Anda di halaman 1dari 6

Kebijakan Politik Pendidikan di Era Pemerintahan Presiden Joko Widodo

A. Latar belakang
Kehidupan yang diciptakan oleh-Nya selalu berpasang-pasangan. Kalau ada sebab
(tujuan yang akan dicapai), pasti ada akibat (upaya-upaya yang harus ditempuh untuk
mencapai tujuan). Kehidupan adalah perubahan dan siapa yang tidak mau berubah akan
punah. Perubahan akan terus berlangsung, dengan atau tanpa kita.
Untuk mengikuti perubahan, manusia harus selalu berjuang, memperbaiki diri melalui
belajar, belajar ulang, dan bahkan melupakan pembelajaran masa lalu yang tidak lagi selaras
dengan tuntutan zaman. Pendidikan nasional dapat dikategorikan sebagai kehidupan karena
memiliki sifat untuk berubah, baik dalam tujuan yang akan dicapai (sebab) maupun upaya-
upaya untuk mencapai tujuan (akibat). Baik tujuan pendidikan maupun upaya-upaya yang
ditempuh untuk mencapainya, sewaktu-waktu mengalami perubahan akibat keduanya
memiliki hubungan simbiosis/interkonektivitas dengan perubahanperubahan lingkungan
strategis, misalnya politik, ekonomi, sosial, budaya, ilmu, teknologi, religi, moralitas/etika,
seni/estetika, pertumbuhan penduduk, dan globalisasi. Oleh karena itu, baik tujuan
pendidikan maupun upaya-upaya untuk mencapainya harus diperbaiki, disempurnakan,
dan/atau dikembangkan dari waktu ke Dengan demikian, pendidikan Indonesia dihadapkan
pada dinamika perubahan lingkungan strategis yang tidak sama kepentingannya dan sangat
turbulen sehingga pilihan-pilihan prioritas tujuan pendidikan Indonesia dan upaya-upaya
untuk mencapainya harus dilakukan secara selektif. Tidak semua tekanan/kepentingan
lingkungan strategis diakomodasi karena ketidaksesuaiannya dengan nilai-nilai yang
dikembangkan di dunia pendidikan, di samping keterbatasan sumber daya yang tersedia.
Inilah esensi garapan bidang politik pendidikan nasional dalam rangka membangun kualitas
manusia seutuhnya, masyarakat Indonesia seluruhnya, yang secara umum adalah untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa dalam rangka membangun Indonesia yang mandiri,
berdaulat, dan bermartabat.
Apa pun politik pendidikannya, semua negara mengakui bahwa pembangunan
berkelanjutan sangat ditentukan oleh kualitas warga negaranya. Negara-negara yang
warganya berkualitas tinggi cenderung maju dan berkembang dengan pesat. Jadi, tinggi
rendahnya kualitas warga negara suatu negara menjadi barometer bagi kemajuan dan
perkembangannya. Kualitas warga negara dapat diukur dengan tinggi rendahnya kualitas
dasar (daya pikir, daya hati, daya fisik) dan kualitas instrumental (ilmu, teknologi, seni, dan
olah raga). Singapura, Jepang, Tiongkok, Korea Selatan, Hongkong, Jerman, dan sejumlah
negara maju lainnya merupakan contoh konkret bahwa mereka maju karena kualitas warga
negaranya. Singapura maju karena kualitas warga negaranya dalam sektor layanan/jasa, baik
jasa tersier maupun jasa kuarter sehingga negara ini disebut sebagai negara jasa (Slamet :
2014).
Tujuan negara Indonesia yaitu mewujudkan masyarakat dengan sistem politik yang
berkedaulatan rakyat. Masyarakat Indonesia yang bhineka yaitu terbentuknya masyarakat
yang terdidik yang telah memiliki suatu pandangan yang luas (sebagian besar dikota) yang
dibentuk oleh pendidikan dan kesempatan. Politik dan kekuasaan suatu negara memegang
kunci keberhasilan pendidikan. Dalam konteks pembangunan demokratisasi dan
desentralisasi di Indonesia, peran politik eksekutif dan legislatif untuk memajukan
pendidikan begitu besar. Ranah politik dan kekuasaan harus mampu mewujudkan sistem
pendidikan yang mencerdaskan dan mencerahkan peradaban bangsa ini. Bangsa yang politik
pendidikannya buruk, maka kinerja pendidikannya pun pasti buruk. Sebaliknya, negara yang
politik pendidikannya bagus, kinerja pendidikannya pun juga akan bagus. Semenjak
kemerdekaan sampai dengan era reformasi perjalanan politik pendidikan nasional telah
mengalami tiga kali perubahan, yaitu di era orde lama, pada tahun 1954, di era orde baru, dan
saat ini di era reformasi. Budaya politik masyarakat sebenarnya berbanding lurus dengan
tingkat pendidikan masyarakat itu sendiri. Hal itu bisa dipahami mengingat semakin tinggi
kesempatan seseorang atau masyarakat mengenyam pendidikan, semakin tinggi pula
seseorang atau masyarakat memiliki kesempatan membaca, membandingkan, mengevaluasi,
sekaligus mengkritisi ruang idealitas dan realitas politik. Maka, kunci pendidikan politik
masyarakat sebenarnya terletak pada politik pendidikan masyarakat.i

B. Tinjauan Pustaka
Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, politik adalah pengetahuan mengenai
ketatanegaraan atau kenegaraan; segala urusan dan tindakan kebijaksanaan, siasat dan
sebagainya mengenai pemerintahan suatu negara atau terhadap negara lain. ii Banyak para
ahli menyikapi politik dengan berbagai pendapat, Joyce Mitchel dalam Philipus
mengemukakan bahwa politik adalah pengambilan keputusan kolektif atau pembuatan
kebijaksanaan umum untuk masyarakat seluruhnya. Menurut Maran, politik merupakan studi
khusus tentang cara-cara manusia memecahkan permasalahan bersama dengan masalah lain.
Dengan kata lain, politik merupakan bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistem politik
atau negara menyangkut proses penentuan dan pelaksanaan tujuan-tujuan. Menurut pendapat
Roger F. Soltau politik adalah kegiatan dalam suatu sistem atau negara yang menyangkut
proses untuk menunjukkan bersama negara dan melaksanakan tujuan itu.
Jika ditinjau dari kepentingan penggunanya pengertian politik terbagi atas dua yaitu
pengertian politik dalam arti kepentingan umum dan pengertian politik dalam arti
kebijaksanaan. Pengertian politik dalam arti kepentingan umum adalah segala usaha demi
kepentingan umum baik itu yang ada dibawah kekuasaan negara maupun pada daerah.
Pengertian politik secara singkat atau sederhana adalah teori, metode atau teknik dalam
memengaruhi orang sipil atau individu. Politik merupakan tingkatan suatu kelompok atau
individu yang membicarakan mengenai hal-hal yang terjadi didalam masyarakat atau negara.
Seseorang yang menjalankan atau melakukan kegiatan politik disebut sebagai ”Politikus”.
Kebijakan pendidikan adalah kebijakan publik di bidang pendidikan. Ensiklopedi
menyebutkan bahwa kebijakan pendidikan berkenaan dengan kumpulan hukum atau aturan
yang mengatur pelaksanaan sistem pendidikan, yang tercakup di dalamnya tujuan pendidikan
dan bagaimana mencapai tujuan tersebut. Kebijakan pendidikan adalah suatu pertimbangan
yang didasarkan atas sistem nilai dan beberapa penilaian terhadap faktor-faktor yang bersifat
situsional. Pertimbangan tersebut dijadikan sebagai dasar untuk mengoperasikan pendidikan
yang bersifat melembaga serta merupakan perencanaan umum yang dijadikan sebagai
pedoman untuk mengambil keputusan agar tujuan yang bersifat melembaga dapat tercapai.
Adapun kebijakan publik di bidang pendidikan dapat didefinisikan sebagai keputusan yang
diambil bersama antara pemerintah dan aktor di luar pemerintah dan mempertimbangkan
faktor-faktor yang mempengaruhinya untuk dilaksanakan atau tidak dilaksanakan pada
bidang pendidikan bagi seluruh warga masyarakat. Kebijakan publik bidang pendidikan
meliputi anggaran pendidikan, kurikulum, rekrutmen tenaga kependidikan, pengembangan
profesional staf, tanah dan bangunan, pengelolaan sumber daya, dan kebijakan lain yang
bersentuhan langsung maupun tidak langsung atas pendidikan.        
H.A.R Tilaar sendiri memberikan makna yang sedikit berbeda tentang “kebijakan
pendidikan”, menurutnya kebijakan pendidikan merupakan rumusan dari berbagai cara untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional, diwujudkan atau dicapai melalui lembaga-lembaga
sosial (social institutions) atau organisasi sosial dalam bentuk lembaga-lembaga pendidikan
formal, nonformal, dan informal. Dengan demikian dapat dipahami suatu kebijakan apabila
tidak segera diimplementasikan, maka tidak akan dapat diketahui tingkat keberhasilannya
untuk orang banyak. Kebijakan hanya akan menjadi rencana konseptual yang akan tersimpan
rapi dalam tumpukan arsip-arsip saja.
Mark Olsen & Anne-Maie O’Neil menyatakan bahwa kebijakan pendidikan
merupakan kunci bagi keunggulan, bahkan eksistensi bagi negara dalam persaingan global,
sehingga kebijakan pendidikan perlu mendapatkan prioritas utama dalam era globalisasi.
Salah satu argument utamanya adalah bahwa globalisasi membawa nilai demokrasi.
Demokrasi yang memberikan hasil adalah demokrasi yang didukung oleh pendidikan. iii

C. Permasalahan
Dinamika perubahan abad ke-21 dalam pembangunan pendidikan Indonesia
dipengaruhi oleh faktor-faktor strategis berikut: peraturan perundang-undangan; Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025; kebijakan, perencanaan, dan
penganggaran pemerintah; kelompok kekuatan; kemajuan ekonomi; dinamika politik;
dinamika sosio-kultural; kemajemukan/kebhinnekaan; tuntutan desentralisasi; tuntutan
globalisasi; dan kemajuan teknologi. Peraturan perundang-undangan (regulasi), misalnya
undang-undang, peraturan pemerintah, peraturan presiden, dan peraturan menteri merupakan
faktor strategis yang sangat berpengaruh terhadap pembangunan pendidikan.
Peraturan perundang-undangan digunakan sebagai acuan bagi penyusunan/formulasi,
implementasi, dan evaluasi kebijakan pendidikan. Pada umumnya, birokrat pendidikan tidak
mau melanggar peraturan perundang-undangan dalam penyusunan, pelaksanaan, dan evaluasi
kebijakan pendidikan. Peraturan perundang-undangan yang sangat berpengaruh terhadap
kebijakan pendidikan adalah Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pem
bangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025; Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 49 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi, Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 52 Tahun 2014 tentang Pedoman Pengembangan
Sumber Daya Manusia Kebudayaan, dan lain sebagainya untuk tidak disebut semuanya.
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025 (RPJPN 2005-2025)
sangat berpengaruh terhadap kebijakan, perencanaan, dan penganggaran pendidikan nasional.
Meskipun RPJPN 2005-2025 merupakan dynamic planning, pembangunan pendidikan
nasional harus tetap mengacu kepadanya sepanjang belum diubah. RPJPN 2005-2025
disusun menjadi periode-periode berikut. Periode 2005– 2010 merupakan Peningkatan
Kapasitas dan Modernisasi; Periode 2010–2015 merupakan Penguatan Pelayanan; Periode
2015–2020 merupakan Daya Saing Regional; dan Periode 2020–2025 merupakan Daya
Saing Internasional. Mengingat RPJPN merupakan dynamic planning yang dipengaruhi oleh
banyak faktor, oleh Karena itu dimungkinkan terjadinya perubahan RPJPN.
Kebijakan dan kemajuan ekonomi juga sangat berpengaruh terhadap pembangunan
pendidikan, misalnya kebijakan fiskal (APBN/ APBD dan pajak), kebijakan moneter (jumlah
uang beredar, nilai tukar uang, inflasi, produktivitas, dan suku bunga kredit perbankan),
pertumbuhan dan pemerataan ekonomi, tingkat pengangguran, dan angka kemiskinan. Selain
itu, Master Plan Percepatan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) juga menjadi acuan
penting bagi pembangunan pendidikan Indonesia. Dinamika politik juga sangat berpengaruh
terhadap pembangunan pendidikan dan bahkan faktor ini yang paling berpengaruh terhadap
pembangunan pendidikan. Platform politik, pergantian rezim, pergantian birokrat/pejabat
pendidikan, baik di pusat maupun daerah khususnya setelah otonomi daerah, dan solidaritas
berpolitik sangat berpengaruh terhadap pembangunan pendidikan. Secara formal, Indonesia
telah melaksanakan prinsip-prinsip politik demokrasi, tetapi secara mental masih banyak
dijumpai praktik-praktik feodalisme, hedonisme, pragmatisme, primordialisme, oligarki, dan
miskin wawasan kosmiknya.

D. Bahasan
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menetapkan enam program
prioritas yang merujuk pada Nawa Cita Kabinet Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Jusuf
Kalla periode 2015-2019. Keenam program itu, yakni Program Indonesia pintar (PIP),
Penguatan Pendidikan Karakter (PPK), Revitalisasi Pendidikan Vokasi, Zonasi Pendidikan,
Pemajuan Kebudayaan, dan Digitalisasi Sekolah. Sejumlah program bertujuan meningkatkan
kualitas dan pemerataan akses pendidikan bagi seluruh anak di Indonesia. Misalnya, PIP
yang dirancang untuk membantu anak usia sekolah dari keluarga miskin ataupun rentan
miskin agar tetap mendapatkan layanan pendidikan formal dan nonformal. Program itu tidak
hanya menyasar daerah perkotaan, tetapi juga daerah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T).
Selanjutnya, PPK merupakan kebijakan pemerintah yang mendorong peran tripusat
pendidikan, yakni sekolah, keluarga, dan masyarakat. Tujuannya menumbuhkan nilai
religius, nasionalisme, kemandirian, dan integritas.
Kemudian, melalui kebijakan revitalisasi pendidikan vokasi, pemerintah berupaya
meningkatkan produktivitas, inovasi, serta daya saing bangsa. Hal ini tecermin dari semakin
banyak lulusan SMA yang dapat bersaing dengan lulusan serupa dari negara lain. Hal lainnya
adalah program zonasi pendidikan yang dimulai sejak 2017. Program itu untuk
menghilangkan kastanisasi di lingkungan pendidikan. Hingga saat ini zonasi menghasilkan
sejumlah dampak seperti melahirkan perhitungan kebutuhan dan distribusi guru pada setiap
zona pendidikan. Terkait bidang kebudayaan, undang-undang tentang Pemajuan Kebudayaan
akhirnya telah disahkan. Capaian pemajuan kebudayaan ditandai dengan pelaksanaan
program Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah di semua provinsi. Terakhir, program digitalisasi
sekolah, ialah langkah pemerintah untuk mempersiapkan sekolah memasuki era revolusi
industri 4.0. Digitalisasi sekolah secara resmi diluncurkan di Kabupaten Natuna, Kepulauan
Riau, pada September 2019, yang ditandai dengan pemberian bantuan sarana dan prasarana
teknologi informasi dan komunikasi.
Dalam menghadapi revolusi industri 4.0, bonus demografi jadi perhatian khusus
Kabinet Kerja untuk mempersiapkan tenaga kerja yang bersaing di pasar global. Bahkan,
Presiden Joko Widodo kerap kali menegaskan urgensi peningkatan daya saing sumber daya
manusia dan revitalisasi pendidikan vokasi secara terpadu untuk menyongsong bonus
demografi. Revitalisasi pendidikan vokasi diartikan lebih pada menyiapkan tenaga kerja
berdaya saing, terampil, bermutu, serta relevan dengan tuntutan dunia kerja. Targetnya,
Indonesia dapat menjadi negara dengan kekuatan ekonomi nomor tujuh dunia pada 2030.
Soal revitalisasi pendidikan vokasi, Kemendikbud memiliki peran sangat strategis. Di
antaranya melalui program revitalisasi SMK, pendidikan khusus, serta lembaga kursus dan
pelatihan. Revitaliasasi SMK memiliki payung hukum Instruksi Presiden Nomor 9/2016
tentang Revitalisasi SMK. Kehadiran Inpres ini sebagai upaya peningkatan kualitas dan daya
saing sumber daya manusia lulusan SMK. Sebagai tindak lanjut regulasi, Kemendikbud
bahkan menyusun peta jalan revitalisasi SMK.
Pemenuhan kebutuhan guru produktif serta peningkatan kompetensi guru produktif
dilakukan melalui program keahlian ganda. Untuk meningkatkan kompetensi guru produktif
di SMK, Kemendikbud juga mendorong kepemilikan sertifikasi keahlian sesuai bidang.
Terkait dengan ini, Kemendikbud bersama Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) terus
mengembangkan SMK sebagai Lembaga Sertifikasi Profesi Pihak Pertama (LSP-P1). LSP-
P1 ini kian meningkat dan mencapai 914 lembaga pada 2019. Pada sisi lain, Kemendikbud
memberikan bantuan pengembangan teaching factory di SMK. Teaching factory merupakan
konsep pembelajaran di SMK berbasiskan produksi barang atau jasa yang mengacu pada
standar serta prosedur dunia industri. Saat ini, teaching factory mencapai 500 unit. Sebagai
bagian dari upaya meningkatkan daya saing sumber daya manusia, Lembaga Kursus dan
Pelatihan (LKP) juga kian diberdayakan. Upaya untuk meningkatkan peran LKP diwujudkan
melalui program Pendidikan Kecakapan Kerja serta program Pendidikan Kecakapan
Wirausaha. Kedua program itu bertujuan membekali peserta didik dengan keterampilan yang
dibutuhkan dunia kerja serta mendorong jiwa wirausaha. iv

E. Kesimpulan
Politik pendidikan Indonesia dalam abad ke-21 harus meng-Indonesia, yaitu berpijak
pada Pancasila, UUD 45, NKRI, Bhinneka Tunggal Ika, kekayaan, karakteristik, dan
kebutuhan Indonesia serta tidak perlu kuatir terpelanting dalam era kesejagatan, asal tingkat
kesiapan untuk menghadapinya memadai. Indonesia memiliki ragam kekayaan yang luar
biasa (natural, sosial, kultural, dan manusia), yang kalau dikelola dengan benar dan baik akan
membuat Indonesia mandiri, berdaulat, dan bermartabat. Indonesia akan menjadi negara
yang mandiri, berdaulat, bermartabat, dan digdoyo sekti mondro guno (berkeunggulan).
Apalagi di era yang sekarang serba digital maka pemerintah dituntut untuk terus mengikuti
perkembangan zaman serta teknologi yang terus mengalami perkembangan yang signifikan
khususnya di era pemerintahan Presiden Jokowi saat ini yang harus selalu memperhatikan
setiap kebijakan yang dikeluarkan harus sesuai dengan keadaan kondisi bangsa Indonesia
serta tetap berpedoman pada UUD 1945 terkhusus mengenai kebijakan politik di bidang
pendidikan yang harus semakin di tingkatkan dan di perbaiki lagi.

F. Daftar Pustaka
Slamet, PH. 2014. Politik Pendidikan Indonesia Dalam Abad Ke-21. Cakrawala Pendidikan,
Oktober 2014, Th. XXXIII, No. 3.
i
https://jurnalpost.com/kebijakan-dan-politik-pendidikan-di-indonesia/18229/
ii
Budiono, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Karya Agung, 2005), hal. 389.

iii
https://www.rikaariyani.com/2018/03/pengertian-kebijakan-pendidikan.html

iv
https://mediaindonesia.com/humaniora/266451/enam-program-pendidikan-di-nawacita-jadi-prioritas

Anda mungkin juga menyukai