulatan rakyat. Seperti juga adanya korupsi
yang dilakukan oleh para wakil rakyat, hal ini tidak sesuai dengan demokrasi
menurut Filsafat Pancasila, yang mendasarkan demokrasi pada kedaulatan rakyat.
I. NKRI adalah Negara Kebangsaan yang Berkeadilan Sosial
Negara Pancasila adalah negara kebangsaan yang berkeadilan sosial, yang berarti
bahwa negara sebagai penjelmaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa,
sifat kodrat individu dan makhluk sosial bertujuan untuk mewujudkan suatu keadilan
dalam hidu bersama (Keadilan Sosial). Dalam hidup bersama baik dalam masyarakat,
bangsa, dan negara harus terwujud suatu keadilan (Keadilan Sosial), yang meliputi tiga
hal yaitu: (1) keadilan distributif (keadilan membagi), yaitu negara terhadap warganya,
(2) keadilan legal (keadilan bertaat), yaitu warga terhadap negaranya untuk mentaati
peraturan perundangan, dan (3) keadilan komutatif (keadilan antar sesama warga
negara), yaitu hubungan keadilan antara warga satu dengan lainnya secara timbal balik
(Notonegoro, 1975).
Sebagai suatu negara berkeadilan sosial maka negara Indonesia yang berdasarkan
Pancasila sebagai suatu negara kebangsaan, bertujuan untuk melindungi segenap
warganya dan seluruh tumpah darah, memajukan kesejahteraan umum, serta
mencerdaskan warganya (tujuan khusus). Adapun tujuan dalam pergaulan antar bangsa
di masyarakat internasional bertujuan: “ikut menciptakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial”.
Realisasi dan perlindungan keadilan dalam hidup bersama dalam suatu negara
kebangsaan, mengharuskan negara untuk menciptakan suatu peraturan perundang-
undangan. Dalam pengertian inilah maka negara kebangsaan yang berkeadilan sosial
harus merupakan suatu negara yang berdasarkan atas hukum. Sehingga sebagai suatu
negara hukum harus terpenuhi adanya tiga syarat pokok yaitu: (1) pengakuan dan
perlindugan atas hak-hak asasi manusia, (2) peradilan yang bebas, dan (3) legalitas
dalam arti hukum dalam segala bentuknya.
Berdasarkan asas keadilan sebagaimana terkandung dalam sila kelima Pancasila,
seharusnya tidak meninggalkan hakikat negara persatuan ‘Bhinneka Tunggal Ika’,
karena praktek otonomi daerah yang tidak mendasarkan pada prinsip negara persatuan
dewasa ini menimbukan disparitas di bidang ekonomi, sosial, politik bahkan
kebudayaan. Prinsipnya berdasarkan sila kelima Pancasila, prinsip demokrasi melalui
otonomi daerah harus tetap diarahkan pada tujuan pokok negara yaitu kesejahteraan
seluruh rakyat dan tetap meletakkan pada prinsip persatuan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Bangsa adalah adalah suatu masyarakat yang berdiri sendiri dan masing-masing
anggota persekutuan hidup tersebut merasa satu kesatuan ras, bahasa, agama, dan
adat istiadat dalam suatu daerah yang sama dan mereka tunduk pada kedaulatan
negaranya sebagai suatu kekuasaan tertinggi keluar dan kedalam
2. Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) lahir bersamaan dengan peristiwa
proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 dan bersamaan dengan pengesahan
UUD 1945 tanggal 18 Agustus 1945. Oleh karena itu, Proklamasi dan UUD 1945
sekaligus sebagai landasan NKRI.
3. Sebagai negara yang berdiri secara berdaulat NKRI memiliki kedaulatan akan
wilayah yang jelas serta pengaturan penyelenggaraan pemerintahan secara
berdaulat tanpa pengaruh dari negara lain.
4. Dinamika NKRI, mengharuskan seluruh potensi bangsa untuk bertekad
mempertahankan keutuhan NKRI, dari berbagai ancaman dan gangguan yang
membahayakan eksistensi NKRI sebgaoa negara yang berdaulat.

B. Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu
penulis senantiasa dengan lapang dada menerima bimbingan dan arahan serta saran dan
kritik yang sifatnya membangun demi perbaikan karya-karya berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Prof. Dr. Kaelan. 2014. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta


Al-Hakim, Suparlan, dik. 2012. Pendidikan Kewarganegaraan dalam Konteks Indonesia.
Malang: Universitas Negeri Malang
TUGAS PKn
HAKIKAT NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA

DISUSUN OLEH :
1. Ahmad Danang Setiawan
2. Siti Aisyah
3. Siti Aminah

Kelas XII TKJ 2

SMK AL – ISHLAH PULOKULON


TAHUN PELAJARAN 2018/2019

Anda mungkin juga menyukai