Anda di halaman 1dari 2

A.

Politik pendidikan adalah segala kebijakan pemerintah suatu Negara dalam bidang pendidikan
yang berupa perturan perundangan atau lainnya untuk menyelenggarakan pendidikan demi
tercapainya tujuan negara.
Pendidikan merupakan bagian kebutuhan mendasar manusia (al-hâjat al-asasiyyah) yang harus
dipenuhi oleh setiap manusia seperti halnya pangan,sandang, perumahan, kesehatan , dan
perumahan.
Pendidikan adalah bagian dari masalah politik (siyâsah) yang diartikan sebagai ri‘âyah asy-syu’ûn
alummah (pengelolaan urusan rakyat) berdasarkan ideologi yang diemban negara.
Berdasarkan pemahaman mendasar ini, politik pendidikan (siyâsah atta‘lîm) suatu negara sangat
ditentukan oleh ideologi (pandangan hidup) yang diemban negara tersebut. Faktor inilah yang
menentukan karakter dan tipologi masyarakat yang dibentuknya. Dengan demikian, politik
pendidikan [20/9 10:40] Ridwan: dapat dipahami sebagai strategi p endidikan yang dirancang
negara dalam upaya menciptakan kualitas human resources (sumberdaya manusia) yang dicita-
citakan

B. Kebijakan Politik Pendidikan Pemerintahan Indonesia Kebijakan politik pendidikan Indonesia secara
umum dapat dibagi ke dalam empatperiode. Pertama kebijakan politik pemerintahan pada masa Pra-
kemerdekaan; Kedua, kebijakan politik pemerintahan Indonesia pada masa Orde Lama; Ketiga kebijakan
politik pemerintahan Indonesia masa Orde Baru; dan keempat kebijakan poltik pemerintahan Indone sia
pada Orde Reformasi.

C. Perkembangan politik pendidikan

Seiring dengan berkembangnya peradaban pendidikan dituntut untuk mampu memenuhi kebutuhan
hidup manusia, sehingga pendidikan harus mengalami perubahan-perubahan yang signifikan dalam
berbagai aspek yang mendasar seperti falsafah, paradigma sistem dan kurikulum. Hal ini merespon
kebutuhan hidup manusia yang terus berkembang berbeda dengan zaman primitif di mana pendidikan
berlangsung dengan sangat sederhana. Di era modern, dengan segala kecanggihan teknologi dan
keanekaragaman yang dikandungnya, pendidikan menghadapi jumlah persoalan yang kompleks harus
mampu memecahkan problem-problem sosial kemanusiaan (Wan Mohd Daud, 2003:163-164)

Dalam dua decade terakhir, memasuki abad ke 21 dan pembelajaran otonomi daerah, lingkungan
pendidikan di Indonesia telah mengalami beberapa perubahan penting. Perubahan tersebut ditandai
oleh paling tidak tiga kecenderungan utama. Pertama, terjadinya perubahan peranan pemerintah pusat
dan daerah dalam kebijakan pendidikan. Proses kebijakan pendidikan yang sebelumnya didominasi oleh
pemerintah pusat, saat ini sudah mulai didistribusikan ke aderah. Kedua, semakin terfragmentasinya
pendidikan, baik secara politik maupun dalam bentuk program. Ketiga, muncul kembalinya kepentingan-
kepentingan non kependidikan, terutama dari dunia bisnis, dalam wilayah pendidikan. Berbeda dengan
1970-an ketika politik pendidikan adalah wilayah kepentingan kelompok kepentingan pendidikan
berbasis luas (broad-based education interest groups), seperti departemen pendidikan, kepala sekolah
administrator dan guru, mulai tahun 1980-an dunia pendidikan didominasi oleh tokoh-tokoh bisnis dan
pegawai publik yang terpilih.
Dalam tiga kecerendungan tersebut, yang cukup unik dalam politik pendidikan di Indonesia hingga saat
ini bahwa kurang berartinya peranan kelompok kepentingan pendidikan (education interest groups)
dalam formula kebijakan-kebijakan pendidikan. Jika dibandingkan dengan bidang-bidang lainnya
perkembangan interest group dalam bidang pendidikan sangat lamban. Saat ini, berbagai
perkembangan dan gejala tersebut perlu dikaji dalam rangka memahami kompleksitas dan dinamika
hubungan antara pendidikan dan politik, baik dalam konteks global maupun dalam konteks lokal,
khususnya dalam konteks pemberlakuan otonomi daerah.

Hingga saat ini dapat dikatakan, meskipun ada kecenderungan yang kuat pada sebagian masyarakat
untuk memandang bahwa pendidikan dan politik terpisah dan tidak berkaitan, realitas membuktikan
bahwa disemua masyarakat keduanya berhubungan erat dan terkait. Proses dan lembaga–lembaga
pendidikan mempunyai banyak dimensi dan aspek politik. Lembaga-lembaga tersebut menjalankan
fungsi-fungsi yang memiliki konsekuwensi penting dalam sistem politik dan terhadap perilaku politik
dalam bentuk yang berbeda-beda.

Referensi

Konsepsi Politik Pendidikan di Indonesia, Ahmad Zain Sarnoto

Anda mungkin juga menyukai